Langsung ke konten utama

ihsg vs. ASIENk (2019-2020)

🌹




KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,16% ke level 5.247,69 pada perdagangan Jumat (14/8). Kenaikan IHSG di kemarin merupakan kenaikan dalam lima hari berturut-turut.

Dalam sepekan, IHSG menguat 2,02% dari penutupan Jumat (7/8). Meski IHSG melesat, investor asing justru mencatatkan net sell alias jual bersih Rp 859,47 miliar di pasar reguler dan total Rp 629,80 miliar di seluruh pasar. Asing mencatat beli bersih Rp 229,67 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Baca Juga: Wall Street terpukul penjualan retail dan pembicaraan stimulus yang mandek

Berdasarkan data RTI, berikut saham-saham yang mencatatkan pembelian bersih asing dalam sepekan:

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 524,87 miliar
  2. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) Rp 404,28 miliar
  3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 358,41 miliar
  4. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 70,55 miliar
  5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 47,12 miliar
  6. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 19,58 miliar
  7. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 14,25 miliar
  8. PT Surya Esa Perkasa (ESSA) Rp 13,06 miliar
  9. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) Rp 9,55 miliar
  10. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) Rp 7,53 miliar.

Baca Juga: Rupiah melemah pekan ini, ada potensi penguatan di pekan depan

Sedangkan saham-saham dengan net sell alias jual bersih terbesar asing adalah:

  1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 481,44  miliar
  2. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp 411,69 miliar
  3. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) Rp 166,02 miliar
  4. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 96,45 miliar
  5. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 84,35 miliar
  6. PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) Rp 69,74 miliar
  7. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) Rp 69,54 miliar
  8. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 66,42 miliar
  9. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) Rp 55,04 miliar
  10. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 54,5 miliar.


🍒

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 0,47 persen ke posisi 4.918 pada perdagangan Senin (22/6/2020).

Meski sempat menguat pada sesi I ke level 4.957, laju IHSG terus terkerek turun hingga level terendah 4.904 pada sesi II perdagangan. Penurunan indeks perdagangan tidak dapat dielak sebab investor asing tercatat melakukan aksi jual mencapai Rp285,06 miliar.

Total net sell mencapai Rp513,64 miliar di seluruh pasar. Adapun, nilai transaksi hari ini sejumlah Rp6,95 triliun.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. menjadi yang paling dibuang investor asing. Net sell saham TLKM mencapai Rp176,8 miliar. Selanjutnya, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga net sell Rp56,2 miliar, dan PT Astra International Tbk. net sell Rp38,6 miliar.

Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. net sell Rp29,3 miliar, dan saham PT Unilever Indonesia Tbk. net sell Rp25,6 miliar.

Sebelumnya, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan belum ada faktor pendorong yang bisa mengakselerasi laju IHSG. Menurutnya dalam beberapa waktu ke depan pasar akan cenderung landai dengan bolak-balik menembus level 5.000.

"Jadi sebetulnya faktor pendorong untuk menembus level itu sampai saat ini belum ada. Pelaku pasar hanya didorong oleh ekspektasi dan harapan ekonomi akan membaik," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.

Maximilianus menilai pasar akan menguji 5.150 dalam jangka pendek. Namun, selama variabel angka pasien korona masih tinggi dan tidak bisa ditekan IHSG akan terus menguji level itu.

"Variabel pasien masih tinggi dan paparan belum bisa ditekan sehingga indeks akan terus naik turun di level 5.000," katanya.

Sementara itu, Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee menyebutkan IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 4.900 sampai 4.821 dan resistance di level 4.970 sampai 5.018.

"Investor masih memperhatikan gelombang kedua pandemi Covid-19. Peningkatan kasus di Amerika dan negara Afrika menimbulkan kekawatiran Wave 2. Ketika ekonomi aktif kembali ternyata terjadi semakin banyak infeksi yang memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih," katanya.

🍓
JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan di BEI Selasa (9/6) sore ditutup turun 35,50 poin (0,7%), ke level 5.035,05. Level tertinggi indeks mencapai 5.139,40, sedangkan yang terendah 5.023,76. Sejumlah saham tercatat diborong asing, seperti Media Nusantara Citra, Indofood Sukses Makmur, Pakuwon Jati, dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria. Sebanyak 201 saham harganya naik, 257 saham turun, dan 127 saham stagnan. Total nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini mencapai Rp 11,65 triliun. Investor asing mencatatkan transaksi beli bersih (net buy) di pasar sebesar Rp 52,06 miliar. Adapun berdasarkan data dari RTI, asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) pada beberapa saham, yaitu saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk (BTPS), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Harga saham MNCN tercatat terkoreksi 4,95%, INDF meningkat 1,61%, PWON terkoreksi 5,42%, BTPS terpangkas 5,92% dan BRMS stagnan. Sementara itu, saham-saham yang banyak dilepas oleh asing (net sell), antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Harga saham BBRI melemah 2,73%, LPPF turun 2,35%, BMRI naik 0,48%, GGRM terpangkas 0,46%, dan SMGR tergerus 6,90%.  Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Inilah Saham yang Diborong Asing Saat IHSG Tertekan"
Penulis: Thereis Love Kalla
Read more at: http://brt.st/6Cbt
🍅
JAKARTA, Investor.id – Investor asing memborong saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) saat indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup naik 93,49 poin (1,93%) ke level 4.941,00 pada perdagangan Rabu (3/6). Sejalan dengan aksi beli bersih (net sell) oleh investor asing, harga BBCA naik 7,84%, BBRI turun 2,52%, BMRI menguat 5,19%, INDF meningkat 2,90%, dan PWON terangkat 7,29%. Sebaliknya, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) pada saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA). Berdasarkan data RTI, KLBF menguat 2,17%, INCO turun 1,71%, MAPI terpangkas 0,69%, BRPT stagnan, dan MAPA terkorekesi 2,11%. Pada perdagangan hari ini, IHSG mencapai level tertinggi 4.960,07 dan terendah 4.847,52. Sebanyak 258 saham naik, 150 saham turun, dan 156 saham stagnan. 
Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 12,87 triliun. Investor asing mencatat net buy di semua pasar sebesar Rp 1,5 triliun.    
 Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Asing Borong BBCA, BBRI, BMRI, INDF, dan PWON"
Penulis: Nabil Alfaruq
Read more at: http://brt.st/6BFV
🍓
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran masuk modal asing kembali membaik mulai April 2020. Hal ini didorong meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan tingginya daya saing aset keuangan domestik. Termasuk tetap membaiknya prospek perekonomian Indonesia.
Sejak April 2020-14 Mei 2020, aliran dana asing yang masuk lewat investasi portofolio sebesar USD 4,1 miliar. Sebagaimana diketahui, pada triwulan I 2020 tercatat, jumlah dana asing yang kabur sebesar USD 5,7 miliar.
"Investasi portofolio sejak April 2020 hingga 14 Mei 2020 mencatat net inflow USD 4,1 miliar," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Jakarta, Selasa (19/5).
Sementara itu, posisi cadangan devisa akhir April 2020 meningkat menjadi USD 127,9 miliar. Angka ini setara pembiayaan 7,8 bulan impor atau 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai posisi cadangan devisa ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
"Bank Indonesia memprakirakan defisit transaksi berjalan 2020 menurun menjadi di bawah 2 persen PDB, dari prakiraan sebelumnya 2,5 persen sampai 3 persen PDB," kata Perry mengakhiri.
🍉

Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku pasar tengah mencermati proyeksi pertumbuhan kuartal II/2020 yang diperkirakan akan menjadi puncak tekanan terhadap perekonomian dan kinerja emiten akibat paparan pandemi Covid-19.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,97 persen sepanjang pada Januari 2020-Maret 2020. Dalam paparannya Selasa (5/5/2020), BPS menyebut posisi itu menjadi yang terendah dalam dua dekade terakhir.
Mengutip data OECD, PDB pada kuartal I/2020 merupakan yang pertumbuhan kuartalan terendah sejak kuartal IV/2000. Saat itu, PDB Indonesia hanya tumbuh 2,88 persen.
Hasil PDB kuartal I/2020 meleset di bawah target yang dicanangkan Menteri Keuangan dan Bank Indonesia sebesar 4,4 persen. Pasalnya, faktor konsumsi yang mendominasi pembentukan PDB hanya tumbuh 2,84 persen, jauh di bawah peningkatan normal 5 persen.
Kendati angka prediksi PDB triwulan pertama 2020 meleset, rasanya hampir semua pihak bersepakat tekanan terhadap PDB akan mencapai puncaknya pada kuartal II/2020.
BI memprediksi PDB pada kuartal II/2020 tumbuh 1,1 persen yoy, kuartal III/2020 meningkat 1,3 persen yoy, dan kuartal IV/2020 semakin tumbuh menuju 2,4 persen.
Analis PT Kresna Securities Etta Rusdiana Putra menjelaskan Angka pertumbuhan kuartal I/2020 meski turun masih menjadi hal yang positif. Secara umum semua sentimen positif dari stimulus sudah direspons pasar. Oleh karena itu, sekarang saatnya investor melihat realitas.
“Sekarang, yang menjadi perhatian adalah pertumbuhan kuartal II/2020 yang merupakan puncak tekanan, Bank Indonesia sendiri perkirakan di 0,4 persen,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (6/5/2020).
Etta menilai fase kritis IHSG sudah dilewati. Dengan demikian, saat ini indeks berada di fase stabilisasi.
“Artinya, market masih bertahan di zona positif tetapi reli saham semakin terbatas,” ujarnya.
Di tengah kondisi itu, dia menyarankan strategi yang dapat dilakukan yakni buy and hold. Selain itu, investor dapat memperpanjang durasi holding period menjadi 2 tahun hingga 3 tahun ke depan.
“Untuk trader jangka pendek, rentang perdagangan menjadi lebih sempit sehingga timing semakin penting dibandingkan dengan saat pasar bullish,” imbuhnya.
Data Nilai Transaksi, Pergerakan IHSG, dan Net Buy/Net Sell Asing
Transaksi Perdagangan BEI
Nilai Transaksi (Rp Triliun)
Pergerakan IHSG (%)
Net Buy/Net Sell Investor Asing (Rp Miliar)
27/04/20205,340,380-516,22
28/04/20206,240,364-1.103,65
29/04/20206,050,834-401,82
30/04/202010,303,264431,72
04/05/20205,84-2.352-121,59
05/05/20205,390,535-429,95
06/05/20205,35-0,461-289,05
08/5/20205,46-0,25-812,53
Sumber: PT Bursa Efek Indonesia, diolah



JAKARTA, Investor.id – Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) saham senilai Rp 1,1 triliun pada perdagangan hari ini (Senin, 28/4). Namun, mereka memborong sejumlah saham unggulan, di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Investor asing juga mencatatkan pembelian bersih (net buy) pada saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Harga BMRI stagnan, BBNI menguat 0,53%, ICBP naik 1,01%, PWON melonjak 6,51%, dan BNLI terkoreksi 0,81%
Adapun saham-saham yang banyak dilepas asing (net sell) antara lain saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Harga BBRI terkoreksi 2,63%, BBCA terpangkas 2,62%, EMTK melesat 21,21%, ASII menguat 0,81%, dan TLKM naik 0,32%.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini ditutup naik 16,41 poin (0,36%) ke level 4.529,55. Indeks mencapai level tertinggi 4.532,37 dan terendah 4.494,47.
Sebanyak 171 saham naik, 195 saham melemah, dan 148 saham stagnan. Total nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 6,24 triliun. Investor asing mencatatkan transaksi jual bersih (net sell) di semua pasar sebesar Rp 1,1 triliun.
Sumber : Investor Daily
🍇

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) saham pada perdagangan, Jumat (17/4). Berdasar data RTI Business, net sell yang tercatat hingga Rp 552,37 miliar.
Adapun sejak awal tahun,  investor asing sudah mencatatkan net sell mencapai Rp 14,90 triliun.
Pada perdagangan hari Jumat, saham berkapitalisasi besar yang paling banyak dilepas asing adalah PT Astra International Tbk (ASII) hingga Rp 105,2 miliar.
Setelahnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp 82,4 miliar. Disusul PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) sebesar Rp 60,7 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 35,4 miliar, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 31,3 miliar.
Adapun selama sepekan terakhir, kelima saham itu juga tergolong sebagai saham yang paling banyak dilepas asing.  Asal tahu saja, investor asing  juga mencatatkan net sell hingga Rp 2,23 triliun selama seminggu terakhir.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan net sell investor asing dipicu oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan kinerja pada emiten-emiten tahun ini.
"Dilihat dari prospek perusahaannya, tahun ini diprediksi tidak sebaik tahun sebelumnya. Sehingga asing cenderung melepas saham-saham tersebut," kata Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Akan tetapi menurutnya, hal tersebut tergolong wajar karena faktor pemberatnya dari eksternal bukan internal. Adapun untuk jangka panjang, saham-saham berkapitalisasi besar itu dinilai masih menarik. Apalagi harga-harganya sudah terkoreksi cukup dalam.
Sejak awal tahun, kelima emiten itu sudah mengalami penurunan harga saham. Berdasar penelusuran Kontan.co.id, saham SMGR yang terkoreksi paling dalam hingga 46,04% secara year to date (ytd).
Penurunan terdalam setelahnya ada ASII hingga 45,13% ytd. Disusul dengan koreksi saham BMRI hingga 42,93% ytd. Sementara untuk  KLBF dan BBCA mengalami penurunan hingga 26,23%  ytd dan 18,85% ytd.
Di antara kelima emiten itu, Chris menilai SMGR akan menjadi emiten yang paling terpengaruh dari pandemi COVID-19. Pengerjaan konstruksi yang tertunda berakibat pada konsumsi semen ikut lesu.
Adapun sektor perbankan seperti BMRI dan BBCA dinilai juga akan terpengaruh jika virus ini terjadi dalam janga waktu lama. Sebab, pandemi ini berakibat pada lesunya  kondisi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kredit macet.
Chris menambahkan, kabar penemuan obat Covid-19 di Amerika bisa menjadi sentimen positif bagi pasar pekan depan. Sehingga, ada potensi asing bisa kembali masuk ke bursa.

" Ditambah rupiah yang menguat, kita harapkan asing dapat kembali masuk ke pasar lagi," tutupnya.
🍓



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada penutupan perdagangan Rabu (8/4).
Kemarin, IHSG merosot 3,18% dan ditutup di posisi 4.626,70.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, pelemahan indeks kemarin tidak lepas dari pergerakan bursa global yang mayoritas juga melemah. Pelemahan IHSG juga diperkirakan akibat adanya aksi ambil untung atau profit taking.
"Koreksi IHSG juga akibat reaksi atas turunnya cadangan devisa," ujar Herditya, Rabu (8/4). Cadangan devisa nasional pada Maret 2020 sebesar US$ 121 miliar, turun US$ 9,4 miliar dibandingkan posisi di bulan sebelumnya.
Secara teknikal, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani melihat, IHSG hari ini masih rawan terkoreksi. Pasalnya, tekanan jual masih tergolong besar. Aksi jual oleh asing pun masih terus berlanjut.
Kemarin, investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell sejumlah Rp 328,88 miliar di seluruh pasar. Dalam sepekan, dana asing yang menguap dari pasar saham Tanah Air mencapai Rp 1,75 triliun. Bahkan, bila dihitung sejak awal tahun, dana asing yang kabur sudah mencapai Rp 12,13 triliun.
Baik Hendriko maupun Herditya kompak memperkirakan IHSG masih melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari ini, Kamis (9/4). Selain faktor teknikal, pelemahan IHSG juga didorong oleh bursa global yang cenderung melemah. Aksi jual investor asing juga masih masif.
Hendriko menilai, aksi jual ini menandakan investor asing masih ragu dengan prospek investasi di pasar modal Tanah Air. Sebenarnya, wajar kalau asing masih net sell sekali-kali. "Tetapi yang jadi masalah adalah net sell investor asing sangat konsisten akhir-akhir ini," kata dia.
Menurut perhitungan Hendriko, IHSG hari ini akan bergerak melemah. IHSG hari ini akan bergerak di rentang support 4.400-4.500 dan resistance di 4.900-5.000.

Sedangkan Herditya memperkirakan IHSG akan terkoreksi dengan rentang pergerakan 4.550-4.750. Adapun katalis yang akan menentukan pergerakan IHSG hari ini masih seputar penanggulangan penyebaran virus corona (Covid-19) yang terjadi di Indonesia dan negara lain.
🍐
Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. tercatat menjadi yang paling aktif diperdagangkan oleh investor asing pada perdagangan hari ini, Rabu (8/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham emiten bersandi BEST tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diburu oleh investor asing dengan total pembelian bersih saham mencapai sekitar 14,38 juta lembar saham.
Saham berikutnya yang paling diburu oleh investor asing adalah saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan total pembelian saham mencapai sekitar 10,49 juta lembar saham (lihat tabel).
Masing-masing harga saham BEST dan ADRO hari ini berakhir di level Rp120 dan Rp1.065 per lembar saham.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah lebih dari 3 persen pada akhir perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup melemah 3,18 persen atau 151,94 poin ke level 4.62669 pada akhir perdagangan hari ini.
Pada perdagangan Selasa (7/4/2020), IHSG ditutup di level 4.778,64 dengan pelemahan 0,69 persen atau 33,19 poin.
Pelemahan indeks mulai berlanjut pada perdagangan Rabu (8/4) pagi dengan dibuka merosot lebih dari 1 persen. Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak di kisaran 4.583,90-4.780,21.
Seluruh 10 sektor menetap di wilayah negatif pada, dipimpin sektor aneka industri yang melemah 4,23 persen, disusul sektor properti dengan pelemahan 3,83 persen.
Dari 687 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), 76 saham di antaranya melemah, 331 saham menguat, dan 282 saham stagnan.

Berikut adalah 10 saham teraktif yang diperdagangkan oleh investor asing:
SahamVolume (lembar saham)
BEST14.376.200
ADRO10.495.500
BRPT9.316.100
ASII8.378.800
WEGE7.159.800
BHIT6.382.100
RALS5.177.900
BTPS5.071.200
BWPT4.981.200
LPKR3.699.400
Sumber: BEI
🍒

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,61% atau 72,893 poin ke level 4.466,037 pada hari Rabu (1/4).
Penurunan IHSG itu dipicu aksi jual investor. Di pasar reguler, net sell asing sebesar Rp 69,201 miliar dan Rp 69,789 miliar untuk keseluruhan market.
Namun investor asing mencatat pembelian bersih pada sejumlah saham ini. Berikut 10 saham yang diborong asing pada perdagangan Rabu kemarin.
1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 74,5 miliar
2. PT Bank Central Asia (BBCARp 72,9 miliar
3. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 50,5 miliar
4. PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) Rp 13,1 miliar
5. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 7,8 miliar
6. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 6,4 miliar
7. PT Media Nusantara Tbk (MNCN) Rp 4,34 miliar
8. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp 4,33 miliar
9. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) RP 4,3 miliar
10. PT Bank Tabungan  Negara Tbk (BBTN) Rp 3,59 miliar
🍈

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta pelaku pasar dalam negeri tak perlu khawatir dengan kondisi perekonomian saat ini. Hal tersebut diungkapkan Erick untuk menanggapi langkah 12 perusahaan BUMN yang akan melakukan buyback sahamnya.
Aksi korporasi itu dilakukan untuk mengembalikan harga saham yang jatuh akibat aksi jual investor, utamanya investor asing yang khawatir terhadap kondisi perekonomian.
“Ketika asing tidak percaya sama kita, ya kita jalan sendiri, kita punya market yang besar,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Erick mencontohkan, misalnya mengenai penolakan sawit asal RI oleh Uni Eropa. Untuk menghadapi situasi tersebut, pemerintah memutuskan mengolah sawit menjadi Biodiesel 30 persen atau B30.
“Seperti juga kelapa sawit dipermasalahkan kita jadikan B30. Dan terbukti dengan B30 industri kelapa sawit menjadi baik,” kata Erick.
Sebelumnya, Kementerian BUMN telah menginstruksikan beberapa perusahaan plat merah untuk melakukan buyback saham.
Hal itu dilakukan untuk merespon melemahmya Harga Saham Gabungan (IHSG) karena investor asing kabur dari Indonesia. “Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 bumn yg akan buyback nilainya Rp 7 sampai Rp 8 triliun,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian BUMN, Selasa (10/3/2020).
Arya menambahkan, perusahaan plat merah yang akan melakukan buyback sahamnya, yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Wijaya Karya, Adhi Karya, PP, Jasa Marga, Waskita Karya, Antam, Bukit Asam dan Timah.
“Periodenya sudah mulai diserahkan kepada masing-masing perusahaan strateginya,” kata Arya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erick Thohir: Jika Pihak Asing Tak Percaya, Kita Jalan Sendiri"

🍓

JAKARTA sindonews- Wabah virus corona di China berdampak pada ketidakpastian ekonomi global termasuk Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat akibat wabah virus corona, aliran modal asing cabut dari pasar saham Indonesia. Nilainya pun tidak tanggung-tanggung, hingga Rp11 triliun selama sepekan ini!

Jumlah aliran dana keluar tersebut dalam seminggu tidak sebanding dengan aliran modal asing yang masuk sepanjang tahun 2020 berjalan, yaitu Rp400 miliar.

"Aliran modal asing yang masuk dari awal Januari sampai sekarang Rp400 miliar. Tapi karena wanba corona, aliran modal asing keluar dalam seminggu capai Rp11 triliun," terang Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat (7/2/2020).



Menurut dia, dampak virus corona terbilang cukup menekan perekonomian Indonesia. Kekhawatiran investor mengenai virus ini memang sangat besar. Data hari ini, jumlah kematian akibat virus corona telah mencapai 636 orang dengan 31.161 orang terinfeksi. Banyaknya jumlah korbam telah mengganggu sektor ekonomi China dan berimbas kepada negara-negara lainnya di Asia, termasuk Indonesia.

Dampak virus corona ini terasa ke pasar keuangan, termasuk menekan rupiah," jelasnya.

Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengakui penyebaran virus corona di China berdampak pada pasar keuangan Indonesia. Hal ini didorong dengan kekhawatiran global yang terus bergulir sehingga banyak negara yang menarik modalnya dari Indonesia.

"Bank Sentral selalu menjaga pasar, di waktu yang baik maupun buruk. Termasuk sekarang, saat terjadi arus modal ke luar dari dampak virus corona yang mengganggu stabilitas pasar," katanya.

Dia pun melanjutkan BI bertekad mempertahankan nilai rupiah akibat keluarnya arus modal asing tersebut. Cara BI menstabilkan pasar keuangan dengan membeli surat utang pemerintah sebesar Rp25 triliun.

"BI juga menstabilisasi surat utang pemerintah. Anda tahu berapa banyak bonds yang telah kita beli dari pemerintah dengan arus modal keluar tahun ini? Angkanya mendekati Rp25 triliun," jelasnya.
🍉

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 0,21% ke level 6.319,443 pada Kamis (26/12). Investor asing mencatatkan beli bersih atawa net buy sebanyak Rp 643,90 miliar. Apabila dihitung dalam sebulan terakhir, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 6,91 triliun di seluruh pasar.
Beberapa saham yang dibeli oleh investor asing dalam sebulan terakhir seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 2,75 triliun, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) sebesar Rp 2,47 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak Rp 1,5 triliun, dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) mencapai Rp 1,26 triliun.
Selain itu investor asing juga mengincar saham meliputi PT MNC Land Tbk (KPIG), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN), serta PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai aksi beli bersih ini masih didukung adanya window dressing di akhir tahun. Saham dari sektor perbankan menjadi salah satu yang paling diburu oleh investor asing, meliputi BBRIBMRIBBCA, dan BTPS.
Cathy menjelaskan investor banyak mengakumulasi saham sektor perbankan lantaran diyakini bakal menutup buku dengan performa yang baik sehingga dapat mendorong harga. Dalam lima tahun terakhir, sambungnya, harga saham-saham perbankan memang meningkat pada akhir tahun serta menjelang tutup buku.
Ke depannya, dia menilai saham sektor perbankan masih cukup baik seiring dengan upaya perbankan dalam memulai fokus digitalisasi. Selain itu sektor perbankan juga terus untuk mengucurkan pendanaan segmen usaha kecil menengah walau masih dibayangi oleh aturan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang dapat berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal dan laba.
Dia merekomendasikan investor untuk hold saham BBRI dengan target harga Rp 4.400 per saham. Dalam penutupan perdagangan Kamis (26/12), saham BBRI ditutup melemah 0,90% ke level Rp 4.410 per saham. Cathy menyarankan investor untuk membeli saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 9.800 per saham.
Tak hanya sektor perbankan, sejumlah saham properti juga menjadi buruan investor asing misalnya saja KPIGCTRA, dan URBN. Meski begitu, Cathy mengatakan sektor properti pada September 2019 masih mencatatkan perlambatan dengan rata-rata marketing sales yang melemah 14,48% dari tahun lalu, atau 55,47% dari target MNC Sekuritas pada 2019. “Kami menilai pelemahan sektor properti saat ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti adanya pemilihan presiden pada semester I 2019,” kata Cathy, Kamis (26/12).
Selanjutnya kondisi ekonomi global juga menjadi faktor pelemahan sektor properti, hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA pada kuartal ketiga 2019 hanya bertumbuh 8,13% secara tahunan.
Menurut Cathy, pertumbuhan properti semester pertama tahun depan akan menjadi parameter dari pertumbuhan pada 2020. Pertumbuhan sektor ini akan dipengaruhi oleh adanya implementasi dari PSAK 72 tentang pengakuan pendapatan, yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap developer high-rise di tengah relaksasi LTV oleh BI sebesar 5%.
Untuk investor yang ingin mengakumulasi saham sektor properti, Cathy merekomendasikan investor untuk buy saham CTRA dengan target harga Rp 1.275 per saham dan beli saham BSDE dengan target harga Rp 1.410 per saham.
Sementara itu, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai salah satu faktor masuknya investor asing lantaran pasar merespons positif kesepakatan dagang antara AS dan China.

Selain sektor perbankan, salah satu saham dari sektor industri barang konsumsi yakni INDF juga banyak diburu investor asing. Menurut Hans, sektor industri barang konsumsi ini masih menarik untuk diakumulasi ke depannya. Sedangkan untuk saham PGAS, secara fundamental kinerja PGAS masih cukup baik, hanya saja beberapa bulan lalu saham PGAS tertekan lantaran harga gas industri batal naik. Pada penutupan perdagangan Kamis (26/12) saham PGAS ditutup menguat 0,92% ke level Rp 2.190.


🍅
Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. tercatat menjadi yang paling aktif diperdagangkan oleh investor asing pada perdagangan Jumat (29/11/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham emiten bersandi TLKM tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diburu oleh investor asing dengan total pembelian saham mencapai sekitar 15,88 juta lembar saham.
Saham berikutnya yang paling diburu oleh investor asing adalah saham PT Sentul City Tbk. (BKSL) dengan total pembelian saham mencapai sekitar 13,83 juta lembar saham (lihat tabel).
Masing-masing harga saham TLKM dan BKSL hari ini berakhir di level Rp3.930 dan Rp78 per lembar saham.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari koreksi selama enam hari perdagangan berturut-turut belakangan. Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup menanjak 0,99 persen atau 58,77 poin di level 6.011,83.
Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin infrastruktur (+2,28 persen) dan finansial (+1,53 persen). Satu-satunya sektor yang berakhir di zona merah adalah tambang (-1,73 persen).
Dari 664 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 209 saham menguat, 194 saham melemah, dan 261 saham stagnan.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing naik 2,88 persen dan 2,95 persen menjadi pendorong utama kenaikan tajam IHSG pada akhir perdagangan.
Meski demikian, aksi jual bersih oleh investor asing masih berlanjut pada perdagangan hari ini. Berdasarkan data BEI, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp219,02 miliar.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp7,21 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 10,67 miliar lembar saham.
Berikut adalah 10 saham teraktif yang diperdagangkan oleh investor asing:
Saham
Volume (lembar saham)
TLKM
15.883.289
BKSL
13.838.900
PPRO
11.089.100
CTRA
10.547.500
EXCL
9.978.200
PNLF
6.865.900
MAPI
4.454.600
TOWR
4.390.100
BMRI
3.451.632
BNLI
3.270.400

Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍉


JAKARTA, investor.id — Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (29/11) ditutup naik 58,77 poin (0,98%) ke level 6.011,8. Level tertinggi indeks mencapai 6.015,6, sedangkan terendah 5.939,4. Sebanyak 209 saham harganya naik, 194 saham turun, dan 137 saham stagnan. Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 7,22 triliun. Investor asing mencatat transaksi jual bersih (net sell) di semua pasar sebesar Rp 219 miliar. Meski demikian, berdasarkan data dari RTI, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) pada beberapa saham, yaitu saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau Telkom (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA). Harga TLKM naik 2,88%, EXCL terangkat 3,41%, PZZA meningkat 2,2%, BMRI melonjak 2,95%, dan SMMA melejit 3,17%. Sementara itu, saham-saham yang banyak dilepas asing (net sell) adalah saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Namun, harga ASII naik 1,56%, BBRI meningkat 0,99%, SQMI terangkat 14,05%, UNVR stagnan, dan BBNI melonjak 1,35%. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "IHSG Balik ke Zona 6.000, Asing Borong Saham Telkom dan XL"
Penulis: Nabil Al Faruq
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/ihsg-balik-ke-zona-6000-asing-borong-saham-telkom-dan-xl



🍉

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual bersih oleh investor asing berlanjut pada perdagangan Selasa (12/11/2019) meskipun IHSG berhasil bangkit dari pelemahannya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp508,97 miliar, net sell hari perdagangan keenam berturut-turut sejak 5 November (lihat tabel).
Pada Selasa (12/11), investor asing mencatat aksi beli sebesar 637,39 juta lembar saham senilai Rp1,68 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 728,32 juta lembar saham senilai Rp2,19 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp7,45 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 10,51 miliar lembar saham.
Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari pelemahannya dan mencatat kenaikan pada akhir perdagangan hari ini, di tengah rebound pasar saham global.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup menguat 0,52 persen atau 32,25 poin di level 6.180,99 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (11/11), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.148,74 dengan pelemahan 0,47 persen atau 29,25 poin.
Sebelum rebound, indeks sempat melanjutkan pelemahannya dengan dibuka terkoreksi 0,22 persen atau 13,25 poin di posisi 6.135,49 pada Selasa (12/11) pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.133,53 – 6.180,99.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin infrastruktur (+1,63 persen) dan aneka industri (+1,55 persen). Adapun sektor finansial dan pertanian masing-masing turun 0,25 persen dan 0,11 persen.
Dari 660 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 201 saham menguat, 178 saham melemah, dan 281 saham stagnan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing naik 3,43 persen dan 1,95 persen menjadi pendongkrak utama rebound IHSG.
Ringkasan perdagangan saham oleh investor asing
Tanggal
Total
Keterangan
12 November
Rp508,97 miliar
Net sell
11 November
Rp524,76 miliar
Net sell
8 November
Rp988,92 miliar
Net sell
7 November
Rp1,36 triliun
Net sell
6 November
Rp401,78 miliar
Net sell
5 November
Rp56,23 miliar
Net sell
4 November
Rp240,33 miliar
Net buy
1 November
Rp215,3 miliar
Net sell
31 Oktober
Rp599,6 miliar
Net sell
30 Oktober
Rp68,45 miliar
Net sell

Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍒

Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing mencatatkan aksi beli bersih pada perdagangan Senin (4/11/2019), meskipun IHSG masih melanjutkan pelemahannya untuk hari ketiga.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp240,33miliar, mengakhiri rangkaian net sell lima hari berturut-turut (lihat tabel).
Investor asing mencatat aksi beli sebesar 1,4 miliar lembar saham senilai Rp2,44 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 1,4 miliar lembar saham senilai Rp2,22 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp8,01 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 14,29 miliar lembar saham.
Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,43 persen atau 26,85 poin ke level 6.180,34 pada akhir perdagangan hari ini, setelah sempat bangkit dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,19 persen atau 11,94 poin di posisi 6.219,13.
Pada perdagangan Jumat (1/11), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.207,19 dengan pelemahan 0,34 persen atau 21,13 poin, koreksi hari kedua berturut-turut.
Sepanjang hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.180,34-6.242,08.
Lima dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor properti (-1,81 persen) dan barang konsumer (-1,48 persen). Empat sektor lainnya mampu parkir di zona hijau, dipimpin pertanian yang menguat 1,77 persen.
Sebanyak 202 saham menguat, 227 saham melemah, dan 230 saham stagnan dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) yang masing-masing turun 0,79 persen dan 25 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.
Ringkasan perdagangan saham oleh investor asing
Tanggal
Total
Keterangan
4 November
Rp240,33 miliar
Net buy
1 November
Rp215,3 miliar
Net sell
31 Oktober
Rp599,6 miliar
Net sell
30 Oktober
Rp68,45 miliar
Net sell
29 Oktober
Rp534,67 miliar
Net sell
28 Oktober
Rp315,13 miliar
Net sell
25 Oktober
Rp52,02 miliar
Net buy
24 Oktober
Rp604,43 miliar
Net buy
23 Oktober
Rp231,73 miliar
Net sell
22 Oktober
Rp40,92 miliar
Net sell
Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍈


Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih pada perdagangan Jumat (1/11/2019). IHSG pun memperpanjang pelemahannya untuk hari kedua.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp215,3 miliar, net sell hari kelima berturut-turut (lihat tabel).
Pada Jumat (1/11), investor asing mencatat aksi beli sebesar 1,27 miliar lembar saham senilai Rp2,52 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 1,55 miliar lembar saham senilai Rp2,74 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp9,11 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 18,55 miliar lembar saham.
Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan hari kedua berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,34 persen atau 21,13 poin di level 6.207,19 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (31/10), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.228,32 dengan koreksi tajam 1,07 persen atau 67,43 poin.
Pelemahan indeks mulai berlanjut ketika dibuka turun tipis 0,04 persen atau 2,5 poin di posisi 6.225,81 pada Jumat (1/11) pagi.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin aneka industri (-1,87 persen) dan tambang (-1,80 persen). Adapun sektor industri dasar dan finansial masing-masing naik 1,35 persen dan 0,33 persen.
Dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 135 saham menguat, 299 saham melemah, dan 225 saham stagnan.
Saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 12,32 persen dan 2,16 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.193,89 – 6.228,41. Level penutupan yang dibukukan pada perdagangan Jumat (1/11) adalah yang terendah sejak 21 Oktober. Adapun sepanjang pekan ini IHSG tercatat turun 0,7 persen.
Ringkasan perdagangan saham oleh investor asing
Tanggal
Total
Keterangan
1 November
Rp215,3 miliar
Net sell
31 Oktober
Rp599,6 miliar
Net sell
30 Oktober
Rp68,45 miliar
Net sell
29 Oktober
Rp534,67 miliar
Net sell
28 Oktober
Rp315,13 miliar
Net sell
25 Oktober
Rp52,02 miliar
Net buy
24 Oktober
Rp604,43 miliar
Net buy
23 Oktober
Rp231,73 miliar
Net sell
22 Oktober
Rp40,92 miliar
Net sell
21 Oktober
Rp58,09 miliar
Net sell

Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍑

Jakarta, Beritasatu.com  – Selama sepekan ini periode 30 September - 4 Oktober 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkurang 135 poin (2,19 persen) menjadi 6.061,252 dari 6.196,889 pada pekan sebelumnya.
"Sejalan dengan itu, kapitalisasi pasar bursa ambles Rp 157 triliun (2,20 persen) menjadi Rp 6.966,669 triliun dari Rp 7.123,480 triliun pada penutupan minggu lalu," demikian data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Beritasatu.com, Sabtu (5/10/2019).
Sementara nilai transaksi BEI meningkat sebesar 3,09 persen menjadi Rp 7,991 triliun dari Rp 7,751 triliun pada penutupan pekan lalu. Volume transaksi naik 4,08 persen mencapai 14,634 miliar unit saham dari 14,060 miliar unit saham selama sepekan sebelumnya.
Frekuensi juga bertumbuh sebesar 14,55 persen mencapai 491.470 kali transaksi dari 429.031 kali transaksi pada penutupan pekan lalu.
Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp 51,797 triliun dan investor asing pada Jumat (4/10/2019) mencatatkan beli bersih sebesar Rp 474,80 miliar.


Sumber: BeritaSatu.com
🍇

JAKARTA okezone- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini mengalami penurunan sebesar 0,55% pada posisi 6.196,889 dari 6.231,473 pada pekan sebelumnya.
Melansir data BEI, Jumat (27/9/2019), untuk nilai kapitalisasi pasar selama sepekan juga turut berubah sebesar 0,44% menjadi Rp7.123,480 triliun dari Rp7.155,310 pada penutupan minggu lalu.
Data rata-rata nilai transaksi harian juga mengalami perubahan sebesar 12,02% menjadi Rp7,751 triliun dari Rp8,810 triliun pada pekan sebelumnya. Kemudian data rata-rata volume transaksi harian BEI mencatatkan perubahan sebesar 2,18% menjadi 14,060 miliar unit saham dari 14,374 miliar unit saham di pekan sebelumnya.
Lalu untuk data rata-rata frekuensi transaksi BEI selama sepekan ini mengalami perubahan sebesar 18,88% menjadi 429,031 ribu kali transaksi dari 528,906 ribu kali transaksi selama sepekan sebelumnya.
Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp52,001.9 triliun dan investor asing pada hari ini mencatatkan jual bersih sebesar Rp338,59 miliar.
(fbn)
🍑

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data RTI, sepanjang tahun ini (Year to Date) hingga Rabu (25/9), investor asing mencatatkan aksi jual di pasar reguler dengan nilai bersih Rp 16,11 triliun.
Sementara itu, selama lima tahun ke belakang, asing mencatatkan aksi jual dengan nilai bersih Rp 84,47 triliun. 
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilanus Nico Demus mengatakan, sejak pertengahan Juli 2019, terjadi peningkatan aksi jual oleh investor asing di pasar saham Tanah Air. 
Hal ini disebabkan oleh pelaku pasar yang pesimis bahwa kesepakatan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan tercapai.  "Tidak hanya itu, potensi resesi AS yang kian nyata, membuat para pelaku pasar khawatir," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (25/9).
Terlebih lagi, sentimen-sentimen eksternal yang bersifat negatif juga muncul belakangan ini.
Sebut saja masalah geopolitik Arab Saudi, isu Presiden AS Donald Trump yang akan dimakzulkan, hingga data purchasing managers index (PMI) Eropa yang semakin turun sehingga mengonfirmasi bahwa ekonomi Eropa sedang terkontraksi.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia sejak awal  2019 tergolong cukup tinggi.
Serupa dengan Nico, menurut dia, penyebabnya adalah kekhawatiran investor terhadap adanya resesi dan perlambatan ekonomi global. "Ditambah lagi, kondisi politik di Indonesia yang panas tahun ini," ucap Chris. 
Meskipun begitu, Nico mengatakan tidak semua dana asing keluar dari Indonesia, sebab ada sebagian dana yang berpindah dari pasar saham ke obligasi.
"Sehingga porsi kepemilikan obligasi saat ini sedang bertambah. Jadi, kalau dikatakan keluar sepenuhnya, tidak juga," kata dia.
Berdasarkan data RTI, sepanjang tahun ini, investor asing yang masih mencatatkan aksi beli dengan nilai bersih Rp 47,61 triliun di semua pasar.
Menurut dia, dana asing yang hanya keluar sebagian dari pasar saham didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang masih tergolong baik.

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi oleh konsumsi domestik. Nico pun memprediksi kondisi seperti ini masih bisa bertahan hingga akhir tahun.
Oleh karena itu, untuk lebih menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, ia berharap kepada pemerintah untuk terus mendorong dana asing masuk ke sektor riil. "Ini penting.
Tatkala ekonomi global sedang goyang, sektor riil akan menjaga nilai investasi yang ada," ucap dia. 
Menurut Nico, dana asing masih akan terus keluar selama ketidakpastian masih tinggi dan akan masuk kembali secara masif setelah situasi dan kondisi kondusif dan lebih pasti.
Sementara Chris berpendapat, pelantikan presiden dan wakil presiden dapat menjadi  momen yang tepat untuk asing dapat kembali masuk.
Pasalnya, ketegangan politik akan berkurang seiring selesainya seluruh proses pemilihan umum dan penetapan beberapa rancangan undang-undang (RUU) yang belakangan menjadi polemik di masyarakat.
🍉

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual bersih oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ini, Selasa (24/9/2019), saat IHSG melemah lebih dari 1 persen.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai sekitar Rp773,17 miliar, net sell hari perdagangan ke-9 berturut-turut (lihat tabel).
Investor asing mencatat aksi beli sebesar 917,53 juta lembar saham senilai Rp1,97 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 930,11 juta lembar saham senilai sekitar Rp2,74 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp7,87 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 11,62 miliar lembar saham.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir merosot lebih dari satu persen, sekaligus melanjutkan rangkaian pelemahan di hari keempat berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 1,11 persen atau 68,59 poin ke level 6.137,61, setelah dibuka turun 0,28 persen atau 17,43 poin di level 6.188,77.
Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 6.115,95-6.194,59. Adapun pada perdagangan Senin (23/9), IHSG ditutup melemah 0,21 persen atau 13 poin ke level 6.231,47.
Seluruh sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin oleh sektor tambang yang merosot 1,99 persen, disusul sektor aneka industri yang melemah 1,72 persen.
Dari 655 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 102 saham menguat, 327 saham melemah, dan 226 saham stagnan.

Ringkasan perdagangan saham oleh investor asing
Tanggal
Total
Keterangan
24 September
Rp773,17 miliar
Net sell
23 September
Rp185,64 miliar
Net sell
20 September
Rp833,82 miliar
Net sell
19 September
Rp596,51 miliar
Net sell
18 September
Rp338,06 miliar
Net sell
17 September
Rp585,67 miliar
Net sell
16 September
Rp558,91 miliar
Net sell
13 September
Rp135,13 miliar
Net sell
12 September
Rp494,15 miliar
Net sell
11 September
Rp237,89 miliar
Net buy
Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍑

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi global semakin menggema. Perlambatan perekonomian di sejumlah negara di dunia turut menyeret dan menjadi potensi risiko yang semakin besar bagi perekonomian Indonesia. 
Dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Kamis (5/9), bertajuk Global Economic Risks and Implications for Indonesia, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus menurun di tengah perlambatan ekonomi global. 
“Pertumbuhan PDB Indonesia akan berlanjut menurun akibat lemahnya produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja yang melambat,” terang Bank Dunia.
Selain itu, menurunnya harga komoditas dunia juga akan semakin menekan perekonomian Indonesia. 
Bank Dunia menggambarkan, setiap 1 poin persentase (percentage point) penurunan ekonomi China, berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 percentage point
Pada resesi 2009, misalnya, pertumbuhan ekonomi global turun hingga 6,2% dari tahun 2007, disertai dengan harga komoditas yang jatuh. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat 1,7%. 
Perlambatan ekonomi global, ditambah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut, potensi resesi ekonomi AS, juga pelemahan ekonomi Eropa dan China, dipandang Bank Dunia bakal memicu arus keluar modal (capital outflow) yang lebih besar. 
“Ini dapat menyebabkan suku bunga acuan Indonesia kembali meningkat dan rupiah terdepresiasi lebih dalam,” lanjutnya. 
Capital outflow tersebut semakin berbahaya lantaran sampai saat ini Indonesia masih mengalami defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Kuartal II-2019 lalu, CAD Indonesia mencapai US$ 8,4 miliar atau 3% dari PDB. Defisit ini naik dari US$ 7 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal pertama.
Bank Dunia memproyeksi, CAD Indonesia di akhir 2019 sebesar US$ 33 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 31 miliar. Tambah lagi, pertumbuhan FDI Indonesia juga lesu. Tahun ini, Bank Dunia perkirakan FDI Indonesia hanya US$ 22 miliar.
Dengan kondisi ini, Bank Dunia memperkirakan dibutuhkan setidaknya US$ 16 miliar per tahun inflow pembiayaan eksternal untuk menutup gap defisit tersebut. 
“Pembiayaan eksternal yang dibutuhkan bisa lebih banyak jika capital outflow yang diprediksi benar-benar terjadi,” terang Bank Dunia.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin tertekan sepanjang tahun ini di tengah perlambatan ekonomi global. 
Selain risiko perekonomian dan geopolitik global yang makin tinggi, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh lemahnya produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja yang melambat.
Di samping itu, Bank Dunia menilai, pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh upaya penurunan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). 
Bank Dunia memandang, penurunan CAD bukan solusi utama untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. “Solusinya adalah meningkatkan foreign direct investment (FDI),” terang Bank Dunia dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Kamis (5/9).
Bank Dunia menyebut, penurunan CAD sama dengan penurunan pertumbuhan PDB. Secara teori, neraca transaksi berjalan merupakan tabungan (savings) dikurangi investasi (investment)
Untuk mengurangi CAD, Indonesia membutuhkan kombinasi tingkat tabungan yang lebih tinggi dan investasi yang lebih rendah.
Tingkat tabungan yang lebih tinggi artinya masyarakat lebih sedikit melakukan konsumsi. Sementara, investasi yang lebih rendah berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi baik untuk saat ini maupun di masa depan. 
Pada dasarnya, Bank Dunia mengatakan, mengimpor modal untuk membiayai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi bukanlah masalah. 
“Yang menjadi masalah adalah Indonesia membiayai CAD dengan arus modal yang volatile dari investor portofolio,” terang Bank Dunia. 
Seharusnya, pengurangan CAD dipacu oleh arus masuk modal yang lebih stabil seperti FDI yang berorientasi ekspor. Selain tidak mudah keluar dan masuk layaknya investasi portofolio, FDI juga menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 
Sayang, sampai saat ini arus masuk FDI ke Indonesia kecil.
Dalam lima tahun terakhir, Bank Dunia mencatat, rata-rata arus masuk FDI ke Indonesia hanya 1,9% terhadap PDB. Level ini jauh di bawah Kamboja yang 11,8% dari PDB, Vietnam 5,9%, Malaysia 3,5%, dan Thailand 2,6% terhadap PDB.
DETIK: Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan meskipun ekonomi global belum masuk ke resesi, namun sudah menunjukkan perlambatan atau sudah lampu kuning.

Menurut dia perlambatan ekonomi global ini harus diantisipasi lebih dini. Agar perekonomian tak terus memburuk dan benar-benar menuju resesi.

"Apalagi sudah ada negara yang dinyatakan secara resmi mengalami resesi," kata Piter saat dihubungi, Kamis (5/9/2019).

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan saat ini memang beberapa negara sudah menunjukkan perlambatan ekonomi yang ekstrim bahkan negatif.

"Sebut saja Argentina, Turki, Venezuela dan Brazil. Kemudian beberapa negara di Asia seperti China, Singapura, India, Thailand dan Malaysia juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi karena efek negatif dari trade war," kata Ryan.

Kemudian, sejumlah lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, ADB, OECD dan ECB juga sudah meramal jika pertumbuhan ekonomi global tahun ini juga akan melemah dan peluang rebound tahun 2020 masih berat karena efek trade war dan Brexit hingga geopolitik seperti demo di Hong-Kong dan tensi AS - Korea Utara masih panas.

Menurut dia, memang untuk beberapa negara seperti Turki dan Argentina mungkin sudah masuk ke zona resesi ekonomi. Untuk AS sendiri, probabilitas resesi ekonomi masih 25% karena dari 12 indikator makro ekonominya yang paling utama baru 2 indikator yang merah, 4 kuning dan 6 hijau.

"Merah artinya indikasi resesi, kuning waspada dan hijau masih ok. Jadi resesi di AS menggunakan 12 variabel makroekonomi, bukan parameter umum yg dianut di negara2 lainnya yaitu jika pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif dalam dua kuartal berturut-turut," imbuh dia.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, Indonesia masih cukup aman dari ancaman resesi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih bisa terjaga di kisaran 5% dan ditopang oleh pasar domestik yang cukup kuat.

"Tantangan untuk Indonesia sesungguhnya bukan menghindari resesi, tapi bagaimana memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Jauh lebih dari 5%" ujar Piter saat dihubungi detikcom, Kamis (5/9/2019).

Menurut Piter, meskipun global mengalami perlambatan namun Indonesia masih bisa memacu ekonomi agar bisa tumbuh lebih tinggi. Karena itu dibutuhkan koordinasi khususnya pemerintah dan BI untuk menstimulus perekonomian dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar serta didukung oleh kebijakan sektor riil yang lebih kondusif.

Dari sisi pemerintah, dibutuhkan kebijakan belanja yang lebih ekspansif diikuti dengan pelonggaran pajak. Kemudian dari sisi BI diperlukan kebijakan moneter yang lebih longgar atau bahkan lebih ekspansif.

"Di kebijakan sektor riil, diperlukan berbagai perbaikan regulasi yang benar-benar kondusif bagi investasi," jelas dia.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan, Indonesia masih jauh dari krisis karena pertumbuhan ekonomi kuartalannya masih tumbuh positif.

Dia menyebut jika ekonomi minus dalam dua kuartal berturut-turut itulah krisis. Dia meyakini, jika pemerintah beserta otoritas keuangan sudah memiliki resep antisipasi, tinggal implementasinya harus cepat dan nyata.

"Tapi tetap perlu waspada mencermati dinamika eksternal, agar bisa sedia payung sebelum hujan sehingga tidak kebasahan," jelas dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2019 tercatat 5,06%.
Peneliti CSIS Fajar B Hirawan menjelaskan mengungkapkan, memang ada penurunan kinerja produk domestik bruto (PDB) di dunia.

"Dalam kasus Indonesia, kita harus tetap waspada, sinyal itu sudah mulai terlihat ketika kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi kita lebih rendah yakni 5,05% dibandingkan kuartal I 5,07%," kata Fajar saat dihubungi, Kamis (5/9/2019).

Menurut dia, beberapa faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang strategis Indonesia seperti Amerika Serikat (AS) dan China, akibat perang dagang dan kebijakan ekonomi yang populis. Jika diasumsikan Indonesia tidak mampu mengutak-atik faktor eksternal ini, selain melakukan antisipasi negara tujuan ekspor, maka yang bisa dikelola adalah internalnya.

Fajar mengatakan, dari sisi internal, resesi ekonomi dapat terjadi karena indikator yang kurang baik seperti konsumsi rumah tangga yang turun, investasi dan produksi yang rendah. Hal ini harus terus dijaga kinerjanya oleh pemerintah. Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga.

Jurus paling jitu yang harus dilakukan pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat atau menjaga tingkat inflasi agar kinerja konsumsi rumah tangga tidak menurun.

"Wacana kenaikan harga seperti iuran BPJS dan listrik secara otomatis akan memengaruhi daya beli masyarakat, sehingga pemerintah tampaknya perlu mengantisipasi hal ini ke depannya," imbuh dia.

Selain itu untuk investasi dan produksi masih belum diimbangi dengan proses perizinan investasi yang pas. Masih banyak kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang kurang sinkron dan ditakutkan menjadi penghambat untuk pencapaian target investasi.

Menurut Fajar, Indonesia saat ini membutuhkan investasi yang sangat besar untuk membangun industri berbasis bahan baku lokal dan berorientasi ekspor. Karena itu diharapkan hambatan yang ganggu iklim investasi bisa dikurangi.

"Segala bentuk insentif fiskal yang dijanjikan pemerintah harus benar-benar direalisasikan sebagai bentuk komitmen agar investasi di seluruh Indonesia semakin banyak," jelas dia.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan pemerintah juga harus mendorong ekspor melalui produk manufaktur unggulan seperti alas kaki, perlengkapan otomotif, metal dan bahan dari kulit dan kayu ke negara tradisional maupun non tradisional.

Pemerintah bisa memperkuat program CEPA dengan negara-negara tertentu sebagai strategic buyers. Indonesia juga harus aktif dalam berbagai kegiatan internasional agar produk makin dikenal di pasar internasional.

"Selain itu juga pemerintah harus mendorong UMKM melalui policy yang pro pertumbuhan UMKM sebagai penyangga atau bumper perekonomian di saat mengalami pelemahan," imbuh dia.

Ryan menambahkan, juga harus ada insentif fiskal ke industri manufaktur tertentu yang padat modal dan padat karya. Kemudian, mempercepat belanja pemerintah pusat dan daerah sebagai pengungkit perekonomian.

"Koordinasi yang lebih baik dan proaktif dari semua K/L, BKPM, BI dan OJK untuk memformulasikan kebijakan yang integrated dan relaktatif (sebagai) sehingga menarik bagi investor dan pelaku usaha," ujarnya.
🍒

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah tajam pada perdagangan Rabu (14/8/2019) karena kekhawatiran resesi mencengkeram pasar menyusul inversi kurva imbal hasil Treasury AS untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 800,49 poin atau 3,05 persen, ke level 25.479,42, sedangkan indeks S&P 500 melemah 85,72 poin atau 2,93 persen, ke 2.840,6, dan Nasdaq Composite turun 242,42 poin atau 3,02 persen ke level 7.773,94.
Dow Jones mencatat penurunan harian terbesar sejak Oktober setelah yield obligasi Treasury AS bertenor 2 tahun melampaui yield obligasi 10 tahun, yang dianggap sebagai sinyal resesi.
Sentimen negatif bertambah dari data ekonomi China dan Jerman yang tertekan perang perdagangan AS-China yang semakin sengit, ketidakjelasan Brexit, dan ketegangan geopolitik.
Jerman mencatat kontraksi dalam produk domestik bruto kuartal kedua, sedangkan pertumbuhan industri China pada bulan Juli mencapai level terendah dalam 17 tahun terakhir.
"Itu semua negatif hari ini. Kita sedang di luar musim laporan kinerja emiten dan pasar sedang dihadang oleh berita negatif," kata Chuck Carlson, chief executive officerHorizon Investment Services, seperti dikutip Reuters.
"Ini adalah reaksi pasar yang besar dan mungkin akan terus berlanjut. Saya kira ini akan berlanjut hingga setelah Hari Buruh,” tambah Carlson.
Berbaliknya kurva imbal hasil ini merupakan yang pertama kalinya sejak Juni 2007, beberapa bulan sebelum resesi besar yang menekan pasar selamabertahun-tahun. Sejak 50 tahun terakhir, kurva imbal hasil obligasi AS selalu berbalik sebelum terjadinya resesi.
"Mungkin kali ini berbeda, bahkan jika ini merupakan pertanda resesi yang akurat, bukan berarti ini akan terjadi besok," tambahnya.
Lebih dari 300 saham pada indeks S&P 500 melemah 10 persen atau lebih dari level tertinggnya dalam satu tahun terakhir, menurut data Refinitiv, bahkan 180 saham di antaranya telah jatuh lebih dari 20 persen.
Seluruh 11 sektor utama indeks S&P 500 ditutup di wilayah negatif, dengan sektor energi, finansial, bahan baku, barang konsumsi, dan layanan komunikasi semuanya turun 3 persen lebih.
🍉
JAKARTA, iNews.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (13/8/2019). Indeks berakhir turun 40 poin atau 0,63 persen ke 6.210.
Mengutip data RTI, dari 545 saham yang diperdagangkan, sebanyak 152 menguat, 260 melemah, dan 133 stagnan. Frekuensi perdagangan tercatat 459.371 kali dengan 16,05 miliar lembar saham diperjualbelikan dan nilai transaksi mencapai Rp8,45 triliun.
Dari sembilan sektor penggerak IHSG, tujuh sektor turun dan dua sektor naik. Sektor industri dasar menjadi pemberat laju indeks setelah anjlok 2,3 persen sementara sektor perkebunan menahan IHSG turun lebih dalam setelah menguat 3 persen.
Sejumlah saham yang masuk dalam daftar top losers antara lain:
- PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun Rp700 (1,56 persen) ke Rp44.275
- PT United Tractors Tbk (UNTR) turun Rp475 (2,19 persen) ke Rp21.225
- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) turun Rp400 (3,13 persen) ke Rp12.400
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun Rp50 (0,68 persen) ke Rp7.350
- PT Astra International Tbk (ASII) turun Rp75 (1,11 persen) ke Rp6.675
Sementara sejumlah saham yang masuk dalam top gainers antara lain:
- PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp450 (4,24 persen) ke Rp11.075
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik Rp100 (3,09 persen) ke Rp3.340
- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) naik Rp50 (2,27 persen) ke Rp2.250
- PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) naik Rp100 (4,81 persen) ke Rp2.180
- PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik Rp70 (5,98 persen) ke Rp1.240
Investor asing mencatat jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp689 miliar. Sementara di seluruh pasar, termasuk pasar tunai dan negosiasi, asing mencatat net sell Rp1,03 triliun.
Pelemahan IHSG terjadi di tengah bursa Asia yang merah. Indeks Nikkei 225 turun 1,11 persen. Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dan Indeks Shanghai Komposit China masing-masing melemah 2,1 persen dan 0,63 persen.

Editor : Rahmat Fiansyah
JAKARTA, Investor.id – Pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak menyurutkan kenaikan harga beberapa saham ini. Bahkan, saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) berhasil ditutup hingga auto reject atas.
Saham ARTO naik Rp 54 (24,32% menjadi Rp 276. Sedangkan beberapa saham lainnya yang naik terdiri atas saham PT Eastparc Hotel Tb (EAST) menguat Rp 39 (23,64%) menjadi Rp 204, saham PT Charnic Capital Tbk (NICK) naik Rp 48 (17,65%) menjadi Rp 320, saham PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) naik Rp 60 (15%) menjadi Rp 460.
Indeks harga saham gabungan (IHSG)  pada perdagangan Selasa (13/8) kembali ditutup melemah 39.633 poin (0.634%) ke level 6.210,9. sebanyak 152 saham mnaik, 260 saham turun dan 133 saham stagnan. Total nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 8,3 triliun. Investor asing mencatatkan transaksi jual bersih (net sell) di semua pasar sebesar Rp 1,03 triliun.

Berdasarkan data RTI, asing tetap membukukan transaksi beli bersih (net buy) pada beberapa saham, yakni saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Wijaya Karya (Persro) Tbk (WIKA). Harga saham TLKM turun tipis 0.47%, SMMA berada pada posisi stagnan, CTRA naik tipis 1.27%, SSIA berada pada posisi stagnan, WIKA naik 1.82%.
🍈
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melonjak lebih dari 1% pada perdagangan kemarin setelah bank sentral China mengambi langkah untuk stabilisasi yuan. Selasa (6/8), Dow Jones Industrial Average menguat 1,21% ke 26.029,52. 
Indeks S&P 500 menguat 1,30% ke 2.881,77. Indeks Nasdaq melambung hingga 1,39% ke 7.833,27.
Intervensi China terjadi setelah Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) menyebut China sebagai manipulator mata uang karena membiar yuan melemah ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun pada awal pekan ini.
"Ada sinyal dari China akan akan menjaga yuan stabil dan menguat. Hal ini juga mengindikasikan bagaimana sesuatu bisa berubah sangat cepat. Inilah yang dirasakan pasar dan tetap menjadi salah satu alasan kekhawatiran," kata Quincy Krosby, chief market strategist Prudential Financial kepada Reuters.
Kenaikan pasar saham ini terjadi setelah Senin lalu terjadi penurunan harian terbesar tahun ini akibat pelemahan kurs yuan. Langkah China untuk sedikit menguatkan nilai tukar yuan serta komentar penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow yang menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump berencana mengundang delegasi China untuk berbicara pada September mendatang, sedikit meredam kekhawatiran eskalasi perang dagang.

Pada perdagangan kemarin, kurs USD/CNY menguat 0,44% masih di level 7,02. Sedangkan pagi ini yuan offshore masih melemah tipis 0,31% ke 7,06.
🍉


Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ini, Senin (29/7/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp280,29 miliar, sekaligus reli net sell hari ke-9 berturut-turut (lihat tabel).
Investor asing membukukan aksi beli sekitar 582,22 juta lembar saham senilai sekitar Rp1,67 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 667,86 juta lembar saham senilai Rp1,95 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp7,48 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 15,89 miliar lembar saham.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,41 persen atau 26,20 poin ke level 6.299,03 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat (26/7), IHSG ditutup merosot 1,19 persen atau 76,13 poin ke level 6.325,24.
Padahal, IHSG sempat dibuka rebound dengan penguatan 0,18 persen atau 11,61 poin ke level 6.3636,84, namun kemudian berbalik melemah tak lama setelahnya.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.283,60 – 6.349,37.
Empat dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin sektor barang konsumsi yang melemah 1,59 persen, disusul sektor perdagangan dengan pelemahan 1,16 persen.
Di sisi lain, lima sektor menguat dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut, dipimpin sektor aneka industri yang menguat 0,94 persen dan disusul sektor properti yang naik 0,35 persen.
Dari 652 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 164 saham menguat, 240 saham melemah, dan 248 saham lainnya stagnan.
Ringkasan perdagangan saham oleh investor asing
TanggalTotalKeterangan
29 Juli
Rp280,29 miliar
Net sell
26 Juli
Rp1,54 triliun
Net sell
25 Juli
Rp514,44 miliar
Net sell
24 Juli
Rp110,59 miliar
Net sell
23 Juli
Rp31,06 miliar
Net sell
22 Juli
Rp209,37 miliar
Net sell
19 Juli
Rp849,84 miliar
Net sell
18 Juli
Rp309,78 miliar
Net sell
17 Juli
Rp358,08 miliar
Net sell
16 Juli
Rp281,82 miliar
Net buy

Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍓
Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Trada Alam Minera Tbk. tercatat menjadi yang paling aktif diperdagangkan oleh investor asing pada perdagangan hari ini, Senin (22/7/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham emiten bersandi TRAM tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diburu oleh investor asing dengan total pembelian saham mencapai sekitar 106,45 juta lembar saham.
Saham berikutnya yang paling diincar oleh investor asing adalah saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan total pembelian saham mencapai sekitar 42,7 juta lembar saham.
Masing-masing harga saham TRAM dan ANTM hari ini berakhir di level Rp135 dan Rp960 per lembar saham.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir turun 0,36 persen atau 22,99 poin di level 6.433,55.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin barang konsumsi (-1,09 persen) dan perdagangan (-0,99 persen). Adapun sektor industri dasar dan finansial masing-masing naik 0,25 persen dan 0,17 persen.
Dari 652 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 157 saham menguat, 263 saham melemah, dan 232 saham stagnan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing turun 2,54 persen dan 1,27 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG.
Sementara itu, aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari keempat berturut-turut. Investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp209,37 miliar hari ini.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp7,99 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 17,5 miliar lembar saham.
Berikut adalah 10 saham teraktif yang diperdagangkan oleh investor asing:
Saham
Volume (lembar saham)
TRAM
106.448.300
ANTM
42.699.600
MNCN
19.320.800
PGAS
17.493.000
KREN
14.171.900
DMAS
13.033.700
ASII
6.597.800
MAPI
5.983.700
ISSP
4.809.500
IPTV
4.209.600
Sumber: Bursa Efek Indonesia
🍑

WE Online, Jakarta -
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memandang bila kondisi politik yang tengah memanas jelang pengumuman hasil Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan dilaksanakan pada 22 Mei 2019, sedikit banyak mempengaruhi indeks harga saham gabungan (IHSG).

Apalagi, ketidakpuasan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo-Sandi terhadap hasil pilpres 2019 pun berujung pada penggiringan massa untuk melakukan aksi 22 Mei mendatang.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo tak menampik jika aksi tersebut memang membuat investor khawatir khususnya investor asing. 

“Ada yang khawatir, walaupun mungkin yang asing lebih banyak, at the moment concern-nya lebih kepada faktor fundamental dan juga mungkin karena kondisi makro saat ini,” ungkapnya, di Jakarta, Senin (20/5/2019). 


Namun Ia meyakini, jika seluruh pihak menerima dengan baik hasil keputusan KPU di tanggal 22 Mei mendatang maka akan menjadi sentimen posiitf untuk pasar modal Indonesia.  

“Ya semua kan menunggu tanggal 22 Mei ya, kita tahu semua. Jadi saya rasa kalau misalnya tanggal 22 Mei berjalan lancar, semua pihak bisa mengendalikan diri, saya rasa itu sudah suatu nilai tambah buat kita,” tuturnya. 

IHSG, pada pekan lalu tercatat runtuh sebesar 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12. Nilai kapitalisasi pasar juga anjlok sebesar 6,15 persen menjadi Rp6.629,63 triliun dari Rp7.064,09 triliun. 

Rata-rata nilai transaksi harian BEI merosot sebesar 14,38 persen menjadi Rp7,74 triliun dari Rp9,04 triliun dan untuk rata-rata frekuensi transaksi harian BEI selama sepekan turun sebesar 0,29 persen menjadi 408,03 ribu kali transaksi dari 409,21 ribu kali transaksi. 



Meski, bila dilihat sepanjang tahun 2019 ini investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp57,416 triliun. Akan tetapi, investor asing sudah mencatatkan jual bersih sebesar Rp3,24 triliun. 


🍇

Jakarta, Beritasatu.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini (13-17 Mei 2019) turun 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12 pada penutupan pekan lalu.
Berdasarkan data BEI yang dikutip Beritasatu.com, Sabtu (18/5/2019), investor asing sepanjang pekan ini telah melakukan jual bersih saham (net sell) sebesar Rp 3,69 triliun. Perinciannya pada perdagangan Senin (13/5/2019), investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 565 miliar di pasar reguler. Saat itu, IHSG ditutup turun 73 poin ke posisi 6.136 dari perdagangan pekan sebelumnya 6.209.
Pada perdagangan Selasa (14/5/2019), aksi jual bersih investor asing nyaris mencapai Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 998,91 miliar. Sejalan itu, IHSG ditutup ambles 1,05 persen ke posisi 6.071.
Sementara pada perdagangan Rabu (15/5/2019), investor asing kembali melanjutkan aksi jual portofolio sahamnya sehingga membukukan jual bersih sebesar Rp 510 miliar di pasar reguler. IHSG turun 61,5 poin ke 6.000,8.
Pada perdagangan Kamis (16/5/2019), investor asing pun masih cenderung melanjutkan aksi jual sahamnya. Asing tercatat membukukan net sellsebesar Rp 828 miliar di pasar reguler. Sementara IHSG tergerus 63 poin ke 5,917.
Di pengujung pekan atau Jumat (17/5/2019), investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 789 miliar. Sedangkan IHSG ditutup turun 68,8 poin (1,17 persen) ke level 5.826,8.

Sumber: BeritaSatu.com

🍎


JAKARTA sindonews- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini seiring dengan ketidakpastian global yang terus meningkat di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) versus China. Gejolak global turut berdampak ke pasar keuangan nasional, dimana membuat arus modal asing yang keluar cukup besar. 

"Mengenai perkembangan pasar memang nampak bahwa ketidakpastian pasar keuangan global terus meningkat, terutama karena ketegangan perdagangan antara Amerika dengan Tiongkok. Mereka saling lempar tarif sehingga meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global, dan menimbulkan dampak peralihan modal," ujar Perry di Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Lebih jauh, Ia berharap ketegangan perang dagang antara AS dan China bisa usai sehingga pasar keuangan bisa lebih tenang. Pasalnya terang dia dampak yang ditimbulkan memang tak bisa ditutupi ketika modal asing yang sudah keluar dari Indonesia mencapai sebesar Rp11,3 Triliun


"Dampaknya memang terasa ke semua negara termasuk Indonesia, maka yang terjadi modal asing keluar terutama portofolio outflow pada 13-16 Mei terjadi keluar modal asing atau net jual Rp11,3 triliun," katanya.

Bank Indonesia sendiri terus mencermati ketidakpastian pasar keuangan global yang menjadi sentimen negatif bagi pasar domestik. Dampaknya sejauh ini menimbulkan peralihan modal yang semula masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia, menjadi kembali ke negara-negara maju. 

Dari catatan BI, modal asing yang keluar sebesar Rp11,3 triliun terdiri dari sekitar Rp7 triliun pada pasar surat berharga negara (SBN) dan sisanya Rp 4 triliun lebih di pasar saham. Menurutnya, investor jangka Pendek memang biasanya masuk dalam 2 minggu, kemudian keluar karena ketidakpastian pasar global. "Kedepan kita akan berada di pasar," jelasnya
(akr)
🍐

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemodal atau investor asing rupanya masih tercatat keluar dari pasar saham domestik sejak pemilihan umum (Pemilu) 2019 usai digelar pada 17 April lalu. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total akumulasi jual bersih (net sell) investor asing di pasar saham mencapai Rp 2,6 triliun di pasar reguler, dari kurun waktu 18 April - 6 Mei 2019. 

Ketidakpastian hasil dari pemilu masih membuat investor asing masih menahan diri untuk masuk ke pasar keuangan negara berkembang.

Menurut Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, mengatakan dalam situasi seperti ini investor asing sedang menunggu. "Masih akan wait and see karena Pilpres belum selesai, prosesnya masih panjang. Mungkin akan sampai Oktober," kata David, saat diwawancarai CNBC Indonesia, Senin (06/05/2019).


Menurutnya, pelaku pasar dan pebisnis masih akan menyimak pemilihan kabinet setelah pemerintahan baru. "Kita bisa kehilangan momentum selama dua kuartal. Dalam 6 bulan tidak ada kementerian yang membuat kebijakan desesive," tambah David. 

Pada perdagangan hari ini, aksi jual bersi asing semakin parah yang tercatat mencapai Rp 732,08 miliar. 

Hari ini, tekanan jual investor asing dipicu cuitan Trump yang kembali menyulut perang dagang. Kini optimisme itu sirna dan situasinya justru berbalik 180 derajat. 

Presiden AS, Donald Trump, nyatanya memutuskan menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. 

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat," cuit Trump melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump. 

"Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump lagi.

Selain itu, dari dalam negeri, tekanan jual investor asing datang dari rilis angka pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan.

Badan Pusat Statistik (BPS), mengumumkan perekonomian Indonesia tumbuh 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal-I 2019, sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY. (hps/tas)
🍓


Jakarta infobank— Bank Indonesia (BI) mencatatkan aliran dana modal asing yang masuk (capital inflow)ke Indonesia hingga awal Mei 2019 yang telah mencapai Rp131,1 triliun. Dana tersebut tercatat masuk melalui berbagai instrumen pasar keuangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia Jakarta, Jumat, 3 Mei 2019. Menurutnya, tingginya aliran modal masuk tersebut merupakan cerminan dari masih tingginya kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia.
“Aliran modal asing itu sampai 2 Mei data menunjukkan aliran modal asing adalah Rp131,1 triliun,” kata Perry.
Lebih rinci lagi Perry menjelaskan, masuknya aliran modal tersebut melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp66,3 triliun dan melalui pasar saham sebesar Rp66,1 triliun.
Perry menyebutkan, aliran modal masuk dari pasar saham cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut merupakan dampak dari realisasi investasi perbankan.
“Mengenai aliran modal saham Rp66,1 triliun meningkat cukup besar net outflow Rp51,9 tahun lalu memang realisasinya investasi bank itu cukup besar dan masuk di realisasikan dan jumlah tadi,” tambah Perry.
Dirinya berharap, kepercayaan investor masih akan terus terjaga dan meningkat serta dapat menjaga stabilitas perekonomian nasional. (*)
🍅

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah dinilai gagal memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, bahkan kini terjebak di angka pertumbuhan ekonomi lima persen saja.
Hal itu disampaikan Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi dalam diskusi Forum Ekonomi Milenial di kawasan SCBD Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Hasil penelitian empiris yang dia lakukan menunjukkan, perekonomian Indonesia seharusnya dapat tumbuh minimal 6 persen sepanjang 2015 sampai 2017.
“Artinya apa Indonesia hanya tumbuh di bawah angka potensial (4-5 persen). Ini berarti Indonesia kurang dorongan pertumbuhan ekonomi. Sebenarnya tanpa pemerintah Indonesia bisa tumbuh lima persen,” papa Fithra.
Lantas apa yang membuat Indonesia tidak mampu keluar dari jeratan lima persen, Fithra menyampaikan ada tiga kebijakan yang mengindikasi kesalahan arah kebijakan pemerintah.
Pertama menurutnya, kebijakan pemerintah menimbulkan crowding out effect atau aksi berebut dana antara pemerintah dan korporasi dalam menghimpun dana.
“Sektor swasta tidak kebagian (sumber dana) ini dikarneakan pemerintah menguasai sekitar 85 persen total obligasi di pasar. Sektor swasta yanf seharusnya menjadi agen sektor riil menjadi tidak bisa ekpansi bisnis,” tuturnya.
Diketahui sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bruto sebesar Rp 825,7 triliun.
Penerbitan itu hanya turun 3,59 persen dibanding target APBN 2018 yang mencapai Rp 856,49 triliun
Faktor lainnya, pemerintah belum mengeluarkan insentif fiskal yang berdampak langsung kepada konsumsi, misalnya potongan pajak (tax cut).
“Yang terkahir pemerintah juga tidak mementingkan investasi pada industri manufaktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) karena terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur,” paparnya lagi.
Hal yang sama juga dikatakan oleh praktisi ekonomi Universitas Indonesia, Rizal Edi Halim bahwa pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha ditopang oleh manufacturing, pertanian dan pertambangan.
Menurutnya sektor manufaktur dan pertanian selalu menjadi fokus pembangunan karena menyerap tenaga kerja paling banyak.
“Sejak 2014 lalu kedua sektor itu ditinggalkan. Pemerintah malah fokus untuk pembangunan infrastruktur. Padahal kedua sektor ini penyumbang PDB terbesar dan penyerap lapangan kerja terbanyak," tegasnya.



Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ekonom UI Kritik Kegagalan Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi, ''Terjebak di Lima Persen'', http://www.tribunnews.com/bisnis/2019/04/12/ekonom-ui-kritik-kegagalan-pemerintah-dorong-pertumbuhan-ekonomi-terjebak-di-lima-persen.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
🍑

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) tercatat menjadi yang paling aktif diperdagangkan oleh investor asing dalam perdagangan hari ini, Kamis (11/4/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten infrastruktur tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diminati oleh investor asing hari ini.
Saham berikutnya yang paling diminati berturut-turut hingga posisi ketiga adalah saham PT MNC Land Tbk. (KPIG) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Sementara itu, meski pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, investor asing masih terus ramai memborong saham nasional.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berakhir melemah 1,05% atau 68,16 poin di level 6.410,17 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (10/4), IHSG berakhir terkoreksi 0,09% atau 6,02 poin di level 6.478,33.
Dari 630 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 134 saham menguat, 249 saham melemah, dan 247 saham stagnan.
Namun, investor asing justru lanjut membukukan aksi beli bersih (net buy) pada perdagangan hari ketujuh berturut-turut. Data BEI menunjukkan net buy senilai sekitar Rp546,80 miliar pada perdagangan Kamis (11/4).
Investor asing membukukan aksi beli sekitar 5,99 miliar lembar saham senilai Rp4,74 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 1,83 miliar lembar saham senilai sekitar Rp4,19 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp9,93 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 18,65 miliar lembar saham.
Berikut adalah 10 saham teraktif yang diperdagangkan oleh investor asing:
  1. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
  2. MNC Land Tbk. (KPIG)
  3. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
  4. Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE)
  5. Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP)
  6. Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)
  7. Astra International Tbk. (ASII)
  8. Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
  9. Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT)
  10. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) 

🍓
ID: Pada kesempatan terpisah, ekonom dan analis PT Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, IHSG cenderung bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan pekan ini di level 6.450-6.550. Apabila ada sentimen positif dari global sebelum pemilu 17 April 2019, IHSG dapat menguat dengan cepat.

“Sejauh ini belum ada kejelasan dari AS dan Tiongkok, apabila mereka dapat menandatangani kesepakatan sebelum pemilu Indonesia, maka IHSG naiknya cepat,” terang dia.

Lana memperkirakan, rupiah cenderung stabil pekan ini di posisi Rp 14.100-Rp 14.200 per dolar AS.

Sementara itu, analis Bina Artha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, IHSG diprediksi bergerak variatif dengan kecenderungan menguat sepanjang pekan ini. Laju IHSG akan berkisar 6.390-6.600.

“Meskipun terkait data domestik justru ada yang berpotensi koreksi, seperti cadangan devisa kita diproyeksikan turun menjadi US$ 116,9 miliar dari US$ 123 miliar. Kita tetap berharap ada data-data lain yang mengalami perbaikan sehingga IHSG mampu lebih positif lagi,” terang dia.

Nafan merekomendasikan para investor untuk mencermati saham-saham di sektor consumer good seperti HMSP dan INDF. Selain itu, saham di sektor perkebunan seperti AALI dan BWPT. Tak lupa, saham di sektor pertambangan seperti UNTR, PTBA, dan ITMG juga menarik untuk dikoleksi. (*)

🍅

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia melihat aliran dana asing pada tahun ini akan jauh lebih baik untuk menopang pembiayaan di dalam defisit transaksi berjalan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan tren aliran dana asing pada tahun ini membaik dipengaruhi oleh arah suku bunga global, terutama kebijakan suku bunga AS yang lebih jinak. 
"Kebijakan Fed ini mempengaruhi aliran modal yang masuk ke Indonesia ataupun aliran modal yang keluar dari Indonesia," tegas Mirza, Rabu (27/03/2019).
Namun, dia meyakini perkiraan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih rendah, yakni hanya sebesar satu kali sepanjang 2019- 2020. Bahkan, pasar mulai menebak momentum penurunan FFR ke depannya. 
Kondisi ini yang meyakinkan BI aliran modal asing akan terus masuk ke aset keuangan Tanah Air. Dari data BI, total aliran dana yang masuk ke dalam aset keuangan di dalam negeri yaitu sekitar kurang lebih Rp73 triliun (year to date) hingga 21 Maret 2019. Dana ini terdiri dari Rp62,5 triliun ke pasar SBN dan Rp11,9 triliun ke pasar saham. 

Posisi aliran dana tersebut menegaskan perkiraan BI bahwa neraca pembayaran pada kuartal I akan mengalami surplus dan defisit transaksi berjalan akan turun. 
🍇
Jakarta, Beritasatu.com – Setelah dalam dua pekan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, pada pekan ini periode 18- 22 2019 indeks naik 0,99 persen mencapai 6,525.27 dari 6,461.18 pada penutupan pekan lalu. Namun investor asing selama sepekan mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,33 triliun
"Sejalan kenaikan IHSG, nilai kapitalisasi bursa juga naik 0,99 persen menjadi Rp 7.420,50 triliun dari Rp 7.347,31 triliun pada penutupan pekan lalu," cemikian data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Beritasatu.com, Sabtu (23/3/2019).
Sementara nilai transaksi harian BEI pada pekan ini turun 3,67 persen menjadi Rp 8,38 triliun dari Rp 8,70 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Volume transaksi naik sebesar 11,38 persen menjadi 16,63 miliar unit saham dari 14,93 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.
Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian BEI naik sebesar 0,51 persen menjadi 411.920 kali transaksi dari 409.810 kali transaksi pada pekan lalu.
Investor asing selama sepekan mencatatkan jual bersih sebesar Rp 1,33 triliun. Adapun sepanjang tahun 2019 investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp 11,23 triliun.
Sementara BEI bersama dengan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada pekan ini menyelenggarakan seremoni Kick-Off program edukasi pasar modal syariah 2019 dan dilanjutkan acara diskusi dengan tema “Bincang Sore, Saatnya Hijrah ke Saham Syariah” di BEI.
Pada Selasa (19/3/2019) BEI melalui Kantor Perwakilan Jawa Tengah I bekerja sama dengan Perusahaan Tercatat PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) melaksanakan kegiatan sekolah pasar modal untuk perusahaan tercatat tersebut, kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 karyawan dan bertempat di pabrik PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Pati Jawa Tengah.

Sumber: BeritaSatu.com
🍞


Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual bersih saham oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ketiga berturut-turut pada Selasa (12/3/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai sekitar Rp674,12 miliar pada perdagangan hari ini.
Investor asing membukukan aksi beli sekitar 730,12 juta lembar saham senilai Rp1,71 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 777,38 juta lembar saham senilai sekitar Rp2,39 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa mencapai sekitar Rp7,22 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 12,85 miliar lembar saham.
Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,20% atau 12,66 poin di level 6.353,77 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Senin (11/3), IHSG berakhir di level 6.366,43 dengan pelemahan 0,26% atau 16,63 poin.
IHSG sempat rebound dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,46% atau 29,45 poin di level 6.395,88 pagi tadi. Pelemahan yang dibukukan indeks pada akhir perdagangan hari ini membawanya menyentuh level penutupan terendah sejak 14 Januari 2019.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.339,97 – 6.404,43.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin sektor industri dasar dan perdagangan yang masing-masing turun 1,13% dan 0,86%. Adapun sektor konsumer dan infrastruktur masing-masing mampu naik 0,55% dan infrastuktur.
Dari 628 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 151 saham menguat, 255 saham melemah, dan 222 saham stagnan.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) yang masing-masing turun 1,47% dan 7,07% menjadi penekan utama atas pelemahan IHSG hari ini.
Berikut ringkasan perdagangan saham oleh investor asing:
12 Maret
Rp674,12 miliar
Net sell
11 Maret
Rp558,59 miliar
Net sell
8 Maret
Rp609,72 miliar
Net sell
6 Maret
Rp4,12 triliun
Net buy
5 Maret
Rp1,16 triliun
Net sell
4 Maret
Rp545,36 miliar
Net sell
1 Maret
Rp510,22 miliar
Net sell
28 Februari
Rp1,29 triliun
Net sell
27 Februari
Rp261,02 miliar
Net buy
26 Februari
Rp352,6 miliar
Net buy

SumberBursa Efek Indonesia, 2019

🍐

Merdeka.com - Bank Indonesia mencatat dana asing masuk (Inflow) ke dalam negeri sebesar Rp 68 triliun per hari ini, Selasa (3/5). Dana tersebut berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) maupun portofolio saham.
"Inflow masuk sekitar Rp 68 triliun," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta.
Masuknya dana asing ini didorong tekanan global yang semakin mereda. Salah satunya, dengan adanya negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk mengakhiri perang dagang.
Di sisi lain, kebijakan normalisasi moneter The Federal Reserve (The Fed) juga melambat. Bank sentral negara Paman Sam itu diproyeksikan hanya menaikkan suku bunganya satu kali disepanjang tahun 2019.
"Jadi Rupiah sekarang sudah sangat stabil sekali karena yang suplai ada (capital inflow)," jelas Nanang.
Nanang melanjutkan, pasar keuangan Indonesia juga semakin membaik dengan adanya instrumen Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Sehingga tidak hanya bergantung pada perdagangan spot dan swap.

"Kita memastikan kecukupan likuiditas dipasar antar bank cukup, jadi bank tidak perlu khawatir," tandasnya. [azz]
🍅

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual bersih oleh investor asing melampaui Rp1 triliun di saat IHSG berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2019).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai sekitar Rp1,16 triliun pada perdagangan hari ini.
Investor asing membukukan aksi beli sekitar 2,41 miliar lembar saham senilai Rp3,31 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 3,06 juta lembar saham senilai sekitar Rp4,48 triliun.
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa mencapai sekitar Rp9,42 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 12,44 miliar lembar saham.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,73% atau 47,14 poin ke level 6.441,28 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (4/3), IHSG berakhir melemah 0,18% atau 11,46 poin ke level 6.488,42.
IHSG sebelumnya dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,04% atau 2,84 poin ke level 6.485,58. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.409,34 – 6.485,64.
Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin sektor konsumer dan properti yang masing-masing melemah 1,43% dan 1,27%.
Adapun hanya sektor aneka industri yang menguat sebesar 1,3% dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut.
Dari 628 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 142 saham menguat, 274 saham melemah, dan 212 saham stagnan.
Berikut ringkasan perdagangan saham oleh investor asing:
5 Maret
Rp1,16 triliun
Net sell
4 Maret
Rp545,36 miliar
Net sell
1 Maret
Rp510,22 miliar
Net sell
28 Februari
Rp1,29 triliun
Net sell
27 Februari
Rp261,02 miliar
Net buy
26 Februari
Rp352,6 miliar
Net buy
25 Februari
Rp260,51 miliar
Net buy
22 Februari
Rp115,01 miliar
Net sell
21 Februari
Rp351,12 miliar
Net buy
20 Februari
Rp450,32 miliar
Net buy

SumberBursa Efek Indonesia, 2019
🍉

JAKARTA – Indonesia menjadi tujuan investasi portofolio paling populer di antara negara emerging markets, di luar Tiongkok. Aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke pasar keuangan RI sangat deras, menembus Rp 63 triliun hingga 28 Februari 2019 atau 10 kali lipat lebih dibanding periode sama tahun lalu Rp 6 triliun.
Modal asing yang masuk ke pasar modal Indonesia trennya kini juga lebih lama, di atas setahun. Sementara itu, dana asing yang mengalir ke Tiongkok belakangan ini anjlok tajam.
Demikian rangkuman keterangan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, laporan analisis aliran dana ke emerging markets yang dirilis Institute of International Finance (IIF), serta wawancara dengan ekonom Universitas Indonesia Ari Kuncoro, ekonom Bank Permata Josua Pardede, dan Direktur Riset CORE Piter Abdullah.
Perry Warjiyo mengungkapkan, Bank Indonesia mencatat capital inflow ke pasar keuangan RI hingga 28 Februari tahun ini mencapai Rp 63 triliun. Rinciannya, melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 49,5 triliun, ke pasar saham sekitar Rp 12,6 triliun, dan ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp 1,4 triliun.
BI juga menyatakan bahwa neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I-2019 diperkirakan akan surplus. Ini disertai dengan defisit neraca transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang lebih rendah dari kuartal IV-2018.
“Surplus aliran modal asing diperkirakan tetap besar, lebih tinggi dari CAD. Dengan demikian, kami meyakini aliran modal asing baik portofolio dan PMA akan masuk kedalam negeri, disertai stabilitas nilai tukar rupiah,” paparnya. (bersambung)
🍓

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencatatkan net buy asing mencapai Rp 11,78 triliun. Dalam kondisi ini terdapat saham-saham yang mencatat aksi jual asing atau net sell asing cukup besar. Aksi ambil untung disinyalir mulai dilakukan asing untuk beberapa saham. Terutama memasuki musim laporan keuangan.
Merujuk data RTI, saham-saham yang mencatatkan net sell asing terbesar secara year to date adalah PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Japfa Tbk (JPFA), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT XL Axaiata Tbk (EXCL) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Bahkan tercatat net sell asing SMCB mencapai Rp 12,94 trilin, jauh di atas TOWR yang hanya Rp 1,12 triliun dan BMRI Rp 741,72 miliar. Untuk JPFA dan UNTR mencatat net sell masing-masing sebesar Rp 723,85 miliar dan Rp 609,49 miliar.
Melihat kondisi ini, Analis Jasa Utama Capitar Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, untuk beberapa bank besar yang dijual asing masih bisa dikategorikan aksi mengambil keuntungan. Untuk SMCB terlihat aksi jual ini dikarenakan memang adanya aksi akuisisi.
“Kendati demikian aksi jual ini terlihat dari tahun kemarin dimana kondisi ekonomi global yang membuat asing menarik posisi,” ujar Chris kepada Kontan.co.id, Rabu (27/2).
Menurutnya aksi jual ini biasanya akan berhenti ketika emiten tersebut selesai mengeluarkan laporan keuangan, dimana laporan keuangan tersebut dijadikan acuan oleh para investor untuk melakukan penjualan atau pembeli saham.
Dari daftar tersebut, pihaknya masih merekomendasikan saham yang masih bisa dikoleksi yakni PWON, JSMR JPFA. Adapun saham PWON masih sangat berpotensi dikarenakan pendapatannya yang diperkuat dari recurring incomesehingga lebih merata, terlebih tahun ini PWON fokus pada pembangunan mal.

“JSMR sentimennya lebih ke tarif tol yang naik yang kemungkinan akan memberikan kontribusi yang besar. PWON target harga Rp 700 per saham, JSMR target harga Rp 6.000 per saham dan JPFA target harga Rp 3.000 per saham,” ujar Chris.

🍆

bloomberg: The global economy may have already bottomed out, according to Goldman Sachs Group Inc. Chief Economist Jan Hatzius.
While growth remains soft, Goldman’s current activity indicator in February is slightly above the downwardly-revised December and January numbers.
"Some green shoots are emerging that suggest that sequential growth will pick up from here," Hatzius and Sven Jari Stehn wrote in a note dated Feb. 26. Still, the risk to Goldman’s global GDP forecast of 3.5 percent for 2019 "is probably still on the downside."
On markets, Goldman:
  • remains positive on risk assets, although upside is now probably lower as markets have become "more sanguine on recession"
  • expects bond yields to rise
  • maintains a bearish dollar view, given a dovish Fed and expectation for a pickup in global growth
  • is modestly bullish on oil over the next 2-3 months, but sees a more bearish outlook for the remainder of the year
The case for a pickup from the current pace is strongest in the U.S. as the drag from a tightening of financial conditions eases, according to Hatzius.
Goldman also sees tentative signs of a turnaround in Chinese growth. That’s in line with Bloomberg’s snapshot of early indicators of activity:
















































Brightening Up

Earliest China indicators show recovery after months of deterioration
Source: Bloomberg Economics
Note: Bloomberg Economics generates the overall activity reading by aggregating the three-month weighted averages of the monthly changes of eight indicators, which are based on business surveys or market prices.

Europe looks like the weakest major region, "with Italy in recession, Germany close to it, and most other economies growing at only about a trend pace," according to the note. Goldman has pushed back its expectations for the first ECB hike from late-2019 to mid-2020.

As for the Fed, Goldman says the prospects for moves in the next 6 to 9 months have fallen and an increase toward the end of the year would require a rebound in both growth and core inflation. It expects an announcement at the March meeting that the Fed will end balance sheet runoff later this year, probably in September.
🍓

JAKARTA sindonews - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, hingga minggu ketiga bulan ini, dana asing yang masuk ke dalam negeri mencapai Rp45,9 triliun. Mayoritas dana asing tersebut masuk ke surat utang pemerintah.

"Inflow sampai dengan 21 Februari yang sebesar Rp45,9 triliun ini sudah lebih besar dengan keseluruhan inflow pada tahun 2018. Untuk tahun 2018, keseluruhannya itu total inflow-nya adalah Rp13,9 triliun," ujar Perry di Jakarta, Jumat (22/2/2019).

Berdasarkan catatan bank sentral, jumlah dana Rp45,9 triliun itu terbagi atas surat berharga negara sebesar Rp21,1 triliun, untuk pasar modal mencapai Rp11,3 triliun, dan sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp1,1 triliun.



Menurut Perry, hampir semua aset kebanjiran dana asing. Hal ini disebut karena kepercayaan investor terhadap Indonesia makin kuat dipengaruhi oleh prospek ekonomi Indonesia yang akan lebih baik di 2019.

"Nah ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor baik dalam maupun luar negeri terhadap kondisi ekonomi kita itu sangat baik, sehingga terbukti dari terus masuknya aliran modal asing masuk baik usaha maupun di dalam obligasi pemerintah," tandasnya.

(fjo)
🍇


Jakarta, Beritasatu.com - Pasar modal Indonesia pada 2019 masih akan dihadapkan dengan tingginya risiko ketidakpastian global yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah dan memicu aliran modal asing keluar dari dalam negeri (capital outflow). Meski demikian fundamental ekonomi Indonesia masih solid ditopang konsumsi masyarakat.
Hal itu diungkapkan oleh Head of Institutional Research PT MNC Sekuritas Thendra Crisnanda dalam Investor Gathering & Corporate Forum 2019, yang digelar PT MNC Sekuritas Kamis (14/2) dengan tema “The Last Defense”. Acara rutin yang telah digelar sejak 2012 itu dihadiri 500 peserta.
"Kekhawatiran efek riil trade war (perang dagang), berlanjutnya pengetatan moneter global, perlambatan ekonomi Tiongkok dan krisis emerging market serta tingginya defisit neraca berjalan masih akan menjadi tantangan bagi pasar modal Indonesia di tahun 2019," kata Thendra.
Meski demikian, Thendra meyakini bahwa fundamental ekonomi domestik masih solid ditopang pertumbuhan konsumsi lokal yang dinilai sebagai "The Last Defense" bagi Indonesia. Perekonomian Indonesia diproyeksikan bertumbuh sebesar 5,2 persen - 5,3 persen sepanjang 2019 diikuti estimasi pertumbuhan laba korporasi sebesar 10 persen - 12 persen.
Thendra meyakini momentum peningkatan IHSG masih berpotensi berlanjut hingga ke level 6.746 hingga semester I-2019 (buy on expectation). Namun dia menilai terdapat pola sell on news di semester II-2019. Beberapa sektor yang dapat dicermati antara lain sektor konsumsi, infrastruktur dan pertambangan logam.
Adapun saham pilihan adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO).
Di sisi lain Head of Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adisaputra menyatakan pasar surat utang Indonesia di tahun 2019 akan lebih baik dibandingkan 2018. Hal tersebut karena faktor eksternal dimana Bank Sentral Amerika (teh Fed) menahan diri melanjutkan kenaikan suku bunganya di tengah ancaman perlambatan pertumbuhaan global. Adapun faktor domestik, stabilitas nilai tukar rupiah serta kebijakan pemerintah agar defisit transaksi berjalan menjadi turun akan menentukan pergerakan pasar surat utang di tahun 2019.
Dengan asumsi moderat ke optimistis, dia memperkirakan pasar surat utang negara akan memberikan total return kepada investor berkisar antara 7,50 persen hingga 10,33 persen.
Sementara Direktur Utama MNC Sekuritas Susy Meilina meyakini bahwa informasi yang dipaparkan dalam Investor Gathering & Corporate Forum 2019, mengenai kondisi ekonomi, pasar modal, serta kinerja emiten penting membantu nasabah dalam mengambil keputusan berinvestasi. “Kami ingin semakin mendekatkan dengan nasabah MNC Sekuritas, terutama di Jabodetabek. Kami berharap acara ini semakin memperluas wawasan nasabah dan meningkatkan confidence berinvestasi di pasar modal Indonesia,” kata Susy.
Acara Investor Gathering & Corporate Forum 2019 mengangkat tema The Last Defense dengan tujuan membahas cara investor untuk bukan hanya bertahan, tetapi menjadi pemenang di tengah tantangan ekonomi global dan nasional.
Tahun ini, manajemen MNC Sekuritas juga menghadirkan pembicara pakar kebudayaan Jawa dari Universitas Indonesia Darmoko dan Senior Trader & Investor Vier Abdul Jamal. Selain membahas Market Outlook 2019, MNC Sekuritas menyajikan tips-tips berinvestasi dan trading di pasar modal, serta pembahasan dari sisi primbon Jawa. “Kami juga menggandeng tujuh emiten untuk menyampaikan company update yakni PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT PP Properti Tbk (PPRO), dan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA),” jelas Susy.

Sebagai gambaran hingga akhir 2018, jumlah nasabah MNC Sekuritas telah mencapai 48.000 orang atau naik 62 persen dengan perluasan jaringan point of sales sebanyak 122 poin secara nasional per akhir 2018. Perseroan juga berkomitmen fokus mengembangkan digital trading dengan fitur-fitur canggih sesuai perkembangan industri.
🍓

Liputan6.com, Jakarta - Credit Suisse, perusahaan sekuritas global merilis laporan soal pasar saham Indonesia. Pada laporan diterbitkan 11 Februari 2019 disebutkan telah menurunkan atau jual (underweight) di pasar saham Indonesia. Hal ini berbeda dari sebelumnya overweight atau menambah bobot 20 persen.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tertekan pada perdagangan saham Selasa 12 Februari 2019. IHSG merosot 68,67 poin atau 1,06 persen ke posisi 6.426,32.
Indeks saham LQ45 susut 1,17 persen ke posisi 1.008,81. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah. Investor asing pun jual saham mencapai Rp 605,5 miliar di pasar reguler.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, tekanan IHSG terjadi didorong teknikal. Selain itu, sentimen global juga menjadi katalis negatif. Hal ini lantaran bursa saham regional yang tertekan.
"Pelaku pasar juga wait and see negosiasi perdagangan antara AS dan China," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (12/2/2019).
Sementara itu, Kepala Riset PT Samuel International Harry Su menilai, penurunan IHSG juga karena penguatan yang sudah terjadi. Adapun penurunan IHSG pada pekan ini mulai terjadi pada perdagangan saham Senin 11 Februari 2019. IHSG ditutup melemah 26,66 poin ke posisi 6.495.
Selain itu, adanya laporan Credit Suisse yang menurunkan pasar saham Indonesia juga tekan IHSG. "Ada efek dari itu," ujar Harry.

2 dari 2 halaman


Alasan Credit Suisse Turunkan Rekomendasi Pasar Saham RI




















































"Kami melihat kesempatan untuk kurangi aset di Indonesia sebelum masuk ke fase underperform," tulis Analis Credit Suisse Alexander Redman dan Arun Sai dalam laporan Global EM Equity Strategy yang dikutip, Selasa pekan ini.
Adapun enam alasan pengurangan bobot saham di Indonesia yaitu rupiah menguat sehingga jenuh beli, kemudian dilihat dari siklus Asia Utara sejak 2019, dilihat historis inkonsisten menambah bobot saham di pasar saham Indonesia.
Selain itu, kabar revisi pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif, pertumbuhan aset bank yang terbatas sedangkan sektor bank relatif stagnan dan valuasi mahal. Kemudian, valuasi saham Indonesia tidak menarik dan saham Indonesia jenuh beli.
🍑

TEMPO.COJakarta -Standard Chartered Indonesia menyebut hasil Pemilihan Umum 2019 tidak bakal terlalu berpengaruh kepada sikap investor di tahun ini. Menurut dia, para pemilik modal bakal cenderung melihat fundamental ekonomi Indonesia.
Belum lagi, menurut Managing Director & Head Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia Bambang Simarno, siapa pun presiden yang bakal terpilih nanti, agendanya akan tetap sama, yaitu memajukan perekonomian, memperbaiki infrastruktur, dan mengejar pertumbuhan ekonomi.
"Jadi, siapa pun presidennya enggak akan mempengaruhi investor menjadi negatif atau positif," ujar Bambang di Hotel Mulia, Jakarta, Senin, 11 Februari 2019. Apalagi, respon pasar dalam beberapa beberapa pemilihan presiden lalu memang mengalami pertumbuhan positif.
Pada pemilu 2009 misalnya, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ternyata justru mencapai level 20 persen. Begitu pula pada tahun politik berikutnya di 2014, di mana kinerja IHSG moncer di atas 40 persen. "Kalau lihat tren, pemilihan presiden selalu didukung dengan pembelanjaan yang berkaitan dengan pemilu."
Dengan demikian, Bambang melihat tren yang sama juga akan kembali terjadi pada 2019 ini. Ia menyebut ada posibilitas pasar saham akan cemerlang. Mengingat, IHSG pun kini masih berada di level 6.500. Level tersebut, ujar dia, adalah saat yang tepat bagi para pemodal untuk masuk. Sebelum nantinya akan lebih banyak lagi dana asing yang masuk.
"Valuasi perusahaan yang bagus akan membuat price earning ratio-nya jadi lebih mahal, saat ini kan price earning ratio untuk saham di Indonesia masih rendah," kata Bambang.
Mengenai jenis produk, Bambang menilai tren reksa dana saham bakal cemerlang pada tahun ini. Kendati, pada 2018 kinerja Indeks Harga Saham Gabungan negatif, yaitu di level -2,54 persen. "Tahun lalu banyak dana asing keluar dari Indonesia atau emerging market lain, kalau kita lihat awal 2019, Januari - Februari saja kita lihat banyak dana sudah masuk kembali ke dalam negeri," ujar Bambang.

Alasan lainnya yang membuat Bambang optimistis kinerja reksa dana saham bakal moncer pada tahun ini adalah kondisi perekonomian global. Di awal tahun ini, Amerika Serikat terlihat mulai mengerem kenaikan suku bunga dan perang. Selain itu perang dagang antara negeri Abang Sam dan Cina juga diperkirakan akan mereda. "Jadi, kami melihat kondisi itu cukup positif untuk perkembangan reksa dana saham di Indonesia," kata Bambang.

🍒



JAKARTA- Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika mengatakan bahwa perekonomian Indonesia yang tercatat tumbuh 5,17% pada 2018 merupakan prestasi karena dicapai ketika kondisi global sedang diliputi ketidakpastian.

"Ombak tinggi ekonomi berhasil dilalui dengan mengesankan," kata Erani dalam pernyataan yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.

Erani menjelaskan bahwa pencapaian angka pertumbuhan di atas 5% itu diraih ketika negara-negara maju dan berkembang seperti China, Korea Selatan, India, dan Malaysia mengalami penurunan kinerja ekonomi pada akhir tahun.

Ia memaparkan pertumbuhan ekonomi China tercatat turun dari 6,9% pada 2015 menjadi 6,5% pada akhir 2018. Hal serupa juga diikuti pertumbuhan ekonomi India yang turun dari 7,4% pada 2015 menjadi 6,7% pada akhir 2018.

"Tren pertumbuhan ekonomi Indonesia justru naik, dari 4,88% pada 2015 menjadi 5,17% pada 2018. Jadi, kita terbang saat negara lain menukik turun," ujarnya.

Erani menambahkan pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut juga disertai oleh penurunan tiga indikator yang terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu angka kemiskinan, pengangguran, maupun ketimpangan.

Jumlah penduduk miskin yang tercatat 25,67 juta orang atau setara 9,66%, merupakan yang terendah dalam sejarah karena dapat mencapai single digit, dibandingkan periode sebelumnya yang berada pada kisaran 10-11%.

"Menekan angka kemiskinan hingga di bawah dua digit bukanlah pekerjaan mudah, karena pemerintah dihadapkan pada struktur kemiskinan kronis. Tapi misi ini tidak boleh gagal," ujar Erani.

Tingkat pengangguran terbuka juga menurun dari sebelumnya pada 2014 sebesar 5,94% menjadi 5,3% di 2018, karena adanya penciptaan lapangan kerja, dengan porsi pekerja formal meningkat dari 40% pada 2014 menjadi 43% pada 2018.

Selain itu, ketimpangan pendapatan bergerak melandai yang terlihat dari gini rasio pada 2014 mencapai 0,41 menjadi 0,38 pada 2018 yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah.

Ia menambahkan pencapaian ini juga didukung upaya dalam mengendalikan laju inflasi, berbagai program untuk menjaga daya beli dan pertumbuhan sektor padat kerja serta pelaksanaan instrumen fiskal yang telah bermanfaat untuk meningkatkan kinerja pembangunan. (gor)

🍉


JAKARTA merdeka - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal tahun 2019, maupun terhadap beberapa mata uang asing lainnya menjadi sinyal positif ke market. Hal ini seiring derasnya aliran modal asing yang hingga akhir Januari 2019 tercatat mencapai Rp19,2 Triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, aliran dana asing lebih tinggi pada tahun 2019 dibandingkan bulan Desember 2018. Lebih lanjut terang dia, dana tersebut telah masuk ke pasar saham dan surat berharga negara (SBN) dengan intensitas cukup tinggi di awal tahun.

"Aliran modal asing terus masuk ke Indonesia dan confindent dari investor asing membuat dana tumbuh serta investasi portofolio year tod date 24 Januari," ujar Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (25/1/2019).


Berdasarkan catatan BI, besaran dana Rp19,2 triliun itu terbagi atas surat berharga negara Rp8,02 triliun, dan sisanya termasuk saham di pasar modal dan obligasi. Menurut Perry hampir semua aset kebanjiran dana asing. Pasalnya kepercayaan investor terhadap Indonesia cukup kuat dipengaruhi oleh prospek ekonomi Indonesia yang akan lebih baik di 2019.

"Mereka confindent terhadap kebijakan ekonomi Indonesia, pemerintah dan BI. Kelihatan ekonomi Indonesia akan naik dan terus masuknya portofolionya di tengah kondisi global yang lainnya enggak tinggi," paparnya.

🍊


Negara-negara pasar berkembang (emergingmarkets) benar-benar tengah menikmati masa ‘bulan madu’ dengan para investor asing. Setelah tahun lalu harga saham di kawasan ini longsor sehingga indeks saham terpuruk setelah ditinggal kabur para investor asing, kini justru sebaliknya. Rally indeks saham seolah tak terbendung, dana asing pun deras membanjir masuk.
Tak terkecuali Indonesia. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia menampilkan per forma yang meyakinkan. Pada penutupan perdagangan Senin (21/1), IHSG bertengger di posisi 6.480,83. Sejak awal tahun (year to date/ytd), IHSG mencetak gain 4,14%,melampaui beberapa indeks saham di Asean, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Memang laju IHSG tidak sefantastis indeks saham di Argentina yang melejit hingga 15,87% atau Brasil yang melonjak 9,34% (ytd).
Animo asing masuk ke pasar portofolio ke emerging markets juga luar biasa. Di BEI, sejak pasar dibuka pada 2 Januari, tak ada satu hari pun asing mencatatkan net selling. Mereka terus memburu saham-saham bluechips, sehingga setiap hari terjadi net buying, bahkan pecan lalu selama tiga hari berturutturut mencapai di atas Rp 1,5 triliun.
Dengan perkembangan itu, asing telah mencatat net buying sebesar Rp 10,88 triliun (ytd). Kondisi ini amat kontras dengan suasana tahun lalu, ketika asing membukukan net selling senilai Rp 50,7 triliun. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), asing pun tak kalah agresif.
Selama 14 hari perdagangan sejak awal tahun (ytd), asing telah memborong (bersih) SBN senilai Rp 11,16 triliun. Hingga kini asing masih memegang SBN senilai Rp 904,4 triliun, atau 37,5% dari total SBN yang dapat diperdagangkan. Momentum positif di pasar modal tersebut harus benar-benar dijaga.
Derasnya aliran modal asing masuk bukan hanya dipicu oleh melunaknya sikap Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang hanya akan menaikkan suku bunga dua kali tahun ini atau meredanya tensi perang dagang AS versus Tiongkok. Tapi mereka juga tertarik oleh potensi gain dari aset-aset finansial di emerging markets, termasuk Indonesia.
Emiten-emiten yang tercatat di BEI memiliki fundamental yang kuat. Namun, pemerintah dan otoritas terkait juga mesti mendorong diciptakannya instrumen keuangan lain di luar saham, SBN, obligasi korporasi, MTN, dan produk konvensional lainnya. Perlu diversifikasi produk yang lebih canggih.
Di sinilah program pendalaman pasar keuangan perlu diakselerasi. Sebab, Negara yang pasar keuangannya lebih dalam dengan produk derivatif yang kian beragam akan lebih resilien atau tahan terhadap setiap guncangan yang dipicu faktor eksternal.
Penegasan berulang-ulang Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo untuk selalu ahead the curve dan mengkalibrasi suku bunga memberikan sinyal bahwa bank sentral akan senantiasa menjaga daya saing instrument keuangan di Indonesia. Suasana kondusif di pasar keuangan tersebut perlu didukung oleh penguatan fundamental makro ekonomi dan kebijakankebijakan yang kondusif di sektor riil.
Yang paling krusial adalah bagaimana pemerintah secara serius dan konsisten menekan defisir transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Berbagai kebijakan untuk menekan CAD yang sudah diluncurkan harus dikawal agar terimplementasi dengan baik. Pemerintah juga harus fokus membenahi kondisi domestik, terutama memperbaiki iklim investasi. Paket-paket kebijakan ekonomi harus dijalankan.
Kemudian berbagai kendala yang menghambat investasi dan menurunkan daya saing mesti segera diatasi. Di antaranya adalah berbelitnya perizinan mesti disimplifikasi, juga persoalan tumpang tindih dan tidak sinkronnya regulasi baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah, tingginya biaya logistik, kurang memadainya dukungan infrastruktur, rendahnya produktivitas tenaga kerja, akutnya korupsi, dan buruknya kualitas birokrasi.
Kita optimistis, dengan berbagai sentimen positif yang menyelimuti saat ini, ditambah atmosfer global yang kian kondusif karena berkurangnya ketidakpastian, capital inflow ke negeri ini bakal kian deras.
Pemerintah dan otoritas terkait harus menjaga kepercayaan investor asing dan menciptakan kebijakan yang prudent guna memperkokoh fundamental perekonomian. Euforia yang melanda investor asing dan diikuti investor domestik jangan sampai ternoda oleh hal-hal yang dapat merusak kepercayaan mereka. (*)

🍝


KONTAN.CO.ID - Capital inflow mengalir deras di awal tahun 2019. Investor asing tercatat telah melakukan pembelian bersih all market sebesar Rp 7,89 triliun secara year to date
Adapun saham-saham yang menjadi pilihan asing year to date berdasarkan data RTI perdagangan Rabu (16/1) termasuk 5 besar meliputi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 1,1 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 988,5 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 817,1 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 720,2 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 580,3 miliar.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan jika dari masuknya asing ini ada beberapa hal yang bisa diperhatikan, seperti timing beli dari sisi valuasi saham-saham yang masih murah.
"Sebelumnya harga sahamnya turun dan sektor seperti konsumer anjlok. Sehingga saat ini asing kembali lagi," kata Aditya, Rabu (16/1).
Jika diperhatikan, adapun saham-saham yang asing beli merupakan saham-saham penghuni LQ 45, market caps besar dan fundamentalnya punya historis dari sektor perbankan, infrastruktur, aneka industri dan konsumer.
Dari sisi fundamental saham perbankan cukup solid dari sisi aset kualitas dan pertumbuhan kredit masih di atas estimasi. Rupiah yang membaik juga akan membantu kinerja operasional perusahaan sektor konsumer, lalu kucuran bantuan sosial dari pemerintah. Terlepas dari sinyal The Fed yang akan menahan suku bunga atau menaikkan dua kali.
Aditya bilang, saat ini posisi asing bukan menjadi acuan mengingat investor institusi domestik juga cukup kuat posisinya setelah sebelumnya asing melakukan net sell yang cukup besar. "Jadi perihal dominasi asing mulai berkurang," pungkasnya.
Menurutnya, asing memiliki investment target sendiri yang mempengaruhi mereka dalam hal berinvestasi. Sehingga ketika mereka keluar, memang memiliki potensi dampak pada indeks akan mengalami koreksi, namun tidak terlalu signifikan.
Untuk investor ritel yang di bawah institusional secara value dan volume dapat mengikuti langkah beli asing pada saham-saham tertentu. Hanya saja perlu kedisiplinan dalam menetapkan risk manajemen dari sisi portofolio terkait target investasi yang ditetapkan.
"Kalau asing keluar, selama sentimen masih tetap positif tidak perlu takut. Justru sebaiknya menambah barang," tutupnya.

Sepanjang awal tahun, adapun komposisi trading value masih didominasi investor domestik dengan proporsi 68% atau setara Rp 66,3 triliun dan asing 32% atau setara 30,8 triliun.

🍏

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat terbatas usai sempat berada di zona merah. Hal itu didukung aksi beli investor asing.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (16/1/2019), IHSG naik tipis 4,5 poin atau 0,07 persen ke posisi 6.413,36. Indeks saham LQ45 mendaki 0,23 persen ke posisi 1.021,59. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Sebanyak 214 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 182 saham melemah dan 148 saham diam di tempat. Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.425,94 dan terendah 6.385,59.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 515.028 kali dengan volume perdagangan saham 13,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,9 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.123.
Sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan melemah. Sektor saham aneka industri naik 1,27 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 1,26 persen dan sektor saham tambang naik 1,08 persen.
Sementara itu, sektor saham barang konsumsi turun 1,1 persen, sektor saham industri dasar tergelincir 1,03 persen.
Saham-saham yang jadi top gainers antara lain saham CANI melonjak 28,83 persen ke posisi Rp 210 per saham, saham TIRA mendaki 24,80 persen ke posisi Rp 312 per saham, dan saham AGRS naik 24,67 persen ke posisi Rp 374 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ASJT merosot 16,67 persen ke posisi Rp 300 per saham, saham OCAP susut 14,55 persen ke posisi Rp 282 per saham, dan saham YPAS turun 11,41 persen ke posisi Rp 660 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,27 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,43 persen, indeks saham Thailand menguat 0,22 persen, dan indeks saham Singapura menanjak 0,52 persen.
Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei turun 0,55 persen dan indeks saham Taiwan merosot 0,43 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, meski terdapat banyak sentimen negatif antara lain ketidakpastian Britain Exit (Brexit), penurunan harga minyak dunia, dan kembalinya rupiah terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS), aliran dana investor masih masuk ke pasar saham. Total aksi beli investor asing capai Rp 1,4 triliun.
"IHSG masih alami capital inflow sehingga mampu mendorong penguatan IHSG tersebut," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

🌽


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan pertama, Senin (14/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi tipis 0,40% ke level 6.336 pada penutupan perdagangan hari ini. Meski IHSG terkoreksi, investor asing masih mencatat pembelian bersih Rp 496,52 miliar.
Ini adalah pembelian bersih asing dalam 11 hari perdagangan berturut-turut sejak 27 Desember 2018. Total pembelian bersih asing dalam 11 hari perdagangan mencapai Rp 5,64 triliun.


Analis Panin Sekuritas William Hartanto memperkirakan, asing kembali mencatatkan net buy karena di tengah ketidakpastian eksternal, ekonomi Indonesia masih stabil. Sehingga, tingkat risiko menjadi relatif rendah dan menarik untuk tujuan investasi.
William mengatakan, kekhawatiran akan melemahnya ekonomi China menjadi penyebab utama terkoreksinya IHSG hari ini. Sebagaimana diketahui pemerintah China mengeluarkan keputusan untuk menurunkan target pertumbuhan di tahun ini dikisaran 6%-6,5%. Namun dengan adanya net buy asing yang cukup besar membuat IHSG hanya menurun tipis pada support psikologis.

Namun, William memprediksi IHSG besok akan melanjutkan penguatannya di level 6.300–6.400 karena dia memprediksi asing masih akan melakukan net buy. “Sentimen masih dari net buy yang menunjukkan optimisme pasar dan pergerakan rupiah yang masih terus berusaha menembus Rp 14.000, kalau berhasil tembus maka sangat positif bagi sektor properti,” kata dia.

🍚

JAKARTA ID– Meski pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 masih melandai, tekanan terhadap ekonomi nasional berkurang. Jika 2018 mengalami outflow, pada tahun 2019 akan terjadi capital inflow. Ekonomi Indonesia 2019 akan tumbuh berkisar 5,0-5,4% dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi 5,4-5,5%. Rupiah akan lebih stabil dan bergerak ke level yang mencerminkan fair value.
“Kondisi keuangan global masih dilanda ketidakpastian, tapi tidak sebesar tahun 2018,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi di Gedung BI, Jl Thamrin, Jakarta, Senin (07/01/19).
Suku bunga acuan bank sentral AS yang semula direncanakan naik tiga kali, kemungkinan hanya dua kali pada tahun ini. Perkembangan ekonomi dan keuangan global, kata Perry, menunjukkan bahwa dolar AS tahun 2019 tidak lagi perkasa. Karena The Federal Reserve (Fed) kemungkinan hanya dua kali menaikkan Fed fund rate (FFR).
Dan di Indonesia, suku bunga acuan BI yang sudah mencapai 6% cukup menarik minat pemodal asing. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) akan menarik capital inflow. “US dollar is not the king tahun ini,” ungkap gubernur BI.
Harga komoditas tahun 2019 diprediksi menurun, sehingga memukul ekspor Indonesia jika hanya mengandalkan komoditas. Oleh karena itu, demikian Perry, Indonesia harus meningkatkan ekspor industri manufaktur, mencari pasar baru untuk komoditas dan produk industri, dan mendorong pariwisata.
Dengan tekanan global yang menurun, kata Perry, neraca transaksi berjalan juga akan relatif stabil Jika current account deficit (CAD) 2018 sebesar 3% dari PDB, pada 2019, CAD diperkirakan sekitar 2,5%. Data BI menunjukkan, CAD pada akhir kuartal ketiga 2018 sebesar US$ 8,4 miliar.
Sedangkan cadangan devisa yang akan diumumkan BI hari ini, diyakini akan naik signifikan dibanding periode sebelumnya, kuartal III senilai US$ 114,8 miliar. Laju inflasi tahun ini diperkirakan 3,5% plus-minus 1%. Itu artinya lebih tinggi dibanding inflasi 2018 sebesar 3,13%. Dalam empat tahun terakhir, inflasi stabil, antara lain, akibat keberhasilan BI dalam menjaga stabilitas makroprudensial. (ark/hg)

🍄


ID: Nafan juga menegaskan, pembangunan infrastruktur strategis di Tanah Air mesti dilanjutkan. Ini diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita yang dalam beberapa tahun belakangan hanya sekitar 5%.
“Satu contoh negara yang membangun infrastruktur secara besar-besaran adalah Tiongkok. Negara ini kan pertumbuhan ekonominya pernah mencapai dua digit dalam waktu lama, karena sejak tahun 1980-an gencar membangun infrastruktur. Ini yang perlu kita contoh,” ucap dia.
Sedangkan Aurelia Barus dan Namira Lahuddin sebelumnya menjelaskan, anggaran infrastruktur dalam APBN 2019 mencapai Rp 420,5 triliun, naik 2,5% dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 410,4 triliun. Ini juga lebih tinggi dari yang disebutkan pemerintah pada awal 2018, yang sebesar Rp 300 triliun.
Dengan anggaran belanja tahun ini yang lebih baik dari perkiraan, sejumlah perusahaan sekuritas yang terafiliasi dengan asing memandang positif sektor infrastruktur dan konstruksi ke depan. Nafan menambahkan, kinerja harga saham emiten BUMN konstruksi dan infrastruktur sejak Oktober lalu juga sudah cenderung membaik.
“Pelaku pasar kan mulai akumulasi untuk beli. PER (price to earnings ratio) pun di bawah 10 kali yang juga positif dan murah,” ujar dia.
Nafan mengungkapkan, pihaknya merekomendasikan saham BUMN karya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan target price (TP) Rp 2.240 per unit.
Selain itu, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan TP Rp 4.510, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan TP Rp 2.380 dan Rp 2.680, serta saham dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan TP Rp 5.200. Sedangkan Reliance Sekuritas Indonesia menyebutkan sebelumnya, investor antara lain bisa mencermati saham-saham pilihan BUMN karya WSKT, PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PGAS.
Demikian pula, analis Royal Investium Sekuritas Wijen Ponthus merekomendasikan saham pilihan WSKT dengan TP Rp 2.000 dan Rp 2.050. Sementara itu, analis PT Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, pihaknya antara lain merekomendasi pilihan saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dengan target harga Rp 2.000 per unit. (is/dka/b1/en)



🍉
Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Indonesia dinilai masih menarik pada 2019. Hal itu akan didorong sejumlah sentimen internal dan eksternal. Dari internal, salah satunya pemilihan umum (pemilu).
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sekitar 2,5 persen ke posisi 6.194 pada 2018. Selain itu, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 50,74 triliun sepanjang 2018.
Meski demikian, sejumlah analis perkirakan IHSG mampu menguat pada 2019. Bahkan IHSG ditargetkan dapat mencapai level 7.000 pada akhir 2019.
Analis PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menuturkan, pemilihan umum (Pemilu) 2019 akan menjadi sentimen bayangi gerak IHSG. Sebelum Pemilu 2019, IHSG diprediksi bergejolak. Sedangkan setelah pemilihan umum, Henry memperkirakan IHSG menguat karena ada euforia.
Dari eksternal, Henry menyebutkan faktor british exit (Brexit) yang diputuskan pada Mei 2019 juga akan pengaruhi pasar keuangan termasuk saham. "Ini brexit antara deal dan no deal. Kalau brexit no deal akan berdampak buruk. Ini juga pengaruhi GDP Inggris," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (2/1/2019).
Selain itu, the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga dua kali. Oleh karena itu, Henry menilai, Bank Indonesia (BI) tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga.
Sementara itu,Senior Advisor CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, kemungkinan masih adanya potensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China seiring pimpinan AS dan China yang belum melunak juga akan berdampak terhadap sejumlah sektor saham di pasar modal Indonesia.
Ditambah kondisi ekonomi makro AS dan China juga menjadi perhatian pelaku pasar. Apalagi menurut Reza, China tidak hanya menjadi bagian dari negara besar dan berpengaruhi tetapi juga mitra dagang utama Indonesia. Dengan melihat kondisi itu, Reza perkirakan IHSG bergerak di kisaran 6.500-6.700 pada 2019.

🍰

Komentar

  1. PENGUJIAN: Ny. Ria Maulidina
    NEGARA: Indonesia
    CITY: Semarang
    MY WHATSAPP NO: +62 821-3272-6590
    PINJAMAN PINJAMAN: Rp 500.000.000
    BANK: ACCOUNT BCA No: 1750825253
    EMAIL: maulidinaria@gmail.com

    PERUSAHAAN PINJAMAN: PERUSAHAAN PINJAMAN ROLAND KARINA ELENA
    EMAIL: karinarolandloancompany@gmail.com
    WHATSAPP NO: +15857083478
    NAMA FACEBOOK: karina elena roland

    Nama saya MRS RIA MAULIDINA, saya berada dalam kekacauan keuangan, saya tidak punya pilihan selain mencari agen pinjaman online terkemuka yang menyewakan pinjaman kepada yang membutuhkan, tetapi yang saya dapatkan hanyalah sekelompok scammers karena saya percaya pemberi pinjaman kedua yang saya komunikasikan karena keputusasaan saya untuk mendapatkan uang ASAP dan itu membuat saya mengirim kepadanya satu-satunya uang yang saya miliki di bumi dan di surga, mereka terus meminta lebih banyak dan ini membuat saya marah karena saya harus menutup email itu karena saya menyadari omong kosong dan saya tidak repot-repot online untuk mendapatkan bantuan lagi, karena saya tidak percaya lagi. saya menjadi sangat kurus karena kurangnya makanan yang baik dan 2 anak saya usia 5 dan 8 juga tidak terlihat bagus selama periode COVID19 kuncian ini tidak ada perawatan yang layak sebagai akibat dari keuangan, minggu lask saya melihat teman keluarga lama suami saya dan saya mengatakan kepadanya semua yang saya telah lewati dan dia mengatakan satu-satunya cara dia bisa membantu adalah mengarahkan saya ke agen pinjaman yang baik yang juga membantunya dan dia juga menjelaskan bagaimana dia secara finansial turun dan bagaimana dia mendapat dorongan oleh pinjaman ini agen KARINA ELENA ROLAND LOAN COMPANY (karinarolandloancompany@gmail.com) yang memberinya pinjaman dengan suku bunga 2% yang terjangkau dan dia lebih lanjut meyakinkan saya bahwa mereka sah dan bukan scammer dan dia juga memberi tahu saya apa yang perlu dilakukan {PERUSAHAAN PROSEDUR ADMINISTRASI} dan dia juga memberi saya alamat email yang bereputasi baik ini dan saya menghubungi mereka seperti yang diinstruksikan dan atas rahmat ALLAH YANG MAHA ESA saya juga diberikan dana pinjaman saya sebesar Rp 500.000.000 dalam waktu 2 jam setelah aplikasi saya dijumlahkan tanpa ada tekanan atau masalah saya dan inilah mengapa saya datang ke sini untuk memberikan kesaksian saya dan untuk memberi tahu orang-orang bahwa masih ada agen-agen pinjaman yang nyata dan memiliki reputasi online. hubungi mereka melalui (karinarolandloancompany @ gmail. com) atau melalui +15857083478

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒