JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan dan terus melaju di zona hijau pada sesi I perdagangan, Rabu (7/6). Mengacu data RTI, indeks naik 0,32% atau 18,174 poin ke level 5.726,005.
Tercatat 166 saham bergerak naik, 132 saham bergerak turun, dan 104 saham stagnan. Volume perdagangan 3,831 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,46 triliun.
BACA JUGA :
IHSG rebound didukung 8 sektor di awal perdagangan
IHSG masih betah koreksi
Tujuh dari 10 indeks sektoral menopang IHSG. Sektor pertambangan memimpin penguatan 1%. Sedangkan sektor aneka industri paling dalam penurunannya 0,43%.
Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT PP Properti Tbk (PTPP) naik 4,46% ke Rp 234, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 2,71% ke Rp 11.350, dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 2,48% ke Rp 620.
Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) turun 2,41% ke Rp 1.620, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 2,30% ke Rp 1.910, dan PT AKR Coporindo Tbk (AKRA) turun 1,54% ke Rp 6.375.
Investor masih membukukan aksi jualnya. Di pasar reguler, net sell asing Rp 52,511 miliar dan Rp 167,513 miliar keseluruhan market.
Analis Binaartha Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, bahwa laju sejumlah bursa saham Asia yang cenderung mulai berbalik arah ke area positif berdampak positif pada pergerakan IHSG.
"Bursa saham eksternal yang positif itu mendorong sebagian investor melakukan aksi beli sehingga menopang IHSG," katanya dikutip dari Antara.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap sentimen negatif yang dapat membalikan arah IHSG. Saat ini sebagian investor sedang mencermati kisruh antara Qatar dengan beberapa negara dalam Liga Arab, situasi itu dapat memberikan imbas negatif meski tidak langsung.
"Waspadai dan antisipasi sentimen yang kurang mendukung untuk mendorong laju IHSG," katanya.
Analis Indosurya Mandiri Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan bahwa IHSG masih memiliki potensi untuk bergerak menguat lebih tinggi menyusul ekonomi nasional yang relatif masih cukup kondusif.
"Predikat layak investasi dari Standard & Poor's akan menjaga kepercayaan pasar untuk berinvestasi di dalam negeri," katanya.
Tercatat 166 saham bergerak naik, 132 saham bergerak turun, dan 104 saham stagnan. Volume perdagangan 3,831 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,46 triliun.
BACA JUGA :
IHSG rebound didukung 8 sektor di awal perdagangan
IHSG masih betah koreksi
Tujuh dari 10 indeks sektoral menopang IHSG. Sektor pertambangan memimpin penguatan 1%. Sedangkan sektor aneka industri paling dalam penurunannya 0,43%.
Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT PP Properti Tbk (PTPP) naik 4,46% ke Rp 234, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 2,71% ke Rp 11.350, dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 2,48% ke Rp 620.
Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) turun 2,41% ke Rp 1.620, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 2,30% ke Rp 1.910, dan PT AKR Coporindo Tbk (AKRA) turun 1,54% ke Rp 6.375.
Investor masih membukukan aksi jualnya. Di pasar reguler, net sell asing Rp 52,511 miliar dan Rp 167,513 miliar keseluruhan market.
Analis Binaartha Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, bahwa laju sejumlah bursa saham Asia yang cenderung mulai berbalik arah ke area positif berdampak positif pada pergerakan IHSG.
"Bursa saham eksternal yang positif itu mendorong sebagian investor melakukan aksi beli sehingga menopang IHSG," katanya dikutip dari Antara.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap sentimen negatif yang dapat membalikan arah IHSG. Saat ini sebagian investor sedang mencermati kisruh antara Qatar dengan beberapa negara dalam Liga Arab, situasi itu dapat memberikan imbas negatif meski tidak langsung.
"Waspadai dan antisipasi sentimen yang kurang mendukung untuk mendorong laju IHSG," katanya.
Analis Indosurya Mandiri Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan bahwa IHSG masih memiliki potensi untuk bergerak menguat lebih tinggi menyusul ekonomi nasional yang relatif masih cukup kondusif.
"Predikat layak investasi dari Standard & Poor's akan menjaga kepercayaan pasar untuk berinvestasi di dalam negeri," katanya.
Komentar
Posting Komentar