Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 13 Juni 2016

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini (13/6) dibuka di zona merah. Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.12 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,21% menjadi 4.838,02.
Secara sektoral, tak ada satupun sektor yang berhasil naik. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor pertambangan turun 1,07%, sektor perdagangan turun 0,62%, dan sektor keuangan turun 0,51%.
Sementara, saham-saham yang berada di jajaran top gainers pagi ini di antaranya: PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 19,4% menjadi Rp 80, PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) naik 16,9% menjadi Rp 83, dan PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) naik 5,04% menjadi Rp 125.
Sedangkan posisi top losers pagi ini ditempati oleh saham-saham: PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) turun 8,33% menjadi Rp 550, PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) turun 6,98% menjadi Rp 320, dan PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN) turun 6,5% menjadi Rp 230.
Kepala Riset Millenium Danatama Sekuritas, Parningotan Julio menyebutkan, pasar saham masih dibayangi sejumlah isu, salah satunya perekonomian global yang belum pulih. Bahkan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 2,4% dari sebelumnya 2,9%.
Isu Brexit juga turut menekan pasar saham global, termasuk di Indonesia. Di saat yang sama, pergerakan dollar Amerika Serikat saat ini masih sangat dominan. Dari dalam negeri, menurut Julio, pelaku pasar menanti kebijakan pemerintah mengenai pengampunan pajak atau tax amnesty.
Asia tak bertenaga
Kondisi serupa juga terlihat di kawasan regional. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.30 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 1%. Sektor industri dan barang konsumen menjadi dua sektor pemberat indeks.
Sementara itu, indeks Topix Jepang anjlok 2,2% ke posisi terendahnya sejak 6 Mei lalu. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 1,3% di Seoul, penurunan terbesar sejak Februari lalu.
Penurunan juga dialami bursa Selandia Baru, S&P/NZX 50 sebesar 0,4% setelah membukukan penurunan mingguan terburuk sejak pertengahan Februari pada akhir pekan lalu.
Aksi jual yang terjadi di bursa regional akibat kecemasan mengenai hasil referendum Inggris terkait Brexit. Hasil polling teranyar menunjukkan, jumlah warga Inggris yang memilih Brexit unggul 10 percentage poin dibanding jumlah mereka yang kontra Brexit.
Sentimen lainnya adalah kecemasan pelaku pasar menjelang rapat rutinan bank sentral AS dan Jepang pada pekan ini, yang turut mengerek tingkat permintaan aset-aset haven.

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan Jumat lalu ditutup terkoreksi sebesar -0.59% dilevel 4.848,06. Menurut Lanjar Nafi, Analis Reliance Securities, IHSG akan tertekan pada awal pekan dengan range pergerakan 4.825-4.920.
Menurut Lanjar, nilai tukar rupiah pun akan melemah seiring tingginya permintaan USD menjelang pertemuan The Fed pekan depan.
Sementara, mayoritas bursa Asia kembali terkoreksi pada akhir pekan lalu akibat sentimen penguatan dollar AS menjelang pertemuan the Fed minggu depan dan referendum Inggris pada keanggotaan Uni Eropa.
"Terkoreksinya harga minyak di akhir pekan hingga sebesar 1,1% di level US$ 50,01 per barrel menjadi salah satu faktor penekan pergerakan bursa di Asia," kata Lanjar dalam risetnya.
Parningotan Julio, Kepala Riset Millenium Danatama memprediksi, IHSG akanbearish di rentang 4.800-4.868. Menurut Julio, IHSG tak berdaya akibat perekonomian dunia yang rapuh, potensi Brexit, dan menguatnya nilai tukar dollar seiring wacana Fed Fund Rate.
Sentimen dalam negeri masih seputar sentimen pengampunan pajak atau tax amnesty. "Sektor yang masih menarik minggu depan masih konsumer, perdagangan dan konstruksi," kata Julio saat dihubungi KONTAN.
William Suryawijaya, Analis Asjaya Indosurya memiliki pendapat yang berbeda. Dia memprediksi, IHSG berpotensi menguat di rentang 4.839 – 4.945. Menurut William, hal tersebut ditunjang oleh kenaikan harga komoditas dan potensi tertundanya kenaikan suku bunga acuan FED.

"Selain itu, ada juga sentimen terapresiasinya rupiah walau kondisi jelang Lebaran, di mana biasanya terdapat peningkatan kebutuhan valas," kata William.

Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buysenilai Rp6,49 triliun sepanjang tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia yang dikutip Bisnis, Minggu (12/6/2016), disebutkan aksi beli bersih itu terjadi saat indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan 5,55% atau 255,05 poin sepanjang 2016.
Adapun untuk periode pekan lalu, 6-10 Juni 2016, investor asing mencatatkan beli bersih Rp1,63 triliun. Sementara itu IHSG tercatat naik 0,12% ke level 4.848,06.
Rata-rata nilai transaksi harian juga tercatat mengalami kenaikan 5% menjadi Rp5.740,18 triliun, rata-rata volume transaksi harian juga naik 35%, dan rata-rata frekuensi harian naik 18%.
Sementara itu, kapitalisasi pasar BEI sepanjang pekan lalu tercatat turun tipis 0,13% menjadi Rp5.153,29 triliun dari pekan sebelumnya senilai Rp5.159,81 triliun.

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat (10/6) ditutup terkoreksi sebesar 0,59% di level 4.848,06.
Secara mingguan, indeks turun tipis 0,12%. Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama mengatakan IHSG seminggu ini menunjukkan volatilitas yang cukup signifikan terutama setelah data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang di bawah ekspektasi membuat peluang kenaikan fed rate di bulan ini mengecil.
Menurut Christian hal ini berdampak pada masuknya dana asing yang cukup besar sebesar Rp 1,6 triliun pekan ini. Untuk total nilai transaksi (10/6) totalnya Rp 28,7 triliun dengan rata-rata transaksi harian Rp 5,7 triliun. Pada minggu ini tercatat capital inflow sebesar Rp 1.62 triliun
"Untuk minggu depan saya melihat investor akan wait and see menjelang keputusan the fed, di tambah harga komoditas yang terkoreksi belakangan ini akan membuat sektor perbankan dan mining kemungkinan besar akan terkena imbasnya," kata Christian
Christian menambahkan bahwa semakin dekatnya hari raya juga kemungkinan akan membuat perdagangan semakin sepi. Untuk minggu depan Christian lebih menyukai saham yang bergerak di sektor konsumen dan retail.
Seperti RALS, MAPI, ACES dan LPPF masih memiliki potensi. Christian memprediksi IHSG pekan depan berpotensi konsolidasi walaupun memiliki peluang bullish setelah pengumuman The Fed. Diprediksi IHSG akan bergerak di kisaran 4.805 - 4.866.
Sementara Milka Mutiara, Analis Philip Securities memprediksi Senin (13/6) IHSGbullish di rentang 4.820-4.900. Sentimen untuk minggu depan menurut Milka ada potensi pelaku pasar bargain hunting setelah IHSG terkoreksi tiga hari berturut-turut. "Dan investor menunggu rilis beberapa data ekonomi seperti The Fed, BI rate, dan trade balance," kata Milka.
Lanjar Nafi Analis Reliance Securities memprediksi IHSG kembali tertekan pada awal pekan range pergerakan 4.825-4.920.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒