Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 17-30 Desember 2015 (the fed naekin NO HORROR) n siap2tukJANUARYeffect : 04/17/22/25/27 Jan 2016

the fed NAEKIN suku bunga THE FED FUND

8 hari sebelum KEPUTUSAN KENAEKAN THE FED FUND RATE, gw TAMBAH UNIT n SAHAM pada warteg saham OT B, terbukti MELESAT tuh
JAKARTA. Bursa Asia menguat setelah bursa AS mencetak reli, dengan indeks Jepang melonjak dan saham-saham perusahaan industri memimpin penguatan.

Indeks MSCI Asia Pacific menguat 0,9% ke level 118,83 pada perdagangan Rabu (27/1/2016) pukul 07.03 WIB.

Fokus perhatian pasar saat ini kembali ke bank sentral dengan The Federal Reserve dan Bank of Japan memulai rapat kebijakan pada pekan ini.

"Kita akan melihat reli dalam jangka pendek," ujar Angus Nicholson, Analyst IG Markets Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

Bursa Jepang indeks Topix naik 2%, bursa Korea Selatan Kospi naik 0,8%, indeks Australia S&P/ASX 200 turun 0,7%, indeks Selandia Baru naik 0,3%.

http://market.bisnis.com/read/20160127/7/513358/bursa-asia-27-januari-msci-asia-pacific-rebound-ikuti-as-jepang-pimpin-penguatan




Sumber : BISNIS.COM

bisnis.com: BURSA SAHAM 25 JANUARI: IHSG Naik 1,04% Ke Atas 4.500, Terdorong Sentimen Global Dan Asia



Jakarta detik -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dibuka di zona hijau mengikuti bursa saham Asia yang juga dibuka di teritori positif.

Pada perdagangan preopening, IHSG dibuka naik 26,862 poin (0,60%) ke 4.483,606. Sementara indeks lQ45 juga dibuka naik 7,625 poin (0,98%) ke 786.938.

Mengawali perdagangan, Senin (25/1/2016), IHSG dibuka menguat 31,035 poin (070%) ke 4.477,779. Sementara indeks LQ45 dibuka menguat 7,893 poin (1,01%) ke 787.206.

Penguatan IHSG ini juga diikuti penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data perdagangan Reuters, dolar AS pagi ni dibuka di Rp 13.796, dibandingkan penutupan perdagangan pada akhir pekan lalu yang berada di posisi Rp 13.822.

Mengakhiri perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup naik 42,618 poin (0,97%) ke 4.456,744. Sementara indeks LQ45 ditutup naik 11,409 poin (1,49%) ke 779.313.

Berikut kondisi bursa saham Asia pagi ini:

  • Indeks Nikkei 225 naik 68,10 poin (0,40%) ke 17.020,20
  • Indeks Hang Seng naik 263,02 poin (1,38%) ke 19.343,53
  • Indeks SSE Composite naik 12,28 poin (0,42%) ke 2.928,93
  • Indeks Straits Times naik 27,32 poin (1,06%) 2.603,97
(drk/drk) 


TOKYO. Saham-saham di Asia menguat pagi ini, setelah adanya kenaikan di bursa Wall Street dan kenaikan tajam harga minyak mentah. Namun, pasar masih terbebani prospek kenaikan tingkat suku bunga the Federal Reserve.


Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik, di luar Jepang, naik 0,2 persen dan menjauhkan dari level terendah empat tahunan yang terjadi pekan lalu. Sementara pasar saham Australia berhasil naik 1 persen.


Indeks The S&P 500 naik 2 persen dan Dow menguat 1,3 persen pada akhir pekan kemarin, karena cuaca dingin di Amerika Utara dan Eropa menyebabkan reli harga minyak. Sektor energi di The S&P (SPNY) melonjak 4,3 persen.


Ekuitas global juga menguat pekan lalu, karena Bank Sentral Eropa mengisyaratkan akan melakukan pelonggaran moneter tambahan, dan fokus pun jatuh pada pertemuan the Federal Reserve dan Bank of Japan minggu ini.


"Minggu ini akan sibuk dengan pertemuan Federal Open Market Committee dan BOJ sebagai highlights utama. Kami berharap ada tindakan dari Fed atau BOJ, meskipun investor akan mencari bias untuk maju lebih dovish, seiring dengan penurunan harga minyak yang menurunkan ekspektasi inflasi global baru-baru ini," tulis analis strategi di Barclays seperti dilansir dari Reuters, Senin (25/1/2016).


Dolar stabil di 118,75 per yen Jepang, setelah melonjak 0,9 persen pada akhir pekan, ketika menyentuh level tertinggi dua mingguan di 118,88 per yen Jepang. Euro stabil di USD1,0792 per euro setelah sempat turun 0,8 persen.

http://economy.okezone.com/read/2016/01/25/278/1296162/harga-minyak-melonjak-pasar-saham-asia-menghijau


 





Sumber : OKEZONE.COM

Harga Minyak Menguat, Bursa Saham Naik

Ellen May - detikfinance
Senin, 25/01/2016 06:53 WIB
Jakarta -Setelah sempat terkoreksi hingga di bawah US$ 29, WTI Crude Oil mengalami rebound hingga US$ 32.19. Bursa Amerika menguat juga didorong oleh optimisme investor atas rencana bank sentral Eropa dan Jepang untuk mendorong perekonomian.

Pekan ini bursa saham AS menanti rilis beberapa laporan keuangan seperti Mc Donald Corp, Apple, Facebook, dan Boeing.

Indeks Dow Jones ditutup di level 16,093.51 menguat 210.83 poin (+1.33%).

IHSG ditutup di level 4,456.74 menguat 42.62 poin (+0.97%). Hari ini IHSG berpotensi menguat. Sektor energi (CPO, batu bara, gas) berpotensi rebound setelah harga minyak menguat.

AALI speculative 16550-18000. UNTR 16000-17000. ADRO 480-550. PTBA 4300-5000.

CPIN otw target 3400. JPFA masih uptrend dengan target 800, range baru 640-800, waspadai profit takingjangka pendek.

KLBF 1340-1460. ADHI buy on weakness sekitar 2400, batasi risiko jika di bawah itu. Target 3000-3275.

LPCK di bawah 6700 untuk sementara hindari dulu.

Be greedy when others are fear, and be fear when others are greedy. Warren Buffett.

Semoga #kopipagi 25 Januari 2016 mencerahkan & salam profit. on.fb.me/ellen_may .instagram : @ellenmay_official

(dnl/dnl) 
JAKARTA kontan (22 Januari 2016). Bursa saham dunia bergerak bak roller coaster di gigi lima. Hal serupa menular ke bursa Jakarta. Kemarin, harga saham sempat naik tinggi di awal perdagangan pasar. Tapi, saat penutupan pasar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,31% menjadi 4.414,13.
Kelesuan ekonomi dunia dan penurunan harga minyak dituding menjadi biang kerok galaunya bursa. Bagaimana strategi investor di saat bursa berfluktuasi hebat?
Hendra Martono, Director and Head of Equity Brokerage Division Henan Putihrai sekaligus investor saham menyarankan investor memiliki trading plan yang baik menghadapi pergolakan indeks.
Menurut dia, daripada mendengarkan prediksi indeks, lebih baik investor menyiapkan trading plan dan responsif terhadap situasi terkini. "Saya malah menyarankan tidak perlu action apa-apa. Saya tidak akan kehilangan kesempatan selama punya cash. Kecuali kalau IHSG mulai bullish lagi," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (21/1).
Pria yang biasa disapa Hok Hwan ini mengatakan, trader harus memiliki rencana sendiri dan tidak menjadi bagian rencana orang lain. "Kalau saya dalam posisi ini akan pilih cash, bukan keluar. Mungkin perlu berapa lama kita tidak beli, kita hanya perhatikan saham saja," ujar dia.
Dengan menggenggam cash atau hanya menaruhnya di bank, investor masih bisa mendapat bunga setidaknya 2%-3%. Bila memaksakan trading, potensi rugi bisa mencapai hingga 20%.
Investor senior Soeratman Doerachman mengatakan, jika melihat perkembangan Dow Jones yang mengarah ke bearish dan IHSG yang tidak tahu arahnya kemana, lebih baik mengambil instrumen yang relatif aman dan cash.
"Saat ini, cash is the king," ujar investor yang kerap disebut Eyang Ratman ini.
Saat ini Soeratman belum masuk ke pasar lantaran bursa tengah bergejolak. "Kalau ada waktu, saya lakukan swing trading. Cari saham yang likuid, volatil dan memiliki trading range lebar," lanjutnya.
Hal serupa dikatakan seorang sumber KONTAN. "Sisakan sekian persen dalam bentuk cash, untuk membeli saat harga jatuh," tegasnya.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities menyarankan investor jangka panjang berinvestasi di saham-saham berfundamental baik yang risiko dan volatilitasnya rendah.
Sedangkan investor risk taker bisa trading saham volume beli tinggi dengan menetapkan batasan risiko. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menyarankan investor wait and see, khususnya menunggu harga minyak dan Dow Jones menyentuh dasar.
"Sambil menunggu, saya masih percaya IHSG tahun ini akan berada di atas 5.000 atau bahkan 5.200, jadi ini koreksi sementara," ujar Satrio.
Ia masih merekomendasikan IHSG baik. "Kalau pun terkoreksi, paling hanya sampai level 4.200-4.300," ujar Satrio.
Muhammad Al'Amin, Analis Millenium Danatama Sekuritas menilai, strategi wait and see merupakan pilihan terbaik sambil mencermati saham berfundamental baik.
"Sebaiknya kurangi portofolio dan meletakkan uang di deposito serta obligasi," kata Amin.





Senin, 11 Januari 2016 | 07:10
      

January Effect, Efek Apa?



Pandangan atau harapan investor bahwa pada Januari selalu akan terjadi perburuan saham oleh para fund manager atau pun institusi-institusi besar, pada akhirnya, bisa menyebabkan kenaikan pasar saham. Benarkah January Effect ini sesuatu yang layak ditunggu oleh para investor, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia?
Setidaknya, hari-hari ini, jangan coba-coba menyinggung January Effect ke investor di pasar saham Shanghai dan Shenzhen. Urusannya bisa fatal. Bayangkan, hanya dalam lima hari perdagangan pertama di tahun ini saja, pasar saham di kedua bursa itu sudah dua kali dihentikan perdagangannya sebelum tutup hari, akibat bergugurannya pasar saham hingga mencapai batasan 7%. Bahkan Kamis minggu lalu, pasar dihentikan sementara (suspensi) hanya kurang dari setengah jam setelah pembukaan perdagangan.
Tak Kenal Masa Lalu
Lalu, sebenarnya ada atau tidak January Effect ini? Ataukah ini memang hanya sekadar mitos? Mungkin fakta yang lebih masuk akal adalah kalau di pengujung tahun para investor cenderung untuk menjual portofolionya, entah karena alasan pajak, pembukuan, atau sekadar liburan tanpa terbebani dengan pikiran mengenai gerakan aset sahamnya. Ini dimaksudkan untuk mengawali tahun baru dengan dana segar dan daftar portofolio baru yang lebih segar.
Tetapi berharap adanya rally Januari sama halnya dengan meramal cuaca. Kita menengok ke belakang, ke tahun-tahun sebelumnya, dan berharap segalanya akan terjadi kembali di tahun ini. Seperti halnya cuaca, pasar saham tidak mengenal masa lalu. Segala sesuatu dapat terjadi kapan pun dan di mana pun.
Kembali menengok, kasus pasar saham di dua bursa di Tiongkok tadi sudah menunjukkan hal itu. Ini dipengaruhi melemahnya yuan dan kekhawatiran terjadinya perang mata uang (currency war), ditambah data manufaktur yang memburuk (baca: perlambatan ekonomi), plus segera berakhirnya periode larangan penjualan kepemilikan oleh para pemegang saham di atas 5%. Semua fakta itu sudah lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa January Effect hanyalah mitos belaka, minimal di Tiongkok. Toh pada akhirnya data dan fakta yang berbicara, bukan mitos yang berlaku.
Investor tidak bisa dan tidak layak berharap akan 'selalu' ada rally Januari. Mungkin saja di masa lalu terjadi kenaikan di awal tahun, namun hal itu tidak mengindikasikan hal yang bakal terjadi di bulan ini. Tentu saja, investasi tidak dapat diprediksi sesederhana itu. Seperti juga halnya mitos mengenai window dressing, yang seperti kita ketahui bukan sesuatu yang "wajib" dan pasti akan terjadi di penutupan perdagangan hari terakhir bursa di seluruh dunia. Indeks Dow Jones ditutup minus 1%, sedangkan kita masih "beruntung" ditutup plus 0,5%.
Optimisme dan Kerja Keras
Minggu pertama Januari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) kita mencatatkan penurunan sebesar 1%. Tentu saja ini jauh lebih baik dibanding Tiongkok tadi, atau Dow Jones yang sejauh ini mencatatkan penurunan hingga 5%, atau rata-rata indeks saham negara berkembang yang turun sekitar 6%.
Investor asing boleh saja mencatatkan penjualan bersih sekitar Rp 600 miliar seminggu ini, namun Indonesia masih ditempatkan sebagai The Winner in the Developing World's Wreckage, berdasarkan ranking persentase kenaikan sekurangnya 20 saham pilihan, dengan lebih dari sepertiga saham-saham pilihan tersebut mencatatkan kenaikan di awal tahun ini. Posisi Indonesia di atas BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) serta negara tetangga Asean kita, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Kita tidak perlu berharap adanya January Effect. Kita tidak membutuhkan January Effect. Yang kita butuhkan adalah optimisme dan kerja keras, sepanjang tahun, seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin lalu di pembukaan perdagangan bursa efek tahun 2016.
Nicky Hogan/direktur Bursa Efek Indonesia/EN
Investor Daily
per tgl 18 Jan 2016: Bisnis.com, JAKARTA—Pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan ke depan, investor disarankan untuk memperhatikan saham-saham sektor konstruksi dan semen.
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai pekan depan investor perlu memperhatikan sektor konstruksi. Pergerakan saham sektor ini menjadi motor penggerak IHSG.
Selain sektor konstruksi, ucapnya, investor juga perlu memperhatikan anak-anak perusahaan sektor konstruksi, seperti properti dan precast. Begitu pula dengan sektor semen yang menunjukkan terus meningkatnya konsumsi semen selama tiga bulan terakhir.
"IHSG diperkirakan berada di level 4.500-4.600, lalu 4.250-4.450, dan 4.600-5.700. IHSG akhir minggu ini terlihat naik, bom terlihat tidak penting karena pasar sudah paham dengan bom," ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (17/1/2016).
Akhir pekan lalu, katanya, IHSG sempat menguji level resistance meskipun akhirnya gagal menembus level tersebut. Meski meningkat, sinyal negatif IHSG terbilang besar lantaran pelaku pasar masih khawatir kondisi pasar global dan terus melorotnya harga minyak mentah dunia.
Adapun, kurs rupiah diprediksi bergerak pada level support Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.100 per dolar AS, sedangkan resistance di level Rp13.800 per dolar AS dan Rp13.500 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong oleh keputusan bank sentral yang menurunkan suku bunga acuan.
Dia menilai, keinginan BI untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi akibat keputusan Federal Reserve dalam menaikan suku bunga Fed Fund Rate (FRR), dinilai kurang tepat. Sebaiknya, BI melepaskan kebijakan pengetatan moneter agar perekonomian dapat melesat.
William Surya Wijaya, analis PT Asjaya Indosurya Securities, secara terpisah menambahkan IHSG masih berada dalam fase konsolidasi. Penguatan yang terjadi lebih bersifat terbatas alias teknikalrebound, sedangkan tekanan masih akan terasa, diakibatkan efek dari pergerakan pasar global yang terpengaruh oleh sentimen terus menurunnya harga minyak dunia.
"Sedangkan efek turunnya BI rate akan menjadi salah satu penopang pergerakan IHSG ditunjang juga oleh masih dapat terjaganya kestabilan nilai tukar rupiah, rilis data ekonomi yang akan terlansir di pekan ini dapat membantu menopang IHSG," jelasnya.
IHSG diproyeksi berada pada level support 4.464 dengan target resistance 4.560. Awal pekan ini, katanta, IHSG berpotensi bergerak fluktuatif dengan kecenderungan mengalami pelemahan dalam kategori terbatas.
per tgl 04 Jan 2016 (AWAL TAON bei): Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi akan menguat terbatas pada awal perdagangan tahun ini, Senin (4/1/2015).
Tim Riset Reliance Securities memperkirakan indeks akan bergerak pada kisaran 4.555-4.625.
"Sentimen dalam negeri di awal 2016 akan dibuka dengan optimisme investor terhadap penyerapan anggaran pemerintah. Tingkat inflasi dan kepercayaan konsumen diperkirakan stabil," paparnya dalam riset.
Adapun secara teknikal dia menyebutkan indikator Stochastic telah kembali bergerak pada area overbought dengan Momentum RSI yang cukup tinggi mendekati jenuh beli.
per tgl 30 Des 2015 (AKHIR TAON bursa efek Indonesia): JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari terakhir perdagangannya berhasil membukukan kenaikan. Hanya saja IHSG cuma mampu menguat 13 poin atau 0,3 persen ke 4.583.

Sore ini, tercatat 156 saham menguat, 115 saham melemah dan 97 saham stagnan. Menutup perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp3,56 triliun dari 2,66 miliar lembar saham diperdagangkan.

Indeks LQ45 naik 6 poin atau 0,8 persen ke 794, Jakarta Islamic Index (JII) naik 6 poin atau 1 persen ke 605, indeks IDX30 menguat 3 poin atau 0,8 persen ke 416, dan indeks MNC36 menguat 2 poin atau 0,7 persen ke 258.

Penguatan IHSG ditopang oleh sektor perkebunan yang naik 2,23 persen dan sektor perdagangan menguat 1,1 persen. Hanya saja sektor konsumsi, tambang, dan manufaktur bergerak di zona merah.

Di Asia, indeks Nikkei naik 51 poin atau 0,2 persen ke 19.033, indeks Hang Seng turun 117 poin atau 0,5 persen menjadi 21.882, dan indeks Straits Times turun 0,2 persen menjadi 2.881.

Adapun saham-saham yang bergerak di deretan top gainers, antara lain saham PT United Tractor Tbk (UNTR) Rp550 ke Rp17.000, saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) naik Rp350 ke Rp17.650, saham PT Indofood CBP Tbk (ICBP) naik Rp325 ke Rp13.475.

Sedangkan saham-saham yang bergerak di jajaran top losers, antara lain saham PT HM Putra Sampoerna Tbk (HMSP) turun Rp2.775 menjadi Rp93.625, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp600 menjadi Rp53.975, dan saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turun Rp325 menjadi Rp27.350.

http://economy.okezone.com/read/2015/12/30/278/1277621/ihsg-4-583-gagal-capai-4-600-di-akhir-perdagangannya




Sumber : OKEZONE.COM
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan masih mempertahankan lajunya di zona hijau. Pada perdagangan Selasa, (29/12), indeks ditutup menguat 12,01 poin ke level 4.569,36.
Untuk perdagangan besok, Rabu (30/12), IHSG memberikan sinyal kuat untuk kembali menguat.
Krishna Setiawan, analis Lautandhana Securindo bilang, ini merupakan sinyal positif. Pasalnya, indeks berhasil menjebol resistance pertamanya sekaligus yang terkuat, yakni level 4.557.
Jika sudah seperti ini, IHSG telah membentuk tren baru, bukan lagi downtrend karena sudah sangat kecil kemungkinannya untuk turun. Pilihan tren barunya hanya dua, flat atau naik.
"Tapi kalau dari sisi teknikal, biasanya setelah menembus resistance pertamanya maka kecenderungan berikutnya adalah kembali naik menuju level psikologisnya di 4.600," jelas Krishna.
Sementara, support indeks saat ini ada di level resistance yang sebelumnya berhasil dijebol, yakni 4.557. 


per tgl 29 Des 2015: JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan kenaikan 0,11% siang ini (29/12). Mengutip data RTI, pada pukul 12.00 WIB, posisi indeks saat ini berada di level 4.562,22.
Ada 121 saham yang menyokong kenaikan indeks. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 107 saham dan 89 saham lainnya diam di tempat.
Volume transaksi di sepanjang sesi I melibatkan 4,778 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,613 triliun.
Sementara itu, delapan sektor melaju. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar antara lain: sektor pertambangan yang naik 1,24%, sektor perdagangan naik 0,24%, dan sektor barang konsumen naik 0,21%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di posisi top gainers antara lain: PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 8,28% menjadi Rp 1.635, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 2,81% menjadi Rp 1.830, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) naik 2,64% menjadi Rp 16.525.
Sedangkan penghuni posisi top loses indeks LQ 45 yakni: PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun 1,70% menjadi Rp 17.300, PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) turun 1,46% menjadi Rp 2.705, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun 0,96% menjadi Rp 3.090.

JAKARTA okezone - Mengawali perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan serta mencatatkan kenaikan 0,8 persen. IHSG pun ditutup pada level 4.557. di tengah pergerakan bursa Asia yang variatif.
Analis KDB Daewoo Securities Indonesia, Heldy Arifien, mengatakan saat ini investor asing masih berburu saham-saham seperti blue chip serta membukukan total transaksi sebesar Rp429,2 miliar, di seluruh papan perdagangan.
Menurutnya, diperdagangkan pada titik 90,8 overbought stochastic, mencerminkan IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan menguji resistensi berikut pada level 4.570-4.595.
"Kami perkirakan IHSG akan mencoba bergerak dalam rentang 4.540-4.575, pada perdagangan hari ini," jelas dia dalam risetnya di Jakarta, Selasa (29/12/2015).
Pada perdagangan kemarin, Akumulasi sejumlah saham dalam sektor properti menyumbangkan kenaikan hingga 1,6 persen, adapun sektor penggerak penguatan IHSG adalah sektor perkebunan yang menguat 2,7 persen.
(mrt)

INILAHCOM, Jakarta—Dalam 14 tahun terakhir, posisi penutupan IHSG di Desember tak pernah lebih rendah dari November. Jika Desember ini ternyata lebih rendah, persiapkan saham untuk January Effect. Apa saja?

Pada perdagangan Jumat (18/12/2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam 87,310 poin (1,92%) ke posisi 4.468,654.

Sepanjang perdagangan Jumat, indeks mencapai level tertingginya di 4.514,535 atau melemah 41,429 poin dan mencapai level terendahnya di 4.467,063 atau melemah 88,901 poin.

Kepada INILAHCOM, Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia memberikan rincian penjelasannya berikut ini: - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect#sthash.klSvv4ZG.dpuf
Pelemahan IHSG sebesar 1,92% ke 4.468 pada Jumat (18/12/2015)  memang dipicu oleh kondisi bursa regional yang masih labil seiring pelemahan harga minyak ke level US$34 per barel. Padahal, bagi Indonesia, pelemahan harga minyak sebenarnya menguntungkan. Sebab, RI menjadi negara net importir.

Kondisi itu sebenarnya bisa memberi peluang penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Januari 2016. Seharusnya, penurunan harga minyak tidak masalah bagi Indonesia. Dengan kondisi itu, seharusnya konsumsi dalam negeri malah meningkat. Tapi, orang malah memilih jualan saham Jumat (18/12/2015), saya juga tidak mengerti.

Investor asing memang melepas posisi sahamnya tapi nilainya tidak sebesar sehari sebelumnya sehingga seharusnya juga tidak masalah. Jadi, sebenarnya pelemahan IHSG akhir pekan ini tak masalah. Kita memang, bursa regionalnya masih labil. Paling tidak, masalahnya bukan faktor dalam negeri melainkan eksternal.
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29825/1-ihsg-terseret-labilnya-bursa-regional#sthash.n4EkFaR6.dpuf
Di dalam negeri, memang dipertahankannya BI rate di level 7,5% membuat pasar sebal sehingga bisa menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk melepas posisi sahamnya.

Masalah regional adalah semata faktor penurunan tajam harga minyak. Kondisi ini dilihat pasar banyak merugikan perusahaan gas dan oil sehingga potensial untuk PHK. Padahal, setelah the Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin ke 0,25% hingga 0,50% dan pengaruhnya ternyata tidak terlalu buruk.

Penurunan harga minyak juga merupakan hal wajar sebenarnya. Setiap kenaikan suku bunga the Fed, yang terhantam memang harga komoditas. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29826/2-bi-rate-tak-turun-pasar-bisa-sebal#sthash.IgKjcfmn.dpuf
Dalam sepekan ke depan, arah IHSG kemungkinan konsolidasi dengan support indeks berada di 4.409-4.429 yang merupakan kisaran gap. Itu setelah IHSG gagal bertahan di atas support yang pertama di angka 4.483-4.525.

Kita harus melihat Senin (21/12/2015), apakah support tersebut bisa bertahan atau tidak. Support selanjutnya berada di 4.330, 4.300 dan 4.250. Di sisi lain, resistance IHSG berada di 4.483 hingga 4.425. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29827/3-arah-ihsg-sepekan-ke-depan#sthash.VJBUnGYZ.dpuf
Dalam situasi ini, saya lebih menyarankan untuk buy on weakness. Sebab, jika melihat posisi teknikalnya, IHSG masih bagus. Koreksi IHSG hingga 4.300-4.250 pun sebenarnya masih normal. Masih wajar, tidak ada masalah sebenarnya. Saya masih melihat potensi IHSG reli di awal tahun 2016 pada kuartal I.

Saat ini, karena asing masih menyisakan aksi jual, IHSG masih rawan tekanan negatif hingga masa window dressing karena bursa globalnya sedang tidak bagus. Karena itu, lebih baik berpikir January Effect daripada Window Dressing. - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29828/4-bersiap-beli-saham-di-harga-rendah#sthash.eUS9zwJu.dpuf
Meski begitu, satu hal yang perlu diingat, pada Desember sebenarnya IHSG tidak pernah turun selama 14 tahun terakhir. Jika penutupan IHSG di Desember 2015 lebih rendah dari harga terakhir bulan November, ini merupakan yang pertama setelah 14 tahun sejak tahun 2000.
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29829/5-ihsg-tak-pernah-turun-di-desember#sthash.79ydJp3t.dpuf
Saham pilihan untuk buy on weakness adalah sektor perbankan yakni PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)  dan PT Bank Central Asia (BBCA). Penurunan tajam BBRI pada Jumat (18/12/2015)  karena memang ada orang lepas saham di akhir perdagangan. Tidak ada masalah.

Kalau dipaksakan ada masalah, sebenarnya gini, penurunan saham-saham bank karena pasar kecewa dengan BI rate yant tak kunjung turun. Pasar bosan dengan sikap BI sehingga saham-saham bank dibanting.

Di sektor semen saham PT Semen Indonesia (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP).

Konstruksi, saham PT Adhi Karya (ADHI).

Konsumsi juga seiring peluang penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi Januari 2016 dengan saham pilihan PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Gudang Garam (GGRM), PT Indofood CPB Sukses Makmur (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF). Semuanya masih menarik. [jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2261438/persiapkan-saham-untuk-january-effect/29830/6-saham-pilihan-dari-empat-industri#sthash.bMq62NFK.dpuf
JAKARTA - Pasar saham Asia menyambut hangat putusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed menaikkan tingkat suku bunganya.

Indeks saham utama Asia pun serentak dibuka menguat. Indeks Nikkei-Jepang langsung menguat 2,3 persen. Lalu ASX All Ordinaries-Australia menguat 1,6 persen dan Hang Seng-Hong Kong menguat sekira 1,3 persen.

Pada pukul 10.00 WIB, Nikkei sudah menguat 2,29 persen atau 436,87 ke 19.486,78, begitu juga Hang Seng naik 1,2 persen atau 263,51 menjadi 21.964,72.

The Federal Reserve akhirnya menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Hal ini menandakan keyakinan bahwa ekonomi AS sebagian besar telah mengatasi luka dari krisis keuangan 2007-2009.

The Fed menetapkan kenaikan suku bunga di kisaran 0,25-0,50 persen, sekaligus mengakhiri perdebatan panjang terkait apakah ekonomi Amerika cukup kuat untuk menahan biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Sementara itu, Dow Jones Industrial Average naik 224,18 poin (DJIA) atau 1,28 persen ke 17.749,09, S & P 500 naik 29,66 poin atau 1,45 persen ke 2.073,07 dan Nasdaq Composite (IXIC) menambahkan 75,78 poin atau 1,52 persen ke 5.071,13.
http://economy.okezone.com/read/2015/12/17/278/1269362/pasar-saham-asia-meroket-sambut-kenaikan-suku-bunga-as

Â




Sumber : OKEZONE.COM
JAKARTA - Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Anwar Nasution mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Rate) sebesar 0,25%, berpotensi menyebabkan arus modal di Tanah Air bisa kabur ke luar negeri.

Dia mengatakan, naiknya Fed Rate setelah satu dekade tidak bergoyang juga akan mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali terpuruk, Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Utang Bank Indonesia (SBI) juga tidak laku lagi.

"Dampak untuk Indonesia ya jelas terjadi capital outflow, rupiah melemah, SUN enggak laku, SBI pun tak laku. Sekarang BI menjual SBI untuk menumpuk cadangan luar negeri. Bunga naik, rupiah melemah, bagaimana dunia usaha bayar utangnya," kata dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (17/12/2015).

Pasalnya, selama ini perusahaan-perusahaan di Tanah Air kerap melakukan pinjaman jangka pendek dari luar negeri yang tentunya menggunakan mata uang USD.  (Baca:The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan 0,25%).

"Siapa yang punya realestate, darimana uangnya itu? Yang punya tambang, yang punya hotel, yang punya pabrik. Kebanyakan pinjam dari luar negeri, dari Singapura, pakai USD, jangka pendek," imbuh dia.

Menurutnya, kenaikan Fed Rate ini juga menyebabkan pemerintah kesulitan membayar utang luar negeri (ULN) yang kebanyakan berupa SUN atau sukuk dalam bentuk USD. (Baca: Ini Tanggapan Jokowi Atas Kenaikan Fed Rate).

"Untuk bisa bayar ULN itu, harus punya surplus APBN, dan juga surplus cadangan luar negeri. Kalau enggak, rupiah hanya laku sampai Cengkareng. Siapa yang mau," bebernya.

Mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini menyarankan BI tidak ikut-ikutan menaikkan suku bunga acuannya, maka perbankan di dalam negeri harus melakukan efisiensi semaksimal mungkin. Jika tidak, dunia usaha akan kolaps.

"Justru itu saya katakan, supaya jangan naikkan suku bunga terus, tingkatkan lagi efisiensi bank pemerintah. Kalau naik terus ya matilah dunia usaha‎," tandas Anwar.
Bisnis.com, JAKARTA-- Bursa AS mencetak reli seiring The Federal Reserve mengakhiri suku bunga mendekati nol selama 7 tahun.
Hal itu juga meyakinkan investor bahwa ekonomi terbesar di dunia sudah cukup kuat untuk menahan kenaikan di masa depan biaya pinjaman dengan laju yang bertahap .
Equities extended gains following the central bank’s move, pushing the Standard & Poor’s 500 Index to its biggest three-day rally since Oct. 5 as the benchmark rebounded from its worst weekly drop since August. Gains were widespread with nine of the gauge’s 10 main industries rising more than 1 percent after Fed Chair Janet Yellen expressed confidence in the economic outlook.
Indeks S&P 500 melonjak 1,5% ke level 2.073,07 pada penutupan perdagangan Rabu (16/12/2015).
Adapun Dow Jones Industrial Average naik 224,18 poin atau 1,3% ke level 17.749,09 dan Nasdaq Composite Index naik 1,5%.
"Ini tingkat kenaikan yang sangat dovish. Ini sejalan dengan ekspektasi pasar. The Fed memberi kunci persetujuan terkait kondisi ekonomi dan finansial, tetapi The Fed tidak memberi kejutan dengan langkah yang lebih agresif pada masa yang akan datang," ujar Stephen Wood, Chief Market Strategist Russell Investments, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/12/2015).
The Fed menaikkan suku dalam upaya memperluas pergerakan dan memberi sinyal laju penaikan akan bertahap dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.Federal Open Market Committee seluruhnya memutuskan untuk menetapkan kisaran target baru tingkat suku bunga di kisaran 0,25%-0,5%, naik dari sebelumnya 0-0,25%.
Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi masih akan menguat pada perdagangan Kamis (17/12/2015), meskipun dibayangi aksi profit taking. Tim Riset Sucorinvest memperkirakan indeks akan bergerak di kisaran 4.414-4.510. "Dengan pertimbangan muncul Three white soldier candle dengan hammer candlestick, MACD dan MO masih bergerak naik, RSI menguat dengan Stochastic bergerak naik sempat dibuka gap atas dan harga tertinggi sama dengan harga penutupan dan penguatan harga kemarin diikuti dengan kenaikan volume perdagangan," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis. Adapun saham-saham yang bisa dipertimbangkan untuk trading hari ini, a.l. AKRA, BBTN, ICBP, INTP, LSIP, PTPP, dan UNTR. Para pelaku pasar masih akan mencermati setiap pernyataan yang akan dirilis The Fed untuk mencari arah kebijakan yang akan terjadi ke depannya. Selain itu, penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang global justru diharapkan akan mendorong nilai ekspor dengan tujuan ekspor ke AS. Dari dalam negeri, optimisme akan hasil putusan MKD juga menjadi pertimbangan investor selain penguatan rupiah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih

analisis fundamental : ASRI, saham properti (2019-2020, 2021, 2022)

Lunasi Utang, Agung Podomoro Raih Pinjaman dari Guthrie Venture SG$ 172,8 Juta Agung Podomoro Land Jual Central Park untuk Modal Ekspansi Mulai membaik, kinerja sektor properti diprediksi naik 25% di tahun ini Marketing sales Kawasan Industri Jababeka (KIJA) capai Rp 899 miliar di tahun lalu Stok Rumah Membludak, Jakarta Paling Banyak Rekomendasi Saham Properti saat Penjualan CTRA, BSDE, LPKR, PWON Melonjak Kuartal I/2021 Bisnis Properti Asia Pasifik Kuartal I Positif, Tahun Menjanjikan Covid-19 melonjak, Indonesia Property Watch: Pasar properti bisa terkontraksi 5%-10% Fokus Pasar: Industri Properti Tumbuh Positif pada 2022 Jauh dari Jakarta, Apartemen di Bogor dan Tangerang Lebih Berkembang Gara-gara Pandemi, Jakarta Ditinggalkan Konsumen Properti? Pendapatan Emiten Properti Moncer hingga Kuartal III 2021, Siapa Paling Cuan? Menakar Prospek Saham Emiten Properti TAKAR PROPERTI 2023: rekomendasi (2) INFLASI: prospek properti Pasar Properti: bakal tumbuh positif Pajak : disk