Langsung ke konten utama

6K/7K @ ihsg, TANDA-TANDANYA seh (2)

Per 07 Agustus 2023: 

IHSG 6k: sulit k 7 K

🍉

 Per 30 Januari 2023: 

IHSG 7K : PENGHASILAN BERSIH Rp 100 T lebe: asii, bbri, tlkm, adro

🍉

Per 21 Oktober 2022: 

IHSG: kembali k 7K

🍒

Per 11 Juli 2022: 

IHSG: k 7K lage, seh

🍊

Tren harga saham jangka panjang menunjukkan dominasi sektor: 



#1: finansial 
#2: konsumer
#3: energi

Benarkah 155 Saham 'Margin Trading' Bikin IHSG Longsor? Yuk Simak Daftarnya!

LKH: inflencer? NO

MILENIALIS : scalping saham

Broker Sekuritas: 10 Besar di BEI

IHSG: k 6500 akhir taon: ANALIS

IHSG: pekan neh @ 6200an

Tanda-tanda Ekonomi Pulih Mulai Tampak Nyata, Ini Lho Bukti Konkretnya

Siklikal: bakal tumbuh lebe positif

IHSG: kapitalisasi pasar PRA Rp 8000 T neh

Tren harga saham naik, ini rekomendasi saham blue chip yang menarik dikoleksi

IHSG: menuju rekor baru

IHSG: s4 ctak tertinggi

Mirae Asset Sekuritas Prediksi IHSG Sentuh 7.000 pada Februari 2022

IHSG : awal Maret pra 7K



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, pemerintah di banyak negara harus menjalankan perekonomian dengan was-was. Belum adanya perkembangan vaksin yang bisa menangkal penyebaran virus Covid-19, bisa membuat risiko besar penyebaran virus Covid-19 gelombang ke 2.

Berikut ini wawancara dengan Rudiyanto Direktur Panin Asset Management

 

Bagaimana Anda melihat sentimen-sentimen yang ada di pasar sekarang ini?

Kalau bicara sentimen, memang di akhir bulan Mei sampai akhir Juni ini sempat terjadi perubahan. Kalau tadinya sentimen yang negatif-negatif tiba-tiba dalam 2 minggu beralih cukup signifikan.

Untuk semester 2 nanti, orang akan melihat pelonggaran daripada PSBB ini seberapa jauh bisa memulihkan sektor real. Pasar modal itu bisa pulih cepat tapi sektor real itu masih butuh waktu. 

Contoh yang punya usaha di mal, itu kan sudah kehilangan income hampir 3 bulan di April, Mei, dan Juni kan sampai tanggal 15 Juni. Sudah begitu, baru buka pun belum tentu langsung ramai.

Lalu untuk sektor pariwisata, mungkin akan lebih lama dari ini. Orang mungkin belum ada keinginan untuk jalan-jalan. Kalau untuk penerbangan dan wisata-wisata lokal mungkin sudah ada. Hotel-hotel memang sudah buka, tapi yang mau tinggal di sana siapa? Mungkin yang melakukan perjalanan-perjalanan bisnis akan tunda sampai September atau Oktober.

Jadi untuk beberapa sektor masih butuh 3-6 bulan bahkan 1 tahun lagi untuk bisa pulih.

 

Dengan catatan ini semua berjalan lancar?

Ada orang-orang yang bilang ada second wave ya. Kalau saya bilang terus terang saya sependapat dengan yang dinyatakan di Amerika. Betul ada risiko munculnya second wave pada waktu lockdown dibuka secara perlahan, tapi kemungkinan untuk kembali dilakukan lockdown atau karantina seperti kemarin lagi sudah kecil. Kenapa? Biaya ekonominya sudah telalu mahal. Jadi kalau pun ada, mungkin per lokasi saja, jadi kalau di satu tempat misalnya, ya sudah per tempat saja atau RW atau per RT. Kalau misalnya kita mau tutup secara keseluruhan, biaya ekonominya kita tidak bicara miliar, biaya ekonomi sudah triliun.

Jadi game changer-nya orang bilang vaksin, tapi sebelum vaksin saya rasa bisa juga biaya untuk melakukan rapid test atau swab test. Kalau misalnya biaya rapid test bisa ditekan di bawah Rp 100 ribu dan akurasinya juga meningkat, pemulihan ekonomi akan lebih cepat. Orang juga kalau mau naik pesawat kan harus swab test. 

Kantor saya ditawari Rp 3,5 juta untuk swab test kalau lebih dari 100 orang baru turun jadi Rp 2 juta.

 

Belum lagi mengingat perjalanan yang panjang kan harus 2 kali tes karena kan tesnya kedaluwarsa dalam 7 hari?

Mau perjalanan pendek juga harus 2 kali tes, harus di swab ulang. Nah ini kan jadi tidak masuk akal biaya perjalanannya. Tiket Jakarta-Surabaya mungkin 2 juta biaya swab tes-nya Rp 7 juta.

Jadi kalau rapid test yang akurasinya tinggi kemudian biayanya di bawah Rp 100 ribu, menurut saya bioskop, tempat-tempat wisata, atau yang ada kontak fisik seperti gym atau konser akan bisa dibuka lebih cepat. Tapi kalau biayanya masih di atas Rp 100 ribu akan cukup menyulitkan. Yang bergerak hanya yang bisnis saja yang pariwisata akan susah.

Sentimen lain yang perlu diperhatikan, kalau misalnya jadi kan Amerika Serikat tahun ini akan melakukan pilpres. Memang Donald Trump kan gayanya sudah seperti ini. Bisa saja dia menyatakan suatu hal yang mungkin ada maksudnya untuk negaranya tapi juga untuk kepentingan dia punya pemilihan presiden. 

Jadi sentimen luar negeri saya bilang akan tinggi juga. Tidak semuanya negatif juga. Kalau misalnya dia bilang nanti bunga saya bikin -0,5% itu kan jadi positif. 

 

Sebelum pandemik melanda Amerika, saya melihat Trump sangat percaya diri dengan prestasinya dalam perekonomian. Angka pertumbuhan, unemployment-nya juga memang kelihatan bagus. Tapi begitu pandemik ini melanda AS semuanya kan berbalik. Anda melihat strategi seperti apa lagi yang akan dijalankan Trump untuk menang?

Kalau melihat berita-berita dari sana kan dia menyalahkan semuanya. China dia salahkan, semuanya dia salahkan. Dia selalu salahkan seseorang yang mungkin benar yang mungkin juga tidak, karena untuk kepentingan elektabilitas itu adalah langkah yang perlu dilakukan.

Demo dan kerusuhan yang terjadi beberapa hari ini di sana, menurut saya juga berpengaruh. Waktu dia terpilih juga ada demo-demo seperti itu juga kan? Jadi menurut saya pada saat menjelang pilpres AS, apakah itu janji kampanye, apakah itu kebijakan,  menurut saya akan ada hal-hal yang di luar dugaan. Sifatnya bisa positif, bisa juga negatif.

Walaupun saya  pribadi, menurut saya di sana pelurunya sudah habis-habisan. Pajak sudah diturunkan, duit sudah dibagi-bagi. Dia kan sudah transferkan ke seluruh warga negaranya US$ 1.500 karena Covid-19 ini. Kemudian bunga juga sudah 0%. Saya melihat satu-satunya kekuatan dia tinggal cetak uang saja. Cuma cetak uangnya juga, kalau menurut saya karena sudah terlalu banyak ya menurut saya, jadi mata uangnya melemah karena itu. Bukan karena kerusuhan 

Kalau dari dalam negeri, saya melihat laporan keuangan Q2 yang akan lebih buruk dari Q1 itu mungkin akan terbit antara Agustus atau September ini. Mungkin ada juga yang Juli, tapi kemungkinan di Agustus dan September.

Nah di kuartal 2 ini kita benar-benar mengalami lockdown atau PSBB, jadi beberapa sektor itu akan terpukul cukup dalam laporan keuangannya. Jadi penjualannya anjlok, laba bersih anjlok.

Menurut saya market sudah mengantisipasi, tinggal kita ekspektasi keluarnya buruk sekali atau buruk atau ternyata enggak buruk-buruk amat. Jadi kalau disebutkan pertumbuhan ekonomi kita kuartal 2 misalnya -X %, ya sudah. Itu enggak Cuma di kita kok di seluruh dunia mengalaminya. 

Jadi laporan keuangan kuartal 2 itu bisa menjadi negatif tapi sudah dalam ekspektasi. Nah apa yang menjadi perhatian di semester 2 nanti? Kalau kita melihatnya nilai tukar mata uang kita akan stabil. Ini kan sudah semakin stabil. Kalau Panin Aset melihatnya di Rp 14.500.

 

Saham-saham seperti apa yang harus kita lihat di semester 2 ini? 

Yang kami lihat sekarang apa yang bisa menggerakkan pasar di semester 2. Pertama ketika sahamnya terlalu murah, maka saham-saham yang naik itu orang lihat valuasi. Jadi enggak ada sektor tertentu, pokoknya kalau murah sudah naik. Murah itu misalnya book value-nya di bawah 1 kali atau di bawah 1/2 kali. Atau price on earning ratio-nya di bawah 10 kali. 

Saat ini sih kami melihat sudah naik tapi belum merefleksikan valuasi yang ada. Jadi mungkin saham-saham yang value-nya murah masih akan naik lagi. Tapi ketika harganya sudah mencapai level tertentu yang dianggap wajar, orang akan melihat cerita. 

Misalnya sektor ini orang sudah menemukan vaksin atau produksi vaksin, atau misalnya harga emas lagi tinggi, jadi yang berkaitan dengan emas naik. Jadi ketika valuasinya sudah wajar, orang baru ke sentimen, baru setelah itu stock picking.

Tentu valuasi beda ya antara Bank BRI dengan yang lain, kita tidak perlu tunggu di bawah 1 tapi kita di bawah angka sekian orang sudah anggap murah. Kita tidak bisa patokan book value di bawah 1 itu berlaku untuk semua saham. Big cap itu book value-nya 2 saja masih dianggap murah karena normalnya 4. 

Nah kemudian dari penggeraknya sampai dengan Bulan Juni ini IHSG ini yang menggerakkan adalah investor asing dan investor lokal individu. Terjadi lonjakan investor lokal yang sangat signifikan, tanya ke bursa, tanya ke teman-teman sekuritas, semua punya kesimpulan yang sama.

Selama masa PSBB ini bisnis sekuritas malah bagus. Kenapa? Ya mungkin selama toko tutup bos-bos yang punya duit untuk punya income mereka cari duit di pasar modal. Orang yang buka rekening dengan nominal Rp 1-2 M itu banyak sekali.

Kalau saya tanya orang bursa, Maret-April kalau enggak salah, itu dua kali lipat yang buka rekening. 

Investor institusi belum banyak yang turun, mereka masih wait and see. Jadi perkiraan kami, nanti ketika investor lokal ini mulai turun gunung nah itu menjadi satu sentimen penggerak yang lain.

Tapi yang mengagetkan ternyata indeks kita bisa diangkat oleh investor lokal. Ketika investor asing keluar yang menalangi dan menaikkan itu investor lokal perorangan, dulu enggak bisa. Sekarang mungkin karena jumlahnya jauh lebih banyak, transaksi kita juga kan kembali lagi kan Rp 10 T- Rp 9T. Dan itu saham-saham gorengannya sudah enggak ada.

Kalau secara keseluruhan saya melihat volatilitas masih akan ada. Jadi kalau misalnya orang waktu kemarin harga naik belum sempat dapat ya jangan dikejar. Tapi kalau misalnya dalam satu hari ada koreksi 1%-2% atau di atas ½% bisa masuk secara bertahap. Itu strategi yang kami sarankan.

 

Anda melihat sektor perbankan seperti apa sekarang ini valuasinya? 

Kalau bank memang kita harus terima kenyataan ada kredit macet itu. Beberapa bank juga mengalami masalah likuiditas. Kenapa?  Ya karena ada beberapa perusahaan gulung tikar, tidak bisa bayar gaji, bisnis yang obligasi atau utangnya sudah di ambang gagal bayar makin hari makin banyak. Ada yang memang bisnisnya terganggu, ada juga yang aji mumpung. Itu harus kita akui, ada juga yang sudah gagal dari tahun-tahun lalu dipas-paskan sekalian saja. Ada juga yang memang benar-benar komitmen tapi bisnisnya memang susah saja. Itu kan semua efeknya ke bank.

Tapi di satu sisi kita melihat pemerintah itu cukup protektif terhadap sektor perbankan. Jadi banyak peraturan-peraturan, kalau saya lihat menjaga jangan sampai ada bank yang collapse. Karena kalau bank yang collapse itu sistemik. 

Jadi perbankan itu memang sedang kesulitan, tapi dilindungi. Tapi yang susah bukan cuma dia, semua juga sedang susah.

🍇
JAKARTA, Investor.id - Meski dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional diperkirakan baru benar-benar terasa pada akhir kuartal II-2020, fase terburuk pasar saham sudah berlalu karena para pelaku pasar telah mem-price in portofolionya ke depan. Fase paling buruk terjadi pada 24 Maret saat indeks harga saham gabungan (IHSG) terperosok 51,88 poin (1,30%) ke level 3,937.63. Indeks kini dalam fase konsolidasi untuk kembali rally menuju level fundamentalnya. Pasar saham domestik tergerus 28,45% selama tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak awal tahun hingga 15 Mei 2020. Kapitalisasi pasar (market cap) saham-saham LQ45 menyusut lebih dari separuhnya. Price to earning ratio (PER) saham-saham paling likuid di bursa pun turun signifikan. Tekanan terhadap pasar saham terjadi sejak Covid-19 merebak di Tiongkok pada akhir Desember 2019, disusul pengumuman kasus corona pertama di Tanah Air pada 2 Maret 2020. Selain dipicu isu corona, pasar bergejolak akibat anjloknya harga minyak, perang dagang, dan meningkatnya risiko resesi. Namun, sejak 26 Maret, tekanan mereda dan IHSG kembali meninggalkan level psikologis 4.000. Pada Jumat (15/5) pekan lalu, indeks ditutup di level 4.507,60, turun tipis 6,22 poin (0,13%). Sejalan dengan itu, sebagian saham emiten LQ45 (periode 24 Maret - 15 Mei 20200) mulai membukukan kinerja positif.  Chief Economist & Director Investment Strategy Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat mengungkapkan, saat-saat terburuk di pasar finansial, khusus pasar saham, terjadi pada pekan ketiga Maret, persisnya pada 24 Maret 2020. Saat itu, indeks bursa global dan negara-negara emerging markets, tak terkecuali IHSG, berguguran dan mengalami underperformed. 
Kondisi jenuh jual (oversold) di pasar saham meningkat. Pada saat bersamaan, dolar AS menguat dan suku bunga naik. Imbal hasil (yield) obligasi negara melonjak. Sebaliknya, harga emas dan minyak anjlok. “Rush for cash memicu kejatuhan bursa global. Investor mengambil posisinya sebagai partisipan demokrasi yang bengis, spontan, mandiri, namun pragmatik,” ujar Budi Hikmat kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (16/5). 
Menurut Budi Hikmat, menyusul turbulensi di pasar finansial pada 24 Maret 2020, para investor global jangka panjang memutuskan untuk mengakumulasi emas. Hal itu tercermin pada kenaikan harga emas sebesar 12,92% pada 14 Mei (ytd). Pada periode yang sama, kata Budi, harga komoditas anjlok. Harga timah, nikel, gas, batu bara, karet, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masing-masing melorot 11,67%, 12,63%, 18,16%, 22,60%, 25,50%, dan 31,93%. “Bahkan, harga minyak Brent melemah 55,62%,” tutur dia. Budi Hikmat menjelaskan, perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah direspons pemerintah berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan menggulirkan stimulus, pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE), dan kebijakan kontrasiklus (counter cyclical). Alhasil, menurut Budi, dunia saat ini mengalami kelebihan likuiditas. “Kondisi sekarang membuka peluang bagi pelemahan dolar AS, kenaikan harga emas, dan kenaikan harga surat berharga negara (SBN) di negara berkembang bila keadaan membaik,” papar dia. Dia menegaskan, kondisi terburuk di pasar finansial sudah berlalu. Variabel-variabel yang muncul saat ini adalah isyarat bagi para investor untuk kembali berinvestasi. “Jadi, sekarang adalah saat terbaik bagi para investor, khususnya investor milenial, untuk berinvestasi di pasar saham,” tandas dia. Budi Hikmat menambahkan, sektor yang berpotensi turun atau membukukan kerugian (potential losers) dalam jangka pendek di antaraya pendidikan, jasa keuangan, manufaktur, konstruksi dan real estat, otomotif, penerbangan dan pelayaran, pariwisata, serta migas. Adapun sektor yang berpotensi naik atau mencetak keuntungan (potential winners) antara lain jasa dan pasokan medis, ritel dan makanan olahan, personal & healthcare, teknologi informasi dan komunikasi, perdagangan secara elektronik (e-commerce), pertanian, serta migas. Forecast  IHSG Berdasarkan forecast Bahana, IHSG pada akhir tahun akan bercokol di level 4.565 (bear), 5.536 (base), dan 6.162 (bull). Sedangkan yield surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun bakal mencapai 8,20% (bear), 7,57% (base), dan 7,00% (bull). Adapun rupiah bakal bertengger di level Rp 17.500 (bear), Rp 15.100 (base), dan Rp 14.100 per dolar AS (bull). Pertumbuhan ekonomi akan minus 0,40% (bear), 2,3% (base), dan 5,30% (bull). Sedangkan inflasi akan berada di posisi 5,10% (bear), 3,90% (base), dan 3,10% (bull). Selan itu, suku bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) bakal berada di level 4,75% (bear), 4,50% (base), dan 4,25% (bull). “Posisi suku bunga acuan saat ini sudah tepat. Peluang pemangkasan suku bunga relatif minim karena volatilitas rupiah dan capital outflow masih terjadi,” ucap dia. Budi Hikmat mengakui, IHSG berpotensi memberikan return tahunan negatif pada 2020 jika ekonomi nasional bertumbuh terlampau lemah, apalagi jika sampai negatif. “Pertumbuhan poduk domestik bruto (PDB) akan bergantung pada berapa lama restriksi mobilitas diberlakukan. PDB kuartal I dan II berpotensi jatuh sebelum recover pada kuartal III dan IV,” kata dia.     Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Fase Terburuk di Pasar Saham Sudah Berlalu"
Penulis: Abdul Aziz
Read more at: http://brt.st/6Aig

🍎


Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten sektor riil berhasil membukukan kinerja yang baik pada kuartal I/2020. Namun, kuartal II/2020 dinilai akan menjadi tantangan yang lebih berat bagi emiten untuk mempertahankan kinerjanya.
Berdasarkan data 27 emiten sektor riil yang menerbitkan laporan keuangannya di Bisnis, sebanyak 15 emiten membukukan pertumbuhan pendapatan dan 12 kontraksi. Di sisi profitabilitas, sebanyak 13 labanya tumbuh, 9 laba turun, 2 berbalik laba, 1 berbalik rugi, 1 rugi membesar, 1 rugi menciut. 
Secara kumulatif, 24 emiten yang membukukan pendapatan dalam denominasi rupiah membukukan penurunan pendapatan 3,16 persen secara tahunan dari Rp191,42 triliun pada 2019 menjadi Rp185,37 triliun pada 2020. Sementara itu, laba bersihnya masih tumbuh 2,83 persen dari Rp19,13 triliun menjadi Rp19,67 triliun. 
Adapun, margin laba bersihnya berhasil bertahan dobel digit di kisaran 10 persen. Secara sektoral, emiten yang berhasil membukukan kinerja impresif adalah 
  • sektor telekomunikasi, 
  • perkebunan, 
  • konsumsi, serta 
  • minyak dan gas.

Kinerja sektor lainnya seperti konstruksi, properti, industri dasar, unggas, tambang, dan otomotif mengalami kontraksi dengan kinerja terlemah dipimpin oleh sektor konstruksi dihitung dari rerata pertumbuhan labanya.
Sementara itu, PT Bursa Efek Indonesia melaporkan baru 82 emiten dari 682 emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangan kuartal I/2020 sampai dengan, Rabu (13/5/2020).
“Baru 12 persen [yang menyampaikan laporan keuangan kuartal I/2020] dan itu menunjukkan slow down terhadap emiten kita. Pendapatan turun sekitar 1 persen dan laba bersih turun 23 persen,” jelasnya dalam Seminar Online bersama Danareksa Sekuritas, Rabu (13/5/2020).
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pencapaian sejumlah kinerja emiten-emiten pada periode tiga bulan pertama tahun ini secara garis besar masih cukup baik di tengah sentimen yang ada.
Namun, yang patut dikhawatirkan adalah proyeksi kinerja pada kuartal II/2020, ketika pembatasan sosial skala besar mulai diterapkan yang mendorong pengurangan aktivitas signifikan sehingga dampak pandemi Covid-19 akan sangat terasa pada kuartal ini.
Dia mengatakan bahwa emiten saat ini sudah harus mulai memasang strategi defensif untuk menghadapi kuartal II/2020 dan setidaknya hingga kuartal III/2020. Emiten harus mengkaji ulang dan memberikan skala prioritas sejumlah rencana ekspansinya tahun ini.
“Tentu juga sembari melakukan beberapa efisiensi di beberapa pos. Karena kalau ingin diversifikasi produk itu juga harus melihat situasi dan kondisi pasar, akan diterima baik atau tidak, tetapi kalau kondisi saat ini ya bagaimana akan cukup sulit,” ujar Reza saat dihubungi Bisnis, Jumat (15/5/2020).
Reza menilai sektor yang masih berpotensi untuk bertahan cukup baik pada kuartal II/2020 adalah sektor konsumsi, telekomunikasi, dan perbankan. Kendati daya beli secara keseluruhan diproyeksi melemah, kebutuhan bahan pokok masih harus dipenuhi sehingga penjualan sektor konsumsi pun masih prospektif.
Sementara itu untuk sektor telekomunikasi, dengan masyarakat yang selalu berada di rumah sehingga kebutuhan kuota data pun akan meningkat dan menopang kinerja top line emiten telekomunikasi pada kuartal II/2020.
Di sisi lain, selain berdasarkan dengan fundamentalnya, Reza juga merekomendasikan saham-saham emiten yang siap membagikan dividennya sepanjang kuartal II/2020 seperti PGAS, PTBA, dan TOWR. Selain itu, dia juga merekomendasikan saham BBRI, TLKM, EXCL, GGRM, dan UNVR.
Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto juga mengatakan bahwa tekanan kinerja akibat pandemi Covid-19 akan lebih terasa pada kuartal II/2020.
Sektor perkebunan, pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran, yang sebelumnya menjadi kontributor utama dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2020, diyakini akan turun lebih dalam pada kuartal selanjutnya, khususnya sektor perdagangan besar dan eceran.
Selain itu, dia menjelaskan terdapat tiga kuadran risiko sebagai dampak Covid-19, yaitu risiko penyebaran virus itu sendiri, risiko depresiasi nilai tukar, dan risiko interest coverage atau beban utang.
Di kuadran risiko Covid-19, dampak buruknya dirasakan hampir oleh semua sektor, kecuali rokok, konsumer, media, poultry, telekomunikasi, dan tower. Sementara itu, pada risiko depresiasi nilai tukar dampak tertinggi dirasakan oleh sektor farmasi dan otomotif.
Adapun, kedua risiko itu telah dilalui Indonesia dan saat ini risiko mulai bergeser pada sisi interest coverage, yang akan sangat berdampak pada sektor konstruksi.
Secara garis besar, Hemy menilai sektor rokok, konsumer, dan tower memiliki risiko terendah, sedangkan risiko tertinggi ada di sektor tambang, perkebunan, dan pelabuhan.
“Jadi kalau kita melihat sektor rokok, konsumer, dan tower ini boleh dibilang masih cukup resilient. Covid 19 sudah mendekati titik peak, rupiah juga sudah mulai stabil, sudah berada di risk assestment ketiga, yang berisiko sekarang adalah sektor dengan high gearing,” ujar Helmy.
Tingkat Risiko Covid-19 di Sektor Strategis 
Sektor
Risiko Covid-19 Impact
Risiko Depresiasi Nilai Tukar
Risiko Interest Coverage
Total Risiko
Otomotif
Medium-High
Medium-High
Low-medium
Medium-High
Perbankan
Medium
Medium
Medium-High
Medium
Semen
Medium-High
Medium
Low-medium
Medium-High
Rokok
Low
Low
Low
Low
Tambang Batu Bara
High
Low
Low
High
Konstruksi
Medium-High
Low-medium
High
Medium-High
Konsumsi
Low
Low
Low
Low
Kawasan Industri
High
Medium
Low-medium
Medium-High
Media
Low-medium
Medium
Low
Low-medium
Tambang Logam
High
Low
Low
High
Farmasi
Medium
High
Low-medium
Medium
Perkebunan
High
Low
Low-medium
High
Pelabuhan
High
Low
Low
High
Unggas
Low-medium
Medium
Low-medium
Low-medium
Properti
Medium-High
Medium
Low-medium
Medium
Ritel
High
Medium-High
Low
Medium-High
Telekomunikasi
Low
Low-medium
Low-medium
Low-medium
Menara
Low
Low-medium
Low
Low
Petrokimia
Medium-High
Low-medium
Low-medium
Medium

Sumber: Danareksa, diolah
🍈

JAKARTA, investor.id — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (30/4) ditutup naik 149,08 poin (3,26%) ke level 4.716,40. Level tertinggi indeks mencapai  4.726,77, sedangkan terendah 4.567,4.
Sebanyak 258 saham harganya naik, 136 saham turun, dan 146 saham stagnan. Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 10,3 triliun. Investor asing mencatat transaksi beli bersih (net buy) di semua pasar sebesar Rp 431,65 miliar.
Berdasarkan data dari RTI, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) pada beberapa saham, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Adapun harga BBCA naik 6,60%, BMRI melonjak 11,50%, INKP terangkat 1,37%, TLKM naik 4,48% dan BBNI meningkat 9,04%.
Sementara itu, saham-saham yang banyak dilepas asing (net sell) adalah saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Indofoos Sukes Makmur Tbk (INDF).
Secara rinci harga saham KLBF menurun 2,04%, INDF terkoreksi 2,25%, TOWR berada pada posisi stagnan, namun ASII menguat 4,34%, dan BBRI naik 5,81%.

Sumber : Investor Daily


🍉

JAKARTA, investor.id - Sudah banyak wilayah di Indonesia mulai menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran wabah Covid-19. Namun, sebenarnya jauh sebelum penerapan PSBB, banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk melawan wabah ini. Seperti menutup sekolah, tempat-tempat wisata, tempat ibadah, pusat keramaian, hingga perkantoran yang menyebabkan mayoritas masyarakat pekerja melakukan kerja dari rumah atau work from home (WFH). WFH dan penerapan dari social distancing tentunya bagi sebagian orang membuat jenuh, karena segala aktivitas yang dilakukan di luar, kini dilakukan di dalam rumah. Penerapan aturan ini bukan hanya diterapkan di Indonesia, namun seluruh dunia. Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Pariwisata, Koperasi dan UMKM Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha muda Indonesia (BPP Hipmi) Rano Wiharta mengatakan, kejenuhan yang dialami mayoritas masyarakat ini tentunya bisa dimaknai bahwa mereka juga pasti memerlukan refreshing keluar rumah setelah wabah Covid-19 usai nanti. Wisatawan menikmati pemandangan di area objek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali. Foto ilustrasi: IST. Hal ini tentunya digunakan oleh banyak masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata sebagai “balas dendam” karena berbulan-bulan melakukan semua aktivitas di dalam rumah. "Golden moment atau peluang emas ini tentunya harus dimanfaatkan betul-betul oleh industri pariwisata. Akan ada lonjakan besar di sektor ini bahkan Presiden Joko Widodo sudah memprediksi lonjakan ini akan terjadi di awal 2021," ujar Rano, dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (1/5/2020). Yang harus dilakukan industri pariwisata saat ini, lanjut Rano, tak lain adalah promosi. Promosi adalah sebuah langkah tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lalu pemerintah daerah (Pemda) yang memiliki tempat-tempat wisata yang potensial dan seluruh stakeholder. "Ini tepat dilakukan di saat semua orang jenuh di rumah dan mengidam-idamkan untuk jalan-jalan. Lalu bagaimana dengan pelaku industri pariwisata dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak besar seperti penginapan, restoran, rental mobil, dll?," ucapnya. Menurutnya, pelaku industri pariwisata yang tidak lagi memiliki biaya untuk berpromosi, disarankan untuk menggunakan kekuatan media sosial. Media sosial adalah sarana gratis, mudah dan paling efektif disituasi saat ini serta bisa dilakukan dimana saja, termasuk di rumah. "Untuk skala yang lebih besar, Kemenparekraf harus dapat menggunakan peluang ini dengan baik, banyak tempat indah di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia sendiri. Ini saatnya berpromosi masif agar tempat tersebut diketahui luas, supaya nanti setelah wabah Covid-19, masyarakat memiliki banyak pilihan tempat tujuan di negaranya sendiri, ketimbang mereka harus lari pergi berwisata ke luar negeri yang akhirnya menguntungkan negara lain ketimbang negara kita tercinta yang indah ini," ungkapnya. Dalam konteks konten promosi, Rano menyarankan, harus juga dibuat visual yang menarik tentunya dan airing atau penyebaran promosinya dibuat luas, bukan hanya dalam tapi juga luar negeri. Satu hal yang sangat prinsip yang harus diubah oleh Kemenparekraf, yaitu tag line promosi pariwisata Indonesia terlalu banyak, seperti Wonderful Indonesia untuk audience luar negeri dan Pesona Indonesia untuk publik dalam negeri. "Belum lagi tiap daerah memiliki tag line masing-masing. Ini sangat ambigu, seperti kita bingung menentukan identitas pariwisata kita sendiri, jadi jangan heran juga jika orang luar bingung dengan identitas kita. Contohlah Malaysia, begitu berani membuat slogan untuk pariwisatanya, yaitu ‘Malaysia, The Trully Asia’ dengan aktris Michelle Yeoh sebagai Ambassador-nya. Cukup satu slogan ini, dari dulu Malaysia selalu di atas Indonesia untuk kunjungan wisatawan mancanegaranya, padahal bisa dibilang bahwa kita memiliki keindahan alam jauh di atas Malaysia," tegasnya. (gr) Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Antisipasi ‘Balas Dendam’ Masyarakat, Hipmi: Industri Pariwisata Harus Dipromosikan Sekarang"
Penulis: Investor Daily
Read more at: http://brt.st/6yPz



🍇



Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan pasar finansial selama beberapa pekan terakhir tentu membuat investor resah memikirkan portofolio investasinya, terutama ketika pandemi virus Corona atau Covid-19 memuncak di Indonesia.

Investor juga tentu kebingungan dalam mengambil keputusan ke mana harus menaruh dana investasinya. Pasalnya, tidak bisa dipungkiri bahwa semua produk investasi tentunya memiliki risiko, walau sekecil apapun.

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan profil risiko masing-masing investor penting untuk dipahami karena dengan mengetahui profil risiko, investor bisa menentukan kelas aset mana yang paling sesuai.

“Profil risiko akan menentukan batas risiko atau tingkat kesiapan seorang investor dalam menanggung tingkat volatilitas, baik penurunan ataupun kenaikan, di berbagai instrumen investasi yang dimilikinya,” demikian tutur Freddy dalam publikasi MAMI, seperti dikutip Bisnis, Sabtu (11/4/2020).

Lebih lanjut Freddy menyebut reksa dana merupakan instrumen investasi yang cocok bagi banyak kalangan karena memiliki banyak ragam dengan tingkat risiko yang berbeda-beda, sehingga dapat disesuaikan dengan beragam profil dan kebutuhan investor.

Dia menjelaskan bahawa investor yang tidak suka dengan volatilitas berlebihan dan merasa cukup nyaman dengan potensi imbal hasil investasi yang tidak terlalu tinggi biasanya akan jatuh pada profil risiko konservatif. Profil risiko konservatif bisa juga terjadi karena kebutuhan investasi jangka pendek.

Sebaliknya, kata Freddy, investor yang tidak takut dengan volatilitas dan ingin mengejar potensi imbal hasil yang tinggi – terutama karena jangka waktu investasinya panjang – biasanya akan jatuh pada profil agresif. Jika investor cenderung berada ‘di tengah-tengah’, profil risikonya adalah moderat.

“Secara umum, reksa dana pasar uang cocok untuk profil risiko konservatif, reksa dana pendapatan tetap untuk profil risiko moderat, dan reksa dana saham untuk profil risiko agresif,” imbuhnya.

Namun, tentu saja bauran dari tingkat keberanian investor menghadapi volatilitas, target imbal hasil yang diinginkan dan jangka waktu investasi akan sangat beragam.
Pasalnya, bisa saja investor dengan profil risiko konservatif tetap mengalokasikan sedikit dananya di reksa dana saham, atau investor berprofil risiko agresif punya sedikit kebutuhan jangka pendek dapat dipenuhi oleh reksa dana pasar uang.

Freddy menegaskan bahwa profil risiko dan kebutuhan investasi setiap orang berbeda dan menentukan portofolio investasi hanya dengan ikut-ikutan pilihan kebanyakan orang lain adalah tidak tepat.

“Jadi, di saat orang lain panik saat ini, mungkin saja sebenarnya kita tidak perlu ikut-ikutan panik. Ingat, kebutuhan investasi dan portofolio investasi anda tidak sama dengan orang lain,” tambahnya.

Lantas, di mana sebaiknya investor menyimpan uangnya di tengah pandemi ini?

Freddy menyebut pandemi telah menekan pasar finansial di hampir seluruh kawasan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kondisi pasar yang terus terkoreksi membuat investor cenderung hati-hati dalam menempatkan dananya dan memilih untuk memegang tunai.

Mengenai tepat atau tidaknya investor untuk memilih menyimpan uang tunai, Freddy mengatakan opsi tersebut memang dapat membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya seandainya ada kebutuhan mendadak saat kita sedang #dirumahaja.

Akan tetapi, Freddy mengingatkan nilai uang dalam bentuk tunai tidak akan berkembang dan justru tergerus inflasi.

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, menempatkan uang kita di reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan investasi dapat menjadi pilihan. Tidak kalah penting, sesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan investasi.

Dia menambahkan, jika berkaca dari kondisi krisis dan kepanikan pasar di masa lalu seperti pada krisis Asia 1998 dan krisis global 2008, terlihat bahwa koreksi tajam yang terjadi di pasar finansial cenderung diikuti dengan kenaikan tajam setelahnya, dalam jangka menengah-panjang.

“Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang. Untuk kenyamanan, carilah manajer investasi yang memiliki platform investasi digital sehingga kita dapat berinvestasi di rumah aja,” tutupnya.
🍈

JAKARTA, investor.id - Reliance Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini masih akan bergerak menguat menguji level psikologis dan FR38,2% dengan support resistance 5.980-6.060. Saham-saham yang masih dapat dicermati; INKP, TKIM, INDF, KLBF, HOKI, TLKM, PGAS, UNTR, ERAA, AKRA. Secara teknikal, IHSG bergerak mencoba bertahan di atas level psikologis 6000 dengan dorongan indicator Stochastic dan RSI yang memberikan signal penguatan lebih lanjut. Indikator Stochastic mengkonfirmasi pola goldencross dengan peluang lanjutan penguatan yang masih terbuka mengiringi pola divergence positif dari Indikator MACD. Sumber : Investor Daily

Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "IHSG akan Mencoba Bertahan di Atas Level Psikologis 6.000"
Penulis: Ely Rahmawati
Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/ihsg-akan-mencoba-bertahan-di-atas-level-psikologis-6000
🍈

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,95% ke level 5.978,51 pada perdagangan Rabu (5/2). 
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, sentimen yang mempengaruhi IHSG hari ini adalah rilis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 dan dana asing yang masuk hari ini cukup besar.   
"Selain itu, secara teknikal memang IHSG sudah jenuh jual dan memiliki potensi technical rebound," jelas Hendriko, Rabu (5/2). 
Saat penutupan beberapa saham berkapitalisasi besar seperti BBCATLKMBBRI dan beberapa saham lainnya ikut lompat dengan disertai pembelian oleh asing. 
Dus, Hendriko memprediksi IHSG besok berpotensi bergerak mix untuk menguji level support yang baru dibreakout di level 5.940.
Jika dapat bertahan, IHSG akan menguji level resisten selanjutnya di 6.000.

Lalu, untuk proyeksi IHSG di kuartal I 2020 ada di level 6.100-6.150 dengan rilis laporan keuangan kuartal IV-2019 emiten sebagai katalisnya.


🍐
Jakarta detik- 
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka positif. Seolah bangkit dari keterpurukan, IHSG dibuka menguat pesat hingga 63 poin (1,08%) ke level 5.947.
Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini berada di level Rp 13.754.
Pada pra perdagangan, IHSG menguat 63 poin (1,08%) ke 5.947. Indeks LQ45 naik 17 poin (1,8%) ke 970.
Pada pembukaan perdagangan, Selasa (4/2/2020), IHSG 63 poin (1,08%) ke level 5.947. Indeks LQ45 menguat 13 poin (1,4%) ke 966.
Bursa Amerika Serikat ditutup Menguat. Dow Jones ditutup 28,399.81 (+0.51%), NASDAQ ditutup 9,273.40 (+1.34%), S&P 500 ditutup 3,248.93 (+0.73%). Bursa saham US ditutup menguat setelah investor panik jual pada hari Jumat lalu.
Namun, ketakutan investor atas coronavirus masih ada. Hal ini disebabkan oleh outlook dari industri manufaktur dan supply management China akan terpukul dari virus tersebut. Sedangkan bursa saham Asia dibuka bercampur setelah index saham wallstreet mengalami penguatan. Reserve Bank of Australia akan menentukan suku bunga pada hari ini.
Bursa Asia pagi ini mayoritas bergerak positif, berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 naik 48 poin ke 23.020
  • Indeks Hang Seng naik 346 poin ke 26.703
  • Indeks Shanghai menguat 21 poin ke 2.767
  • Indeks Strait Times bertambah 37 poin ke 3.154



Bisnis.com, JAKARTA - BNI Sekuritas memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) akan menyentuh level 6.850 pada 2020.
Kim Kwie Sjamsudin, Kepala Riset Saham BNI Sekuritas, menuturkan iklim investasi cenderung lebih kondusif pada 2020 dibandingkan dengan kondisi pada 2019.
Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksi lebih baik. Sejalan dengan itu, laba emiten pada 2020 diestimasi tumbuh 9% atau lebih tinggi dari proyeksi 3%-5% pada 2019.
Pertumbuhan laba emiten di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini didorong oleh sektor-sektor unggulan, seperti perbankan, telekomunikasi, serta properti dan konstruksi.
“IHSG kami perkirakan di 6.850 berdasarkan market EPS [earnings per share] 2021 14,3 kali,” katanya, Senin (6/1/2019).
Menurut Kim, katalis positif juga datang dari tren pelonggaran moneter atau quantitative easing, potensi menguatnya rupiah, dan meredanya gejolak perang dagang AS-China.
Dari dalam negeri, lanjutnya, sentimen dari aturan tentang insentif perpajakan menjadi sentimen yang mendorong optimisme pasar kendati regulasi tersebut diproyeksi efektif pada tahun depan.
“Setelah perlambatan ekonomi yang signifikan, tahun ini terdapat perbaikan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
BNI Sekuritas menjagokan beberapa saham untuk dicermati investor pada 2020, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).
Selain itu, saham PT XL Axiata Tbk. (EXCL), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) dan PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) juga menjadi rekomendasi BNI Sekuritas.



🍎KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahana Sekuritas memangkas proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) 2019 ke level 6.085, dari perkiraan sebelumnya di level 6.560.  Pasalnya, dari laporan keuangan per kuartal III-2019, Bahana melihat banyak emiten yang mencatatkan kinerja stagnan, bahkan tumbuh negatif. Hasil ini sejalan dengan lemahnya pertumbuhan ekonomi domestik akibat kondisi global.
Dari pantauan Bahana terhadap kinerja keuangan sekitar 100 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia, secara keseluruhan mencatat kinerja cukup rendah. Hal tersebut tercermin dari perolehan laba bersih yang tercatat negatif 4,2%, lebih rendah dari perkiraan Bahana yang semula akan tumbuh positif di kisaran 9%. Bahana Sekuritas memperkirakan, laba bersih emiten akan tumbuh sekitar 2%-3% untuk keseluruhan 2019.
Sementara itu, per September 2019, laba operasional hanya tumbuh 1,8% dibanding periode yang sama tahun lalu karena penurunan kinerja pada emiten sektor unggas, perkebunan, dan konsumer. "Kami memperkirakan pada kuartal keempat, pertumbuhan laba operasional masih akan tertekan untuk sebagian besar emiten, kecuali untuk emiten sektor rokok, perkebunan, dan perbankan," ucap Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/11).
Meskipun begitu, tren penurunan suku bunga dan penguatan rupiah akan membantu laba emiten dari sektor telekomunikasi dan semen. 
Pasalnya, kedua sektor ini cukup tergantung pada penguatan rupiah karena banyak mengeluarkan biaya dalam dolar.
Menurut Lucky, salah satu risiko yang patut dicermati pada sisa tahun ini adalah realisasi penerimaan pajak selama delapan bulan pertama 2019 yang masih tercatat sebesar 51% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 1.577,56 triliun. 
"Hal ini bisa berdampak pada tertundanya belanja pemerintah yang bisa mempengaruhi emiten konstruksi, perbankan, dan telekomunikasi yang terkait dengan proyek pemerintah," kata Lucky.
Dalam catatan Bahana, kinerja keuangan 100 emiten yang diamati secara keseluruhan membukukan pertumbuhan pendapatan 3,6% untuk periode Januari-September 2019. Pertumbuhan ini ditopang oleh sektor perbankan, semen, kesehatan dan obat-obatan, sedangkan sektor konstruksi, perkebunan, dan properti membukukan kinerja negatif.
Ke depannya, rencana pemerintah untuk memotong pajak penghasilan perusahaan berpotensi membuat pembayaran dividen yang lebih besar dari badan usaha milik negara (BUMN) seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). 
Alasannya, TLKM, anggota indeks Kompas100 ini, memiliki arus kas yang besar dengan rasio utang terhadap modal yang rendah. Bahana memberi rekomendasi beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.200 per saham.
Selain itu, Bahana memperkirakan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan membukukan kinerja positif sampai akhir tahun. Alasannya, kedua perusahaan ini memiliki tingkat kecukupan modal yang tinggi dengan tingkat provisi yang semakin berkurang. 
Bahana merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 5.300 per saham dan BMRI dengan target harga Rp 9.000 per saham. 
🍊

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) memandang pasar saham Indonesia masih bisa mengalami pertumbuhan kinerja yang positif hingga akhir tahun nanti. Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) minimal bisa mencapai level di kisaran 6.600 pada akhir tahun ini.
Apabila risiko di pasar berkurang dan arus modal investasi asing terus masuk, bukan tidak mungkin kinerja indeks bakal lebih meningkat hingga ke level 7.100.
Dia juga mengatakan, potensi pertumbuhan IHSG juga didukung oleh kinerja laba bersih rata-rata emiten yang diperkirakan dapat mencapai 8% di tahun ini. Sebenarnya, angka ini berkurang dibandingkan kinerja laba rata-rata emiten di Indonesia pada tahun lalu yang bisa di atas 10%.
“Namun, angka 8% ini masih positif dan lebih baik dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,2%. Maka dari itu, kinerja indeks masih bisa tumbuh,” terangnya.
Lebih lanjut, saham-saham dari sektor perbankan diperkirakan akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan IHSG. Ini mengingat sektor tersebut cukup diuntungkan oleh penurunan suku bunga acuan.
Berbekal sentimen tersebut, bank-bank dapat menurunkan suku bunga acuan kreditnya walaupun tidak dilakukan dalam jangka pendek.
Di samping itu, sektor konsumer ritel juga berpotensi tumbuh seiring mulai meningkatnya permintaan barang-barang konsumsi dari masyarakat.
Alvin juga menilai, sektor properti berpotensi pulih di sisa tahun ini akibat penurunan suku bunga acuan serta berakhirnya risiko politik yang sebelumnya sempat membuat investor khawatir.
“Gencarnya pembangunan nasional dan rencana pemindahan ibu kota juga membuat kinerja sektor infrastruktur meningkat,” tambah dia.
Potensi kinerja yang positif dari sektor-sektor tadi diharapkan dapat menutupi risiko tertekannya kinerja saham-saham sektor komoditas. Sektor ini memang cenderung lesu karena harga komoditas yang terkoreksi akibat efek perlambatan ekonomi global dan perang dagang.
🍐

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Investasi langsung atau rill nampaknya cukup menggairahkan investor asing pada semester II-2019. Sejumlah perusahaan multinasional dikabarkan berencana melakukan ekspansi di tanah air.
Pertama, BYD Co Ltd mengincar Indonesia untuk dijadikan sebagai negara basis produksi. Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi menilai Indonesia memang memiliki lokasi yang strategis bagi BYD Co Ltd.
Dilihat dari posisinya, Indonesia memiliki letak geografis berdekatan dengan Australia yang menjadi pangsa pasar bagi BYD Co Ltd. Faktanya, BYD Co Ltd belum memiliki basis produksi di Australia semakin memperkuat sisi strategis Indonesia sebagai lokasi basis produksi.
Kedua, berdasarkan catatan Kontan.co.id, Hyundai Motors Group dikabarkan akan membangun dua pabrik mobil listrik di Indonesia.
Pabrik pertama rencananya akan dibangun di Karawang dengan nilai investasi sekitar US$ 1 miliar.
Ketiga, Chef Executive Officer (CEO) SoftBank Masayoshi berencana akan menambah lagi untuk investasi baru sebanyak US$ 2 miliar. Sebelumnya SoftBank sudah berinvestasi di Indonesia sebesar US$ 2 miliar.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan geliat investasi rill cenderung akan terasa di paruh kedua tahun ini. Kepastian arah kebijakan pemerintah, pasca Pilpres menjadi alasan investor menanam modal di Indonesia.

David menilai upaya perusahaan asing masuk karena sejak tahun lalu beberapa proyek sempat tertunda, bahkan progressnya sudah sampai penandatangananMomerandum of Understanding (MoU).
Misalnya, beberapa perusahaan China dan Eropa. “Kendala teknik, di domestik karena ketidakpastian politik,” kata David kepada Kontan.co.id, Senin (29/7).
Dia percaya alasan investor asing percaya dengan pasar Indonesia bukan karena kebijakan moneter lewat pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Melainkan karena iklim bisnis dan perizinan yang membaik.
Berdasarkan laporan World Bank tentang peringkat kemudahan berusaha atauease of doing business (EoDB) dalam laporan Doing Business 2018 menyatakan Indonesia berada di posisi 73 sebagai negara dengan kemudahan usaha.
Namun, pencapaian tersebut turun satu level dari posisi 2017 yakni di peringkat 72
Pemerintah menargetkan peringkat EoDB tersebut naik menjadi posisi 40 pada 2019. Tapi, David menilai peringkat EoDB Indonesia masih cukup bagus di antara negara emerging market lainnya.
“Ini jadi pemanis investor mau masuk, perizinin saya lihat semakin membaik proyek besar masih akan masuk,” tutur David.

Namun, kata dia kebijakan perdagangan dan kemudahan berbisnis perlu ditingkatkan. Terutama soal kemudahan memperoleh lahan. “Sebetulnya kendala investor selama ini karena masalah perizinan lahan yang sulit, dulu mau masuk tapi ga jadi,” ungkap David.
David menambahkan, saat ekonomi China melambat akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), ini menjadi peluang bagi Indonesia sebagai daerah relokasi pabrik China.
Hanya saja, pemerintah juga perlu memberikan insentif pajak lainnya, biar investor makin sumringah. Misalnya pajak super alias super deduction tax. 
Kebijakan insentif tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. Aturan baru tersebut merupakan perubahan atas PP Nomor 94 Tahun 2010.
Ada beberapa tujuan penerbitan aturan pajak yang anyar ini. Pada bagian pertimbangan, Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa perubahan kebijakan ini bertujuan mendorong investasi pada industri padat karya.
🍓

TEMPO.COJakarta - Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk. Ketut Budi Wijaya, menyambut dengan baik tentang rencana pemerintah memangkas pajak penghasilan (PPh) badan atau perusahaan dari semula 25 persen menjadi 20 persen. Ini menjadi angin segar bagi para pengusaha di Indonesia.
"Bagus sekali dong. Itu usaha pemerintah dalam menurunkan rate pajak," kata Budi seusai Halal Bihalal Lippo Karawaci, di Jakarta Pusat, 20 Juni 2019.
Hal itu merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebutkan pihaknya tengah mengkaji rencana penurunan pajak penghasilan (PPh) badan atau perusahaan dari semula 25 persen menjadi 20 persen.
Rencana penurunan pajak penghasilan itu, menurut Sri Mulyani, juga sejalan dengan penurunan seperti tax holiday ataupun tax allowance. Oleh karena itu pemerintah tengah mendorong revisi Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 terkait PPh. 
Dengan adanya rencana ini, kata Budi, dapat mendorong peningkatan penerimaan negara dari pajak. "Dengan makin banyak yang bayar pajak dan juga akan ada insentif untuk membuka investasi baru. Saya rasa itu harapan kita semua dan harapan pemerintah juga," kata dia.
Lebih jauh Budi menilai, dengan adanya penurunan besar pajak penghasilan, bukan berarti penerimaan negara akan berkurang. Tetapi, dengan ekspansi pajak maka penerimaan pajak secara keseluruhan akan meningkat.
Namun besaran PPh badan yang direncanakan turun menjadi 20 persen oleh pemerintah, menurut Budi, masih kurang kompetitif. Pasalnya, tarif PPh di Singapura kini berada di level 17 persen.
Namun begitu, Budi sangat optimistis dengan keadaan ekonomi Indonesia saat ini. Pasalnya, tingkat daya saing perekonomian ekonomi Indonesia terus naik, bahkan belakangan ini naik drastis dan itu sangat positif bagi suasana bisnis dalam negeri.

EKO WAHYUDI
🍅

JAKARTA okezone- Pemerintah melakukan terobosan untuk meraih investasi dan meningkatkan ekspor sebanyak-banyaknya. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah segera melakukan pemangkasan pajak besar-besaran dalam beberapa sektor usaha.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta supaya Kementerian Keuangan memberikan lebih banyak fasilitas yang tapi tidak hanya sekadar instrumen, tapi yang lebih penting apakah dia bisa berjalan di lapangan.
“Jadi kalau seandainya penurunan seperti tax holiday dan tax allowance atau bahkan rencana kita untuk melakukan perubahan undang-undang PPH (Pajak Penghasilan) supaya tarifnya lebih rendah, itu sekarang sedang di exercise seberapa cepat, dan itu sudah betul-betul harus dihitung. Ratenya turun ke 20%, itu seberapa cepat dan berapa risiko fiskalnya bisa ditanggung dan bagaimana implementasinya,” kata Sri Mulyani seperti dilansir setkab, Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Kemudian mengenai super deduction tax yang sudah diselesaikan, Menkeu Sri Mulyani Indrawati berharap Peraturan Pemerintah (PP)nya segera keluar. Ia menunjuk contoh seperti yang untuk kendaraan bermotor diharapkan sudah akan selesai harmonisasinya, dan bisa keluar dalam minggu ini atau awal minggu depan. “Karena ini sudah selesai jadi kita bisa berharap segera keluar,” ujarnya.
Menkeu merinci, juga ada pembebasan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk sewa pesawat dari luar negeri yang selama ini dikenakan untuk bisa mengurangi beban kepada maskapai penerbangan.
Selain itu juga ada penurunan tarif PPH untuk bunga obligasi untuk infrastruktur, dimana pemerintah akan menurunkan dari 15% menjadi 5%.
Mengenai sektor properti, menurut Menkeu, setelah menaikkan batas harga rumah/apartemen sebesar Rp30 miliar yang kena PPnBM 20% dari sebelumnya Rp20 miliar dan Rp10 miliar, pemerintah juga akan melakukan peningkatan batas tidak kena PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk rumah sederhana sesuai daerahnya masing-masing.
Selanjutnya, tarif PPh pasal 22 hunian mewah juga turun dari 5% menjadi 1%, dan validasi PPH penjualan tanah juga akan disederhanakan.
“Itu semuanya supaya sektor sektor properti menggeliat secara lebih bagus,” terang Menkeu.
(dni)
🍏

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari terakhir perdagangan bursa sebelum libur panjang Lebaran, Jumat (31/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 105,01 poin (1,72%) ke 6.209,12.
Kenaikan IHSG ini tentu tak lepas dari keputusan lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia ke level BBB dari sebelumnya BBB-. Ini berarti, peringkat Indonesia tetap pada level layak investasi alias investment grade.

S&P menyebutkan ekonomi Indonesia secara konsisten mengungguli negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang serupa. Lembaga pemeringkat ternama ini berharap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tahun-tahun mendatang.
"Melihat kebijakan Indonesia yang stabil dan pengaturan fiskal yang hati-hati, kami percaya profil kredit secara keseluruhan ditingkatkan," sebut S&P dalam keterangan tertulis, Jumat (31/5).
Prospek atau outlook yang stabil (stable) mencerminkan pandangan S&P bahwa lingkungan kebijakan yang konstruktif di Indonesia akan mendukung prospek pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang. 
Menurut S&P, kenaikan peringkat utang mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan yang mendukung. Peringkat tersebut juga didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang moderat.
Sontak "hadiah lebaran" dari S&P tersbeut mendongkrak harapan para investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka berharap euforia bursa terhadap peringkat terbaru S&P akan berlanjut setelah bursa kembali buka usai libur Lebaran, pekan depan. 
Bahkan, sebagian kalangan mulai memprediksi arus modal asing yang masuk ke dalam instrumen keuangan Indonesia, termasuk saham, akan bertambah deras. Setidaknya, penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berlangsung selama sebulan terakhir bisa terbalaskan.
Sejarah bursa mencatat
Akankah harapan baik tersebut terwujud? Benarkah peningkatan rating S&P bisa menjadi jalan bagi para investor mendapatkan gain dari kenaikan harga saham?
Perlu kita ketahui bahwa sebelum kabar baik akhir pekan lalu, terakhir kali S&P mengganjar utang jangka panjang Indonesia dengan rating BBB dan outlook stable adalah pada 18 April 1995.
Sejarah Rating Utang
Indonesia oleh S&P
TanggalRatingOutlook
31-May-19BBBstable
19-May-17BBB-stable
21-May-15BB+positive
08-Apr-11BB+positive
12-Mar-10BBpositive
23-Oct-09BB-positive
26-Jul-06BB-stable
09-Feb-06B+positive
01-Sep-05B+stable
21-Dec-04B+positive
11-May-04Bpositive
07-Oct-03Bstable
12-May-03B-stable
05-Sep-02CCC+stable
22-Apr-02SDn/a
02-Nov-01CCCnegative
30-Jul-01CCC+stable
21-May-01CCC+negative
07-Mar-01B-negative
02-Oct-00B-stable
17-Apr-00SDn/a
12-Sep-99CCC+negative watch
30-Mar-99CCC+stable
29-Mar-99SDn/a
08-Jul-98CCC+negative
15-May-98CCC+negative watch
11-Mar-98B-negative watch
27-Jan-98Bnegative watch
09-Jan-98BBnegative watch
31-Dec-97BB+negative
10-Oct-97BBB-stable
18-Apr-95BBBstable
20-Jul-92BBB-positive
Sumber: tradingeconomics.com
Setelah itu belum pernah sekalipun S&P menempelkan peringkat yang lebih baik kepada Indonesia. Bahkan pernah tiga kali utang Indonesia mendapat stempel selective default (SD), yaitu pada tahun 1999, 2000, dan 2002.
Jadi, peringkat terbaru S&P kali ini memang patut untuk kita apresiasi dan syukuri.
Masalahnya, akankah investor global juga memandang juga akan bersikap sama?
Kalau Anda termasuk investor yang berharap peringkat S&P akan menjadi pengungkit pergerakan IHSG tahun ini, silakan memupuk harapan itu. Sejarah bursa menyodorkan rekaman data yang menarik.
Persis pada hari ketika S&P memberikan peringkat BBB dan outlook stable pada awal kuartal II 24 tahun silam, IHSG ditutup pada angka indeks 415. Pada akhir kuartal (30 Juni 1995) IHSG sudah berada di 492 atau meningkat 18,6% sejak mendapat kenaikan peringkat.
Sayangnya, kenaikan indeks saham di bursa saham yang masih bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut berhenti. Pada penutupan perdagangan 30 September 1995, IHSG malah turun satu setrip ke 491.
Untunglah selama triwulan terakhir 1995 IHSG cukup perkasa. Pada 28 Desember 1995, hari terakhir perdagangan tahun itu, mampu bertengger di level 514.
Itung punya itung, sejak perolehan peringkat BBB pada April sebelumnya angka IHSG berhasil naik setinggi 23,9%.
TanggalIHSG
31 Desember 1995514
29 September 1995491
30 Juni 1995492
18 April 1995415
29 September 1995491
30 Juni 1995492
18 April 1995415
30 Maret 1995429
2 Januari 1995470
Sumber: Pusat Data KONTAN
Nah, kini, akankah IHSG bereaksi serupa seperti 24 tahun lalu?
Entahlah. Kondisi perekonomian global dan lokal seperempat abad yang silam dengan sekarang tentu berbeda. Faktor-faktor yang menggiring masuknya dana asing ke market dalam negeri zaman itu mungkin berbeda dengan zaman now.
Atau, sebaliknya, bisa jadi kita justru kudu waspada. Catatan sejarah telah mengingatkan kita bahwa sekitar dua tahun kemudian S&P memerosotkan pamor kita sebagai penerbit surat utang dengan peringkat SD.

🍓

TEMPO.CO, Jakarta – Jumlah utang negara acap menjadi narasi renyah bagi calon presiden Prabowo Subianto untuk mencemooh pemerintah. Dalam beberapa kesempatan, Prabowo mengatakan Indonesia tidak terlalu dihormati di kawasan Asia Tenggara lantaran beban utang dan mata uang yang lemah.
Menanggapi narasi yang masif didengungkan kubu Prabowo ini, ekonom Faisal Basri memastikan bahwa posisi utang pemerintah saat ini masih dalam batas aman. Dalam Orasi Kebudayaan yang ia sampaikan Kamis, 11 April 2019, Faisal menganggap utang negara aman lantaran nisbah utang atau debt to GDP ratio tergolong sangat rendah.
Ads by Kiosked
“Saat ini, utang negara hanya 30 persen dan masih separuh dari batas maksimum yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,” ujar Faisal dalam orasinya, yang juga ia tulis kembali melalui laman pribadinya di Faisalbasri.com. 
Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia ini juga memandang bahwa perilaku utang bagi sebuah pemerintahan bukan hal yang buruk. Menurut dia, utang merupakan kebijakan untuk menggenjot potensi pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Dengan utang, negara akan tumbuh lebih pesat.
“Jadi jelas kiranya bahwa utang produktif adalah sesuatu yang positif, bukan nista atau najis sehingga harus dijauhi dengan risiko apa pun,” ucap dia.
Dalam data yang dipaparkan, Faisal mengatakan PDB negara menurut harga berlaku pada 2018 adalah sebesar Rp 14,8 triliun. Itu artinya, pendapatan domestik negara masih lebih tinggi ketimbang utang.
Faisal lalu membandingkan utang Indonesia dengan nisbah utang negara-negara lain dengan sebuah grafik batang. Jerman, misalnya. Negara yang menduduki peringkat ketujuh negara paling bahagia itu ternyata memiliki nisbah utang 64 persen dari PDB. Sedangkan Kanada memiliki nisbah utang 90 persen dari GDP. Padahal, Kanada merupakan negara yang menduduki peringkat kesembilan negara paling bahagia di dunia. 
Begitu juga dengan Amerika Serikat, dengan nisbah utang 105 persen dari PDB. Amerika Serikat berhasil menduduki peringkat ke-19 negara paling bahagia di dunia. “Punya utang tidak membut rakyat sengsara. Negara yang memiliki rasio utang lebih besar Bahkan masuk 20 besar negara terbahagia,” ujarnya.
Pada kampanye 28 Oktober 2018 lalu,  Prabowo menuding utang pemerintah membuat negara berada di ambang garis risiko. “Bloomberg mengutip situasi ekonomi Indonesia risky, berbahaya. Paling berbahaya karena utangnya,” ucap dia.
Calon wakil presiden Sandiaga Uno juga kerap menggunakan narasi utang negara sebagai amunisi untuk kampanye. Sandiaga acap menyebut utang negara membuat beban rakyat yang semakin berat. Ia menyindir, utang untuk pembangunan infrastruktur yang gencar pada masa pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi belum bisa mengelarkan urusan dapur rakyat. “Belum bisa menyelesaikan permasalahan dompet dan dapur," kata Sandiaga dalam sebuah kampanye di Yogyakarta pada 22 Maret lalu.
Kementerian Keuangan pada Februari lalu merilis data kondisi fiskal tahun berjalan 2019 lewat APBN Kita. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa posisi utang pemerintah pada Maet 2019 sebesar Rp 4.566,26 triliun. Jumlah tersebut setara 30,33 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB.
Kementerian menyebut rasio utang masih berada pada taraf yang aman mengingat besaran utang pemerintah yang ditetapkan dalam Undang Undang Keuangan Negara maksimum sebesar 60 persen dari PDB. Adapun, jika dibandingkan dengan Januari 2019, posisi utang tersebut tercatat meningkat dari sebelumnya sebesar Rp 4.498,65 triliun. Angka ini juga meningkat jika dibandingkan pada posisi Februari 2018 yang mencapai Rp 4.034,80 triliun.
🍒🍓

per tgl 26 Desember 2018:

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 35,74 poin atau 0,58% ke level 6.127 di akhir perdagangan Rabu (26/12).
Hanya tiga sektor yang mampu menguat tipis yakni sektor industri dasar yang naik 0,17%, sektor keuangan naik 0,17% dan sektor pertambangan yang naik 0,05%.

Sedangkan tujuh sektor lainnya kompak memerah. Sektor dengan pelemahan terdalam adalah sektor aneka industri yang melorot 2,82%,. sektor perkebunan yang melemah 2,17% dan sektor konstruksi yang melemah 1,69%.
Sebanyak 160 saham naik, 257 saham turun dan 118 saham tak bergerak.
Volume transaksi di bursa mencapai 15,83 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 11,60 triliun.
Top losers LQ45 hari ini:
1. PT XL Axiata Tbk (EXCL) (-5,37%)
2. PT PP (Persero) Tbk (PTPP) (-5,01%)
3. PT Indika Energy Tbk (INDY) (-4,82%)
Top gainers LQ45 hari ini:
1. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) (1,61%)
2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) (1,54%)
3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (1,42%)
Investor asing mencatatkan jual bersih Rp 216,51 miliar di seluruh pasar.
Saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) Rp 92,9 miliar, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) Rp 70,8 miliar dan PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 49,7 miliar.
Sedangkan saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 166,4 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 45,3 miliar dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) Rp 16,6 miliar.

JAKARTA, iNews.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona merah hingga jeda sesi pertama perdagangan Rabu (26/12/2018) siang. Kendati demikian, indeks masih bertahan di level 6.100.
Hingga sesi pertama, IHSG turun 32,92 poin atau 0,53 persen ke 6.130,68. Mengutip data RTI, dari 600 saham yang diperdagangkan, 129 menguat, 266 melemah, dan 105 stagnan. Frekuensi perdagangan terjadi 188.937 kali dengan nilai transaksi Rp3,35 triliun dan 5,86 miliar lembar saham diperjualbelikan.
Dari sembilan sektoral penggerak IHSG, seluruhnya turun. Sektor aneka industri menekan indeks setelah turun 2,28 persen, diikuti sektor perkebunan 1,76 persen dan sektor properti 1,11 persen.
Sejumlah saham yang masuk dalam daftar top losers antara lain:
- PT United Tractors Tbk (UNTR) turun Rp675 (2,42 persen) ke Rp27.275
- PT Astra International Tbk (ASII) turun Rp250 (2,97 persen) ke Rp8.175
- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun Rp175 (2,33 persen) ke Rp7.325
- PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun Rp70 (1,62 persen) ke Rp4.62-
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun Rp50 (2,31 persen) ke Rp2.110
Sementara saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp900 (1,09 persen) ke Rp83.725
- PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) naik Rp200 (3,01 persen) ke Rp6.850
- PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) naik Rp530 (13,15 persen) ke Rp4.560
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik Rp50 (1,18 persen) ke Rp4.280
- PT JAPFA Tbk (JPFA) naik Rp20 (0,99 persen) ke Rp2.050
Investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp52,94 miliar di pasar reguler sementara secara akumulatif di seluruh pasar, investor asing mencatat net sell Rp102,21 miliar.
Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot melemah. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun 47 poin atau 0,32 persen ke 14.599 per dolar AS.

Editor : Rahmat Fiansyah
🍅





per tgl 24 Oktober 2017, tren ihsg k 6K makin didukung secara teknikal (sederhana) n fundamental akhir taon 2017
ada tanda-tanda IHSG @ 6K 2016
6% @ PERTUMBUHAN PDB kita, BISA seh ...
analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018
tv saham Indonesia



analisis secara sederhana: ada ekspektasi tren bullish jangka menengah maseh terjadi s/d AKHIR 2017 ... kemiripan garis tren 2003-2008, n 2009-2015 akan menjadi UJI utama tren Agustus 2017-November 2017 (Desember 2017 terekspektasi akan mengikuti musim windows dressing n konsumerisasi besar) menuju 6K ... cukup mudah seh ... sentimen negatif yang mesti diwaspadai: kendala raksasa program infrastrukturisasi raksasa! ... well, liat aza :)
👪


Jakarta beritasatu- Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore ini Senin (16/10) naik 25,5 poin (0,43 persen) ke level 5.949,7.

Berdasarkan data yang diolah Beritasatu.com, asing melakukan penjualan bersih (net sell) Rp 499 miliar. Kumpulan saham bluechips yang tergabung dalam indeks Investor33 naik 1,2 (0,28 persen) mencapai posisi 435,3.

Sementara indeks LQ-45 naik 4,4 poin (0,45 persen) ke level 991,4. Adapun indeks berbasis syariah yang tergabung Jakarta Islamic Index (JII) naik 0,6 poin (0,08 persen) menjadi 741,6.

Perdagangan hari ini tercatat dengan volume 135,741 miliar saham senilai Rp 12,497 triliun. Sebanyak 179 saham menguat, 161 saham melemah, dan 134 saham stagnan. Indeks sempat mencapai level tertinggi 5.812 dan level terendah sebesar 5.749.

Mayoritas pergerakan sektor saham menguat dengan kenaikan tertinggi saham sektor properti 1,2 persen disusul konsumsi sebesar 0,6 persen. Sementara sektor saham yang melemah di antaranya aneka industri sebesar 0,46 persen.


🌴
Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham. Penguatan IHSG ini di tengah rilis data neraca perdagangan yang surplus US$ 1,76 miliar pada September 2017.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (16/10/2017), IHSG naik 22,52 poin atau 0,38 persen ke posisi 5.946,65. Indeks saham LQ45 naik 0,43 persen ke posisi 991,12. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.956,01 dan terendah 5.927,98. Ada sebanyak 171 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 133 saham melemah. 117 saham diam di tempat.
BACA JUGA
IHSG Berpeluang Positif, Awasi 7 Saham Pilihan
IHSG Menguat Tipis Ikuti Bursa Global
Sektor Aneka Industri Dorong IHSG ke 5.926,20

Total frekuensi perdagangan saham cukup ramai sekitar 197.888 kali dengan volume perdagangan 7,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,4 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 50,93 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.475.

Di pasar negosiasi tercatat transaksi saham PT Nippon Indosari Corpora Tbk (ROTI) melonjak Rp 1 triliun dengan frekuensi 43 kali. Saham ROTI naik 2,92 persen ke posisi Rp 1.235 per saham. Kemungkinan transaksi itu dibantu oleh PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia dan PT BCA Sekuritas.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian turun 0,04 persen, sektor tambang merosot 0,07 persen dan sektor saham barang konsumsi tergelincir 0,04 persen.
Sektor saham konstruksi naik 0,96 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan naik 0,64 persen dan sektor saham perdagangan melonjak 0,57 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan antara lain saham ZINC menguat 70 persen ke posisi Rp 238, saham KIOS melonjak 24,71 persen ke posisi Rp 2.120 per saham, dan saham MTWI menanjak 24,65 persen ke posisi Rp 354 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham GOLD merosot 22,55 persen ke posisi Rp 364 per saham, saham ASJT melemah 9,49 persen ke posisi Rp 715 per saham, dan saham PYFA tergelincir 7,61 persen ke posisi Rp 170 per saham.
Penguatan IHSG tersebut juga didorong rilis neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2017 surplus sebesar US$ 1,76 miliar. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-September 2017 mencetak surplus US$ 10,87 miliar, ‎meningkat 69,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kesembilan ini tercatat sebesar US$ 14,54 miliar. Sementara untuk impor pada September sebesar US$ 12,78 miliar.
"Tadi saya bilang ekspor US$ 14,54 miliar, impornya US$ 12,78. Ekspornya month to month-nya  turun 4,51 persen tetapi impornya turunnya  5,39 persen. Dengan komposisi ini pada bulan September 2017 kita masih surplus sebesar US$ 1,76 miliar," ujar Suhariyanto saat Rilis Neraca Perdagangan September 2017 di kantor BPS, Jakarta, ‎Senin 16 Oktober 2017.
per tgl 10 Okt 2017: KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup menguat 0,16% ke level 5.914,93. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp 266,71 miliar. Menurut Aditya Putra Perdana, Analis Semesta Indovest, IHSG minim sentimen positif. Alhasil, pergerakannya sideways. Dari sisi regional tidak banyak berubah, kata dia. BACA JUGA : Investor jaga aksi beli topang IHSG IHSG diproyeksi rawan bearish Lanjar Nafi, Analis Reliance Sekuritas, juga berpendapat, pasar minim sentimen positif. Bahkan, ada katalis negatif yang berasal data indeks sektor jasa di China yang turun atau di bawah ekspektasi pasar. Selain itu, rilis data penjualan ritel di Indonesia juga di bawah ekspektasi. Pergerakan IHSG hari ini, Lanjar melihat, bakal disokong data pinjaman baru Tiongkok dan komposisi neraca perdagangan Jerman. Dia memprediksikan, IHSG bearish di support 5.860 dan resistance 5.922. Sementara Aditya berpandangan, pekan ini investor menanti rilis laporan keuangan dan data ekspor impor RI. Ia memperkirakan sektor keuangan akan mengendalikan laju IHSG. Kalau kemarin didorong sektor konsumer, maka hari ini kemungkinan indeks bakal dikendalikan sektor keuangan, proyeksi Aditya. Aditya pun memprediksikan, hari ini IHSG menguat terbatas di support 5.870 dan resistance 5.940.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengeluarkan riset terkini mengenai kondisi makroekonomi Indonesia. Riset yang dirilis pada Selasa (3/10) kemarin ini bertajuk Peta Perekonomian Indonesia Memasuki Era Digital.
Riset Faisal menunjukkan, secara umum kondisi makroekonomi Indonesia stabil dengan beberapa catatan. Misalnya saja, tingkat inflasi di bawah 4%, terendah sejak krisis 1998.
Selain itu, suku bunga berangsur turun, walaupun belum serendah yang diinginkan pemerintah. Adapun nilai tukar rupiah stabil dengan volatilitas terendah di Asia Tenggara bersama dengan ringgit Malaysia. Di sisi lain, cadangan devisa melonjak hingga mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.
Indikator makro lain yang juga menunjukkan tren positif antara lain: pasar saham sudah 19 kali mencetak rekor baru sejak pertengahan Maret 2017, arus masuk penanaman modal asing langsung (FDI) dan portofolio meningkat, kondisi umum perbankan relatif sehat, nilai ekspor tumbuh dua digit setelah turun selama lima tahun beruntun, serta surplus neraca perdagangan yang menunjukkan peningkatan.
Dalam bagian kedua riset, Faisal lalu mempertanyakan: saat data-data makroekonomi stabil, namun mengapa pertumbuhan melambat?
Seperti yang diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan rerata yang sebelumnya double digit menjadi rerata 8%, lalu 7%, 6%, dan akhirnya dalam empat tahun terakhir menjadi 5%.
Hasil riset Faisal juga menunjukkan, permintaan domestik Indonesia mengalami tekanan. Untuk sektor perdagangan, misalnya, masih mengalami pertumbuhan kendati melambat. Sebagai contoh, perdagangan wholesale dan ritel pada Semester I 2017 tumbuh 4,66%. Namun, pertumbuhan dari subsektor ini turun dari 5,41% pada semester I 2017 menjadi 3,94% pada kuartal II 2017.
Satu hal yang digarisbawahi Faisal dalam risetnya adalah tidak terjadi penurunan daya beli dalam masyarakat. Berikut adalah sejumlah poin mengenai hal tersebut.
Pertama, Tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkan daya beli masyarakat secara nasional mengalami penurunan.    
Kedua, penurunan omzet atau laba beberapa outlet pasar modern dan pusat perbelanjaan tidak bisa dijadikan acuan terjadinya penurunan daya beli masyarakat.    
Ketiga, begitu banyak ragam barang dan jasa serta berbagai kelompok pendapatan. "Sangat boleh jadi penjualan beberapa produk turun dan daya beli kelompok pendapatan tertentu juga turun. Tetapi, secara keseluruhan naik, yang tercermin dari peningkatan riil konsumsi masyarakat sekitar 5%. Sementara secara nominal naik sekitar 8%," papar Faisal.
Keempat, ada indikasi penurunan konsumsi (bukan daya beli) kelompok menengah-atas untuk berjaga-jaga dengan menaikkan nilai tabungan (switching to saving). Terkait hal ini, bisa dilihat dari porsi pendapatan yang ditabung pada kuartal 2 2017 yang meningkat menjadi 20,77% dari sebelumnya 18,6% pada kuartal 2 2016.
Selain itu, berdasarkan survei kepercayaan Konsumen yang dilakukan Bank Mandiri nilai tabungan naik dari 20,6% pada Juli menjadi 21,1% pada Agustus. Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) naik tajam sejak Oktober 2016 dan mencapai dua digit yakni sebesar 11,2% pada Mei 2017.
Kelima, ada pula masyarakat yang beralih ke belanja online system atau e-commerce. "Tapi porsinya masih relatif kecil, tidak sampai 2% dari bisnis ritel total," urainya.

🎈

KONTAN.CO.ID - Indeks investasi hijau alias SRI-KEHATI mencuri perhatian. Seiring rekor tertinggi baru Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang masa, Indeks SRI-KEHATI mampu mencatat kenaikan 0,8% ke level 363,27 pada akhir pekan lalu.
Bahkan, kenaikan itu melampaui indeks paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI), LQ45. Kenaikan indeks ini sepanjang pekan kemarin hanya 0,56% ke level 987,88.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menyebutkan, moncernya SRI-KEHATI tak lepas dari keanggotaannya. "Empat saham teratas di indeks itu merupakan big cap," ujar dia, Senin (28/8).
Empat big cap tersebut adalah saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Bank Central Asia (BBCA), Unilever Indonesia (UNVR), Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Mengingat big cap memiliki bobot yang besar terhadap IHSG, maka empat saham itu juga mempunyai bobot yang besar terhadap SRI-KEHATI.
TLKM, misalnya, yang punya bobot hingga 14,96%. Kemudian, BBCA berbobot 14,5% terhadap SRI-KEHATI. Sementara UNVR dan BBRI masing-masing 11,87% dan 11,62%.
"Empat saham ini saja bobotnya sudah lebih dari 50% terhadap SRI-KEHATI," tambah David. Sehingga, saham itu yang jadi pemicu utama kenaikan SRI-KEHATI.
Keempat saham tersebut juga aktif ditransaksikan selama pekan lalu. TLKM bahkan jadi saham paling aktif dengan nilai transaksi Rp 1,36 triliun dan volume 284 juta saham.
Prospek fundamental saham juga turut memengaruhi. "BBCA, misalnya, terbukti selalu mencatatkan kinerja stabil," ujar Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim dalam riset pada 8 Agustus 2017.
Prospek itu masih ditambah membaiknya kondisi ekonomi yang bisa mengerek laba bersih BBCA. Meski secara valuasi terutama dengan price earning ratio (PER) sebesar 20,2 kali relatif lebih mahal dibanding big cap lain seperti TLKM, return on equity BBCA masih menarik dengan imbal hasil hampir 19%.
Faktor tersebut dan sektor yang dijalani bisa jadi pertimbangan ketika ingin memilih berbagai indeks yang ada di dalam IHSG.  "Saat ini, hindari indeks yang ada saham rokok di dalamnya," ujar David.
Selebihnya, David masih menilai positif saham perbankan dan telekomunikasi seperti TLKM. Saham BBCA dan UNVR juga tetap layak koleksi, dengan target harga masing-masing Rp 22.000 dan Rp 55.000 per saham.
👌
KONTAN.CO.ID - Penurunan suku bunga Bank Indonesia memberikan angin segar pada saham-saham sektoral bank. Berikut beberapa saham pilihan analis untuk sektoral bank.
Pada paruh pertama 2017, BBCA mencatat pendapatan meningkat 5,91% jadi Rp 26,26 triliun dari periode sebelumnya Rp 24,79 triliun. Laba bersih tercatat naik 10,01% menjadi Rp 10,53 triliun.
Kepala Riset Mirae Aset Sekuritas Indonesia Taye Shim menilai, BBCA sebagai salah satu bank dengan tingkat deposito besar,  memiliki potensi sebagai salah satu kunci penggerak sektoral perbankan.
"BBCA adalah salah satu saham top picks kami," ujarnya.
Taye menyarankan beli dengan target harga di Rp 20.300
2. PT Bank Permata Tbk (BNLI)
Pendapatan pada semester I-2017 merosot Rp 5,83 triliun dibanding kinerja sebelumnya yang mencatat di Rp 7,43 triliun. Pasalnya, emiten ini sempat mengalami kenaikan kredit macet.
Andy Ferdinand Head of Equity Research Samuel Sekuritas mengatakan, manajemen BNLI telah merestrukturasi utang dan berhasil menekan NPL yang sempat melambung ke 8,8% akhir tahun 2017. "Saat ini NPL tersebut sudah turun di bawah 5%," jelasnya.
Ditambah lagi rencana merger dengan Standard Chartered Indonesia telah mencuri perhatian dan kinerjanya diproyeksikan dapat terus moncer. Andy melihat BNLI akan kembali fokus menggarap franchise untuk grup Astra selaku bagian dari bisnis jasa keuangan ASII.
Andy menyarankan aksi beli BNLI dengan target harga Rp 890.
3. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Selama semester I- 2017, laba bank ini tumbuh 46,68% menjadi Rp 6,41 triliun. Pertumbuhan kredit sebesar 15,4% mencapai Rp 412,18 triliun.
NPL bank ini terlihat membaik setelah turun 20 bps menjadi 2,8% pada akhir Juni 2017. Sehingga biaya kredit turun menjadi 1,8% dan memberikan biaya pencadangan yang berpotensi terus membaik.
Alfred Nainggolan Kepala Riset Koneksi Kapital merekomendasikan beli saham BBNI dengan target harga di Rp 8.340.
4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
Laba bersih BBRI naik 10,2% year on year menjadi Rp 13,42. NPL pada semester I-2017 tercatat di 2,33%, membaik dari tahun sebelumnya di level 2,31%.
Penyaluran pinjaman juga melonjak 11,8% dibanding tahun lalu menjadi Rp 668,0 triliun yang disokong dari kredit mikro, komersial kecil dan segmen konsumer.
Ke depan, Budi Rustanto Analis Valbury Sekuritas Indonesia mengantisipasi, kredit usaha rakyat (KUR) berpotensi terus bertumbuh. Ia merekomendasikan beli saham BBCA dengan target harga Rp 16.500

JAKARTA detik- Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (25/9) sore ditutup menguat 21,25 poin atau naik 0,36% ke kisaran 5.915,36.
Indeks sempat meraih level tertinggi di 5.915,36 dan terendah di 5.880 sepanjang perdagangan hari ini.
Saham-saham unggulan yang tergabung dalam Investor33 naik 0,38% ke 430,22, indeks LQ45 naik 0,47% ke 983,29, JII naik 0,35% ke 756,39.
Sektor agri naik 0,42%, konsumsi naik 1,3%, properti naik 1,13%, keuangan naik 0,18%, perdagangan naik 0,18%, manufaktur naik 0,77%, aneka industri naik 0,07%.
Sedangkan sektor yang melemah adalah Sektor tambang turun 0,67%, industri dasar turun 0,23%, dan infrastruktur turun 0,17%. (b1)

Bisnis.com, JAKARTA - IHSG diprediksi bergerak.mixed cenderung menguat meski tertekan pada perdagangan hari ini
 Indosurya Sekuritas memproyeksikan IHSG masih akan berada dalam jalur updtrend dalam jangka panjang
Kepala Riset William Surya Wijaya mengatakan hari ini, IHSG masih akan bertahan menguat di level 5.811 – 5945
Dia mengatakan IHSG berhasil mencetak kembali rekor tertinggi spanjang masa yang baru ditengah capital inflow yang belum kunjung hadir secara signifikan dalam pasar modal Indonesia
Momentum koreksi wajar jika terjadi, masih terus dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian mengingat dalam jangka panjang IHSG masih berada dalam jalur uptrend ditopang oleh fundamental perekonomian yang stabil tercermin dalam rilis data perekonomian terlansir
"Hari ini IHSG berpotensi menguat," tulisnya dalam riset
Reliance Securities memproyeksikan pergerakam IHSG akan tertekan hari ini.pasca sentuh level terbaru kemarin
Analis Lanjar Nafi mengatakan pergerakan optimis diperlihatkan IHSG dengan berhasil break out resistance dilevel tertinggi setelah sebelumnya melakukan rebound pada support MA5.
Penguatan ini cenderung konsolidatif pasalnya momentum pergerakan dari Indikator Stochastic dan RSI yang jenuh beli memberikan permulaan signal koreksi.
"Sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak tertekan pada perdagangan selanjutnya dengan kisaran level 5880-5930," tulisnya dalam riset.
Saham-saham yang masih dapat menjadi perhatian diantaranya JSMR, ACES, PTBA, UNTR, ISAT, LPCK
Binaartha Securities memprediksi IHSG akan berpotensi menuju ke area level support pada 5893 dan 5871
Analis Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan IHSG ditutup menguat 0.57% di level 5914.024 pada 23 Agustus 2017. Berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama dan kedua berada pada level 5892.511 dan 5870.999.
Sementara itu, resistance pertama dan kedua berada pada level 5924.780 dan 5935.537. Berdasarkan indikator daily, MACD berada di area positif.
Sementara itu, Stochastic sudah overbought dan RSI berada di area netral. Terdapat pola hanging man candle yang mengindikasikan adanya potensi koreksi sehat pada pergerakan indeks saham.
"Dengan demikian, IHSG akan berpotensi menuju ke area level support pada 5893 dan 5871," tulisnya dalam riset
💆
Jakarta detik- Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days repo rate sebesar 25 basis poin ke level 4,5% disambut baik para pelaku pasar modal termasuk broker. Hal ini diyakini menjadi pemicu perbaikan kinerja para emiten.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengatakan, penurunan suku bunga acuan sejalan dengan upaya pemerintah mendorong roda perekonomian. Sebab jika juga memicu penurunan suku bunga kredit maka akan mengurangi beban dunia usaha.

Menurutnya tingkat konsumsi masyarakat sangat bergantung dengan pertumbuhan perusahaan. Nah perusahaan bisa tumbuh jika beban-bebannya berkurang, salah satunya dengan beban pinjaman perbankan.

"Saya kira ini masuk akal, karena kan lagi banyak kebutuhan supaya konsumsi bisa naik," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Dengan upaya dari pemerintah yang sejalan dengan BI, Silvano yakin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini bisa tembus 6.100 di akhir tahun. Apalagi hari ini IHSG sudah sempat menyentuh level di atas 5.900.

"Kita sudah bilang proyeksi kita 6.100 akhir tahun ini, kita belum revisi. Sekarang kan 5.900 jadi sepertinya on track," imbuhnya.

Namun, kata Silvano, saat ini pasar modal juga sangat sensitif terhadap pemberitaan yang beredar. Kendati begitu, jika kinerja perusahaan bagus maka akan sedikit kebal terhadap hantaman pemberitaan.

"Jadi indeks sampai akhir tahun tidak berubah masih optimis," tegasnya.

Sementara di tempat yang sama, Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat menambahkan, penurunan suku bunga acuan akan berdampak positif bagi perekonomian. Dengan begitu, iklim investasi juga akan semakin kondusif.

"Kalau ingin menggerakan perekonomian maka tingkat suku bunga harus dilonggarkan. Saya kira ini strategi keseluruhan dari pemerintah. Kalau tingkat suku bungan diturunkan, kemudian dunia usaha mulai hidup, nah mau tidak mau investasi di portofolio di pasar modal akan lebih baik," ujarnya. (dna/dna)
👄
Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini ditutup menguat tipis 0,03% ke level 5.893,841. Namun IHSG sempat mencetak rekor baru secara intraday di level 5.912,116.

Menurut Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama memandang, perdagangan hari ini memang tengah didera berbagai sentimen negatif, seperti teror di Barcelona, Spanyol. Hal itu membuat IHSG terpaksi turun kembali saat mencetak rekor.

"Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global yang disebabkan oleh aksi terorisme yang terjadi di Barcelona, serta realisasi kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump yang masih di bawah ekspektasi para pelaku pasar," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Jumat (18/8/2017).

Sementara sentimen negatif tersebut beradu dengan sentimen positif dari pembacaan nota keuangan oleh Presiden Joko Widodo kemarin di DPR. Dalam RAPBN 2018 pemerintah mematok proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,4% dengan kenaikan

"Sepertinya para pelaku pasar masih mengapresiasi pembacaan nota keuangan RAPBN 2018 oleh Presiden RI pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD. Hal ini menggambarkan kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang cenderung stabil. Sehingga membuat IHSG bangkit dari pelemahan tadi pagi," tukasnya. (dna/dna)
🙏
KONTAN.CO.ID - Meredanya sementara waktu perang urat saraf antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, adanya wacana Bank Indonesia merelaksasi aturan LTV serta penurunan suku bunga KPR & KPA yang pada gilirannya mendorong naik saham berbasis properti, konstruksi, semen serta perbankan menjadi katalis pendorong IHSG. Kemarin, IHSG menguat 0,6% tapi disertai penjualan bersih asing Rp 298,1 miliar. 
"Selasa ini, IHSG perkirakan berpeluang menguat terbatas seiring penguatan DJIA 0,62%, EIDO 0,62% di tengah kejatuhan harga minyak 2,7%, emas 0,95%, nikel 2% dan CPO 0,63%," kata Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas dalam riset pagi.
Pola dragonfly doji terbentuk atas IHSG mengindikasikan munculnya aksi beli. Edwin memperkirakan kisaran IHSG hari ini berada di 5.769-5.839. Sedangkan rupiah akan bergerak pada rentang 13.310-13.380
Berikut saham-saham pilihan MNC Sekuritas:
Beli: ADHI, WSKT, WSBP, WIKA, TOTL, BBRI, BBNI, BBCA, BJTM, PNBN, SMRA, PWON, CTRA, BSDE, MDLN, APLN, SMGR, INTP, ADRO, HRUM, INDY, UNTR, ASII, TPIA, SRIL, TLKM, JPFA, CPIN, INDF, ICBP, GJTL, TLKM, EXCL.
JAKARTA, KOMPAS.com - Citibank NA Indonesia memproyeksikanpertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5,1 sampai 5,2 persen hingga akhir tahun 2017 ini.
Hal ini senada dengan target Bank Indonesia (BI) yang mematok pertumbuhan ekonomi berkisar 5 sampai 5,4 persen pada tahun 2017.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi pandangan resmi kami 5,1 sampai 5,2 persen tahun ini," kata CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi pada acara media briefing di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Senin (14/8/2017).
Batara mengungkapkan, pihaknya melihat hingga semester I 2017, pertumbuhan ekonomi banyak disokong sektor publik.
Sementara itu, sektor swasta belum tumbuh secara signifikan. Dengan demikian, pada semester II 2017, belanja pemerintah diharapkan dapat lebih bergairah.
Pada saat yang bersamaan, optimisme sektor swasta juga diharapkan dapat meningkat.
"Sehingga bisa dilihat peningkatan capex (capital expenditure/belanja modal) yang di semester I 2018 belum kuat," ungkap Batara.
Sementara itu, Citibank Indonesia juga memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 6.150 pada akhir tahun 2017.
Prediksi ini didasarkan pada momentum positif yang terjadi pasca predikat investment grade yang diberikan lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) kepada Indonesia beberapa waktu lalu.
Batara mengungkapkan, pihaknya juga memandang ada beberapa sektor yang bakal mencatatkan kinerja saham baik pada tahun 2017 ini.
Sektor-sektor tersebut antara lain perbankan, keuangan konsumer, konstruksi, properti, dan ritel.
👥
JAKARTA kontan. Untuk sementara, mari kita mencari tempat aman. Kendati masih positif, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kurang bergairah bisa memicu sejumlah risiko bagi portofolio investasi.
Sebagai gambaran, ekonomi Indonesia di kuartal II-2017 tumbuh 5,01%. Meski sama dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhannya di bawah kuartal II-2016.
Dalam situasi ini, Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Indonesia Jemmy Paul Wawointana mengatakan, investor perlu berhati-hati saat masuk ke pasar. "Kami juga masih menunggu waktu untuk masuk," kata Jemmy, kemarin. Ia memperkirakan baru bisa agresif lagi di portofolio saham dan obligasi jangka panjang pada September atau Oktober.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang kurang greget, Head of Investment Aberdeen Asset Management Bharat Joshi mengatakan, investor ritel perlu mengatur ulang portofolio investasinya. "Investor ritel perlu melakukan diversifikasi portofolio pada instrumen saham, pendapatan tetap dan cash," kata Joshi.
Sementara Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, perusahaannya masih fokus pada saham big caps dengan pendapatan yang kuat. "Sedangkan obligasi lebih memilih durasi panjang" kata dia.
Direktur Utama Samuel Aset Manajemen Agus Basuki Yanuar melihat, pertumbuhan ekonomi dunia masih bagus. Tahun lalu ekonomi tumbuh 3% dan tahun ini 3,3%. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan membaik dari 4,9% tahun lalu ke 5,18% di tahun ini," kata Agus.
Pertumbuhan ekonomi yang membaik itu membuat harga komoditas naik, sehingga ekspor Indonesia naik. Apalagi 65% ekspor berbasis komoditas. Tapi ada sejumlah risiko utama dari dalam negeri seperti penerimaan pajak yang tak tercapai, risiko intervensi kebijakan dan daya beli turun. "Jika ukurannya PDB, di kuartal dua dan tiga memang biasanya di bawah dari kuartal satu dan empat," kata Agus.
Agus tetap optimistis melihat ekonomi Indonesia. "Tetap optimis dan waspada," tandasnya. Dalam situasi seperti ini, sejumlah racikan portofolio bisa jadi pilihan (baca Harian KONTAN, edisi 9 Agustus 2017 halaman 1).
Investor saham, Irwan Ariston Napitupulu berpendapat, pertumbuhan ekonomi5,01% hanya beda tipis dengan prediksi konsensus. Ini masih baik dibanding dengan negara lain. "Saat ini, PDB sudah bagus, rupiah bagus, dan politik juga bagus," kata Irwan.
Dia menilai, pameran properti yang akan digelar dalam waktu dekat di JCC Senayan bisa menjadi salah satu indikator. Bila pameran properti disambut positif, kemungkinan besar sektor properti akan bangkit di semester II-2017. Dus, IHSG bisa tembus 6.000.
Saat ini, dana investasi Irwan hampir 100% ditempatkan pada instrumen saham, terutama sektor perbankan yang setahun ini bisa memberikan return sebesar 25%.
Bagi investor saham Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati, penurunan PDB tersebut juga tidak banyak mengubah strategi dia dalam berinvestasi. Pasalnya, dia akan melihat langsung bagaimana sentimen yang ada dalam sektor usaha tertentu. Saat ini, porsi investasi Prodjo di saham mencapai sekitar 80%. Ia terutama masuk ke sektor perbankan dan tambang.
💓
warta ekonomi: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap kinerja investasi dan ekspor terus membaik pada triwulan III dan IV-2017 sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun.
"Kami harapkan investasi dan ekspor akan terus membaik di triwulan III dan IV-2017," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Sri Mulyani mengatakan kinerja investasi dan ekspor sedang memperlihatkan momentum yang positif selama periode Januari hingga Juni 2017, sehingga masih diandalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pada semester II-2017. Ia juga mengharapkan laju inflasi yang relatif rendah hingga Juli 2017 sebesar 2,6 persen, bisa membantu kinerja konsumsi rumah tangga yang belum tumbuh potensinya atau hanya tercatat sebesar 4,95 persen pada triwulan II-2017.
"Kami harap dengan inflasi yang tidak setinggi perkiraan awal, masih di bawah empat persen, momentum untuk konsumsi akan muncul lagi pada triwulan III dan IV," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sri Mulyani memastikan pemberian bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan dan beras Rastra bisa mendorong daya beli bagi masyarakat kelas menengah bawah dan ikut memberikan kontribusi kepada konsumsi rumah tangga.
"Eksekusinya memang agak terlambat, tapi itu bisa meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama untuk kelas bawah, untuk bisa mendapatkan momentum dan meningkatkan konsumsinya," jelasnya. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan II-2017 tumbuh sebesar 5,01 persen (year on year). (ant)

Jakarta detik - Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2017 sebesar 5,01% ternyata masih di bawah ekspektasi. Meskipun masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

"Bahwa angka 5,01% ini masih di bawah ekspektasi, tetapi saya bilang pertumbuhan 5,01% ini lumayan bagus bagus," kata Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8/2017).

Awalnya pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2017 sebesar 5,1%. Kemudian ketika pengajuan APBN Perubahan 2017, target dinaikkan menjadi 5,2%. Agar target tersebut bisa dicapai, tentunya setiap kuartal, ekonomi harus tumbuh 5,2%.

Dia menyebutkan, perekonomian Indonesia yang sebesar 5,01% di kuartal II-2017 ini masih di bawah pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,9%, namun di atas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang sebesar 2,1%, Singapura yang sebesar 2,5%, bahkan perekonomian Korea Selatan yang tumbuh melambat dari 3,4% menjadi 2,5%.

"Jadi betul ini di bawah ekspektasi 5,1%, tapi di tengah perekonomian global dan turunnya harga komoditas, pertumbuhan ini tentu cukup bagus," tambahnya.


Menurut Suhariyanto, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, bukan hanya pemerintah, melainkan juga seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder dengan seksama memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi.

"Kalau kita lihat, trennya bagus, meskipun komoditas landai dan berada di titik terendahnya di 2015 4,88%, 2016 sebesar 5,02%, 2017 kita berharap ke depannya harus lebih bagus," tutup dia. (mkj/mkj)
👄
Jakarta beritasatu– Investor asing diyakini akan kembali agresif mengakumulasi saham pada kuartal IV mendatang. Hingga penutupan perdagangan 27 Juli 2017, asing masih mencatatkan aksi net buy Rp 6,42 triliun.
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyatakan, potensi penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) memang tengah terkendala dengan aksi keluarnya aliran dana investor asing di pasar modal. Padahal sebelumnya, sepanjang tahun ini investor asing sempat mencatatkan aksi beli bersih (net buy) tertinggi sebesar Rp 28,8 triliun.
Namun, selama satu pekan lalu investor asing justru membukukan aksi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 4,04 triliun. Seiring dengan hal itu, nominal net buy investor asing sepanjang tahun turun menjadi Rp 8,53 triliun pada akhir pekan lalu. Jika menilik data penutupan perdagangan 27 Juli 2017 yang dipublikasi di situs PT Bursa Efek Indonesia (BEI), terlihat IHSG berada dalam zona hijau usai berhasil menguat 19,538 poin (0,337 persen) sampai berada dalam level 5.819,744.
Ke depan, Hans memperkirakan, mulai akhir kuartal III atau awal kuartal IV-2017 pihak investor asing pasti akan kembali mengakumulasi saham. “Sedangkan, selama kisaran Juli-September 2017 investor asing mungkin akan condong konsolidasi dalam hal berinvestasi di saham,” ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.
Adapun, perihal aksi profit taking, Hans memperkirakan, sekarang ini pihak foreign investor memang sedang mengalihkan dana ke instrumen yang lebih minim risiko.“Tampaknya aliran dana investor asing masih ada di Indonesia, yakni pindah ke obligasi. Soalnya, kalau secara keseluruhan belum terlihat ada portofolio dana besar yang keluar dari Indonesia,” tegas dia.
Mengenai aliran dana dari investor asing, Hans juga menjelaskan, sejauh ini aksi net sell dilatarbelakangi sentimen dari global. Baik itu, dari rencana Bank Sentral AS (The Fed) yang berniat kembali menaikkan suku bunga acuan, maupun persoalan dari sisi neraca keuangan The Fed. Di samping itu, sekarang ini pasar juga tidak terlalu optimistis dengan kebijakan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pada waktu yang bersamaan, tutur dia, kita juga masih menghadapi sentimen global berupa memanasnya situasi di Semenanjung Korea maupun kondisi di Timur Tengah. “Jadi pelaku pasar yang memiliki dana di emerging market cenderung memindahkan dananya ke instrumen yang diyakini minim risiko dari beberapa hal tersebut. Nah, intrumen yang minim risiko, antara lain obligasi,” jelas Hans.
Meski aksi net sell dari investor asing masih terjadi, ia mengingatkan, dukungan dari investor domestik masih cukup kuat. Sebab, dari sisi fundamental ekonomi Indonesia juga terbilang masih bagus. Sehingga, aksi jual bersih berkelanjutan dari foreign investorbelum menurunkan posisi IHSG lebih jauh.
Net Buy
Selanjutnya, mengenai aksi investor asing, Analis Senior PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memprediksi, selama satu pekan ini investor asing kemungkinan hanya akan melakukan aksi beli yang tipis. Adapun, kisaran potensi aksi beli tersebut mencapai kisaran Rp 800 miliar – Rp 1 triliun.
Melihat kondisi yang ada, ia menilai, investor asing mungkin tengah mengalihkan portofolio ke pasar obligasi, deposito, bahkan komoditas di tengah sentimen pasar ekuitas yang dianggap belum kondusif dan cukup fluktuatif. Kendati, ia juga mengingatkan, setiap tahun ada siklus investasi yang cenderung kurang kondusif pada kuartal III.
Sehingga, hal tersebut yang mungkin mempengaruhi kondisi psikologis dari investor asing. “Oleh sebab itu, investor asing akan cenderung menahan diri. Kendati, pada kuartal IV mendatang foreign investor akan kembali masuk dan pasar kita akan kembali rebound,” papar Reza.



Sumber: Investor Daily
JAKARTA ID- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti masalah ketimpangan di sektor keuangan, khususnya peran intermediasi perbankan yang dianggap belum optimal kepada sektor riil.

"Saat sektor riil menurun, sektor keuangan malah tumbuh," kata Direktur Indef Enny Sri Hartati dalam seminar nasional bertajuk "Mengurai Solusi Ketimpangan" di Jakarta, Rabu.

Di saat sektor riil mengalami penurunan pertumbuhan, sektor jasa keuangan memang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Sebagai contoh pada triwulan II-2016, industri pengolahan hanya tumbuh 4,6% (yoy) dan pertanian tumbuh 3,4% (yoy), sementara jasa keuangan justru mencatat rekor tumbuh di atas 13,5%.

Hal tersebut, lanjut Enny, mengindikasikan bahwa pertumbuhan jasa keuangan dan sektor riil tidak berkorelasi positif. Jurang antara sektor riil dan sektor keuangan terjadi karena profil risiko sektor riil cenderung lebih besar, sementara perputaran uang sangat lama.

Di sektor keuangan sendiri, instrumen seperti deposito dan surat utang menawarkan imbal hasil yang tinggi dengan risiko rendah. Investor akhirnya lebih memilih investasi di sektor keuangan.

Selain itu, ketimpangan juga terlihat dari sisi simpanan perbankan dimana 97,9% rekening hanya menguasai 14,04% total simpanan, sementara 0,04% rekening menguasai 46,99% total simpanan.

"Persoalannya, ternyata separuh simpanan di perbankan kita hanya dimiliki oleh 0,04% pemilik rekening tersebut," ujar Enny.

Enny melanjutkan, besarnya ketimpangan simpanan sendiri berkaitan dengan preferensi perbankan dalam memberikan bunga ke nasabah kakap, salah satunya melalui suku bunga deposito spesial atau special rate. Sementara itu, bagi nasabah kecil dari latar belakang masyarakat berpenghasilan rendah diberikan bunga yang rendah ketika menabung.

Program Laku Pandai dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga diinilai berkontribusi terhadap akumulasi simpanan di sekelompok orang kaya perkotaan. Program tersebut menyedot uang dari desa dan dialokasikan ke korporasi besar di perkotaan. Pada akhirnya, kebutuhan masyarakat akan kredit di desa menjadi terbatas dan kembali lagi ke pola rentenir yang menyebabkan sebagian masyarakat miskin desa terlilit utang.

"Harus ada upaya-upaya mendorong peran sektor keuangan menjadi lembaga intermediasi yang konkrit untuk mendorong sektor riil," kata Enny. (gor/ant)
💃

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan kembali menguat meski terbatas. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkirakan IHSG bergerak pada support 5.765 dan resistance 5.860.

Laju IHSG sejalan dengan penguatan di awal pekan. Kemarin, IHSG ditutup menguat 36,16 poin ke level 5.801,59. Lanjar menuturkan, IHSG ditopang oleh penguatan saham sektor infrastruktur dan keuangan.

BACA JUGA
8 Sektor Saham Hijau, IHSG Menguat 36 Poin
Diliputi Sentimen Negatif, Intip Pergerakan Saham Emiten Beras
Isu Geopolitik AS Tarik Rupiah ke Zona Positif
"Indeks sektor infrastruktur dan keuangan menjadi penggerak utama penguatan IHSG pada awal pekan. Investor berbalik beranggapan aksi pemerintah terhadap anggaran pembangunan dan kebijakan moneter sudah cukup tepat saat ini," ujar dia, Jakarta, Selasa (25/7/2017).

Sementara, Bursa Asia ditutup variatif. Sejalan IHSG, Bursa Hong Kong dan China menguat di kisaran 0,5 persen.

"Sedangkan pelemahan dipimpin indeks saham di Jepang dengan rata-rata pelemahan di bawah 0,5 persen," ujar dia.

Dia merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Bisnis.com, JAKARTA--Samuel Asset Management overweight terhadap saham-saham emiten sektor perbankan, barang konsumsi dan utilities, serta mulai selektif untuk mengoleksi saham emiten batu bara pada semester II/2017. 

Direktur Utama sekaligus Kepala Investasi Samuel Asset Management Agus B. Yanuar mengatakan laju indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan kenaikan pada semester II dan berpeluang menyentuh level 6.100 pada tahun ini. 

Menurut Agus, koreksi IHSG pada awal semester II merupakan siklus tahunan yang cenderung terjadi saat investor asing dari negara empat musim menikmati musim panas. Aksi jual investor asing, lanjutnya, mencerminkan strategi ambil untung dari kenaikan harga saham sejak awal tahun. 

"Secara sektoral, semester II kami overweight perbankan, barang konsumsi, utilities, dan selektif di batu bara," ungkapnya ketika dihubungi Bisnis.com, Sabtu (23/7/2017). 

Ada sejumlah faktor yang membuat Agus overweight terhadap emiten sektor perbankan. Pertama, perbaikan NPL dan aturan tentang relaksasi OJK yang memungkinkan bank untuk menyesuaikan tingkat NPL. Kedua, potensi penurunan lending cost seiring investment grade dari S&P sehingga menjaga net profit margin perbankan. 

Di sektor perbankan, pilihan Samuel AM tertuju pada saham-saham emiten bank BUMN, serta PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Permata Tbk. (BNLI), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). 

Keputusan untuk selektif di sektor batu bara mengarahkan manajer investasi yang mengelola reksa dana SAM Indonesia Equity Fund ini pada emiten yang memiliki neraca keuangan sehat, membukukan kenaikan volume produksi dan menikmati kenaikan harga jual, serta memiliki likuiditas saham yang baik. Dua nama yang masuk kriteria tersebut, imbuh Agus, yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG). 

Hingga akhir Juni 2017, reksa dana SAM Indonesia Equity Fund mengantongi 36,07% saham sektor pertambangan dalam portofolionya. Tak heran, tiga dari lima saham yang paling banyak dikoleksi reksa dana dengan dana kelolaan Rp1,4 triliun ini merupakan emiten pertambangan, yakni ADRO, BRPT, dan DOID. 

Tak seperti tahun lalu yang mencetak kinerja tiga kali lipat dari IHSG atau sebesar 39,97%, SAM Indonesia Equity Fund baru membukukan return 8,06% secara year to datehingga 20 Juli 2017.  
💁
JAKARTA kontan. Investor asing masih memasang posisi jual di pasar saham domestik. Kemarin (19/7), di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyusut 0,27% ke level 5.806,69, para pemodal asing membukukan penjualan bersih (net sell) Rp 1,61 triliun.
Dalam sebulan terakhir, nilai dana asing yang sudah keluar dari Bursa Efek Indonesia mencapai Rp 10 triliun. Tapi sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), asing masih mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 9,4 triliun.
Analis Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menilai, saat ini investor asing masih dalam posisi wait and see. "Sekarang yang mereka tunggu faktor makro. Apabila kondisi makro oke, mereka kembali yakin," kata dia kepada KONTAN, Rabu (19/7).
Kondisi makroekonomi Indonesia merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pasar saham. Data yang ditunggu investor asing antara lain kinerja emiten semester pertama tahun ini dan soal cadangan devisa.
Strategi portofolio
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menyebutkan, penurunan IHSG belakangan ini adalah koreksi yang sehat dan wajar. Namun investor tetap mesti mewaspadai kondisi tersebut. "Terlepas dari pergantian semester, ada kemungkinan asing mengubah portofolionya. Kemungkinan ada koreksi bulan ini" kata Kevin.
Hal senada dikemukakan Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri. "Kelihatannya mereka ada balancing sedikit portofolio," ungkap dia. Biasanya, investor menerapkan strategi dengan mengubah portofolio dari pasar saham ke pasar obligasi. Lihat saja, dana asing di pasar obligasi domestik mulai menanjak (lihat halaman 7).
Sedangkan Kepala BNI Sekuritas Norico Gaman berpendapat, saat ini investor asing memanfaatkan momentum penguatan indeks saham beberapa waktu lalu untuk merealisasikan keuntungan atau capital gain. Seperti diketahui, IHSG sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah BEI di posisi 5.910,24, pada 3 Juli lalu. "Investor asing masih melihat momentum penguatan indeks saham terus menunjukkan ke arah 6.000," papar Norico.
Toh, performa pasar saham Indonesia saat ini masih terbilang bagus. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), IHSG mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,6%. Bahkan di semester pertama lalu, menurut Alfred, pertumbuhan indeks saham lokal sudah mencapai 13,8%.
Dari fakta ini, Alfred juga berasumsi sebenarnya asing berada dalam posisi profit taking. Ia juga mengatakan bahwa investor asing belum mengalihkan sahamnya ke bursa saham lain. Dengan kata lain, pemodal asing masih menahan cash terlebih dahulu.
Ia juga masih meyakini hingga akhir tahun nanti IHSG bisa ditutup di kisaran 6.000-6.200.
Adapun Hans memprediksi IHSG hingga akhir 2017 bisa berada di posisi 6.000.
JAKARTA, KOMPAS.com - Bahana Sekuritas dalam risetnya yang dirilis pada pekan lalu menyatakan bahwa rencana Presiden Joko Widodo untuk mengocok ulang kabinet telah mulai berdengung di pasar.
Namun demikian, Senior Associate Director, Head of Corporate Research PT Bahana Securities Harry Su bahwa yang lebih menjadi perhatian pasar tak terlalu menaruh perhatian kepada isu reshuffle.
Justru, yang menjadi perhatian pasar saat ini adalah langkah tegas pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap gerakan-gerakan anti-pemerintah.
"Dalam hal politik sebagai katalis pasar, kami telah melakukan wawancara kepada sejumlah fund manager. Mereka mengatakan bahwa yang lebih penting adalah langkah kongkrit pemerintah dalam mengungkap gerakan-gerakan anti-pemerintah guna mengatasi isu rasial dan agama," tulis Harry Su.
Harry menyebutkan bahwa kalaupun isu reshuffle berpengaruh terhadap pasar, dampaknya tidak terlalu signifikan.
Meski tidak terlalu signifikan dampaknya, dalam riset tersebut Bahana menyebutkan sejumlah pos menteri yang berpotensi untuk berubah. Hal itu didasarkan pada informasi yang beredar di pasar.
Salah satunya adalah pos Menteri BUMN yang saat ini dijabat oleh Rini Soemarno akan digantikan oleh Ignasis Jonan yang saat ini menjabat posisi sebagai menteri ESDM.
Rini Soemarno sendiri dikabarkan akan menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Teten Masduki.
Adapun pos Menteri ESDM akan diduduki oleh Arcandra Tahar yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri ESDM.
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan disebut-sebut akan menduduki jabatan Menko Polhukam yang kini ditempati Wiranto.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga disebut berpeluang menggantikan posisi Darmin. Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin dikabarkan akan diganti oleh Yahya Cholil yang kini menjabat sebagai Sekjen Nahdlatul Ulama.
"Keputusan ini sejalan dengan sikap NU yang mendukung pemerintahan Jokowi untuk memberantas radikalisme di bangsa ini," kata Harry, dalam riset yang dikutip Kompas.com, Minggu (16/7/2017).
"Maka kami mempertahankan target IHSG tahun 2017 berada di level 6.300," kata Harry.
💃
Bisnis.com, JAKARTA– Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau berhasil mengikis pelemahannya pada awal perdagangan hari ini, Jumat (7/7/2017).
IHSG hari ini dibuka dengan pelemahan 0,17% atau 9,69 poin di level 5.839,89 dan turun hanya 0,02% atau 0,88 poin ke level 5.848,70 pada pukul 09.07 WIB.
Adapun pada perdagangan Kamis (6/7), IHSG ditutup rebound 0,42% atau 24,52 poin di level 5.849,57.
Sebanyak 10 saham bergerak menguat, 15 saham bergerak melemah, dan 532 saham stagnan dari 557 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pagi ini.
Lima dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama sektor properti (-0,38%) dan konsumer (-0,26%). Adapun, empat sektor lainnya bergerak naik dipimpin sektor finansial yang menguat 0,39%.
Indosurya Sekuritas memprediksi pergerakan IHSG di akhir pekan ini masih berpeluang menguat, seiring dengan penantian data cadangan devisa.
Kepala Riset William Surya Wijaya mengatakan IHSG berpeluang menguat di level 5808 – 5911
Mengakhiri pekan pertama di semester kedua, IHSG masih memperlihatkan potensi besar untuk dapat terus melanjutkan kenaikan hingga penghujung tahun 2017.
Peluang koreksi, katanya, masih terus dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target rentang investasi jangka panjang.
"Hari ini IHSG berpotensi menguat seiring dengan penantian pasar terhadap rilis data cadangan devisa," ujarnya dalam riset.
Di bursa regional, indeks FTSE Straits Time Singapura pagi ini melandai 0,34%, indeks FTSE KLCI Malaysia melemah 0,30%, sedangkan indeks PSEi Filipina turun tipis 0,08%.
Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks Bisnis27 naik 0,07% atau 0,39 poin ke 524,16 pada pukul 09.08 WIB, setelah dibuka dengan pelemahan 0,20% atau 1,06 poin di posisi 522,71.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terpantau melemah 0,09% atau 12 poin ke Rp13.404 per dolar AS pada pukul 09.09 WIB.

Saham-saham yang menguat pada awal perdagangan:
BBCA
+0,69%
UNTR
+0,89%
ICBP
+0,29%
GGRM
+0,16%
Saham-saham yang melemah pada awal perdagangan:
BMRI
-1,69%
UNVR
-0,82%
BBNI
-1,11%
INTP
-1,99%
Sumber: Bloomberg
👄
JAKARTA. Ada empat emiten yang mencatat cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada Jumat (7/7) pekan ini. Dari keempat emiten tersebut, PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) tercatat sebagai pembagi dividend yield paling besar. Nilainya mencapai 8,47%. Emiten ini berencana membagikan dividen sebesar Rp 30 per saham yang rencananya pembayaran dividen tunai jatuh pada 14 Agustus 2017.
Cum date ini menjadi tanggal terakhir bagi investor yang mau membeli saham tersebut agar masuk dalam daftar penerima dividen yang sudah ditentukan.
Selain itu, ada pula PT Media Nusantara Media Tbk (MNCN) yang akan membagikan dividen. Emiten ini akan membayarkan dividen tunai pada 1 Agustus 2017. Dengan besaran dividen Rp 42 per saham, MNCN memiliki dividen yield sebesar 2,33%.
Angka tersebut, dengan asumsi harga penutupan saham MNCN yang bertengger di level 1.800. Sebagai catatan, saham MNCN sendiri selama beberapa waktu terakhir mengalami tekanan. Performa harga saham MNCN pun melemah 5,01% selama sepekan terakhir.
Ada PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) yang juga mengantri akan membagikan dividen tunai pada 1 Agustus 2017. Perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods ini membagikan dividen sebesar Rp 26 per saham. Dengan asumsi harga saham penutupan perdagangan Kamis (6/7), maka ULTJ memiliki dividen yield sebesar 0,53%.
Terakhir PT Global Mediacom Tbk (BMTR) yang juga akan membagikan dividen sebesar Rp 5 per saham. Dengan asumsi di level saham 590 pada penutupan perdagangan Kamis (6/7), emiten ini memiliki dividen yield sebesar 0,85%. Rencananya, BMTR akan melakukan pembayaran dividen tunai pada 3 Agustus 2017.
Muhammad Nafan Aji analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan emiten DART dan MNCN menarik untuk diperhatikan oleh investor. Lantaran emiten tersebut, memiliki dividen yield yang tinggi. Menurutnya, bila dividend yieldemiten masih dibawah 1% masih kurang menarik bagi investor. "Kalau dari sisi dividend yield-nya, DART memang lebih menarik," ujar Nafan kepada KONTAN, Kamis (6/7).
Dia mengungkapkan, emiten DART lebih menarik bila menjelang pembagian dividen. Namun, secara jangka panjang emiten ini masih kurang menarik. Katanya, DART memiliki price earning ratio (PER) saat ini hampir mencapai 37 kali. Hal ini membuat valuasi saham DART lebih tinggi. "DART menarik jelang pembagian dividen," katanya.
Namun, bila secara fundamental emiten MNCN masih lebih baik. Valuasi saham MNCN juga tergolong murah dan cocok untuk investasi jangka panjang. Menurutnya, MNCN menarik karena saat ini memiliki PER diangka 15 kali. Hal tersebut membuat harga saham MNCN masih tergolong murah dan layak diperhatikan.
Dia memproyeksikan kinerja MNCN pada 2017 akan mengalami kenaikan berkisar 8% dari total pendapatan. Sementara laba bersih 2017 diprediksi akan naik 30%. Dia merekomendasikan buy emiten MNCN dengan target harga jangka panjang dengan berada di level 2.200.
👄
Jakarta (ANTARA News) - Riset Bahana Sekuritas memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dalam beberapa waktu ke depan akan menembus level 6.300 poin dari saat ini di kisaran 5.860 poin.

Hal itu sejalan dengan berbagai faktor positif, seperti pengumuman dua lembaga pemeringkat internasional Standard and Poors dan Moodys yang menaikkan rating Indonesia ke level "investment grade" dan outlook dari stabil menjadi positif, kata Kepala Strategis dan Riset Bahana Sekuritas Harry Su dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Sentimen positif diperkirakan akan terus mewarnai pasar saham Indonesia. Meski angka inflasi melebihi perkiraan pasar, menurut dia, tidak mengurangi optimisme investor.

Menurut Harry, kunjungan Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia ke Bursa Efek Indonesia pada hari Selasa (4/7) juga menjadi faktor penggerak sentimen positif. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan Indonesia diarahkan untuk mencatatkan saham di bursa saham.

Faktor lainnya adalah Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua tahun ini bakal lebih baik daripada pencapaian kuartal pertama yang tumbuh 5,01 persen meskipun belanja pemerintah diperkirakan belum optimal karena adanya libur Lebaran dan konsumsi masyarakat yang dipengaruhi oleh biaya keperluan anak sekolah pada bulan Juli ini.

Pemerintah pun merevisi target pertumbuhan gross domestik produk (GDP) menjadi 5,2 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,1 persen untuk sepanjang 2017.

Sementara itu, PT Bahana Sekuritas masih meyakini GDP akan tumbuh 5,3 persen pada tahun ini. Hal ini didukung oleh konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, dan meningkatnya belanja pemerintah pada kuartal III dan IV.

"Bahana menilai dengan perbaikan infrastruktur dan didukung oleh program pemerintah mengendalikan harga bahan makanan akan mampu menjaga stabilitas inflasi yang diperkiraan sepanjang 2017 akan berada pada kisaran 4,4 persen," kata Harry.

Dengan berbagai data pendukung yang positif itu, Bahana merekomendasikan beli untuk 10 saham unggulan, yakni Astra Internasional(ASII) dengan target harga Rp10 ribu, Bank Mandiri dengan target harga Rp15 ribu, Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan target harga Rp8.000,00, Semen Indonesia (SMGR) dengan target harga Rp11.600,00, Bank CIMB Niaga (BNGA) dengan target harga Rp1.500,00, Ciputra Development (CTRA) dengan target harga Rp1.800,00, Mitra Adiperkasa (MAPI) dengan target harga Rp8.300,00.

"Saham Jasa Marga dan Summarecon Agung kami keluarkan dari daftar 10 saham unggulan karena harga JSMR telah melampaui target harga yang kami perkiraankan sebelumnya. Untuk sector properti, kami keluarkan Summarecon karena kurang nyamannya kondisi persaingan dengan adanya kompetisi dari pemain Cina," ujar Harry.

Sebagai penggantinya, Bahana memasukkan saham yang sudah terkoreksi cukup dalam Surya Citra Media (SCMA) dengan target harga Rp3.350,00 dan Ramayana Lestari Sentosa (RALS) dengan target harga Rp1.440,00 per lembar saham.
Editor: Tasrief Tarmizi
👄
Bisnis.com. JAKARTA - Indosurya Securities menyebutkan pergerakan IHSG hari ini masih akan berpeluang naik meskipun sempat melemah karena aksi profit taking dalam perdagangan kemarin

Kepala Riset William Surya Wijaya mengatakan IHSG hari ini diprediksi akan bergerak di level 5823 – 5945

Dia mengatakan IHSG terlihat kembali terkonsolidasi dalam rentang wajar, adapun jika terjadi tekanan di tengah fluktuasi harga komoditas masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk tetap melakukan akumulasi pembelian dengan tujuan investasi dalam rentang jangka menengah-panjang.

Mengingat kondisi pergerakan IHSG dalam jangka menengah-panjang yang masih berada dalam jalur uptrend yang ditunjang oleh capital inflow yang masih cukup kuat secara Ytd,.

"Hari ini IHSG berpeluang naik," ujarnya dalam riset

Berikut saham-saham yang akan direkomendasikan 

- TLKM

- AALI

- ADHI

- JSMR

- PGAS

- EXCL

- INDF

- ICBP

- BBNI

- KAEF

- BJBR
Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi ke level 6.000 pada akhir 2017. Sejumlah sektor saham yakni sektor barang konsumsi, infrastruktur, konstruksi dan keuangan akan jadi penopang IHSG.
Analis PT Semesta Indovest Aditya menuturkan, IHSG berpeluang ke level 6.000 pada akhir 2017. Kenaikan IHSG tersebut akan didorong dari sektor saham keuangan yaitu bank, sektor saham konsumsi, konstruksi dan infrastruktur. Aditya mengatakan, sektor saham konstruksi yang masih tertinggal diharapkan dapat bergerak positif. Hal itu didukung dengan program infrastruktur oleh pemerintah. Sektor saham konstruksi susut 4,65 persen sepanjang 2017.
"Sektor konstruksi diharapkan ada perbaikan pada semester II 2017 didorong kontrak kerja pemerintah di bidang infrastruktur. Biaya untuk infrastruktur juga masih besar hingga 2018," kata Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/7/2017).
BACA JUGA
Usai Lebaran, IHSG Diproyeksi Menguat dalam Sepekan
IHSG Cetak Rekor Baru Sambut Libur Lebaran
IHSG Menguat Terdorong Sektor Saham Infrastruktur

Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities  William Suryawijaya mengatakan, sektor saham pilihan pada semester II antara lain sektor saham infrastruktur, konstruksi dan konsumsi. Senada dengan Aditya, William menilai, program pemerintah terutama infrastruktur akan menjadi pendorong sektor konstruksi dan infrastruktur.

Selain itu, emiten bergerak di sektor barang konsumsi akan menggenjot penjualan pada kuartal III dan IV. William menilai hal itu dapat dongkrak sektor saham barang konsumsi. "Harga komoditas juga akan pengaruhi pergerakan sektor saham," ujar William.
Adapun laju IHSG pada semester II juga akan dibayangi sejumlah faktor antara lain rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed). Aditya menuturkan, bila the Fed menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali akan jadi katalis negatif.
Selain itu, politik Indonesia bila tidak stabil juga akan menekan IHSG. Ditambah penerimaan pajak juga akan disorot pelaku pasar. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 pemerintah menetapkan target penerimaan pajak Rp 1.307,3 triliun.
"Pelaku pasar juga mencermati penerimaan pajak. Bila penerimaan pajak jauh dari target maka defisit melebar," kata Aditya.
Katalis lainnya yang perlu diperhatikan investor, menurut Aditya yaitu pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II dan III. Aditya menuturkan, jika PDB positif maka bisa jadi tenaga tambahan untuk IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin 3 Juli 2017, IHSG naik 80,52 poin atau 1,36 persen ke level 5.910,23. Level tersebut tertinggi sepanjang sejarah pasar saham Indonesia. Indeks saham LQ45 menguat 2,03 persen ke level 997,51.
👄
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memang menargetkan laju pertumbuhan ekonomi nasional ada dikisaran 5,4-6,1 persen pada 2018.
Namun angka pasti yang diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni 5,6 persen. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi itu, pemerintah memastikan akan menggenjot investasi.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018, kebutuhan dananya mencapai Rp 5.293 triliun.
“Penyusunan RKP 2018 dilakukan menggunakan prinsip money follows program yang dilaksanakan dengan pendekatan tematik, holistik, integratif, dan spasial," kata Kepala Bappenas Bambang Bojonegoro dalam keterangan pers, Jakarta, Selasa (11/4/2017).
Pemerintah menyampaikan akan berupaya untuk berinvestasi secara selektif dan memfasilitasi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2018. Terutama ke enam sektor unggulan.
Enam sektor tersebut memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan yaitu industri pengolahan, informasi dan komunikasi, pertanian, konstruksi, jasa keuangan, dan perdagangan.
Namun pemerintah menetapkan tiga sektor prioritas yang akan ditingkatkan perannya yakni industri pengolahan, pariwisata, dan pertanian. Selain itu, konsumsi juga tetap akan menjadi tumpukan utama pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara kebijakan prioritas nasional penanggulangan kemiskinan fokus akan fokus kepada jaminan dan bantuan sosial tepat sasaran.
Diantaranya meliputi Program Keluarga Harapan bagi 6juta keluarga termiskin, rastra/bantuan pangan non-tunai, bantuan iuran kesehatan bagi 94.4 juta penduduk miskin dan rentan.
👄
Bisnis.com, JAKARTA— Transaksi broker sepanjang Maret 2017 kembali menyentuh angka Rp300 triliun atau naik 17,13% dibandingkan dengan transaksi broker bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, transaksi broker pada Maret 2017 berhasil mencapai Rp335,97 triliun atau tumbuh 17,13% dibandingkan dengan transaksi broker Februari yang senilai Rp286,84 triliun.
Adapun, perusahaan efek yang menduduki posisi pertama dengan transaksi terbesar adalah Morgan Stanley Indonesia dengan nilai transaksi Rp17,33 triliun. Disusul oleh UBS Securities dengan nilai transaksi Rp16,46 triliun.
Sementara itu, Mandiri Sekuritas berhasil ada di posisi ketiga dengan nilai transaksi Rp16,44 triliun. Meski, pada Februari 2017 lalu Mandiri Sekuritas ada di posisi kedua, nilai transaksinya lebih besar pada Maret 2017 ini.
SILA UNDUH FILE jo (excel) PENJELASAN MAKRO strategi maen saham @ warteg (inves + trading)

Mandiri Sekuritas menjadi satu-satunya perusahaan efek yang yang merupakan anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masuk dalam 10 besar. Sisanya merupakan perusahaan efek asing.
Berikut lengkapnya:
Morgan Stanley Indonesia
Rp17,33 triliun
UBS Securities Indonesia
Rp16,46 triliun
Mandiri Sekuritas
Rp16,44 triliun
CIMB Securities Indonesia
Rp15,32 triliun
Citigroup Securities Indonesia
Rp14,01 triliun
Credit Suisse Securities Indonesia
Rp13,78 triliun
Daewoo Securities Indonesia
Rp13,07 triliun
Macquaire Capital Securities Indonesia
Rp11,77 triliun
CLSA Indonesia
Rp11,49 triliun
Deutsche Securities Indonesia
Rp10,91 triliun

Sumber: Bloomberg

JAKARTA bisnis.com — Membaiknya kinerja emiten pada tahun lalu menjadi kabar baik bagi pemegang saham sebab pembagian dividen diyakini semakin marak pada tahun ini.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sedikitnya ada 33 emiten yang akan menebar dividen. Nilai yang dibagikan kepada pemegang saham juga bervariasi.
Emiten-emiten yang membagikan dividen pada tahun ini diproyeksi lebih ramai dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun lalu, KSEI mencatatkan ada 248 emiten yang membagikan dividen tunai kepada pemegang saham.
Dana yang ditebar pada tahun ini merupakan hasil kinerja emiten pada 2016. Adapun jumlah emiten yang membagikan dividen pada 2015 sebanyak 257 emiten. Kalangan analis menilai kinerja emiten, khususnya korporasi berkapitalisasi jumbo, cukup positif.
Tengok saja, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. membagikan dividen tunai hingga Rp1.142,86 per saham. Dalam laporan keuangan 2016, emiten bersandi saham ITMG membukukan laba senilai US$130,7 juta, naik hingga 107,11% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$63,1 juta.
Pada tahun ini, ITMG menyepakati menebar dividen dengan rasio 99,84% dari perolehan laba bersih. Nilai pembayaran dividen tunai per saham yang dibayarkan ITMG lebih besar dibandingkan dengan emiten lainnya.
Emiten sektor keuangan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga membagikan dividen tunai Rp428,6 per saham. BRI membagikan dividen sebesar Rp10,47 triliun atau sebesar 40% dari total laba bersih pada 2016 senilai Rp26,19 triliun.
Adapun persentase setoran dividen itu terbesar dalam 9 tahun terakhir. Setelah membagi dividen, BBRI pun menahan laba untuk kebutuhan ekspansi dan permodalan.
Selain itu, PT Garuda Metalindo Tbk. juga memiliki komitmen untuk menebar dividen tunai dengan rasio 60% dari laba bersih. Emiten bersandi saham BOLT ini pun akan membagikan dividen tunai senilai Rp27,77 per saham atau setara Rp65,09 miliar. Raihan laba bersih BOLT pada tahun lalu mencapai Rp108,48 miliar.
TUNGGU RUPS
Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk. Sancoyo Antarikso mengungkapkan pembagian dividen final untuk tahun buku 2016 akan dibahas dalam RUPS tahunan.
Pada 2016, emiten bersandi saham UNVR ini membagikan dividen tunai senilai Rp424 per saham kepada pemegang saham. Bila dibandingkan dengan 2015, nilai yang diberikan emiten barang-barang konsumsi itu mengalami peningkatan. Pada 2015, UNVR menebar dividen senilai Rp342 per saham.
“Pembagian dividen final tahun buku 2016 akan dibahas dalam RUPS tahunan,” ungkapnya, Rabu (5/4).
Analis PT Recapital Securities Indonesia Kiswoyo Adi Joe mengungkapkan tren bagi-bagi dividen pada tahun ini akan lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dia menilai kinerja emiten-emiten pada 2016 terbilang bagus, sehingga jumlah yang dibagi cenderung bertambah.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan pasar merespons positif rencana korporasi untuk membagi dividen. Dia mengungkapkan, kondisi itu juga secara tidak langsung akan mendongkrak kapitalisasi pasar dan harga saham.
Hans menyebutkan bahwa aksi tebar dividen juga akan membuat kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) tetap menghijau. Menurutnya, kondisi itu, bakal meredam ketidakpastian dari kondisi pasar global.
BNP Paribas Optimistis Outlook Ekonomi Indonesia Terus Membaik di 2017
JAKARTA kontan. PT BNP Paribas Investment Partners optimistis terhadap outlook perekonomian Indonesia tahun 2017 ini bisa terus membaik ketimbang tahun lalu.
Memasuki awal tahun ini saja misalnya, perekonomian Indonesia di kuartal I-2017 telah berangsur membaik. BNP Paribas memprediksi target pertumbuhan di kisaran 5,05% per tahun. Sementara itu, program Tax Amnesty yang berakhir pada Maret lalu juga terbilang positif.
Sehingga, diharapkan bisa membantu pemerintah dalam mencapai target penerimaan pajak dalam jangka pendek dan dapat memperkuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke depannya.
"Meskipun The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin pada pertengahan Maret lalu, namun tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kondisi pasar di Indonesia," kata Aliyahdin Saugi, Direktur dan Head of Equity BNP Paribas, Kamis (6/4).
Hal tersebut juga tercermin meningkatnya pertumbuhan cadangan devisa luar negeri Indonesia per Februari 2017 sebesar 13% menjadi US$ 114 miliar. Sementara, nilai tukar rupiah pun terbilang stabil di kisaran Rp 12.950 hingga Rp 13.700 dalam satu tahun terakhir.
Apalagi aliran dana asing yang cukup deras juga turut mendongkrak pasar di Indonesia terbilang positif. Hal tersebut menandakan bahwa investor asing melihat fundamental dalam negeri membaik.
Selain itu, Aliyahdin juga menjelaskan bahwa prospek saham hingga akhir tahun nanti akan mencatatkan kinerja yang cukup positif. "Kami memilih untuk lebih fokus pada sektor konsumen, telekomunikasi, kesehatan, otomotif serta perbankan yang cukup berpotensi di tahun ini," katanya.
Meskipun prospek pasar Indonesia akan kinclong, pihaknya juga tetap mengingatkan kepada investor untuk tetap mewaspadai dari kondisi global dengan kebijakan yang belum menentu sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.
Ia memprediksi, pertumbuhan pendapatan emiten di tahun ini akan naik di kisaran 13%-14% dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tembus mencapai 5.900-6.000 hingga pengujung 2017 nanti.
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat indeks harga saham gabungan (IHSG) di sepanjang kuartal pertama 2017 menguat 5,12% ke posisi 5.568,10 poin, jika dibandingkan indeks pada kuartal terakhir tahun lalu di level 5.296,71 poin.
Kata Kepala Divisi Komunikasi BEI, Yulianto Aji Sadono, sejalan dengan penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga meningkat sebesar 5,24% menjadi Rp6.055,23 triliun dari Rp5.753,61 triliun pada akhir 2016 lalu.
”Di sepanjang kuartal pertama 2017, IHSG dan nilai kapitalisasi pasar BEI berkali-kali berhasil melampaui rekor tertinggi sepanjang masa. Pencapaian tertinggi level IHSG dan nilai kapitalisasi pasar BEI terakhir terjadi pada Kamis (30/3) silam dengan ditutup di level 5.592,95 poin dengan nilai kapitalisasi Rp6.078 triliun," ungkapnya.
Sementara itu, dirinya juga mengemukakan bahwa laju IHSG selama sepekan terakhir ini atau periode 27-31 Maret 2017 tercatat mengalami kenaikan tipis 0,02% dari posisi pekan sebelumnya 5.567,13 poin, nilai kapitalisasi pasar pada periode itu juga meningkat 0,08%.
terpisah, analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan bahwa sentimen makro ekonomi domestik yang relatif cukup kondusif di sepanjang kuartal pertama tahun ini menjadi salah satu faktor yang menopang IHSG.’Laju inflasi yang stabil, meningkatnya cadangan devisa Indonesia hingga neraca perdagangan yang surplus menandakan ekonomi domestik cukup kondusif," katanya.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere menambahkan bahwa kinerja IHSG yang positif itu juga seiring dengan sebagian investor yang melakukan aksi "window dressing" pada akhir kuartal pertama 2017.”Sentimen 'window dressing' itu telah membuka peluang bagi IHSG untuk bergerak di area positif," paparnya.
Fenomena Window Dressing adalah suatu kondisi dimana harga saham di bursa cenderung menguat. "Windows dressing" bisa terjadi pada setiap kuartal seiring dengan laporan keuangan emiten keluar. Tetapi efek paling besar terjadi pada akhir tahun.
(mrt)


💃
Liputan6.com, Jakarta - Hiruk pikuk suasana politik mendekati pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua masih mewarnai pasar Indonesia. Namun sentimen politik itu tidak terlalu pengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Kami melihat siapa pun yang akan memenangkan Pilkada putaran kedua ini, roda kehidupan Jakarta tetap berjalan dengan berbagai keramaian suasana politik yang membayangi perekonomian dan kompromi akan tetap menjadi esensi berpolitik," ujar Kepala Riset PT Bahana Sekuritas Harry Su, Kamis (23/3/2017).
Perusahaan sekuritas pelat merah ini yakin, keriuhan politik tidak terlalu mempengaruhi pasar terutama IHSG. Lantaran fundamental ekonomi Indonesia semakin kuat. PT Bahana Sekuritas menyakini perkiraan IHSG mencapai level 6.000 pada akhir tahun 2017 semakin kuat. Ia menilai level itu bisa terjadi sebelum akhir tahun ini. Hal itu bila pemerintah mempercepat belanja infrastruktur.
Berdasarkan data RTI, Kamis pekan ini pukul 14.20 WIB, IHSG naik 35,92 poin atau 0,65 persen ke level 5.570.
Harry menilai ada sejumlah katalis yang mendukung kenaikan IHSG itu. Pertama, kemungkinan Indonesia mendapatkan rating investment grade atau layak investasi dari lembaga pemeringkat Standar and Poors (S&P).
Apalagi kemarin perwakilan S&P menemui Menteri Koordinator Perekonomian Darmin nasution untuk kembali membicarakan masalah fiskal, pajak dan anggaran Indonesia.
S&P juga akan berbicara dengan kebijakan moneter Bank Indonesia serta dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. S&P mengunjungi Indonesia untuk melakukan pembaharuan peringkat yang akan dilakukan Juni mendatang.
Harry menambahkan, nilai tukar rupiah stabil terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran 13.300 meski bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan 0,25 persen pada Maret 2017, ternyata tidak pengaruhi ekonomi Indonesia.
"Masih positifnya harga komoditas global menjadi penolong untuk meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya memberi dukungan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar dia.
PT Bahana Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi sektiar 5,3 persen pada 2017. Sedangkan inflasi di kisaran 4 persen. Neraca transaksi berjalan diperkirakan defisit sekitar 2,1 persen pada akhir 2017. Cadangan devisa Indonesia masih akan stabil di kisaran US$ 120 miliar.
Harry menambahkan, dengan sejumlah faktor pendukung itu, ada sejumlah saham emiten yang masih layak koleksi antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk skenario terbaik (best scenario) bakal melaju ke level 5.800 pada akhir tahun ini. Prediksi itu mengacu pada asumsi laba bersih emiten yang tumbuh 15% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2017 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 12%.

"Asumsi lainnya adalah inflasi yang dapat dijaga di bawah 4,5%," kata Equity Strategist PT Mandiri Sekuritas Adrian Joezer pada paparan riset perseroan tentang proyeksi ekonomi, pasar obligasi, dan pasar saham, di Jakarta, Rabu (1/2).

Menurut Adrian, IHSG yang kemarin ditutup pada level 5.327,16 atau menguat 33,05 poin (0,62%) bakal menghadapi sejumlah tantangan. Dari dalam negeri, investor di lantai bursa akan mencermati perkembangan inflasi. Sedangkan di sisi eksternal, investor masih memantau rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) yang kemungkinan terealisasi mulai Juni 2017.

“Efek Trump memang memberikan dampak uncertainty. Kalau kenaikan Fed funds rate tinggi, yaujungnya dapat berdampak pada pasar saham. Risk premium surat utang dapat meningkat, sehingga akan membuat valuasi saham turun,” ujar dia.

Adrian menjelaskan, jika proyeksi skenario terbaik IHSG ada di level 5.800, skenario terburuk (worst case)-nya berada di posisi 4.925. Kendati demikian, tren kenaikan harga sejumlah komoditas diharapkan dapat membantu kenaikan sektor ekonomi konsumer. Dari sisi perbankan, besaran pencadangan sudah memadai atau tidak akan naik signifikan pada 2017.

"Jadi, prediksi kami, laba bersih emiten seluruh sektor tahun ini tumbuh 15%. Kalau tidak memasukkan sektor perbankan, pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini mencapai 11% dibandingkan tahun lalu yang hanya 7%,” papar Adrian. (c01/rw/az)



😚





TEMPO.COJakarta - Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Anton Hermanto Gunawan memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir 2017 bisa tembus 6.100 untuk skenario optimistis. Untuk skenario moderat, indeks akan berada di level 5.800 dan membukukan kenaikan laba per saham (EPS) menjadi 14,8 kali. Lonjakan itu karena mempertimbangkan kondisi makro yang membaik. Pada penutupan akhir 2016, IHSG berada di level 5.296.

“Namun penutupan indeks bisa anjlok ke level 4.925 jika belanja fiskal mengecewakan dan nilai imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat naik melampaui perkiraan,” ujar Anton dalam hasil risetnya yang berjudul “Outlook and Strategy 2017 Another Year of Fiscal Consolidation”, Ahad, 29 Januari 2017.

Baca: Kepemilikan Saham Investor Domestik Capai 45,88 Persen  

Menurut Anton, sepanjang 2017, ada dua bagian penting dalam perekonomian nasional, yakni harga komoditas dan program amnesti pajak yang akan menopang ekonomi pada semester pertama. Namun kondisi fiskal dan risiko eksternal diprediksi cukup berat pada semester kedua 2017. Stimulus fiskal, nilai kurs yang stabil, dan pengendalian inflasi akan menopang kinerja pasar saham karena terbatasnya kebijakan pelonggaran moneter. Pertumbuhan pendapatan para emiten juga akan menopang kinerja indeks saham. “Kami sarankan memilih saham-saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar besar,” ucapnya.

Anton memperkirakan pasar obligasi masih akan positif, tapi di pasar surat utang pemerintah akan minim katalis. Dia menilai investasi di obligasi rupiah masih akan menguntungkan, tapi tidak akan seperti 2016 karena beberapa katalis pada tahun lalu sudah tidak ada lagi tahun ini.  Ini termasuk nilai imbal hasil obligasi valuta asing (global bond) yang kemungkinan mencapai level terendah karena ketatnya kondisi moneter global dan melemahnya kurs akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate).

Baca: Kadin: Trump Effect, Rupiah Berpotensi Melemah

Gejolak pasar tahun ini, ujar Anton, juga berpotensi meningkat akibat dampak rencana keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) serta agenda politik Amerika dan negara-negara Eropa. Dia memprediksi nilai imbal hasil surat utang negara (SUN) dengan tenor sepuluh tahun sebesar 7,25 persen atau 6,91-7,55 persen. Tahun lalu, nilai imbal hasilnya 7,97 persen. Prediksi itu mempertimbangkan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika sebesar 2,6 persen, suku bunga Bank Indonesia 7-day reverse repo rate 4,75 persen, dan kurs rupiah sebesar 13.400 per dolar Amerika.

“Ini akan memberikan rata-rata imbal hasil investasi kepada obligasi pemerintah dalam rupiah sebesar 8,93-13,38 persen pada 2017,” katanya.

Baca: Kemenkeu Luncurkan Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

Anton berujar, sentimen positif masih datang dari nilai imbal hasil riil obligasi pemerintah dalam rupiah dan prediksi kenaikan peringkat surat utang Indonesia pada 2017. Risiko utama pasar obligasi tahun ini adalah kenaikan Fed Fund Rate yang lebih cepat dari perkiraan, pelemahan ekonomi Cina, devaluasi kurs yuan, dan jika rupiah mengalami depresiasi lebih dari 14 ribu per dolar Amerika.

ABDUL MALIK
💋


Sedangkan Kepala Riset dan Strategi Bahana Securities Harry Su optimistis, berjalannya pemulihan ekonomi nasional bisa menopang pertumbuhan IHSG sebesar 13% menjadi 6.000 hingga akhir 2017.

Dalam rilis yang diumumkan pekan lalu, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,3% berkat peningkatan investasi swasta yang masuk, membaik dibanding perkiraan pertumbuhan tahun 2016 sekitar 5,1%.

Pada Jumat lalu (13/1), IHSG ditutup turun 0,37% ke level 5.272,98, di tengah pergerakan indeks bursa di Asia yang variatif. Indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,5% ke 2.076,79 dan Nikkei 225 Jepang naik 0,8% ke 19.287,28.

Sementara itu, sebagian besar harga saham di bursa Wall Street naik pada perdagangan akhir pekan lalu, didorong bagusnya laba bank-bank besar Amerika Serikat kuartal IV-2016. Indeks Nas Nasdaq membukukan rekor tertinggi 5.574,12 atau naik 0,48% dan indeks S&P 500 menguat 0,18% ke 2.274,64, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,03% ke 19.885,73.

Demikian pula indeks bursa Eropa naik menyusul perolehan laba perusahaan dari AS yang lebih baik dari ekspektasi semula. Indeks FTSE 100 Inggris misalnya, naik 0,62% ke level 7.337,81.

Lucky mengatakan, tren IHSG yang cenderung menguat antara lain akan ditopang potensi kenaikan kinerja sektor unggulan. Dalam tiga sampai enam bulan mendatang, saham-saham unggulan di sektor infrastruktur, properti, barang konsumsi, dan industry dasar masih menjadi ‘topik utama’.

“Aspek likuiditas, kapitalisasi pasar, dan volatilitas menjadi pertimbangan dalam menentukan saham pilihan 2017. Dari beberapa saham unggulan, harga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berpeluang mencetak kenaikan tertinggi sebesar 46%. Sedangkan potensi penguatan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 11%,” ujar Lucky. (bersambung)

http://id.beritasatu.com/home/pemulihan-ekonomi-nasional-bisa-topang-pertumbuhan-ihsg-13/155294




Sumber : INVESTOR DAILY
💞


Liputan6.com, Jakarta - Di tengah maraknya potensi ketidakpastian pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 pada 9 November 2016 lalu, di dalam negeri berkembang kabar baik yang patut dicermati.
Sentimen positif berasal dari dua lembaga riset ternama dan kredibel, yaitu AC Nielsen dan Danareksa Research Institute (DRI). Keduanya memaparkan hasil tentang kenaikan indeks kepercayaan konsumen, berdasarkan riset yang baru saja mereka lakukan.
Menurut survei Nielsen, indeks kepercayaan konsumen (IKK) Indonesia terus naik tahun 2016 hingga menembus 122 pada triwulan III, meningkat enam poin dibanding kuartal sama tahun 2015 sebesar 116.
Indeks yang menunjukkan optimisme konsumen ini merupakan terbaik ketiga di Asia-Pasifik, setelah India dan Filipina.
Ada dua indikator yang membuat indeks kepercayaan konsumen naik. Pertama, indikator keyakinan konsumen akan kondisi keuangan pribadi dalam 12 bulan ke depan yang cukup aman. Kedua, indikator keinginan berbelanja yang cukup meyakinkan.
Sementara itu, survei DRI menyatakan, ekspektasi perekonomian ke depan lebih baik sehingga membuat kepercayaan konsumen di Indonesia meningkat. Konsumen percaya pemerintah telah bekerja dengan baik, tercermin pada laju inflasi yang terkendali, yang terefleksi pada harga pangan yang relatif stabil.

DRI juga mencatat konsumen percaya, perekonomian yang membaik di masa depan akan mendorong naiknya investasi. Peningkatan investasi ini akan memicu penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan per kapita, sehingga daya beli pun meningkat.
Pada akhirnya hasil survei kedua lembaga riset tersebut merupakan modal bagi harapan ekonomi Indonesia yang lebih baik. Kepercayaan konsumen juga dapat berdampak positif terhadap meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia.
Di antara negara-negara Asia, India, Tiongkok dan Indonesia merupakan tiga besar negara tujuan investasi terbaik. Bahkan bagi kalangan pebisnis Jepang, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India.
Apresiasi juga patut dialamatkan ke pemerintah, termasuk keberhasilannya dalam program amnesti pajak yang juga telah dipuji oleh dunia internasional.
Tugas Utama
Kini tugas utama pemerintah adalah memastikan setiap kebijakan yang diluncurkan dan tugas yang diemban dapat terlaksana dengan baik. Misalnya, pemerintah harus dapat menyukseskan pencairan belanja pemerintah pada kuartal IV agar mampu menjadi stimulus.
Ini akan semakin menguatkan dukungan konsumsi rumah tangga yang pada dua kuartal terakhir ini mampu tumbuh di atas 5 persen, setelah sebelumnya hanya mampu tumbuh di bawah 5 persen.
Mesin pendorong utama pertumbuhan kuartal keempat tahun 2016 yaitu dari ekspansi belanja pemerintah. Konsumsi pemerintah di sektor infrastruktur, akan memberikan sumbangan besar di sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kalangan analis dan ekonom juga melihat kinerja ekspor akhir tahun akan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan, sejalan dengan harga sejumlah komoditas yang mulai meningkat.
Semula tahun 2016 harga komoditas diperkirakan turun 4 persen. Namun saat ini justru tumbuh positif 0,8 persen. Ini akan mendorong ekspor dan menyumbang dari sektor eksternal terhadap ekonomi.
Tugas lain adalah menjaga iklim investasi tetap kondusif dan atraktif. Pembangunan infrastruktur harus dipercepat, deregulasi terus didorong, serta paket kebijakan ekonomi yang ada harus terus dikawal agar terimplementasi dengan baik.
Publik berharap naiknya kepercayaan konsumen, kepercayaan investor, dan apresiasi dunia internasional terhadap kinerja pemerintah Indonesia menjadi amunisi bagi terjadinya akselerasi perekonomian secara lebih nyata.
Jika momentum ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan didukung oleh arah kebijakan yang konsisten dan kondusif, niscaya pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen bukanlah sesuatu yang sulit diraih.
Angka pertumbuhan 5 persen adalah base line. Artinya, Indonesia punya potensi tumbuh jauh di atas 5 persen. Bisa ke arah persen, bisa juga ke arah 7 persen.
Semuanya bergantung kepada manajemen pemerintah dalam mengelola semua potensi dan sumber daya nasional yang dimilikinya.
Peringkat Kemudahan Berusaha
Tak bisa diremehkan juga dukungan dari kalangan internasional. Lihat saja rilis Bank Dunia yang baru saja mengumumkan peringkat kemudahan berusaha atau ease of doing business (EODB) untuk 190 negara yang disurvei.
Dalam survei itu, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia naik tajam, dari posisi 106 tahun 2015 ke urutan 91 di 2016. Kenaikan 15 peringkat itu menunjukkan bahwa melakukan bisnis di Indonesia semakin mudah.
Indonesia pun mencatat rekor dengan melakukan tujuh reformasi dalam satu tahun terakhir, untuk memperbaiki iklim usaha bagi pengusaha lokal.
Reformasi usaha yang dilakukan Indonesia dalam satu tahun terakhir, yang diukur oleh laporan Doing Business adalah memulai usaha, kemudahan memperoleh sambungan listrik, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh pinjaman, pembayaran pajak, perdagangan lintas batas, dan penegakan kontrak.
Reformasi dalam satu tahun terakhir juga ditujukan untuk menerapkan atau mendorong penggunaan sistem online. Memulai usaha menjadi lebih mudah karena adanya berbagai sistem online yang fungsional.
Saat ini seorang pengusaha hanya memerlukan waktu 25 hari untuk memulai sebuah usaha, dibandingkan sebelumnya yang mencapai 48 hari.
Selain itu, proses pembayaran pajak sekarang menjadi lebih mudah setelah adanya sistem online. Kalangan pengusaha Indonesia mengaku sudah merasakan perbaikan dalam kemudahan berusaha, khususnya dalam hal perizinan, setelah pemerintah menerbitkan 13 paket kebijakan ekonomi.
Untuk menjaga momentum perbaikan tersebut, masih perlu upaya untuk lebih menyederhanakan prosedur, serta mengurangi waktu dan biaya untuk memulai usaha, pendaftaran properti, dan implementasi kontrak.
Akhirnya, perbaikan peringkat ini merupakan kemajuan yang baik dan bisa memberikan persepsi positif terhadap kemudahan berbisnis di Indonesia.
Namun, peringkat 91 masih jauh di bawah target Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia masuk peringkat 40. Peringkat 40 tersebut harus dicapai agar Indonesia menjadi negara yang semakin menarik untuk berbisnis.
Sektor perbankan
Jangan diabaikan pula peran sektor perbankan. Industri perbankan Indonesia dalam dua tahun berturut-turut, mengalami pelemahan fungsi intermediasi.
Ini terlihat dari pertumbuhan kredit yang lemah, masing-masing berkisar 8-9 persen saja. Penyulut melemahnya aktivitas kredit perbankan karena kurangnya permintaan kredit oleh dunia usaha di tengah perlambatan ekonomi global, terutama melemahnya perekonomian Tiongkok.
Kondisi tersebut kurang lebihnya masih berlanjut di 2017, di mana proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional hanya akan berkisar 9-11 persen.
Sedikit lebih baik karena didorong oleh serapan kredit di sektor infrastruktur pemerintah, yang memberi multiplier effects ke permintaan kredit ke subsektor lainnya, antara lain bangunan, konstruksi, material (khususnya semen, besi, baja, gipsum, kayu dan kayu olahan).
Apalagi pemerintah juga sedang giat membangun sejumlah venue cabang-cabang olahraga menyambut Pesta Olahraga se-Asia atau Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Sektor eceran juga akan menggeliat sebagai dampak aktivitas ekonomi.
Apalagi indeks kepercayaan konsumen Indonesia tahun 2016 terbaik ketiga setelah India dan Filipina, di antara 14 negara Asia yg disurvei oleh AC Nielsen.
Dengan demikian kombinasi permintaan kredit produktif dari segmen wholesale, middle, dan usaha kecil menengah (UKM) baik untuk kredit modal kerja (KMK) maupun kredit investasi (KI) akan membaik, disertai perbaikan serapan kredit konsumtif di sektor ritel.
Diproyeksikan permintaan kendaraan roda empat dan dua juga akan meningkat. Juga permintaan kredit pemilikan rumah (KPR). Permintaan household atau keperluan rumah tangga akan membaik.
Tak ketinggalan sektor pariwisata juga akan menggeliat terutama setelah ditetapkan 10 daerah destinasi wisata unggulan. Alhasil sektor transportasi, perdagangan dan perhotelan (sektor hospitality) juga akan membaik.
Membaiknya harga minyak dunia pada kisaran 50 dolar AS per barel juga akan memperbaiki kinerja sektor pertambangan dan penggalian, serta komoditas primer pada umumnya. Juga membaiknya harga minyak sawit mentah (CPO) akan mengerek kredit ke sektor agriculture.
Stabilitas sosial politik yang terjaga dengan baik juga mendorong gairah pelaku usaha.
Soal likuiditas, Bank Indonesia (BI) terus memperhatikan hal ini dengan menerapkan kebijakan makroprudensialnya agar likuiditas perbankan tidak cenderung ketat.
Dengan perhitungan likuiditas yang baru menggunakan loan to funding ratio (LFR), bukan loan to deposit ratio (LDR), maka likuiditas perbankan mustinya tidak jadi masalah lagi.
Dari gambaran di atas, cukup jelas arah kebijakan moneter ke depan tidak akan lagi cenderung pro pertumbuhan atau dovish, melainkan lebih berorientasi pada upaya menjaga aspek kestabilan makroekonomi (stability over growth), terutama menyikapi rencana kebijakan ekonomi AS yang sulit ditebak sehingga membawa kekhawatiran munculnya ketidakpastian baru.
Memang pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan BI melalui penurunan suku bunga acuan BI sebesar 150 basis points (bps) terhadap suku bunga kredit masih lambat.
Namun, BI melihat ruang penurunan suku bunga kredit masih ada hingga kuartal II-2017. Penurunan suku bunga kredit masih lambat lantaran perbankan melakukan pencadangan biaya. Hal ini sejalan dengan peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL).
BI mencatat, per akhir Oktober 2016 NPL perbankan mencapai 3,2 persen (gross) dan 1,5 persen (nett).
Meski demikian, BI melihat ruang penurunan suku bunga kredit masih ada sejalan dengan perkembangan konsolidasi perbankan. Sebab, saat ini merupakan puncak peningkatan NPL dan akan menurun hingga kuartal II-2017.
Menurut BI, penurunan suku bunga kredit kemungkinan tidak bisa menyamai penurunan suku bunga acuan BI yang telah mencapai 150 bps.
Namun, diperkirakan penurunan suku bunga kredit masih bisa melebihi 100 bps. Bunga deposito mungkin bisa turun 20 bps lagi.
Kalau bunga kredit setidaknya 50 bps masih bisa turun lagi.
Sejak BI melonggarkan suku bunga acuan, suku bunga deposito sudah turun 130 bps per akhir November 2016. Sementara suku bunga kredit baru turun 67 bps per akhir November 2016.
BI optimistis pertumbuhan kredit tahun 2016 bisa mencapai target 7-9 persen. Sebab, pertumbuhan kredit pada Oktober saja mencapai 7,5 persen (yoy).
Walaupun pertumbuhan kredit year to date (ytd) hingga Oktober 2016 baru mencapai 5,8 persen. Untuk 2017, BI masih memperkirakan pertumbuhan kredit bisa mencapai 9-11 persen.
Jika ke depannya BI cenderung pada kebijakan stabilitas makroekonomi, maka pemerintah harus mengandalkan kebijakan fiskal agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
Salah satu yang bisa dilakukan yakni dengan mempercepat realisasi belanja modal, terutama belanja infrastruktur. Tetapi itu tidak akan mulus, sebab masih ada ancaman shortfall, sehingga potensi terjadinya defisit APBN masing terbuka.
Kondisi tersebut akan membuat pemerintah kembali menerbitkan surat berharga negara. Namun dengan ancaman kenaikan Fed Fund Rate (FFR) di tahun depan sebanyak tiga kali dengan akumulasi kenaikan 75 bps, hal itu tentu memiliki risiko.
Sebetulnya kenaikan FFR sudah masuk dalam perhitungan risiko pelaku pasar jauh-jauh hari sebelum diputuskan. Yang belum adalah rencana kebijakan ekonomi Donald Trump terkait rencana kebijakan ekonomi yang lebih ekslusif.
Selain itu, risiko inflasi 2017 yang akan meningkat juga harus diprediksi sering potensi kenaikan harga minyak dunia. Hal itu dipacu oleh risiko meningkatnya inflasi di sisi administered price. Kesimpulannya, ruang pelonggaran moneter BI ke depan mungkin saja semakin terbatas.
Jika demikian, pemerintah harus memaksimalkan kebijakan fiskalnya agar dapat tetap memberikan stimulus pada perekonomian, meskipun situasinya juga tidak memberikan banyak pilihan, lantaran ruang fiskal yang ada sangat terbatas.
Solusinya, pemerintah harus lebih efektif dan efisien dalam menentukan belanja prioritas.
Ada beberapa pos anggaran yang bisa dimaksimalkan. Salah satunya melalui dana transfer daerah, yang harus lebih efektif untuk proyek-proyek infrastruktur.
Keberadaan Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) tidak boleh hanya mengendap di rekening daerah. Keberadaan dana-dana itu harus secepatnya bisa diserap untuk proyek-proyek dan kegiatan yang produktif.
Selain itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga optimisme dunia usaha agar tetap produktif. Salah satunya melalui pemberian insentif, sehingga iklim investasi dapat terjaga.
Dengan formula-formula itu diyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 nanti akan berada di kisaran 5,1-5,3 persen.

Sebagai perbandingan, target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam APBN 2017 sebesar 5,1 persen. Proyeksi pertumbuhan setinggi ini akan mudah digapai jika didorong juga oleh pertumbuhan kredit pada kisaran 9-11 persen dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) berkisar 7-9 persen untuk 2017.
💘


JAKARTA kontan. PT Bahana Securities memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menuju level 6.000 poin pada 2017 atau meningkat sekitar 13 % dibanding harga penutupan tahun lalu sebesar 5.296 poin.
"Dengan berbagai optimisme dalam perekonomian versi Bahana SecuritiesIHSG bakal melesat hingga 6.000 pada tahun ini," papar Kepala Riset dan Strategi Bahana Securities, Harry Su, Senin (9/1).
Dalam riset terkini, lanjut dia, Bahana memperkirakan ekonomi 2017 bakal tumbuh 5,3 %, lebih tinggi dari target pemerintah yang hanya mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 %.
Pertumbuhan sebesar itu, ia menjelaskan, dengan asumsi Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, sehingga daya beli masyarakat akan tetap terjaga kuat.
Ia menambahkan bahwa belanja pemerintah diperkirakan juga menjadi katalis bagi perekonomian nasional, setelah pemerintah sukses dengan program amnesti pajak serta membaiknya harga komoditas di pasar global yang dapat memberi dampak positif bagi ekspor Indonesia.
Meski ada tekanan dari rencana kenaikan tarif listrik, namun inflasi masih akan terjaga di bawah level 4 % sepanjang 2017, sedangkan selisih suku bunga obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun dengan suku bunga US t-bills diperkirakan masih akan stabil sekitar 550 basis poin.
Meski The Fed akan menaikkan suku bunga pada tahun ini, sehingga Bank Indonesia (BI) masih punya ruang untuk memotong suku bunga selama dinamika inflasi dan stabilitas keuangan masih bisa tetap terjaga.
"Bahana memperkirakan rata-rata inflasi sepanjang 2017 akan berada pada kisaran 3,7 %, sudah dengan asumsi adanya kenaikan tarif listrik," papar Harry Su.
Pemulihan ekonomi, lanjut dia, pada akhirnya memberi dampak pada peningkatan barang import dan berujung pada kenaikan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan mencapai 2,3 % dari pertumbuhan ekonomi, dibanding perkiraan tahun lalu sekitar 2 %.
Harry Su juga menyampaikan bahwa dalam "roadshow" yang dilakukan Bahana ke Eropa pada pertengahan Desember lalu, investor memberi penilaian negatif terhadap situasi politik Indonesia.
Penyelesaian kasus hukum yang menjerat Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam merencanakan investasi mereka di Indonesia.
"Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan menjadi gambaran atas apa yang dapat terjadi pada pemilihan presiden pada 2019 mendatang," katanya.
Bila Indonesia mampu mengatasi kegaduhan politik, lanjut Harry Su, Bahana meyakini pondasi pemerintah untuk melaju dengan pesat dan menarik investasi akan semakin kuat.
Dengan bauran antara optimisme dan kegaduhan politik yang membayangi Indonesia sepanjang tahun ini, Bahana merekomendasikan beli untuk saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan target harga Rp10.000, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp5.000, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp3.267, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan target harga Rp1.800.
👏

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan tiga indikator yakni nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan publik, Bloomberg menempatkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden terbaik 2016 di antara delapan negara Asia - Australia.
Menurut Bloomberg, Jokowi terbukti mampu menguatkan nilai tukar sebesar 2,41 persen, menjaga pertumbuhan ekonomi 5,02 persen (tahun ke tahun), serta memiliki tingkat penerimaan publik cukup tinggi 69 persen.
Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomberg dan Saiful Mujani Research and Consulting dari Juli 2015 sampai Oktober 2016.
Bloomberg juga menyebutkan bahwa Jokowi cukup piawai dalam berpolitik, terbukti dapat merangkul dua pertiga kursi di parlemen.
Selain itu, program amnesti pajak juga berhasil diloloskan untuk membiayai program pembangunan infrastruktur.
BloombergRapor Presiden Jokowi versi Bloomberg

Sementara itu, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye disebutkan sebagai presiden terpayah 2016 di antara delapan pemimpin negara versi Bloomberg.
Ketiga indikator penilaian dinilai kurang seperti nilai tukar Won yang turun 2,87 persen, pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu mencapai level 2,6 persen, dan tingkat penerimaan publik yang merosot di 4 persen.
Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomberg dan Gallup dari Januari 2016 hingga November 2016.
Adapun Presiden Filipina Rodrigo Duterte memiliki tingkat penerimaan publik tertinggi mencapai 83 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Filipina juga tercatat paling tinggi mencapai 7,1 persen.
Sayangnya Duterte tak sepiawai Jokowi dalam menstabilkan nilai tukar. Nilai tukar Peso melorot minus 5,29 persen.
Penilaian tersebut bersumber pada riset Bloomber dan Social Weather Stations dari Januari 2016 hingga September 2016.
Menurut Bloomberg, tantangan terbesar Duterte di 2017 adalah menyeimbangkan hubungan dengan Amerika Serikat dan China, dengan cara menjalin kerja sama ekonomi dan menghadapi tantangan dari bisnis dan elit militer.
Selain Jokowi, Park, dan Duterte, Bloomberg juga menilai performa lima pemimpin negara lainnya di 2016 yaitu Xi Jinping, Shinzo Abe, Narendra Modi, Malcolm Turnbull, serta Najib Razak.
🙋🙋

JAKARTA BISNIS.COM — Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir tahun ini diperkirakan berakhir sideways dalam rangka persiapan tren bullish pada 2017.
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, IHSG masih dalam tren koreksi pada pekan terakhir pada pengujung tahun ini. Jika IHSG berakhir di level 5.000, kekuatan bullish tahun depan semakin kuat. “Kalau ada tarikan hari ini itu bagus, tetapi khawatir masih ada tren turun.
Akhir pekan, harapannya di atas 5.000, tetapi alangkah baiknya di atas 5.200, sepertinya di atas 5.000 saja sudah ba gus,” ujarnya saat dihubungi Bis nis, Senin (26/12).
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (23/12), IHSG ditutup terkoreksi 0,3% atau 15,17 poin ke level 5.027,70. Pelemahan IHSG mengekor mayoritas bursa Asia Pasifik yang ditutup di zona merah.
Sepanjang pekan lalu, IHSG amblas 3,9% sebesar 203,95 poin dari 5.231,65. Koreksi pekan ini menjadi penurunan terdalam sejak awal 2016. Bahkan, posisi IHSG harus terlempar dari jawara di antara bursa utama dunia.
Dengan pertumbuhan 9,46% year to date, IHSG harus terperosok ke posisi empat dunia, jauh ditinggalkan oleh bursa Thailand. Investor asing membukukan capaian aksi beli bersih senilai Rp457,63 miliar pada akhir pekan. Capaian itu membuat perolehan net buy sepanjang pekan ini menebal menjadi Rp709,91 miliar.
Kendati demikian, pelaku pasar dari luar negeri tercatat masih net sell sepanjang Desember dengan capaian Rp4,45 triliun. Sepanjang tahun berjalan, investor asing masih membukukan net buy Rp15,36 triliun setara US$1,19 miliar. Menurut dia, dalam dua pekan terakhir IHSG dibiarkan melorot oleh para pemodal asing.
Sejak Federal Reserve mengerek suku bunga acuan, investor asing terus melepas portofolio di lantai bursa meskipun bernilai mini. Kendati tipis, IHSG terperosok lantaran tidak adanya pemodal besar dari investor lokal di lantai bursa. Sehingga, wajar saja bila IHSG terus tergerus.
Dana pensiun dan fund manager lokal tidak tampak aktif di bursa sebulan terakhir.

WINDOW DRESSING
Pada pekan terakhir tahun ini, sambungnya, pasar modal diperkirakan masih tertekan. Namun, jika dapen dan fund manager lokal tiba-tiba melakukan window dressing, IHSG bakal tertolong.
Meski tinggal sepekan, Satrio memproyeksi masih ada aksi window dressing di bursa efek Indonesia. Terutama pada saham-sa - ham emiten konstruksi pelat me rah yang baru saja menggelar rights issue. Secara teknikal, IHSG masih berada dalam tren bearish.
Pekan lalu saja, IHSG menjebol batas support 5.090 dan berpotensi kembali terkoreksi hingga di bawah 4.900. Oktober silam, Satrio memproyeksi IHSG akhir tahun berada pada level 5.600-5.750. Pelemahan IHSG yang terus terjadi sejak kemenangan Donald John Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat itu terbilang mengejutkan.
Bahkan, Satrio terkejut lantaran IHSG menjebol level terbawah baru 5.100. “Sebelum IHSG new low, pre - diksi tahun depan bisa 5.800- 6.300, tetapi dengan adanya new low, target tahun ini dan 2017 ber gantung pada bottom baru di mana. Kalau 4.800 masih aman,” kata dia.
Hari-hari terakhir pada tahun bershio Monyet Api ini, fund ma nager asing biasanya telah memasuki masa libur. Pasar modal Tanah Air diproyeksi hanya akan diramaikan oleh investor domestik. Jika terjadi window dressing oleh investor domestik, diperkirakan saham-saham lapis kedua yang bakal diburu.
Saham-saham sektor konstruksi dan tambang batu bara juga diperkirakan menjadi pilihan pelaku pasar pada akhir tahun. Pada kondisi sebaliknya, nilai tukar rupiah justru ditutup terapresiasi 0,13% sebesar 17 poin ke level Rp13.452 per dolar AS. Namun, rupiah melemah 0,43% sebesar 57 poin sepanjang pekan lalu dari Rp13,395 per dolar AS.
Akan tetapi, rupiah menjadi mata uang yang paling menguat di Asia sejak awal tahun sebesar 2,49%. Sebaliknya, renminbi China menjadi mata uang paling ter depresiasi di Asia dengan pe - lemahan 6,51% sepanjang tahun berjalan. Satrio menilai, kurs rupiah pada pekan terakhir tahun ini terbilang sulit untuk kembali menguat.
Pembayaran utang jatuh tempo yang dilakukan oleh korporasi menjadi salah satu faktor sulitnya apresiasi rupiah pada penghujung tahun ini. “Rupiah masih berada di level Rp13.400 per dolar AS, masih di area target APBN. Sulit untuk menguat lagi, proyeksi Rp13.200- Rp13.600 per dolar AS hingga akhir tahun,” kata dia.
Terpisah, analis PT Indosurya Asjaya Securities William Surya Wijaya menuturkan, IHSG setelah libur panjang Hari Raya Natal bakal bergerak pada level 5.002- 5.254.

Menjelang libur akhir tahun, IHSG masih betah dalam rentang konsolidasi wajar. Menurut dia, level support IHSG 5.002 wajib bertahan dengan kuat agar pola gerak IHSG masih dapat terus menunjukkan penguatan lanjutan. Sebab, capital inflow yang mulai terus terjadi ditunjang oleh kondisi perekonomian yang stabil, akan menjadi penopang dari pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang
🙏
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal menutup perdagangan saham 2016 pada tanggal 30 Desember nanti, lalu kembali buka pada tanggal 3 Januari 2017.

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengungkapkan, bursa saham Indonesia saat ini menempati posisi nomor 4 sebagai pasar modal terbesar di dunia dan nomor 2 di Asia.

"Jadi kita cukup happy. Ini mencerminkan trust kepada bursa efek, kepada ekonomi Indonesia, dan masa depan perekonomian Indonesia," ungkap Tito di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (27/12/2 016).

Tito menyebutkan, pada tahun 2016 ini, BEI pernah melakukan transaksi tertinggi hingga mencapai 433.000 transaksi pada satu hari.

"Begini ya, tahun ini kita mencapai beberapa highest ever selama bursa berdiri, yang pertama untuk likuiditas untuk number of transaction, kita mencapai 433.000 dengan average mencapai hampir 290.000," kata Tito. 

Selain itu, kata Tito, di tahun 2016 ini kapitalisasi pasar tertinggi di BEI mencapai Rp 5.850 triliun.

"Kita juga mencapai highest ever untuk transaksi harian, kita pernah waktu itu dengan BCA sebesar Rp 190 triliun, yang biasa tanpa BCA pun kita pernah Rp 30 triliun. Kita mencapai highest ever jumlah investor per tahun, yaitu 180.000," terang Tito. (drk/drk)
💃

Bisnis.com, JAKARTA--Panin Sekuritas memproyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) dapat melesat ke level 6.250 pada 2017 seiring membaiknya harga komoditas dan daya beli masyarakat. 

Kristiadi, Analis Panin Sekuritas, menuturkan target tersebut merupakan hasil estimasi dari target harga 61 saham emiten yang dicover oleh perusahaan efek ini. Sebanyak 61 saham tersebut mencakup kapitalisasi pasar IHSG sebesar 68,8%. 

"Ada perbaikan fundamental terkait suku bunga acuan dan suku bunga kredit turun. Harga komoditas terutama CPO dan batu bara juga naik signifikan dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya, Kamis (15/12). 

Dari kajian terhadap perkembangan perekonomian global dan domestik, pilihan saham Panin Sekuritas mengarah pada emiten-emiten yang mendapat manfaat dari proyek infrastruktur, harga komoditas, reformasi regulasi pemerintah, dan membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Sepuluh saham yang menjadi top pics Panin Sekuritas, yakni CTRA, BSDE, MNCN, LSIP, LPPF, WSKT, WTON, TLKM, BBNI, dan BBTN. Target harga PT Waskita Beton Precast Tbk. ditetapkan Rp1.200 per lembar saham atau potensi upside 39,5% dari posisi harga saat ini. Adapun pertumbuhan laba per saham emiten konstruksi ini diestimasi sebesar 39,1%. 

Sementara itu, PT PP London Sumatera Plantations Tbk. diestimasi membukukan EPS growth 100,6% dengan potensi upside harga saham sebesar 15,0% ke level Rp1.800 per lembar saham. 

"Potensi LSIP bersumber dari kenaikan harga CPO ke level 2.700-3.000 ringgit Malaysia per ton dan pulihnya produksi pada 2017," pungkas Kristiadi.

 Pada Kamis (15/12), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada level 5.254,36 atau hanya terkoreksi 0,16%. Sepanjang tahun berjalan, IHSG masih membukukan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni 14,40%. 
💦

JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi menguat menuju level 6.000 tahun depan. Target tersebut merefleksikan perkiraan peningkatan laba per saham (earning per share/ EPS growth) emiten sebesar 10-15%.

Target indeks tersebut juga mempertimbangkan estimasi penguatan fundamentel ekonomi nasional dengan target per tumbuhan sebesar 5-5,4%, ketidak pastian situasi politik serta ekonomi global, dan ekspektasi membaiknya investasi dalam negeri tahun 2017.

Assosiate Director Chief Investment Officer Investment Management RHB Asset Management Liew Kong Qianmengungkapkan, mulai menguatnya harga komoditas berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia.

Sektor konsumsi diperkirakan tetap menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan kenaikan harga komoditas diharapkan mulai berperan aktif dalam menggairahkan perekonomian di daerah-daerah tahun depan.

“Kenaikan harga komoditas berkontribusi sekitar 20 basis poin terhadap pertumbuhan PDB,” ujar Liew di Jakarta, Rabu (7/12).

Selain harga komoditas, dia percaya, perekonomian bakal didukung atas pertumbuhan belanja pemerintah dan swasta pada 2017. Pertumbuhan belanja terlihat dari maraknya penerbitan obligasi tahun ini.

Sebagian besar dana hasil penerbitan obligasi tersebut, lanjut Liew, akan dipergunakan pada 2017. Liew memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan dapat mencapai angka 5,2% - 5,4%. Meski berdampak positif, dia menjelaskan, kenaikan harga komoditas dan minyak bisa memicu kenaikan inflasi menjadi sebesar 4,5% tahun depan. Peningkatan inflasi ini bisa dimanfaatkan perusahaan untuk menaikkan keuntungan.

Liew berpendapat bahwa meningkatnya inflasi memberikan landasan bagi perusahaan menaikkan harga produk. Kenaikan harga, meskipun tidak baik bagi konsumen tetapi bagus untuk perusahaan.

Tujuan Investasi
Sementara itu, Chief Economist and Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) KatarinaSetiawan mengatakan, Indonesia tetap menjadi tujuan investasi global didukung fundamental kuat dan potensipertumbuhan ekonomi lebih baik. Walau tidak kebal terhadap goncangan eksternal, fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan tahun 2013 dan 2015. Fundamental yang kuat tersebut terlihat dari peningkatancadangan devisa bersamaan dengan penurunan defisit transaksi berjalan.

Direktur Investasi MAMI Alvin Pattisahusiwa menyebutkan bahwa pemulihan pasar masih terus berlanjut hingga 2017, seiring dengan estimasi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,2%. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan propertumbuhan yang telah diterapkan, baik kebijakan fiskal melalui paket-paket kebijakan pembangunan yang telahdiluncurkan oleh pemerintah.

Selain itu, keberhasilan program amnesti pajak membawa dampak positif dalam meningkatkan penerimaan pajaknegara dan memperbesar basis data wajib pajak untuk kesinambungan postur anggaran pendapatan dan belanjanegara.



Lebih lanjut Alvin mengatakan, konsumsi domestik masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Akselerasi pembangunan infrastruktur akan mendorong kegiatan investasi, sehingga lebih berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. (fik)
👃

JAKARTA ID- Indeks harga saham gabungan (IHSG)rebound pada perdagangan di BEI, Rabu (16/11), karena didukung faktor global maupun politik dan ekonomi dari dalam negeri. Harga minyak dunia naik signifikan dan kekhawatiran terhadap demo massal di Tanah Air tidak ada lagi, karena Polri sudah menetapkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka. Indeks diperkirakan berpeluang melanjutkan penguatan(rally) ke depan.

Ekonomi di dalam negeri juga membaik. Laba emiten-emiten besar diperkirakan naik sekitar 15% kuartal III-2016. Neraca pembayaran Indonesia juga melonjak surplusnya dari sebesar US$ 2,2 miliar kuartal II-2016 menjadi US$ 5,5 miliar kuartal III lalu, naik 150%. Selain itu, tingkat inflasi rendah di bawah 3,5%, serta neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 1,21 miliar Oktober lalu.


Analis senior dari Asjaya Indosurya Securities WilliamSurya Wijaya mengatakan, penguatan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (16/11) antara lain dikarenakan menguatnya harga komoditas di pasar global, terutama minyak.

"Kenaikan harga komoditas dunia itu memengaruhi pergerakan IHSG. Kondisi perekonomian nasional yang cukup bagus juga menopang penguatan IHSG. Kami juga melihat adanya potensi penguatan indeks yang akan terus berlanjut,” ujar dia di Jakarta, kemarin.


Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan, penguatan IHSG di BEI pada Rabu (16/11) hingga 2,11% menjadi 5.185,46 banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal.

Selain menguatnya harga komoditas global, dari sisi eksternal, penguatan IHSG dipengaruhi meredanya sentimen efek negatif terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat di pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Pelaku pasar secara bertahap sudah bisa menerima Trump. Pada awalnya, memang ada kekhawatiran sehingga terjadi goncangan ekonomi akibat persepsi negatif atas kemunculan Trump, tapi pelaku pasar kini sudah rasional. Dari sisi internal, penguatan IHSG lebih dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi RI yang membaik,” kata dia ketika dihubungi Investor Daily di Jakarta, Rabu (16/11). (rid/en)

🙏
Kabar24.com, JAKARTA – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan perbedaan pendapat merupakan hal wajar dalam negara demokrasi. 
 
Menurutnya, pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo tetap membutuhkan kritik, sehingga partainya akan mengkritisi kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berkenan.
 
“Pak Jokowi tidak takut dengan kritik. Beliau tidak pernah minta kita untuk membeo, demokrasi yang modern bukan bebek, itu salah dan beliau terbuka,” tegas Prabowo di teras Istana Merdeka, Kamis (17/11/2016).
 
Namun, Prabowo menegaskan bahwa kritik yang diberikan oleh pemerintah adalah yang bersifat membangun, bukan untuk memecah belah bangsa.

"Budaya bangsa menyelesaikan masalah dengan musyawarah kekeluargaan, kita tidak mau perpecahan. Kalau perbedaan boleh," ujarnya.

Adapun, dia menyatakan posisi partainya selalu siap memberikan masukan jika dibutuhkan oleh Presiden. Salah satunya, dia memberikan komitmen untuk meredakan persoalan sosial politik di tanah air.

"Saya tidak akan malu-malu mengatakan untuk terus meredakan ketegangan. Ini kewajiban sebagai pimpinan parpol dan organisasi. Saya akan selalu menganjurkan kesejukan. Ini bukan hanya untuk menghadapi [rencana demo] tanggal 25 November, atau tanggal-tanggal lain. Saya selalu menganjurkan jangan gaduh, jangan gontok-gontokan," jelasnya.

Menurut Prabowo, jika ada persoalan bisa diselesaikan secara musyawarah dan tidak mengambil cara ribut apalagi kekerasan.

"Budaya kita bukan seperti itu. Setiap saat ada ketegangan. Kita butuh kesejukan, agar ekonomi nggak susah. Kita harus bahu-membahu," ujarnya.


Sementara itu, Presiden Direktur Mandiri Sekuritas (Mansek) Silvano Rumantir optimistis IHSG mencapai level 6.050 tahun depan. “Berbagai sentimen positif tahun ini akan berlanjut, termasuk masuknya dana-dana hasil amnesti pajak,” kata Silvano saat berkunjung ke Beritasatu Media Holdings di Beritasatu Plaza Jakarta, kemarin.

Kemarin, IHSG menguat tipis 5,73 poin (0,10%) ke posisi 5.425,33 dan rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) terapresiasi menembus level psikologis Rp 13.000 ke posisi Rp 12.926 dari hari sebelumnya Rp 13.027 per dolar AS.

IHSG secara tahun berjalan (year to date/ytd) membukukan pembelian bersih saham oleh investor asing (foreign net buy) senilai Rp 33,13 triliun. Bursa saham domestik mencatatkan kenaikan tertinggi, sebesar 18%, di antara bursa-bursa saham lainnya di dunia.

Menurut Silvano Rumantir, kokohnya fundamental ekonomi makro, situasi politik yang stabil, dan posisi Indonesia sebagai salah satu emerging market yang paling diperhitungkan investor global bakal turut menopang penguatan IHSG pada 2017. “Jadi, kalau estimasi kami akhir tahun ini IHSG di level 5.450-5.500, tahun depan diestimasikan di level 6.050,” ujar dia.

Silvano menjelaskan, tahun depan pasar akan mencermati hasil berbagai gebrakan yang dilakukan pemerintah, khususnya tim ekonomi kabinet. “Bullishyang terjadi beberapa waktu lalu turut dipengaruhi euforia penunjukan Sri Mulayani sebagai menkeu. Tahun depan, investor menunggu efek positif dari kebijakan ekonomi yang telah dibuat tahun ini,” tutur dia.

Pasar, kata Silvano, juga memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap keberhasilan program amnesti pajak. “Itu akan menjadi sentimen positif yang mendorong pertumbuhan IHSG tahun depan, selain faktor fundamental makro, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, pergerakan rupiah, dan suku bunga. Tahun depan, Indonesia memiliki situasi politik yang stabil,” papar dia. (bersambung)




JAKARTA ID- Bursa efek Indonesia (BEI) menilai keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya akan berdampak positif bagi fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Secara global, isu itu berpengaruh baik ke pasar modal kita. Suku bunga AS yang dipertahankan akan mendorong investor kembali melirik tempat investasi yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Kamis.

Di tengah situasi itu, kata Samsul seperti dilansir Antara, pemodal global akan sendirinya datang ke negara yang menawarkan imbal hasil tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang menawarkan imbal hasil tinggi di dunia.

"Kalau kondisi di eksternal sudah begitu, maka investor akan datang dengan sendirinya," ucapnya.

The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga AS di level 0,25-0,5%.

Dari dalam negeri, kata dia, kebijakan Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga acuan (7-day Repo Rate) yang sesuai dengan harapan pasar juga akan direspon positif investor.

"Teorinya, tingkat suku bunga turun orang akan berinvestasi, salah satunya di saham. Kalau tingkat suku bunga naik, orang akan menaruh uang di bank," katanya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini (Kamis, 22/9) memutuskan menurunkan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis points (bps) dari 5,25% menjadi 5,00%.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa keputusan The Fed itu memberikan kepastian bagi pasar, sehingga peluang apresiasi bagi IHSG dapat berlanjut.

"Sentimen positif pasar dari keputusan the Fed dapat menjaga arah IHSG ke area positif," katanya. (gor)


JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi siang ini terlihat semakin berjaya dibanding penutupan kemarin, bahkan hampir meninggalkan level Rp13.000/USD. Penguatan mata uang Garuda terjadi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berada di zona hijau.

Posisi rupiah menurut data Yahoo Finance, hingga sesi I ada di level Rp13.058/USD dengan kisaran harian Rp13.045-Rp13.125/USD. Posisi ini semakin lebih baik dari posisi penutupan kemarin di level Rp13.125/USD.

Menurut data Bloomberg, rupiah siang berada pada posisi Rp13.069/USD atau jauh membaik dibanding penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.127/USD.

Data Sindonews bersumber dari Limas, rupiah juga menguat ke level Rp13.077/USD dibanding penutupan sebelumnya yang berada di level Rp13.165/USD.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah berada di level Rp13.086/USD. Posisi ini tercatat menguat dari posisi sebelumnya di level Rp13.162/USD.

Di sisi lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini masih bertahan di zona hijau, meski penguatannya tidak terlalu besar atau hanya 5,22 poin (0,10%) ke level 5.377,32.

Sementara pada sesi pagi, IHSG dibuka menguat 10,94 poin atau 0,20% ke level 5.383,03 pada saat bursa Asia kembali dibuka mixed. Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup menguat 15,14 poin atau 0,28% ke level 5.372,10.

Sektor saham dalam negeri variatif. Sektor dengan penguatan tertinggi adalah sektor pertambangan yang naik 0,74% dan yang melemah terdalam adalah infrasturuktur yang melemah 0,66%.

Adapun nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp2,82 triliun dengan 2,74 miliar saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing minus Rp18,72 miliar dengan aksi jual asing mencapai Rp1,08 triliun, sedangkan aksi beli asing mencapai Rp1,10 triliun. Tercatat 143 saham menguat, 129 saham melemah dan 95 saham stagnan.

Saham-saham yang menguat di antaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Sementara, saham-saham yang melemah di antaranya PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), dan PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO).


(izz)

Sejalan dengan membaiknya fundamental ekonomi makro, kondisi pasar saham domestik dalam tren rally. Kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat 50 poin (0,92%) ke level 5.454.

Selama tahun berjalan (year to date/ytd), IHSG menguat 18,75%, sehingga menempatkannya sebagai indeks saham yang menguat paling tinggi di dunia setelah indeks saham Thailand (19,75%). Posisi beli bersih saham (net buy) oleh investor asing mencapai Rp 39,31 triliun.

Menurut analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee, sebenarnya pasar saham domestik sedang tertekan karena menunggu kepastian penaikan Fed funds rate (FFR) oleh The Fed. Beberapa hari lalu IHSG tertekan akibat pernyataan petinggi The Fed tentang rencana penaikan FFR

“Pelaku pasar sedang menunggu hasil rapat The Fed pada Jumat malam waktu setempat (26/8). Tapi berdasarkan beberapa survei, FFR naik pada September kemungkinannya rendah. Jadi, seharusnya pelaku pasar lebih tenang,” tutur dia.

Hans mengungkapkan, selain faktor The Fed, fluktuasi harga minyak ikut memengaruhi pergerakan pasar saham. Harga minyak tertekan beberapa hari lalu, tetapi sekarang mulai rebound karena Iran telah menyatakan bakal mendukung kenaikan harga minyak.

Dia menjelaskan, sebenarnya datadata domestik memberi sentimen positif. Mulai berlakunya BI 7-D repo rate berdampak bagus. “Setelah berlakunya suku bunga acuan baru ini, regulator seharusnya terus mendorong perbankan untuk menggunakannya karena selisihnya dengan BI rate cukup besar,” papar dia. (bersambung)

http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/fundamental-ekonomi-membaik-pasar-saham-dalam-tren-rally/148816




Sumber : INVESTOR DAILY


Lupakan sejenak kekhawatiran akan dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) terhadap perekonomian dan harga saham di Indonesia. Lebaran tak lama lagi akan tiba.
Dua tahun silam seorang trader saham pernah bertanya kepada saya: sebaiknya saya membeli saham menjelang atau sesudah Lebaran? Kemudian saya jawab melalui sebuah artikel. Menjelang Lebaran tahun 2016 ini, saya angkat isu serupa dengan data yang telah diperbarui.
Lebaran mempengaruhi semua sendi kehidupan kita, terutama di bidang ekonomi. Dalam jangka pendek, Lebaran mempengaruhi mood (suasana hati) trader saham. Jadi, sangat mungkin peristiwa Lebaran berdampak terhadap pergerakan harga saham.
Saya kemudian meneliti apakah pergerakan harga saham sehari sebelum dan hari pertama setelah libur Lebaran terkait perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga sehari menjelang libur Lebaran di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saya menganalisis imbal hasil harian IHSG periode 2003 hingga 2015. Hasilnya tersaji di tabel.
Tahun 2003 misalnya, imbal hasil harian antara 23 Desember--hari terakhir sebelum bursa libur Lebaran- adalah 0,73%. Imbal hasil harian pada 29 Desember -hari pertama seusai libur Lebaran- adalah 2,01%.
Sejak awal tahun 2003 hingga hari terakhir menjelang libur Lebaran, IHSG sudah naik dari 423 menjadi 674 atau 59,34%. Artinya harga saham cenderung naik sejak awal hari terakhir sebelum bursa libur Lebaran dan terus naik di hari pertama setelah bursa libur Hari Raya.
Berdasarkan pengamatan dengan periode waktu 13 tahun terakhir tersebut, terlihat hanya tiga tahun IHSG melemah sejak awal tahun hingga menjelang libur Lebaran. Tahun 2005 menurun sebesar 9,61%, tahun 2008 anjlok hingga 32,68%, dan tahun 2015 merosot 7,11%.
Di tahun-tahun lain, IHSG selalu mengalami kenaikan dari awal tahun hingga menjelang libur Lebaran. Yang mencolok adalah di tahun 2003, terjadi kenaikan IHSG sebesar 59,34% dan tahun 2009 sebesar 77,2%.
Tahun 2008, bursa mengalami penurunan kinerja yang sangat tajam. Menjelang Idul Fitri, IHSG turun hingga 1.844 dari level 2.739 di awal tahun. Sentimen negatif menjelang dan sesudah libur Lebaran seperti yang terjadi di tahun 2005 berulang.
Imbal hasil harian sehari sebelum bursa libur Lebaran adalah negatif 0,73%. Setelah bursa dibuka kembali setelah libur, IHSG turun hingga 10% dalam sehari. Kedua angka ini lebih rendah daripada rata-rata imbal hasil harian di tahun 2008 yang negatif 0,2%.
Kebalikan dari tahun 2008, di tahun 2009 IHSG naik tinggi, dari 1.377 di awal tahun menjadi 2.440 menjelang Lebaran.
Imbal hasil sehari sebelum dan hari pertama sesudah bursa libur Lebaran adalah 0,72% dan 0,48%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata imbal hasil di 2009 yang sebesar 0,26%. Artinya, jika bursa sedang buliish (terhitung dari awal tahun hingga menjelang Lebaran), strategi membeli saham di awal hari terakhir sebelum bursa libur Hari Raya dan menjual di hari pertama setelah bursa libur Lebaran menjanjikan cuan.
Dari pengamatan 13 tahun terlihat, jika bursa sedang bearish (dari awal tahun hingga menjelang Lebaran), IHSG sehari sebelum dan sesudah libur Lebaran selalu turun. Dengan pengecualian tahun 2011 dan 2014, IHSG selalu naik ketika bursa saham sedang bullish.
Tahun 2015 berbeda. Saat itu pasar sedang bearish, sehari sebelum libur Hari Raya IHSG turun, tapi hari pertama setelah Lebaran IHSG justru naik.
Secara umum bisa disimpulkan, ada kecenderungan pada saat bursa bullish, menjelang dan sesudah Lebaran harga saham cenderung naik. Namun saat bursa bearish, yang terjadi justru sebaliknya.
Fenomena ini bisa dijelaskan dari kacamata teori behavioral finance. Mood (suasana hati) trader atau investor saham mempengaruhi perilaku transaksi mereka. Ada kemungkinan peristiwa besar seperti Lebaran memperkuat mood trader/investor. Saat bursa bullish, trader/investor semakin bersemangat mengoleksi saham. Tapi begitu bursa bearish, trader/investor saham semakin pesimistis dan melepas saham.
Bagaimana aroma ketupat Lebaran di bursa tahun ini? IHSG sendiri menguat sebesar 7% sejak awal tahun.


Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani menatap optimistis kinerja pasar modal sampai akhir tahun ini. Menurutnya, pasar modal bisa berperan lebih baik dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Salah satu caranya adalah dengan membuat instrumen investasi yang bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Sri Mulyani berharap, pelaku pasar modal bisa membawa dananya masuk ke pasar Tanah Air melalui berbagai instrumen investasi tersebut.
Sehingga, dana repatriasi dari kebijakan pengampunan pajak pun bisa dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. "Karena infrastruktur menjadi poin penting untuk pertumbuhan ekonomi," ujarnya, Rabu (8/10).
Hingga saat ini, IHSG sudah memberikan return sebesar 18,09% sepanjang tahun. IHSG pernah berada pada level tertingginya di level 5.458,9 pada penutupan perdagangan 8 Agustus lalu.
Sejalan dengan itu, nilai kapitalisasi pasar saham BEI juga meningkat sebesar US$ 100,75 miliar menjadi US$ 344,36 miliar. Dengan begitu, nilai kapitalisasi pasar saham sudah naik sebesar 29,61% sepanjang tahun ini.
Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy menilai, pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan adanya aliran dana asing karena sentimen tax amnesty akan membuat IHSG berkinerja lebih baik dari saat ini. Sampai akhir tahun, ia yakin beberapa target bursa seperti peningkatan nilai transaksi saham dan peningkatan nilai kapitalisasi pasar bisa tercapai.
Momentum ini juga bakal dimanfaatkan perusahaan untuk mencari dana dari pasar modal. "Sampai akhir tahun, emiten akan makin banyak yang memanfaatkan market timing karena kondisi pasar yang bullish. Perusahaan tidak akan ketinggalan mencari dana dari pasar di waktu yang tersisa ini," imbuhnya.
Lalu, di pasar obligasi, inflasi yang rendah juga menjadi momentum yang baik untuk menerbitkan obligasi. Dana investor yang diprediksi masih akan terus meningkat akan membuat optimisme pasar meningkat.

Dampaknya, valuasi price earning ratio (PER) IHSG wajar pun akan meningkat. "Sehingga, selama aliran dana ini tidak cepat keluar, PER IHSG yang saat ini terlihat tinggi akan menjadi wajar," tandasnya.


TEMPO.COJakarta - Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terus terjadi sejak awal pekan kemarin, hingga menyentuh angka 5.400. Penguatan IHSG pekan lalu membuat Bursa Efek Indonesia menjadi bursa saham dengan penguatan tertinggi di dunia. 

Laju IHSG dari awal tahun sampai dengan penutupan perdagangan pada Jumat, 5 Agustus 2016 lalu telah mencapai 18,01 persen atau naik 827,24 poin ke level 5.420,25.

Mengawali pekan ini, IHSG terus melanjutkan penguatannya. Berdasarkan pantauan Tempo di Bursa Efek Indonesia, sejak perdagangan dibuka pada pukul 09.00, IHSG menguat 0,28 persen atau 14,96 poin ke level 5.435,21, dan sempat mencapai level tertingginya pada angka 5.457.63.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan, adanya tren kenaikan IHSG dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia, di mana akhir-akhir ini pemerintah telah mencoba untuk melihat kondisi ekonomi Indonesia secara umum dengan lebih baik, salah satunya dengan peneraapan program Tax Amnesty.

“Tentunya pemerintah memiliki cara-cara untuk membuat perekonomian lebih bergerak. Dan semua itu tergantung harapan dan keyakinan investor,” kata Samsul Hidayat di Bursa Efek Indonesia, Senin, 8 Agustus 2016. 

Kalangan analis memprediksi IHSG dapat mencapai level 6.000 di tahun ini, sepanjang kondisi pasar dan sentimen positif mendukung. Namun Samsul tidak ingin muluk-muluk menargetkan level IHSG. Kata dia, sepanjang investor dan masyarakat menaruh kepercayaan tinggi terhadap perekonomian Indonesia serta mendukung program tax Amnesty, secara otomatis akan berimbas pada kenaikan harga saham-saham. Pada akhirnya itu akan mendorong IHSG terus bergerak naik.

“Kan pemerintah menjalankan program tax amnesty. Mereka berharap agar TA bisa menutupi defisit anggaran, mudah-mudahan ini berhasil. Sehingga akan berimbas pada instrumen investasi, saham, obligasi dan lain-lain,” ucap dia. 

Persentase penguatan IHSG secara year to date masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama dunia seperti Thailand (yang menguat 17,80 persen), Philipina (14,65 persen), Inggris Raya (8,33 persen), India (7,53 persen), Australia (4,51 persen), Indeks Dow Jones Amerika Serikat (4,25 persen), Indeks KOSPI Korea Selatan (2,89 persen), dan Indeks Hang Seng Hong Kong (1,06 persen). 

Bahkan beberapa Indeks utama dunia tercatat membukukan level lebih rendah dibandingkan posisi penutupan akhir 2015 seperti Indeks FTSE Bursa Malaysia (-1,68 persen), Indeks Straight Times Singapura (-1,89 persen), Indeks Nikkei 225 Jepang (-14,60 persen), dan Indeks Shanghai Tiongkok (-15,89 persen). 

Di sepanjang periode 1 hingga 5 Agustus 2016, rata-rata nilai transaksi harian mengalami kenaikan 14,28 persen menjadi Rp 9,83 triliun dari Rp 8,6 triliun di akhir pekan lalu. Laju impresif IHSG juga diimbangi dengan kenaikan rata-rata volume transaksi harian di sepanjang pekan ini yang naik 16 persen ke posisi 7,81 miliar lembar saham dari 6,73 miliar lembar saham di akhir pekan lalu. Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian menguat 12,71 persen ke level 320,05 ribu kali dari 283,95 ribu kali di akhir pekan lalu.

Performa positif IHSG turut mengerek nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia ke level tertingginya sepanjang masa sebesar Rp 5.838,51 triliun di akhir pekan ini dari Rp 5.614,62 triliun di akhir pekan lalu atau telah meningkat 3,99 persen. Investor asing di sepanjang perdagangan pekan ini mencatatkan beli bersih di pasar saham Indonesia dengan nilai Rp 7,62 triliun, atau naik dua kali lipat dibandingkan nilai beli bersih di sepanjang pekan lalu Rp 3,23 triliun. Secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham masih tercatat beli bersih Rp 32,50 triliun.

DESTRIANITA K

Komentar

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus
  2. Halo Semua, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan kompensasi Asia yang bersatu, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua orang Indonesia yang mencari pinjaman Internet agar berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan penipu dan fraudstars banyak kreditur kredit palsu ada di sini di internet dan ada juga yang asli dan nyata,

    Saya ingin membagikan testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar pendaftaran. biaya. . , Biaya garansi, dan setelah pembayaran saya masih belum mendapat pinjaman saya.

    Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang mendapatkan pinjaman onlinenya sendiri, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang pria bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.

    Jadi saya mengajukan pinjaman sebesar (Rp400.000.000) dengan tingkat bunga 2% rendah, tidak peduli berapa usiaku, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan adalah membangun bisnis saya dan pinjaman saya mudah disetujui. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta dikembalikan, maka uang pinjaman saya disimpan ke rekening bank saya dan mimpiku menjadi kenyataan. Jadi saya ingin saran semua orang segera melamar kepada Mr. Dangote Loan Company Via email (dangotegrouploandepartment@gmail.com) dan Anda juga bisa bertanya kepada Rhoda (ladyrhodaeny@gmail.com) dan Mr. jude (judeelnino@gmail.com) dan Juga Pak Nikky (nicksonchristian342@gmail.com) untuk pertanyaan lebih lanjut

    Anda juga bisa menghubungi saya melalui email di ladyjanealice@gmail.com

    BalasHapus
  3. Tuhan memberkati wanita jane dan merayapi perusahaan pinjaman, atas bantuan yang telah Anda berikan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒