JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang mencetak rekor-rekor baru. Meski perdagangan saham kemarin diwarnai aksi ambil untung, peluang penguatan IHSG untuk jangka menengah masih terbuka lebar.
Katalis positif masih berasal dari euforia kenaikan rating Standard & Poor's (S&P). Rencana pemerintah meningkatkan belanja modal 2018 juga akan memacu denyut IHSG. Apalagi, Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi berpeluang melandai menjadi 4,3% di akhir tahun.
Sehingga, masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan untuk memburu saham-saham prospektif dengan valuasi murah. "Dengan murahnya valuasi, potensi kenaikan harganya kian besar," ujar Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan kepada KONTAN, Senin (22/5).
Saham-saham dengan price to book value (PBV) di bawah satu kali masih menarik. Dengan syarat, kinerja keuangannya juga prospektif. Ambil contoh, saham PT Indika Energy Tbk (INDY). Saham emiten tambang batubara ini memiliki PBV sebesar 0,5 kali. Alfred mengatakan, meski masih merugi di tahun lalu, INDY berpotensi mencetak laba bersih di akhir 2017. Hal ini membuat saham INDY layak untuk dikoleksi. Ia memberi target harga saham INDY Rp 1.580 per saham.
Ia menambahkan, beberapa saham sektor konsumer juga dinilai cukup murah. Misalnya, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). PBV INDF memang sudah mencapai 2,5 kali.
'Tapi dari valuasi price to earning ratio (PER) INDF yang sebesar 16 kali, masih lebih murah jika dibandingkan emiten konsumer lainnya. Bandingkan dengan PBV PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang kini sudah mencapai tujuh kali dengan PER mencapai 30 kali.
Saham lapis dua
Bima Setiaji, analis NH Korindo Sekuritas, menilai, saham bank lapis dua juga masih banyak yang murah. Misalnya, PT Bank Permata Tbk (BNLI). Anak usaha Grup Astra ini memiliki PBV sekitar 0,6 kali. Sementara, PER BNLI sekitar 18,7 kali.
Valuasi ini makin menarik karena berada di tengah kinerja BNLI yang moncer. Karena itu, Bima merekomendasikan buy saham BNLI dengan target harga Rp 990 per saham.
Saham sektor properti juga punya prospek cerah dari sentimen S&P. Bima menilai saham PT Modernland Realty Tbk (MDLN) masih murah, dengan PBV di bawah satu kali. Fundamental MDLN juga cerah, seiring bertumbuhnya permintaan lahan industri Cikande milik MDLN. Bima merekomendasikan buy saham MDLN dengan target harga Rp 520 per saham.
Jakarta detik- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tinggi membuka perdagangan awal pekan. Indeks langsung mencatat rekor intraday tertinggi sepanjang masa.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini menguat. Dolar AS berada di posisi Rp 13.290 dibandingkan posisi sore Rp pekan lalu Rp 13.330.
Pada perdagangan preopening, IHSG menanjak 45,292 poin (0,78%) ke level 5.837,176. Sedangkan Indeks LQ45 melonjak ke level 11,387 poin (1,17%) ke level 981,783.
Membuka perdagangan awal pekan, Senin (21/5/2017), IHSG melesat 59,281 poin (1,02%) ke level 5.851,165. Indeks LQ45 meroket 13,635 poin (1,41%) ke level 984,031.
Seluruh indeks sektoral kompak menguat. Aksi beli asing sudah ramai sejak pembukaan perdagangan, investor lokal juga tak mau ketinggalan.
Hingga pukul 09.05 waktu JATS, IHSG menguat 57,272 poin (0,99%) ke level 5.849,156. Sementara Indeks LQ45 naik 12,655 poin (1,30%) ke level 983,051.
Akhir pekan lalu IHSG melonjak hampir 3%. Indeks bahkan tembus rekor 5.800 secara intraday sebelum penutupan perdagangan sore ini.
Bursa-bursa Asia bergerak mix pagi hari ini. Pasar saham global yang masih fluktuatif memberi sentimen negatif.
Berikut situasi di bursa regional pagi hari ini:
Indeks Nikkei 225 naik 51,81 poin (0,26%) ke level 19.642,57.
Indeks Hang Seng menguat 104,20 poin (0,41%) ke level 25.279,07.
Indeks Komposit Shanghai turun 1,45 poin (0,05%) ke level 3.089,18.
Indeks Straits Times melemah 2,68 poin (0,08%) ke level 3.214,24.
(ang/ang)
Katalis positif masih berasal dari euforia kenaikan rating Standard & Poor's (S&P). Rencana pemerintah meningkatkan belanja modal 2018 juga akan memacu denyut IHSG. Apalagi, Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi berpeluang melandai menjadi 4,3% di akhir tahun.
Sehingga, masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan untuk memburu saham-saham prospektif dengan valuasi murah. "Dengan murahnya valuasi, potensi kenaikan harganya kian besar," ujar Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan kepada KONTAN, Senin (22/5).
Saham-saham dengan price to book value (PBV) di bawah satu kali masih menarik. Dengan syarat, kinerja keuangannya juga prospektif. Ambil contoh, saham PT Indika Energy Tbk (INDY). Saham emiten tambang batubara ini memiliki PBV sebesar 0,5 kali. Alfred mengatakan, meski masih merugi di tahun lalu, INDY berpotensi mencetak laba bersih di akhir 2017. Hal ini membuat saham INDY layak untuk dikoleksi. Ia memberi target harga saham INDY Rp 1.580 per saham.
Ia menambahkan, beberapa saham sektor konsumer juga dinilai cukup murah. Misalnya, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). PBV INDF memang sudah mencapai 2,5 kali.
'Tapi dari valuasi price to earning ratio (PER) INDF yang sebesar 16 kali, masih lebih murah jika dibandingkan emiten konsumer lainnya. Bandingkan dengan PBV PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang kini sudah mencapai tujuh kali dengan PER mencapai 30 kali.
Saham lapis dua
Bima Setiaji, analis NH Korindo Sekuritas, menilai, saham bank lapis dua juga masih banyak yang murah. Misalnya, PT Bank Permata Tbk (BNLI). Anak usaha Grup Astra ini memiliki PBV sekitar 0,6 kali. Sementara, PER BNLI sekitar 18,7 kali.
Valuasi ini makin menarik karena berada di tengah kinerja BNLI yang moncer. Karena itu, Bima merekomendasikan buy saham BNLI dengan target harga Rp 990 per saham.
Saham sektor properti juga punya prospek cerah dari sentimen S&P. Bima menilai saham PT Modernland Realty Tbk (MDLN) masih murah, dengan PBV di bawah satu kali. Fundamental MDLN juga cerah, seiring bertumbuhnya permintaan lahan industri Cikande milik MDLN. Bima merekomendasikan buy saham MDLN dengan target harga Rp 520 per saham.
👄
Jakarta detik- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tinggi membuka perdagangan awal pekan. Indeks langsung mencatat rekor intraday tertinggi sepanjang masa.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini menguat. Dolar AS berada di posisi Rp 13.290 dibandingkan posisi sore Rp pekan lalu Rp 13.330.
Pada perdagangan preopening, IHSG menanjak 45,292 poin (0,78%) ke level 5.837,176. Sedangkan Indeks LQ45 melonjak ke level 11,387 poin (1,17%) ke level 981,783.
Membuka perdagangan awal pekan, Senin (21/5/2017), IHSG melesat 59,281 poin (1,02%) ke level 5.851,165. Indeks LQ45 meroket 13,635 poin (1,41%) ke level 984,031.
Seluruh indeks sektoral kompak menguat. Aksi beli asing sudah ramai sejak pembukaan perdagangan, investor lokal juga tak mau ketinggalan.
Hingga pukul 09.05 waktu JATS, IHSG menguat 57,272 poin (0,99%) ke level 5.849,156. Sementara Indeks LQ45 naik 12,655 poin (1,30%) ke level 983,051.
Akhir pekan lalu IHSG melonjak hampir 3%. Indeks bahkan tembus rekor 5.800 secara intraday sebelum penutupan perdagangan sore ini.
Bursa-bursa Asia bergerak mix pagi hari ini. Pasar saham global yang masih fluktuatif memberi sentimen negatif.
Berikut situasi di bursa regional pagi hari ini:
Indeks Nikkei 225 naik 51,81 poin (0,26%) ke level 19.642,57.
Indeks Hang Seng menguat 104,20 poin (0,41%) ke level 25.279,07.
Indeks Komposit Shanghai turun 1,45 poin (0,05%) ke level 3.089,18.
Indeks Straits Times melemah 2,68 poin (0,08%) ke level 3.214,24.
(ang/ang)
Komentar
Posting Komentar