PRA 2018:
per tgl 29 Sep 2017, the last trading day for the month, the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
per tgl 28 Sep 2017, trading itu A Must:
per tgl 26 Sep 2017, trading bukan halangan:
per tgl 25 Sep 2017, trading trus lah :
per tgl 22 Sep 2017, gw maseh trading neh :
per tgl 20 Sep 2017: simak juga EVALUASI kinerja maen saham @ warteg ot B neh : tunai (modal beli saham; hasil penjualan saham) + 600%, nilai aset semua saham @0T B +32% (23 Desember 2016-20 September 2017)
per tgl 19 Sep 2017:
per tgl 18 Sep 2017:
per tgl 14 Sep 2017:
per tgl 13 Sep 2017:
per tgl 12 09 2017, the trading orders, as follows:
per tgl 911/ 2017, gw melakukan EVALUASI strategi INVES + TRADING saham2 gw @ warteg ot C, sejak 31 Januari 2017 s/d 11 September 2017 (liat di atas)
catatan penting: tlah terjadi PENJUALAN SAHAM yang cukup besar nilainya @ saham UNVR, dengan tujuan mengalihkan PEMBELIAN SAHAM kepada INDY, JSMR, MAPI, n TLKM. Khusus INDY gw berencana melakukan pembelian LOT yang lebe besar guna mengejar PG% @ harga saham INDY yang begitu besar (+ 140%). Tren bullish @ harga saham INDY tampaknya ditunjang oleh pertumbuhan laba n penjualan anak usaha PTRO, yang sahamnya dimiliki oleh Lo Kheng Hong (LKH berlaba gede @ PTRO) n pembangkit listriknya n stabilnya tren kenaekan harga batu bara global. Sebagai informasi, hasil penjualan saham UNVR tlah memberikan nilai tunai terbesar.
Sumber: BeritaSatu.com
per tgl 08 Sep 2017:
per tgl 07 Sep 2017:
per tgl 06 Sep 2017:
RUDYANTO: Dalam conference call bulanan beberapa waktu yang lalu, ada pertanyaan mengenai siklus krisis keuangan 10 tahunan. Untuk mengingatkan kembali pada tahun 1997-1998 ada krisis keuangan di Asia yang menimpa berbagai negara di Asia. Kemudian pada tahun 2008, krisis keuangan global yang berawal dari Amerika mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia. Apakah pada tahun 2018 nanti, siklus krisis keuangan 10 tahunan akan kembali terulang ?
Sebetulnya definisi krisis keuangan sendiri juga masih belum terlalu jelas. Masyarakat secara umum mungkin akan menganggap nilai mata uang yang melemah dan suku bunga di bank yang tinggi sebagai indikator krisis, kalangan pekerja akan mengganggap hilangnya lapangan pekerjaan sebagai tanda telah terjadi krisis, investor saham dan reksa dana akan mengganggap nilai saham dan NAB/Up reksa dana yang turun sebagai tanda telah terjadinya krisis, sementara ada juga ekonom yang mengganggap krisis adalah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi domestik (GDP) tumbuh negatif selama 2 kuartal berturut-turut.
Perbedaan akan definisi krisis itu sendiri membuat terkadang sulit untuk mendefinisikan apakah suatu kondisi bisa digolongkan sebagai krisis atau tidak. Dengan kondisi setiap negara dan perekonomian yang berbeda-beda, belum tentu ketika krisis terjadi di suatu negara, negara lain mengalami kesulitan yang sama. Dan dimanapun, jika ada pihak yang dirugikan secara ekonomi, tentu ada pula pihak yang diuntungkan.
Sebagai contoh, dalam kondisi ketika mata uang Rupiah sedang melemah, perusahaan yang berbisnis ekspor akan diuntungkan karena harga jual menjadi lebih murah dan pendapatan meningkat karena diterima dalam mata uang asing. Sementara dalam kondisi mata uang Rupiah sedang menguat, perusahaan yang berbisnis impor akan diuntungkan karena harga barang yang didatangkan dari luar negeri menjadi lebih murah.
Karena luasnya definisi krisis, sebetulnya entah disadari atau tidak, jika semua definisi krisis diterima, siklus krisis keuangan tidak lagi terjadi 10 tahunan. Bahkan siklus krisis semakin pendek dan terjadi dari waktu ke waktu.
Berikut ada suatu Infografis menarik yang saya peroleh dari Kata Data
Sumber : Katadata.co.id
Pada infografis di atas, terbaca bahwa menurut Kata Data, definisi krisis keuangan bahkan sudah terjadi 3 kali yaitu tahun 1998, 2008, dan 2015. Indikator utama yang dijadikan sebagai definisi krisis adalah nilai tukar mata uang terhadap USD. Pada tahun 1998, nilai tukar sempat mencapai Rp 16.650, kemudian Rp 12.650 pada tahun 2008 dan Rp 14.123 pada tahun 2015. Khusus untuk tahun 2015, disebut “krisis mini”
Jika kita berfokus hanya pada nilai mata uang, ternyata tidak ada patokan berapa mata uang Rp terhadap USD yang didefinisikan sebagai krisis. Sebab pada tahun 2008, nilai tukar Rp 12.650 disebut sebagai krisis akan tetapi, pada tahun 2015, batas krisis meningkat menjadi Rp 14.000an. Padahal pada tahun 2013 dan 2014 juga sebenarnya Rp juga sempat mencapai level Rp 12.000an seperti pada tahun 2008, namun tidak disebut krisis.
Inkonsistensi seperti ini sangat sering terjadi, begitu pula dengan pemberitaan di media massa. Untuk itu, memang sangat sulit untuk mengatakan suatu tahun terjadi krisis atau tidak. Infografis di Kata Data juga menampilkan data-data lain seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, rasio hutang, suku bunga BI, NPL, cadangan devisa dan sebagainya. Data-data lain menunjukkan bahwa sebenarnya indikator perekonomian yang benar-benar dalam kondisi krisis hanyalah pada tahun 1998.
Bisnis Indonesia juga membuat ulasan perbandingan antara kondisi perekonomian pada 3 periode tersebut dalam tabel, berikut datanya
Indikator ekonomi | 1998 | 2008 | 2015 |
Pertumbuhan ekonomi | -13,10% | 4,12% | 4,67% |
Inflasi | 82,4% | 12,14% | 7,18% |
Cadangan devisa | US$17,4 miliar | US$80,20 miliar | US$107,6 miliar |
Kurs rupiah | Rp16.650/US$ | Rp12.650/US$ | Rp14.098/US$ |
Rasio utang pemerintah terhadap produk domestic bruto (PDB) | 100% | 27,4% | 24,7% |
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross | 30% | 3,8% | 3,6% |
BI Rate | 60% | 9,5% | 7,5% |
Indeks harga saham gabungan (IHSG) | 256 | 1.111 | 4.237 |
Total utang luar negeri (Pemerintah dan swasta) | US$150,8 miliar | US$155,08 miliar | US$304,3 miliar |
Rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa | 8,6 kali | 3,1 kali | 2,8 kali |
Depresiasi rupiah (posisi terendah) | 197% | 34,86% | 14,03% |
Sumber: Bisnis Indonesia, diolah.
Memang ada 1 bank yang dibail out pada tahun 2008, namun menurut saya, hal itu bukan karena krisis tapi karena mismanagement dari pemiliknya. Bail out diperlukan untuk menjaga negara dalam kondisi perekonomian yang stabil, sebab kondisi krisis perekonomian sedang terjadi di dunia, kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian sangat penting. Apalagi untuk masyarakat yang sudah pernah merasakan krisis pada tahun 1998.
Satu hal yang pasti, kinerja saham pada ketiga tahun tersebut tidak begitu baik. Pada tahun 1998, IHSG mengalami penurunan -0.92%, tahun 2008 mengalami penurunan -50.64%, dan tahun 2015 turun -12.13%. Penurunan pada tahun 2008 merupakan penurunan terbesar dalam sejarah modern pasar modal Indonesia, meskipun secara data, kinerja perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik pada tahun 1998. Hal ini menunjukkan bahwa terkadang kinerja pasar saham dan perekonomian tidak selalu beriringan.
Kinerja saham sendiri juga tidak hanya turun pada tahun dianggap terjadinya krisis. Pada tahun-tahun dimana data perekonomian cukup baik, IHSG tetap bisa mengalami penurunan. Sebagai gambaran berikut adalah kinerja IHSG dari tahun 1997 – 2016
Pertumbuhan IHSG negatif terjadi pada tahun 1997, 1998, 2000, 2001, 2008, 2013 dan 2015. Secara statistik 7 kali dalam 20 tahun terakhir atau 35%. Selain faktor krisis dari luar, faktor valuasi juga berdampak pada kinerja IHSG. Jika terlalu mahal, IHSG bisa turun dan sebaliknya.
Siklus Krisis Semakin Pendek
Berdasarkan data dari Wikipedia, krisis keuangan selama abad ke 21 (mulai dari tahun 2000 hingga sekarang) sudah terjadi 8 kali, atau artinya tiap 2 tahun sekali. Hanya saja, terjadi berbagai belahan bumi di dunia dan terkadang tidak begitu diketahui masyarakat luas seperti halnya krisis global 2008.
Sumber : Wikipedia
|
Bahkan jika keluarnya Inggris atau Brexit dianggap sebagai salah satu krisis keuangan karena sempat membuat harga saham, properti dan mata uang Poundsterling melemah, berarti sudah 9 kali. Belum lagi jika ditambah harga saham dan obligasi Indonesia yang sempat jatuh dalam 1-2 bulan setelah Donald Trump menjadi Presiden. Jika dihitung pula, berarti ini menjadi krisis ke 10, dan jika dirata-ratakan berarti setiap 1,6 tahun terjadi krisis keuangan.
Siklus krisis ini bahkan akan menjadi lebih pendek lagi jika ditambahkan “mini krisis” yang timbul akibat turunnya harga minyak dan komoditas dan sebagainya.
Jadi menjawab pertanyaan di atas, apakah krisis 10 tahunan akan terjadi kembali di Indonesia? Jawabannya tidak, Bukan berarti karena tahun 2018 tidak akan terjadi krisis, tapi karena siklus krisis di abad ke 21 ini sudah menjadi sekitar 1.6 – 2 tahunan. Artinya kita tidak perlu menunggu 10 tahun untuk terjadinya krisis keuangan. Krisis keuangan bisa terjadi lebih cepat, demikian juga pemulihannya. Malahan jika 2015 dianggap sebagai krisis, maka dengan siklus 1.6-2 tahun, harusnya krisis keuangan akan terjadi pada tahun 2017, bukan 2018.
Karena usia krisis yang semakin pendek ini, maka efek terhadap instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksa dana terkadang juga sulit untuk diperkirakan. Bisa saja negatif, namun berbalik arah dengan sangat cepat sebagaimana yang kita alami dalam beberapa tahun belakangan ini.
Kecuali anda memiliki kemampuan menebak pasar dengan baik, salah satu cara untuk bisa tetap memperoleh keuntungan investasi jangka panjang dalam krisis yang datang silih berganti ini, adalah dengan berinvestasi secara berkala atau autodebet. Sebab dengan cara demikian, pada saat harga naik kita tidak ketinggalan dan pada saat harga turun, kita tetap bisa mendapatkan harga yang murah.
Alternatifnya adalah melakukan diversifikasi ke beberapa jenis investasi seperti reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang, karena jenis reksa dana yang konvervatif seperti reksa dana campuran, pendapatan tetap dan pasar uang cenderung menunjukkan kinerja yang baik ketika pasar fluktuatif.
Investor reksa dana perlu menerima bahwa terjadinya krisis keuangan baik yang bersifat global ataupun regional merupakan bagian dari risiko yang terjadi dalam investasi jangka panjang. Rasanya memang tidak menyenangkan apabila melihat nilai investasi kita turun ketika terjadi krisis, namun memahami bahwa itu adalah bagian risiko dapat membuat kita menerimanya dengan lebih baik dan tidak bertindak secara irasional.
Dengan berfokus pada investasi jangka panjang, melakukan strategi investasi secara berkala dan atau melakukan diversifikasi ke beberapa jenis reksa dana, dampak risiko dari investasi dapat dikurangi.
Namun jika memang merasa tidak nyaman dengan krisis yang terus terjadi secara berulang, investor dan calon investor bisa memilih reksa dana yang relatif lebih konservatif seperti reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap, namun juga harus bisa menerima potensi return juga berkurang dalam jangka panjang. Semua pilihan memiliki plus minus tersendiri, investor dan calon investor sebaiknya memilih yang paling nyaman dengan mempertimbangkan profil risiko, tujuan dan karakteristiknya.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Belajar Reksa Dana : www.ReksaDanaUntukPemula.com
per tgl 29 Sep 2017, trading is a necessity:
as for my 5 most favourite stocks @ warteg ot C, the trading results, as follows:
as for my 2 most favourite stocks @ warteg ot C, the domination of them, as follows:
unvr n bbri per tgl 29 September 2017 maseh jadi saham unggulan gw seh... setidaknya mampu menahan tren turun sebagian saham unggulan gw yang laen (ASII, WIKA)... bersama saham baru masuk lage (cpin, kija), tren PG% @ harga saham unvr n bbri mampu menjaga DOUBLE DIGITS percentages @ warteg ot C ... pgas switched out also made my warteg condition more favourable... my expectation is the 2018 would be the year of spikes @ several property, mining, consumers, n financial stock prices... well, let's see :)
👪
per tgl 28 Sep 2017, trading itu A Must:
@ the end of the trading day, the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
per tgl 26 Sep 2017, trading bukan halangan:
per tgl 25 Sep 2017, trading trus lah :
@ the end of the trading day, the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
per tgl 22 Sep 2017, gw maseh trading neh :
@ the end of the trading day, the trading results of my whole stocks, as follows:
per tgl 20 Sep 2017: simak juga EVALUASI kinerja maen saham @ warteg ot B neh : tunai (modal beli saham; hasil penjualan saham) + 600%, nilai aset semua saham @0T B +32% (23 Desember 2016-20 September 2017)
sekedar catatan: gw salip harga saham bumi saat mencetak rerata harga beli @ 203, sementara saat ini harga saham bumi @ 218 seh :)
@ the end of the trading day, the trading results of my 5 most favourite stocks, as follows:
as for the whole stocks (with kija, cpin, but without pgas), the trading results, as follows:
per tgl 19 Sep 2017:
karna PGAS gw switched out k warteg ot B, maka sisa 5 saham unggulan / favorit gw neh (asii, bbri, wika, tlkm, n unvr)... the trading results of my 5 most favourite stocks @ warteg ot C, as follows:
@ the whole stocks @ warteg ot C, the trading results, as follows:
per tgl 18 Sep 2017:
per tgl 14 Sep 2017:
per tgl 13 Sep 2017:
@ the end of the trading day (13th of Sep, 2017), the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
jika disimak, tampak tlah terjadi kenaekan tren ihsg sebanyak + 5.51%... ternyata kenaekan tren harga saham (akumulatif) gw @ warteg ot C mencapai + 18.18%... sementara jumlah lot (per 100 unit saham) naek dari per tgl 17 Maret 2017 k per tgl 13 Sep 2017 menjadi + 63%... padahal tanpa pertambahan modal beli saham, gw tetap berhasil menambah jumlah lot lebe dari separuh jumlah saham per tgl 17 Maret 2017, sehingga cukup ampuh sistem trading n inves yang gw jalankan ya :)
ada 2 saham yang gw biarken tidak berubah jumlah lotnya: wika, antm, dalam rangka menunjukkan bahwa ada saham yang bisa dipertahankan eksistensi labanya dalam jangka panjang. lalu ada 6 saham yang jumlah lotnya bertambah ratusan persen, yaitu asri (yang tren harga sahamnya + 11.69%; jumlah lotnya naek + 900%), BUMI (-4.39%, +567%), EXCL (+ 16.90%, +200%), IMAS (-0.56%, +300%), INDY (+4.32%, 300%), MAPI (+ 14%, +100%). Yang bagus kenaekan nilai aset sahamnya secara total : ASRI, EXCL, n MAPI.
Lalu ada 4 saham yang tren harga sahamnya lumayan bagus, di atas + 10%, yaitu: BBRI, JSMR, TLKM, n UNVR. TAPI kenaekan jumlah lotnya di bawah + 100%. Sisa 4 saham, kenaekan tren harga sahamnya di bawah + 10%, n tidak menarik hati, yaitu: ASII, HERO, MYOR, n PGAS.
KESIMPULAN SEDERHANA: secara total PG% berdasarkan kalkulasi selisih persen harga tutup n AVG ternyata tetap positif (+18%).
per tgl 12 Sep 2017:
dibandingkan antara kondisi saham @ warteg ot C gw per tgl 26 April 2017 n 12 September 2017, ternyata lumayan naek tuh imbal hasilnya (cash naek, sbagai hasil penjualan NAS) (lihat di atas).per tgl 12 09 2017, the trading orders, as follows:
per tgl 911/ 2017, gw melakukan EVALUASI strategi INVES + TRADING saham2 gw @ warteg ot C, sejak 31 Januari 2017 s/d 11 September 2017 (liat di atas)
catatan penting: tlah terjadi PENJUALAN SAHAM yang cukup besar nilainya @ saham UNVR, dengan tujuan mengalihkan PEMBELIAN SAHAM kepada INDY, JSMR, MAPI, n TLKM. Khusus INDY gw berencana melakukan pembelian LOT yang lebe besar guna mengejar PG% @ harga saham INDY yang begitu besar (+ 140%). Tren bullish @ harga saham INDY tampaknya ditunjang oleh pertumbuhan laba n penjualan anak usaha PTRO, yang sahamnya dimiliki oleh Lo Kheng Hong (LKH berlaba gede @ PTRO) n pembangkit listriknya n stabilnya tren kenaekan harga batu bara global. Sebagai informasi, hasil penjualan saham UNVR tlah memberikan nilai tunai terbesar.
SEKILAS INDIKA ENERGY PT Indika Energy Tbk. (“Indika Energy”) adalah perusahaan energi terpadu Indonesia melalui investasi strategis di Sumber Daya Energi - produksi batubara (PT Kideco Jaya Agung, PT Santan Batubara, PT Multi Tambangjaya Utama, PT Mitra Energi Agung), perdagangan batubara (Indika Capital Investment Pte Ltd.), Jasa Energi - EPC minyak & gas (PT Tripatra Engineers & Constructors, PT Tripatra Engineering); EPC kontraktor pertambangan (PT Petrosea Tbk.), dan Infrastruktur Energi – transportasi, pelabuhan, dan logistik laut untuk barang curah dan sumber daya alam (PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk., PT Sea Bridge Shipping, PT Cotrans Asia, PT Indika Logistic & Support Services, PT Kuala Pelabuhan Indonesia); pembangkit listrik tenaga uap batubara (PT Cirebon Electric Power, PT Prasarana Energi Cirebon). www.indikaenergy.co.id INDY tbkmenurut beritasatu.com:
Jakarta- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat istirahat siang pada perdagangan Selasa (12/9) ini terpantau masih menguat dan tetap bertahan di zona hijau. Penguatan ini sejalan dengan pergerakan bursa Asia yang dibuka meningkat di zona hijau. IHSG pada perdagangan siang ini menguat tipis sebesar 0,93 poin atau naik 0,01 persen ke kisaran 5.872,82.
Sejalan dengan itu, sejumlah saham pun mampu membukukan diri sebagai saham paling diburu investor di sepanjang sesi pertama hari ini.
Di tempat teratas diduduki saham Indika Energy Tbk (INDY) yang ditransaksikan sebanyak 8.816 kali. Peringkat kedua ditempati saham Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) yang berpindah tangan sebanyak 7.948 kali.
Posisi ketiga menjadi milik saham Golden Plantation Tbk (GOLL) yang ditransaksikan sebanyak 7.749 kali. Tempat keempat diduduki saham Waskita Karya Tbk (WSKT) yang berpindah tangan sebanyak 7.603 kali.
Sedangkan, urutan kelima ditempati saham Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang ditransaksikan sebanyak 6.390 kali.
Sumber: BeritaSatu.com
👷
per tgl 911 / 2017
@ the end of the trading day, the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
as for my 6 most favourite stocks @ warteg ot C, the trading results, as follows:
per tgl 08 Sep 2017:
@ the end of the trading day, the trading results of my whole stocks @ warteg ot C, as follows:
per tgl 07 Sep 2017:
@ the end of the trading day, the trading results of my 6 most favourite stocks @ warteg ot C, as follows:
@ the whole stocks @ warteg ot C, the trading results, as follows:
as for my 6 most favourite stocks, the trading results, as follows:
Komentar
Posting Komentar