Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 04 Maret 2015

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level tertinggi di 5.499,76 pada perdagangan Selasa (3/3). IHSG kemudian mengalami koreksi dan ditutup turun 0,06% di level 5.474,62.

Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 289,3 miliar. Sepanjang tahun ini net buy asing telah mencapai Rp 11,74 triliun.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, IHSG masih dalam tren naik meski terjadi koreksi wajar. Dalam jangka pendek, resistance IHSG berada di kisaran 5.450 - 5.500. "Hari ini menguji resistance itu namun masih gagal," ujar Satrio.

Satrio bilang, jika resistance 5.500 ditembus masih ada resistance selanjutnya di 5.600. "Itu untuk jangka menengah. Jika resistance tersebut ditembus baru relatif tidak ada resistance. Baru kita confirm ke 5.800," lanjutnya.

Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities mengatakan, IHSG sudah naik 4,74% secara year to date. Namun di sisi lain mata uang rupiah terus melemah hingga 5%. Pelemahan rupiah ini lebih buruk dibanding mata uang negara lain di kawasan ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Thailand, dan Australia. Padahal rupiah seharusnya baru melemah di bulan Juni, ketika Bank Central Amerika menaikkan tingkat suku bunga. "Jadi kalau dilihat IHSG sebenarnya tidak kemana-mana," kata Edwin.

Menurut Satrio, pada perdagangan Selasa (3/3), IHSG mendapat sinyal yang kurang bagus. Hal ini terlihat dari beberapa saham yang ditutup melemah, terutama saham-saham pemain lokal seperti saham konstruksi. "Pemodal lokal sudah mulai profit taking meski asing masih akumulasi," imbuh Satrio.

Untuk jangka pendek, investor lokal memang khawatir dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Namun, sebenarnya nilai tukar rupiah bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, pelemahan nilai mata uang telah menjadi fenomena global. "Justru kita harusnya khawatir jika Bank Indonesia (BI) mempertahankan rupiah tetap kuat karena melawan arus," papar Satrio.

Edwin menilai kenaikan IHSG sepanjang tahun ini lantaran likuiditas rupiah yang membanjir. Selain itu, Edwin menduga pemotongan tingkat suku bunga turut mengangkat pergerakan IHSG. Ditambah pakgi, sektor industri riil belum berjalan dengan semestinya sehingga banyak investor yang beralih ke saham.

Satrio menilai total net buy asing secara ytd cukup besar, mengingat tahun 2014 total net buy asing sebesar Rp 42,6 triliun. Namun, Edwin menyarankan agar tidak terkecoh dengan nilai net buy asing yang cukup besar.  Soalnya, nilai net buy asing  tidak tercermin dalam rupiah. "Hal ini bisa karena investor lokal namun menggunakan broker asing," imbuhnya.

Hingga akhir Maret nanti, Satrio memperkirakan IHSG akan bergerak diantara 5.450 - 5.600. Kemudian mulai semester II-2015 hingga akhir tahun, IHSG diprediksi mulai bergerak pada kisaran 6.100 - 6.350.

Edwin memperkirakan level support IHSG akan berada di 5.550 pada akhir Maret. Di akhir tahun nanti, IHSG diprediksi mencapai level 5.878.
Editor: Hendra Gunawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒