tren harga saham batu bara awal 2019 ini cuma mnarik di awal-awal doanK seh. tapi ekspektasi ekonomi global yang tetap bersandar pada energi murah, maka tren harga batu bara mase tetap akan menguat. jika tren teknikal saham2 batu bara sedang tertekan saat ini mase sesuai dengan tekanan jangka pendek tren harga batu bara. gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian menekan tren harga tersebut. jika tekanan geopolitik berkurang, ada ekspektasi tren harga batu bara bisa menguat lage.
INDY: laba naek tinggi
INDY: zero coal 2050
INDY: mnuju 50:50 bisnis batubara n non-batubara
BATUBARA: ekspektasi positif
🍓
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kienerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami tekanan sepanjang tiga bulan pertama 2020. Emiten tambang batubara ini membukukan kerugian bersih hingga US$ 35,1 juta, berbanding terbalik dengan kinerja kuartal I-2019 yang masih mampu mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan senilai US$ US$ 48.4 juta.
Sementara itu, pendapatan bersih BUMI sepanjang tiga bulan pertama 2020 juga ikut turun. BUMI mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$ 1,07 miliar, turun 4% dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,125 miliar.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) merugi US$ 35,1 juta di kuartal pertama 2020
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, turunnya kinerja BUMI disebabkan oleh penurunan tajam harga batubara yang dimulai sejak akhir 2018 akibat perang dagang China dengan Amerika Serikat.
Ditambah, pada Kuartal I-2020 harga batubara mencapai titik terendah sejak 2016 karena pandemi Corona (Covid-19) dan karantina wilayah (lockdown) di banyak negara yang memengaruhi permintaan batubara.
Baca Juga: Jelang sore, harga emas spot bergerak di US$ 1.706,87 per ons troi
Dileep menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan beberapa strategi guna meningkatkan kinerja.
- Yang pertama, BUMI akan menghasilkan lebih banyak batubara berkualitas tinggi.
- Selain itu, BUMI memasok batubara pasar utama sembari mengamati pasar India ketika Negara tersebut mencabut status lockdown.
- “BUMI juga mengambil keuntungan dari harga minyak yang lebih rendah. Sekitar 25% dari biaya tunai BUMI memiliki keterkaitan dengan minyak serta melakukan optimasi semua biaya,” ujar Dileep, kemarin (1/6).
- BUMI juga masih menunggu komunikasi resmi dari pemerintah mengenai persetujuan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang akan mengikuti peraturan baru.
Kaltim Prima Coal (KPC) akan menjadi pemasok batubara yang signifikan untuk proyek metanol yang baru-baru ini diumumkan di Kalimantan Timur.
Terakhir, BUMI juga mendorong entitas usahanya, yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) untuk mendiversifikasi pendapatan selain dari komoditas batubara.
Baca Juga: Harga emas spot bergerak di US$ 1.708,85 per ons troi
Hal ini dilakukan setelah keberhasilan percobaan produksi emas BRMS di Palu dan mulainya produksi seng komersial di Dairi tahun depan
BUMI juga telah menetapkan outlook kinerja untuk tahun ini. Penjualan akan ditargetkan mencapai 85 juta metric ton (MT) – 90 juta MT tahun ini dengan estimasi harga US$ 44 per ton - US$ 46 per Ton dan biaya produksi per ton di kisaran US$ 32 per ton US$ 34 perton.
Sebagai gambaran, per kuartal I-2020 BUMI mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar 3% atau sebesar 21,5 juta MT (berbanding 20,8 juta MT pada kuartal pertama tahun lalu). Namun, harga realisasi turun 6% menjadi US$ 49 per ton dari sebelumnya US$ 52,2 per ton. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi global dan kondisi sektoral yang semakin diperburuk oleh dampak pandemi yang sedang berlangsung.
🍇
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majalah Forbes merilis daftar 200 perusahaan terbaik di Asia Pasifik 2019 dengan pendapatan di atas 1 miliar dolar AS, kemarin. Sebanyak 11 perusahaan asal Indonesia masuk dalam daftar tersebut.
Seperti dikutip dari laman resmi Forbes, Senin (9/9), daftar perusahaan terbaik yang diberi nama "Best Over A Billion" itu merupakan kategori baru yang dirilis Forbes untuk melengkapi “Best Under A Billion” atau perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dengan pendapatan di bawah 1 miliar dolar AS.
Sebanyak 200 perusahaan itu terpilih dari sebanyak 3.200 korporasi di Asia-Pasifik yang telah melantai di pasar modal. Mereka dipilih berdasarkan sejumlah kriteria, yakni tingkat rata-rata penjualan selama lima tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan operasional, pengembalian modal, hingga proyeksi pertumbuhan selama satu atau dua tahun ke depan.
Terdapat 11 perusahaan Tanah Air yang masuk dalam daftar itu, yaitu Adaro Energy, Bank Central Asia (BCA), Bayan Resources, Chandra Asri Petrochemical, Gudang Garam, dan Indah Kiat Pulp & Paper. Selain itu, ada Indofood Sukses Makmur, Japfa, Kalbe Farma, Mayora Indah, dan Sumber Alfaria Trijaya.
Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengaku bangga perusahaannya bisa masuk ke dalam daftar Forbes. Jahja mengatakan, hal tersebut semakin memotivasi BCA untuk terus melakukan perbaikan kinerja.
Menurut dia, perusahaan selama ini sangat gencar mengembangkan teknologi. "Kami senang masuk Forbes. Semoga lebih banyak perusahaan Indonesia yang masuk agar pasar modal semakin berkembang," ucap Jahja.
BCA telah menganggarkan cost and capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar Rp 5,2 triliun untuk mengembangkan digitalisasi. Besaran angka tersebut naik 24 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Belanja modal itu dianggarkan untuk peningkatan sistem keamanan, perangkat lunak, dan perangkat keras. Namun, kendati perusahaan gencar mengembangkan digitalisasi, kata Jahja, perusahaan tetap mempertahankan fasilitas konvesional. Itu karena tidak semua nasabahnya melek teknologi.
Adapun dari sisi kinerja, BCA pada semester I 2019 mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 12,9 persen menjadi Rp 12,9 triliun dari Rp 11,4 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Sementara itu, Forbes mencatat BCA meraup laba 5,2 miliar dolar AS dengan total aset 57,4 miliar dolar AS pada 2018.
Peningkatan inovasi juga menjadi komitmen Kalbe Farma sebagai salah satu perusahaan RI yang masuk ke dalam daftar 200 perusahaan terbaik di Asia-Pasifik. Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, perusahaan akan terus meningkatkan kemampuan inovasi melalui sumber daya manusia (SDM) unggul dan riset terapan secara efektif.
Selain itu, pihaknya akan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun nilai perusahaan. Dia menegaskan, inovasi harus terus dilahirkan agar bisnis perusahaan tetap sesuai dengan perkembangan zaman. “Kemampuan inovasi terus kami pupuk melalui SDM yang unggul dan riset terapan efektif. Perusahaan ingin perkembangan zaman dan perkembangan digitalisasi," kata dia.
Kalbe Farma merupakan salah satu perusahaan bidang farmasi terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan keuangannya, perusahaan mampu membukukan laba bersih Rp 1,25 triliun pada semester I 2019. Jumlah laba tersebut naik 3,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, 11 perusahaan RI yang masuk dalam daftar 200 perusahaan terbaik Asia-Pasifik menandakan bahwa tak semua perusahaan terdampak tekanan ekonomi global, terutama perusahaan yang mengandalkan permintaan pasar domestik.
“Mungkin yang berbasis komoditas tertekan, tetapi kalau yang market base domestik bisa tumbuh,” kata Andry, menilai. Dia melanjutkan, perusahaan Indonesia harus mampu mematangkan strategi di tengah tekanan ekonomi dalam negeri dan global. Sebab, apabila perusahaan tersebut tidak mampu mempertahankan kinerja, mereka akan mengalami kemunduran. n retno wulandhari/novita intan ed: satria kartika yudha
🍑
Desember 2015. Harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) menyentuh titik nadir di Rp110. Perhatikan grafik harga saham INDY yang ada di halaman ini. Sebelumnya, harga saham INDY ada di Rp 1.600 pada awal 2013.
Penurunan tajam terjadi di antara 2013 dan 2015. Dengan harga tinggal Rp 110, jika dikalikan jumlah saham INDY sebanyak 5,21 miliar, maka kapitalisasi pasarnya hanya Rp 573 miliar, sekitar US$ 43 juta.
Lo Kheng Hong (LKH) mencermati laporan keuangan INDY. Dia melihat INDY masih memiliki kas sebesar US$ 390 juta. Nilai ekuitas INDY sebesar US$ 667 juta, atau setara Rp 1.702 per saham.
Dengan nilai buku jauh di atas nilai pasar, bagi LKH INDY adalah saham salah harga alias kemurahan (underpriced). Sudah barang tentu LKH memperhatikan juga aspek-aspek fundamental INDY. Bagi LKH, saham INDY tidak hanya kemurahan, tetapi memiliki bisnis yang menarik.
INDY memiliki 46% saham PT Kideco Jaya Agung, perusahaan pertambangan batubara terbesar ketiga di Indonesia. INDY juga memiliki antara lain saham di PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Cirebon Electric Power, pembangkit listrik berkapasitas 660 MW.
Harga saham INDY turun drastis karena harga batubara sedang terpuruk dan mayoritas investor meragukan prospek batubara. Tambahan, pada 2015, INDY merugi US$ 44 juta.
LKH segera melakukan order beli saham INDY kepada pialangnya. Namun di luar dugaan, pialangnya justru menasihati LKH untuk tidak membeli saham INDY. Pialang yang memiliki gelar MBA dari luar negeri tersebut yakin bahwa masa depan batubara suram.
Tapi LKH tidak terpengaruh. "Tidak apa-apa, belikan saja karena yang suram bisa menjadi cerah," kata LKH. Dia tahu persis bahwa harga batubara memang fluktuatif, habis naik akan turun, setelah turun akan naik kembali.
Maklum, LKH berpengalaman dengan saham komoditas. Tahun 2002 ia pernah membeli saham PT Timah Tbk (TINS) di harga Rp 285. Saham TINS kemudian naik menjadi Rp 38.000.
Ia juga punya pengalaman manis dengan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang harganya dipengaruhi oleh fluktuasi harga batubara. Ia membeli saham UNTR di harga Rp 250 pada 1998, dan menjualnya di harga Rp 15.000 enam tahun kemudian. Jadi, bukan kali ini saja LKH mengambil posisi berlawanan dengan mayoritas investor di bursa saham.
LKH mengoleksi sekitar 110 juta saham INDY pada harga Rp 110. Suatu hari JP Morgan Private Banking Singapore mengadakan gathering untuk orang super tajir di Jakarta. LKH termasuk yang diundang.
Di gathering tersebut ia bertemu dengan pemegang saham terbesar ketiga di INDY. LKH sembari tersenyum segera menyalami dan memberitahu dia bahwa sahamnya telah kalah banyak dengan LKH.
Saham INDY ternyata melesat cepat seiring dengan naiknya harga batubara. Dalam waktu enam bulan, saham tersebut sudah mencapai harga Rp 600, alias naik 450%. Padahal hingga pertengahan 2016, INDY masih dalam keadaan rugi. LKH akhirnya memutuskan melepas saham INDY dan menikmati keuntungan sekitar Rp 54 miliar.
Setahun kemudian, Mei 2017, LKH membeli kembali saham INDY pada harga Rp 855 saat berada di Omaha, kota di negara bagian Nebraska, Amerika Serikat, menghadiri Berkshire Hathaway Shareholder Meeting (RUPS). “Ketika BEI buka jam 9 pagi, di Nebraska jam 9 malam. Saya membeli saham INDY sembari berbaring di ranjang hotel. Saya menelepon broker saya menggunakan whatsapp call dengan wi fi hotel yang gratis,” kata LKH.
Dia membeli saham INDY dari jam 9 hingga 12 malam. "Setelah jam 12 biasanya saya mengantuk dan tidur. Jadi setiap hari saya membeli saham INDY hanya 1 sesi,” ujar dia.
Mengapa tertarik membeli kembali INDY? LKH membaca laporan keuangan INDY kuartal I-2017 yang keluar pada April 2017, dan hasilnya sangat bagus. Laba bersih mencapai US$ 22 juta. Dalam rupiah sekitar Rp 294 miliar. Jika dibagi jumlah saham beredarnya sebanyak 5,2 miliar, diperoleh earnings per share Rp 56,4 selama satu kuartal. Jika disetahunkan menjadi Rp 225. Pada saat harga saham Rp 855, PER INDY hanya 3,8 kali. Nilai buku ekuitas per saham INDY Rp 1.690, jauh di atas harga saham INDY.
LKH membeli 135 juta saham INDY dari Mei hingga Juli 2017. Saat itu harga batubara Newcastle sekitar US$ 73 per ton. Dana yang diinvestasikan sebesar Rp 112 miliar. Harga saham INDY kemudian melesat bak meteor dan LKH mulai menjual saham INDY pada September 2017 ketika harga sahamnya mencapai Rp 2.000.
Ia terus menjual saham INDY sedikit demi sedikit sampai harganya mencapai Rp 4.620 pada akhir Januari 2018. Harga batubara Newcastle mencapai US$ 106 per ton. Jika diasumsikan harga jual rata-rata saham INDY LKH Rp 3.000, ia meraup Rp 405 miliar, menikmati cuan sebesar Rp 293 miliar dalam waktu kurang dari setahun!
Anda ingin sukses berinvestasi saham seperti LKH? Ia selalu menasihati, "Invest in bad times, sell in good times, and you will get rich." Simpel bukan?♦
Lukas Setia Atmaja KONTAN
🍉
Komentar
Posting Komentar