sekedar benchmarking, secara kasar, gw perbandingkan tren harga saham sejak 2009 s/d 2017, sbb:
JAKARTA kontan. Ekonomi Indonesia tahun-tahun sebelumnya banyak didorong oleh faktor eksternal baik itu karena harga komoditas, maupun konsumsi. Tahun ini, diprediksi faktor internal akan banyak mendorong ekonomi Indonesia.
Belanja infrastruktur akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi kali ini. Namun tentunya akan ada resiko komitmen ini tidak terlaksana yaitu dukungan politik dan tentuny pembiayaan belanja pemerintah itu sendiri yaitu tax collection.
Untuk itu, riset CIMB Securities merekomendasikan beberapa emiten di tahun ini, yang menjadi pilihan yaitu sektor konstruksi. Yaitu PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), sebab dengan adanya injeksi dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tentunya akan ada peningkatan kontrak baru.
"Fokus pada penembangan power plant, yang mana memberikan kejelasan pada arus kas," tulis riset CIMB Securities yang dipublikasikan pekan lalu.
Kemudian saham yang direkomendasikan yaitu PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Sebab, emiten ini masih berpeluang untuk mendapatkan proyek jalan tol, yang akan berdampak pada yield dan beban bunga dan dapat meningkatkan pendapatan.
Selanjutnya yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), emiten ini pertumbuhan yang tinggi dan tercapainya kontrak baru yang mana memperlihatkan trend penguatan. Kemudian valuasi yang atraktif jika dibandingkan dengan industrinya.
Kemudian di luar sektor konstruksi ada PT Indofood Sikses Makmur Tbk (INDF) di sektor konsumer, PT United Tractors Tbk (UNTR) disektot pertambangan dan di sektor perbankan ada Bank Central Asia (BBCA).
🙏
Lo Kheng Hong, Sang Value Investor yang Bebas Finansial
by SWAOnline - February 5, 2014
Bebas finansial. Nampaknya itulah kata yang tepat untuk menggambarkan seorang Lo Kheng Hong, investor saham yang kerap disebut-sebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia. Kini 24 tahun sudah ia menjadi seorang investor saham, dan di usianya akan segera genap 55 tahun ini, tak terpikir sedikitpun olehnya untuk berhenti menjadi investor saham. Kisah keberhasilannya sebagai investor saham itu, tentu bisa menjadi pembelajaran bagi orang lain yang ingin berinvestasi di saham.
Menjadi investor saham itu begitu nikmat dan mengasyikkan. Seorang investor saham itu bisa kaya, meskipun dia tidur saja, karena dia punya perusahaan publik yang harga sahamnya selalu meningkat dan menghasilkan laba besar.
Setiap hari, saya cukup duduk di taman di rumah saya dan melakukan 3 hal yang saya sebut sebagai RTI, yaitu reading, thinking, dan investing. Saya membaca 4 koran yang datang ke rumah saya setiap hari, laporan keuangan perusahaan dan data statistik pasar modal. Saya tidak perlu berjuang dengan kemacetan setiap hari.
Saya juga sudah merasakan tinggal di 5 benua. Saya gunakan sedikit uang yang saya dapatkan dari investasi di Bursa Efek Indonesia untuk berkeliling dunia. Setidaknya 2 kali dalam setahun saya bepergian ke luar negeri. Jika saya ingin berjalan-jalan atau merasakan tinggal di negara lain, misalnya di New York atau London, saya tinggal pergi ke sana dan tinggal beberapa lama di sana. Kadang saya tinggal di negara lain selama 2 minggu – 1 bulan. Biasanya saya bepergian bersama istri dan anak-anak saya. Di sana kami tinggal di hotel saja, lalu jalan-jalan. Saya orang yang bebas, tidak punya bos dan tidak punya karyawan.
Menurut Kheng Hong – demikian ia biasa disapa, ada 5 hal yang tidak dimilikinya, yaitu ia tidak punya kantor, tidak punya pelanggan sebagaimana para pebisnis atau marketing perusahaan, tidak punya karyawan, tidak punya bos, dan tidak punya utang satu rupiah pun. Semua properti miliknya pun ia beli secara tunai, dan bukan dengan kredit pemilikan rumah (KPR).
Saya hanya punya 1 supir, 2 pembantu dan 1 penjaga vila. Tapi saya tidak punya sekretaris. Saya mengkliping dan mem-filing sendiri artikel-artikel tentang pasar modal dari koran setiap hari. Semuanya saya simpan berdasarkan nama perusahaannya sesuai urutan alfabet dari A-Z. Saya juga menge-print keterbukaan informasi itu, lalu saya file berdasarkan nama perusahaannya.
Kheng Hong terlahir sebagai sulung dari 3 bersaudara di keluarga yang sederhana. Ia bahkan langsung bekerja selulus SMA dan baru melanjutkan kuliah ke jurusan Sastra Inggris di Universitas Nasional, Jakarta setelah bekerja.
Tahun 1979 saya mulai kuliah malam sambil tetap bekerja sebagai pegawai tata usaha di PT Overseas Express Bank (OEB). Saya ingat dulu uang pangkal saat masuk universitas itu hanya Rp 50 ribu, dan uang kuliahnya hanya Rp 10 ribu.
Tahun 1989 adalah saat saya mulai menjadi investor saham. Ketika itu usia saya sudah tidak muda lagi, 30 tahun, berbeda dengan Warren Buffett yang pertama kali membeli saham pada usia 11 tahun. Selama 11 tahun saya bekerja di OEB, namun jabatan saya tidak kunjung naik karena bank tersebut tidak melakukan ekspansi usaha. Karena jabatan saya hanya sebagai pegawai tata usaha, maka gajinya pun kecil. Dan, modal saya berinvestasi saham pun hanya dari gaji.
Namun, saya adalah orang yang selalu hidup hemat, uang yang saya punya saya belikan saham. Mungkin orang lain jika dapat uang akan dikonsumsi, atau ditaruh di deposito. Kebanyakan orang uangnya dikonsumsi, misalnya dibelikan mobil. Sementara, saya adalah orang yang paling anti membeli mobil, karena nilainya turun. Sampai sekarang saya masih pakai mobil yang sudah berusia 10 tahun.
Saya mengambil keputusan untuk berinvestasi di saham karena adanya potensi capital gain yang besar. Saat itu ada saham yang ketika IPO (initial public offering) harganya Rp 7.250, tidak lama kemudian menjadi Rp 35.000. Capital gain-nya hampir 400 persen. Tentu saja, itu membuat saya tetarik untuk ikut membeli saham. Di awal-awal berinvestasi saham, saya beli saham saat IPO, hanya sedikit, misalnya Rp 10 juta saja, hanya dapat beberapa lot. Dari sedikit lama-lama jadi banyak.
Saham yang pertama kali saya beli adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance saat IPO. Saya mengantre panjang di Gedung BDNI, Hayam Wuruk. Tetapi, waktu listing harganya turun, dan saya terpaksa menjualnya di harga lebih rendah dan mengalami kerugian. Namun, itu tidak membuat saya kapok. Saya lalu mempelajari investasi saham secara otodidak dengan membaca buku-buku tentang investasi Warren Buffett, karena dialah yang sudah terbukti mendapatkan uang terbanyak dari investasi saham. Ada 40 buku Warren Buffett yang saya miliki di rumah. Ada yang sudah saya baca 3 kali dan 4 kali. Saya ulang-ulang agar lebih mendalami isinya.
Di tahun 1990, saya pindah ke Bank Ekonomi di bagian pemasaran, dan setahun kemudian saya menjadi kepala cabang. Tahun 1996, setelah bekerja selama 17 tahun, saya akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja di bank dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham. Saya berani melepaskan pekerjaan saya karena telah mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan, serta telah memiliki pengalaman berinvestasi di bursa saham selama 7 tahun.
Uang saya seluruhnya saya belikan saham karena saham memberikan keuntungan yang terbesar dibandingkan investasi yang lain. Saya belum pernah membeli obligasi karena obligasi memberikan return yang kecil. Saya juga tidak menaruh uang saya di reksadana, karena menaruh uang di reksadana artinya uang kita dikelola oleh orang lain. Bagaimana jika manajer investasinya tidak jujur dan tidak kompeten? Uang kita bisa habis semua. Contohnya sudah banyak.
Saya juga tidak pernah membeli emas, karena emas tidak produktif. Jika kita simpan emas 1 kg, maka 10 tahun lagi tetap 1 kg. Dan saya juga tidak membeli dolar. Orang yang menyimpan dolar umumnya mengharapkan hal yang buruk terjadi, krisis ekonomi, negara tidak stabil, agar rupiah melemah dan dia memperoleh keuntungan. Berbeda dengan orang yang membeli saham, ia akan selalu mengharapkan yang baik yang terjadi, seperti negara aman, ekonomi bertumbuh, dan daya beli meningkat agar harga sahamnya pun ikut meningkat.
Saya juga tidak menaruh uang dalam jumlah besar di rekening bank. Hanya secukupnya saja. Buat apa kita taruh uang di bank? Rugi, karena bunganya kecil. Orang yang menaruh uangnya di bank, misalnya di deposito, dengan bunga kecil, dan inflasi yang begitu besar, dia sebetulnya sedang membuat dirinya miskin secara pelan-pelan.
Padahal bursa efek Indonesia selama 11 tahun ini naik secara luar biasa. Sejak peristiwa bom di Bali tahun 2002, IHSG naik dari 330 menjadi 5251 pada Mei 2013. Ada saham yang naik hingga 10 ribu persen lebih. Pernah saya membeli saham perusahaan Petrokimia dengan harga Rp 200, dan pada tahun 2008 turun jadi Rp 60. Tetapi saya tidak jual, bahkan saya membeli lebih banyak di harga murah, akhirnya saham itu berbalik naik menjadi Rp 600 dan saya menjualnya.
Dalam salah satu event Investor Summit yang digelar oleh Bursa Efek Indonesia, Kheng Hong mengatakan, seorang investor saham itu harus seperti seorang atlet yang nafasnya panjang dan kuat bertanding untuk waktu yang lama. Dengan kata lain, seorang investor saham itu harus kuat dalam hal permodalan. Karena itulah uang untuk berinvestasi di saham tidak boleh uang yang berasal dari utang dan bukan uang keperluan sehari-hari. Kheng Hong juga dikabarkan sempat mengalami kerugian cukup besar hingga uangnya tinggal 15% saat terjadi krisis 1997-1998. Namun, ia tetap membeli saham dengan uang tersebut dan posisi yang rugi kemudian berbalik menjadi untung. Ia bahkan berhasil meningkatkan asetnya di saham hingga 150 ribu sejak 1998 sampai 2013.
Saya adalah seorang Value Investor. Pekerjaan saya setiap hari adalah mencari perusahaan yang ‘salah harga’ di bursa. Strategi investasi saya adalah membeli saham perusahaan yang bagus dan murah, kemudian saya simpan, menunggu dengan sabar, sampai suatu hari pasar sadar bahwa harga saham itu terlalu murah dan kembali naik ke harga wajarnya, dari sinilah saya mendapatkan keuntungan. Mungkin di atas 90% investor saham tidak tahu apa yang mereka beli. Mereka seperti membeli kucing dalam karung.
Untuk mengetahui perusahaan mana yang ’salah harga’ tersebut, salah satu caranya adalah dengan membandingkan berapa nilai pasar perusahaan itu dan berapa laba bersih perusahaan itu. Sebagai contoh, pada tahun 2005 saya membeli saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia seharga Rp 250. Saya mendapatkan sekitar 6 juta saham MBAI atau sekitar 8,28 % dari total saham MBAI yang beredar di pasar. Jumlah saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai perusahaannya adalah Rp 250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp 18,75 miliar, padahal labanya Rp 106 miliar. Ada yang tahu tidak? Tidak ada. Jadi tidak ada yang beli. Setelah saya simpan selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp 31.500 dan saya menjualnya di 2011. Saya memperoleh untung 12.500%.
Saya juga pernah memiliki 850 juta lembar saham PT Panin Financial Tbk (berkode PNLF). Saya membelinya di harga Rp 100 dan 1,5 tahun kemudian saya menjualnya di harga Rp 260. Setelah itu, harganya masih naik lagi ke Rp 300.
Properti saya yang pertama, yaitu rumah yang saya tinggali di Green Garden pun merupakan hasil dari investasi saham. Saya membelinya pada Januari 1994, karena di akhir 1993 itu saya dapat uang dari bursa saham yang cukup untuk membeli rumah. Saat itu saya dapat untung dari penjualan saham PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS), perusahaan pelayaran. Di tahun 1993, saya beli saham RIGS di Rp 800. Tidak sampai setahun, harga saham itu langsung naik, dan saya jual di Rp 1.350. Dulu saham itu likuid. karena saat itu pasar modal memang sedang booming. Waktu itu saham saya hanya itu saja, karena uang saya saat itu tidak banyak. Jadi, biasanya saya beli saham hanya dari satu emiten saja.
Kini saya telah memiliki rumah tinggal, sebuah apartemen di Pantai Mutiara dan sebuah vila di Cisarua. Semuanya untuk saya tinggali, bukan untuk disewakan. Bagi saya, menjadi seorang investor saham itu sudah lebih dari cukup, tidak perlu menyewakan properti untuk mendapat income.
Sebuah artikel di salah satu majalah ekonomi nasional menyebutkan bahwa nilai pasar saham yang dimiliki Lo Kheng Hong kini mencapai Rp 2,5 triliun. Kheng Hong memang tidak meng-iya-kan saat kebenaran angka tersebut dikonfirmasikan kepadanya. Namun dalam salah satu artikel lainnya disebutkan pula bahwa saat tengah memberikan kuliah umum di Prasetya Mulya dan ada mahasiswa yang menanyakan berapa banyak kekayaanya, Kheng Hong menjawab dengan diplomatis bahwa dividen saham yang diterimanya di tahun 2011 telah mampu mencukupi kebutuhannya seumur hidup.
Selain itu, ketika diminta memperbandingkan besaran aset properti yang ia miliki dengan total asetnya, ia pun memperkirakan bahwa total persentase aset propertinya yang terdiri dari rumah tinggal, sebuah vila dan sebuah apartemen itu hanya sekitar 1 % dari total portofolio investasinya.
Sudah 20 Tahun ini saya tidak membeli saham saat IPO. Saya hanya membeli saham yang telah diperdagangkan di bursa. Saat ini, saya banyak membeli saham perusahaan tambang batubara, karena harganya sudah jatuh banyak sekali dan sangat murah. Saat ini saya memiliki saham dari sekitar 20 emiten, dan salah satunya adalah saham PT Petrosea Tbk yang saat ini kepemilikannya telah mencapai sekitar 9 %.
Saya tidak memiliki target investasi. Berinvestasi di bursa efek tidak bisa ditargetkan, karena kita tidak bisa tahu dengan pasti, apa yang akan terjadi di masa depan. Hari esok itu misteri. Nasehat saya bagi orang-orang yang baru mulai berinvestasi ialah jangan pernah membeli saham sebelum membaca annual report-nya, karena dengan membaca annual report kita bisa mengetahui bidang usahanya, labanya, keuangannya, pemiliknya, serta direktur dan komisarisnya, agar kita tahu apa yang kita beli dan tidak membeli kucing dalam karung.
Tuhan itu Maha Pengampun, tetapi bursa saham tidak kenal belas kasihan. Bursa Saham tidak pernah memberi ampun kepada orang yang tidak tahu apa yang ia beli.
Kini Kheng Hong terus berusaha membagikan ilmunya dalam rangka menumbuhkan kesadaran banyak orang untuk berinvestasi. Ia seringkalisharing dengan anak-anak, saudara, teman, dan juga para mahasiswa dengan memberi kuliah umum di berbagai universitas, serta kepada para profesional di berbagai perusahaan publik tentang manfaat berinvestasi di bursa saham. Saudara dan kedua anak Kheng Hong pun telah turut berinvestasi di saham. Anak bungsunya bahkan telah mulai membeli saham sejak masih berusia 9 tahun.
Cara Lo Kheng Hong Bermain Saham
- Tiap hari mencermati berita tentang emiten dan tren pasar modal
- Memburu saham yang ‘salah harga’ di pasar
- Mencermati laporan tahunan perusahaan yang sahamnya akan dibeli
- Tidak menetapkah target berapa lama saham harus dipegang
Rata-rata return investasi Lo Kheng Hong: ± 63% per tahun
Return yang pernah diraih dari beberapa saham :
Nama Perusahaan & Kode Saham
|
Harga Beli
|
Harga Jual
|
Jangka Waktu Investasi
|
Persentase Keuntungan
|
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI)
|
Rp 250
|
Rp 31500
|
6 tahun (2005-2011)
|
12500%
|
PT Panin Financial Tbk (PNLF) |
Rp 100
|
Rp 260
|
1,5 tahun
|
160%
|
PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS) |
Rp 800
|
Rp 1350
| < 1 tahun (1993) | 68,75% |
Kata Aidil Akbar tentang Lo Kheng Hong
Aidil Akbar Madjid, Chairman IARFC (International Association of Registered Financial Consultants) Indonesia dan Founder Akbar’s Fianancial Check Up (AFC) Financial mengatakan, sebenarnya setiap orang bisa menjadi seperti seorang Lo Kheng Hong jika mengikuti pola yang sama. Namun, jelas bahwa tidak semua orang memiliki ‘disiplin’ seperti apa yang diterapkan Lo Kheng Hong tersebut. “Dan untuk dapat hasil hingga triliunan tersebut, jelas dibutuhkan modal besar,” kata Aidil.
Menurutnya, keuntungan besar dari saham itu memang mungkin didapatkan jika seorang investor masuk ke pasar dengan dana yang cukup besar ketika terjadi krisis di tahun 1997-1998 dan terus berinvestasi hingga sekarang. “Di 1997-1998 IHSG turun sampai 200, dan sekarang sudah ke 4.300-an,” ujarnya.
Secara umum, harga saham emiten besar yang sudah punya nama, memiliki fundamental yang baik dan terbilang bluechip memang disebut-sebut memiliki potensi kenaikan rata-rata 20-25 % per tahun. Namun kenyataannya, harga saham yang sudah ‘mature’ itu kenaikannya tidak lagi terlalu banyak. “Bahkan terkadang dalam 5 tahun harganya kembali lagi ke harga awal,” ujarnya.
Diakui Aidil, berinvestasi saham memang sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, dan sebaiknya investor memilih saham-saham yang memiliki potensi dan fundamental yang bagus. Namun, saham seperti ini biasanya namanya memang belum ’terdengar’ dan tidak termasuk kategori bluechip. Dan, itu berarti saham tersebut juga memiliki risiko yang lebih tinggi daripada saham-saham bluechip. “Perlu diingat, berapa banyak perusahaan yang harga sahamnya bisa naik secara signifikan? Multibreeder itu hanya 1 dari sekian banyak perusahaan yang melantai di bursa. Intinya keuntungan sebesar itu bisa didapatkan, tapi tergantung tipe investornya, tergantung berapa modalnya, tergantung analisa fundamental dan teknikalnya dan juga tergantung keberuntungannya,” ujarnya. (***)
🙌
Edy Joenardi: Saham Bumi Menggelembungkan Asetnya Hingga Triliunan
by SWAOnline - April 2, 2009
Nama Edy Joenardi tidak hanya familier di kalangan pengusaha, tapi juga di lingkungan pelaku pasar modal. Sejak 2003 ia menginjakkan kaki di lantai bursa. Ia bermain saham melalui sejumlah broker, seperti Kim Eng Securities dan Nikko Securities. Kode booking-nya, i-Jun (baca: ai-jun), sudah sangat dihafal para pialang saham. Aksinya menjual saham Bumi Resources (Bumi) tahun 2008 dengan nilai yang menggemparkan membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Maklum, aksinya itu memberi kontribusi 90% dari total transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ketika awal krisis global mendera.
“Saya tidak bisa sebutkan berapa nilai penjualan saham Bumi milik saya tahun lalu. Yang pasti, sekarang dana likuid saya pribadi dan perusahaan milik saya mencapai Rp 12-12,6 triliun,†ujar Preskom PT Ejra Energy, PT Indonesia Equipment dan i-Capital International itu tanpa bermaksud menyombongkan diri. Padahal, ketika masuk ke pasar modal, ia hanya bermodalkan dana Rp 64 juta.
Capital gain yang diraih Edy dari penjualan saham Bumi terbilang dahsyat. Awalnya, ia membeli saham Bumi dengan harga Rp 400-an/lembar. Pada saat harganya menyentuh level Rp 6.000/lembar, ia pun menjualnya. Waktu itu ia membeli 2 juta lot atau sekitar 1 miliar saham. Maka, capital gain yang diraihnya pun mencapai Rp 5,6 triliun. Ketika saham Bumi jatuh, Edy membelinya lagi di harga Rp 700/lembar sebanyak 1 miliar saham juga. Lalu, menjualnya kembali di harga Rp 1.210/saham. “Kejadian seperti ini bisa berulang-ulang,†ia menandaskan.
Itu baru dari saham Bumi. Hal serupa juga ia dapat dari portofolio saham-saham lain, baik di bursa saham dalam negeri maupun luar negeri. Namun, “Dua tahun belakangan saya lebih banyak bermain di bursa saham negeri. Komposisinya, ia menambahkan, 60% dananya diinvestasikan di bursa saham dalam negeri dan 40% di luar negeri. “Saya juga bermain saham via Internet dengan bursa di luar negeri pada tengah malam,†pehobi basket itu mengungkapkan.
Bagaimana ia bisa membaca situasi pasar bahwa inilah saat yang pas melepas Bumi, padahal waktu itu banyak investor yang justru bersikap menahan diri dengan menyimpan (keep) saham migas itu?
Edy mengaku, sebelum pasar modal Amerika Serikat babak belur tahun lalu, ia berhasil menyelamatkan investasi sahamnya di BEI dari imbas krisis global itu. “Sebelum pasar jatuh, saya mendapat berita tentang market AS dari teman-teman pasar modal di AS, yang waktu itu belum berani diungkapkan oleh Bush atau pemerintah negara tersebut. Pada saat yang bersamaan, harga saham Bumi justru rebound di sini hingga Rp 8 ribuan harganya. Lalu saya jual semua,†tutur pria kelahiran Majalengka, 1969, itu dengan lega. Strategi Edy sungguh jitu. Betul saja, sebulan kemudian krisis di AS itu berdampak bagi Indonesia, khususnya BEI, sampai akhirnya saham Bumi di-suspend.
Selain mengandalkan luasnya jejaring hingga ke bursa luar negeri, Edy mengaku tidak rakus dalam bermain saham manakala trennya rebound. Artinya, ketika harga saham grafiknya menunjukkan kenaikan, ia tidak terlalu serakah menunggu capital gain lebih besar lagi. Yang penting, harga sudah naik di atas harga pembelian, maka cepat-cepatlah dilepas. Daripada menunggu persentase kenaikan lebih gede, tapi yang terjadi sebaliknya, harga-harga saham justru terjungkal.
Tidak sekadar mengambil untung sesaat (profit taking) adalah kiat lain Edy bermain saham. Menurut lulusan Magister Manajemen Prasetiya Mulya ini, investasi saham sebaiknya untuk jangka panjang. Ini dibuktikan dengan imbal hasil yang diraupnya dari pembelian saham Bumi itu.
Jurus lain, ketika harga saham rendah, itulah waktu yang tepat untuk masuk atau membeli. Tip ini dibuktikan Edy dengan keberaniannya membeli kembali saham Bumi saat ini, padahal banyak investor yang sekarang justru menjauhi atau menjual saham Grup Bakrie itu. “Saya tertarik mengambil saham Bumi. Beberapa pemegang saham Bumi yang cukup besar dari luar sudah kontak saya. Mereka menunggu langkah saya selanjutnya untuk menyelesaikan masalah Bumi,†ujar aktivis Partai Golkar itu. Menurutnya, terkait dengan transaksi saham Bumi ini, ia tidak melulu berorientasi bisnis. “Saya dididik lingkungan untuk menghargai senior. Kalau saya cuma berpikir profit, saya bisa bergerak dari tahun lalu,†kata pendiri Edy Joenardi Foundation itu. Adapun besarnya saham Bumi yang dibelinya kini sejumlah 9,8% dari total saham beredar dengan harga Rp 425/lembar. Bagi Edy, saham Bumi prospeknya menjanjikan. Sebab, secara internal Bumi tidak ada masalah, baik itu di Arutmin maupun Kaltim Prima Coal, dan produksinya luar biasa.
Bila kita tarik waktu ke belakang, jurus bermain saham Edy dulu tidak secanggih sekarang. Meski demikian, baru empat bulan setelah masuk ke bursa, ia telah memetik untung — yang ia gunakan untuk jalan-jalan ke Singapura. “Sebagai pemula, lima tahun lalu saya belum mengenal apa itu profit taking dan semacamnya,†ujar pria yang pernah menjadi kuli di pabrik itu. Namun, dengan ketelatenan dan kecerdasannya dalam menyerap ilmu, ia pun lebih piawai bertransaksi. Apalagi, belakangan pergaulannya merambah ke pialang-pialang asing di Indonesia dan mancanegara.
“Ya, learning by doing. Saya punya keinginan kuat untuk hidup lebih baik. Semua dipelajari sambil berjalan, tidak harus saya ketahui lebih dulu,†ungkapnya. Namun, ia pun mengakui, ada kekuatan lain di luar dirinya sehingga bisa menjadi sosok yang kaya raya seperti sekarang. “Mungkin Allah sudah menggariskannya,†Edy menegaskan.
Tahun ini Edy mengalokasikan dana minimal Rp 6 triliun untuk investasi di saham, obligasi dan sektor riil. Mengapa? Ia berpendapat, keterkaitan harga saham dan sektor riil sangat kuat. Selain itu, secara bertahap ia bakal menambah porsi kepemilikan saham Bumi. “Contohnya, hari ini (10 Maret) saya membeli 600 ribu lembar saham Bumi di harga Rp 472/lembar via Internet dengan broker BNI Securitas,†katanya seraya menambahkan, beberapa sahamnya dibeli atas nama adik dan kakaknya. Sebenarnya selain saham Bumi, anak ke-6 dari 7 bersaudara ini juga memasukkan saham lain ke dalam keranjang investasinya, antara lain, saham , Bukit Asam dan Antam.
Dalam bermain saham, Edy tidak melulu untung. Sama halnya dengan investor lain, ia pun tak luput dari buntung. “Saya pernah rugi Rp 400 miliar gara-gara kejeblos bermain saham,†ujarnya mengenang pilu. Meski sempat syok, ia segera ingat Allah swt. bahwa semua itu cobaan dan ia pun segera intropeksi. “Mungkin waktu itu saya pamrih atau kurang amal,†katanya menduga. Itulah sebabnya, sejak itu ia selalu menyisihkan sekitar 25% keuntungannya untuk kegiatan sosial. Contohnya, baru-baru ini menyalurkan bantuan sosial Rp 220 miliar dari return main saham ke Edy Joenardi Foundation. Juga, membangun masjid, menyantuni anak yatim, membangun jalan kampung, memberikan 600 traktor (harganya Rp 16-18 juta/unit) kepada petani di berbagai daerah.
Edy juga tercatat sebagai pemilik i-Capital International (ICI) –hedge fund berbasis di Singapura. Perusahaan ini dibesut Edy dengan modal dari koleganya orang asing senilai Rp 2 miliar. Ia bisa pergi ke Singapura berkat keuntungan dari bermain saham. Dan, di Singapura inilah Eddy bertemu partnernya itu.
Ceritanya begini. Kala itu ada seseorang yang meminta berbagi meja untuk menikmati sarapan di Orchid Hotel, tempatnya menginap. “Kami pun mengobrol, saya lalu tahu bahwa dia ingin sekali berbisnis di bidang investasi,†ujarnya. Dari obrolan tersebut, Mr. X (ia menolak menyebut namanya) mengajaknya mendirikan perusahaan investasi.
Lalu, secara intensif kedua orang ini berkomunikasi dan saling mengenal masing-masing. “Saya ajak dia mengenal saya lebih dekat. Saya junjung kejujuran, sampai ia berkunjung ke kos-kosan saya. Tapi, waktu itu saya sudah ngontrak di tempat yang bagus dengan harga Rp 1,4 juta per bulan,†ayah dua anak ini mengenang. Akhirnya, mitranya itu menyerahkan sepenuhnya i-Capital International itu kepada Edy. “Saya sama sekali tidak setor modal, hanya kepercayaan dan berkah dari Allah yang membawa saya seperti sekarang ini,†ia menegaskan.
Edy merasa modalnya hanyalah kejujuran, kemampuannya berkomunikasi dan pengetahuan yang luas yang membuat orang tersebut mempercayakan uang investasinya padanya. “Meski tidak setor modal, saya diberi saham kekayaan intelektual di perusahaan hedge fund itu,†kata lulusan Magister Manajemen dari Prasetiya Mulya. Edy menyebutkan, i-Capital merupakan penyumbang 90% keuntungan usahanya. Perusahaan hedging fund itu 98% investasinya mayoritas di pasar luar negeri. “Saya baru masuk pasar Indonesia 2 tahun lalu,†katanya. Ia menambahkan, minimal investasi di i-Capital setara dengan Rp 2 miliar.
Kini, ICI sudah mengelola dana investor senilai Rp 12 triliun. Nyaris 98% investasi ICI di luar negeri dan baru dua tahun terakhir masuk ke pasar Indonesia. “Tapi, kalau bermain saham pribadi, saya tidak pernah melalui ICI,†ujar Edy yang menyadari hal itu dilakukan agar tidak terjadi konflik kepentingan.
Selain bermain di pasar modal, Edy pun mengelola bisnis di sektor riil. Melalui PT Indonesia Heavy Equipment (IHE) yang dibangun tahun 2008, ia menginjeksikan modal besar yang ia rahasiakan nilainya. Perusahaan ini menyewakan crane yang mampu mengangkat beban 25-600 ton. Pertimbangannya masuk IHE, semua pembangunan infrastruktur pasti membutuhkan crane, sehingga prospeknya cerah. Saat ini kliennya antara lain Freeport, Newmont dan BP Migas.
Ia juga mendirikan PT Ejra Energy (EE) pada 2008. Perusahaan ini bergerak dalam pembuatan tabung gas 3 kg. Kini EE mendapat order dari Wika dan pemenang tender Pertamina. Adapun pabriknya ada dua: di Cikupa, Tangerang, dan di Kawasan Industri Jababeka dengan produksi rata-rata 3-4,5 juta tabung gas tiap bulan.
Kemudian, bekerja sama dengan Grup Summa, Dahana dan Grup Yara dari Swedia, ia melakukan investasi di pabrik amoniak nitrat di Bontang. “Pabrik ini terbesar se-Indonesia dengan kapasitas produksi 350 ribu metrik ton/tahun,†ia mengklaim. Kepemilikan Edy di perusahaan ini sebesar 35% dari total investasi US$ 500 juta. Targetnya, tahun 2011 perusahaan ini sudah jalan. Ia berinvestasi pula di usaha penyewaan rig atau pengeboran minyak bumi. Saat ini ia memiliki empat unit rig dengan kekuatan 450 ribuan pk. Salah satunya disewakan ke Exxon Mobile.
Guna melengkapi investasi rig-nya, Edy pun merambah ke penyewaan rumah terapung (lessee boat) bersama beberapa temannya. Ia menjadi pemilik mayoritas di bisnis ini. Rumah terapung itu diperlukan perusahaan yang akan melakukan pengeboran lepas pantai (offshore). Sarana tersebut digunakan untuk tempat tinggal, rumah sakit, helipad, dan sebagainya dengan harga sewa US$ 75 ribu/hari.
Masih ada beberapa investasi riil Edy lainnya. Misalnya, investasi di pabrik ban untuk alat berat yang terletak di Banten bersama sejumlah kawannya. Juga, ada investasi di usaha percetakan PT Data Print. Perusahaan ini memiliki sekitar 300 unit mesin printing yang tersebar di Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Edy mengungkapkan, investasinya di sektor riil itu didanai dari keuntungan bermain saham, valas dan sebagainya.
Keuntungan dari investasi di sektor riil ini pun makin menggemukkan pundi-pundi Edy. EE dan IHE, misalnya, meski baru dirintis, telah menyokong laba lebih dari Rp 800 miliar. Yang menarik, dalam menjalankan bisnis, ia tak hanya menggunakan ilmu bisnis, tetapi juga mengandalkan feeling. Orang-orang di sekitar Edy, seperti para direktur utama di perusahaannya, memang heran dan tidak percaya pada apa yang ia lakukan. Nyatanya, langkah-langkah bisnisnya bisa menghasilkan untung. Dalam memilih saham pun ia cenderung demikian, meski sebelumnya juga melakukan riset melalui Internet dan melihat internal perusahaan.
Di mata perencana keuangan, strategi dan return investasi, Edy nyaris sempurna. “Terus terang saya bingung apa yang mau disarankan ke Edy. Karena saya lihat dia sudah jago kok. Apalagi, dia masuk dalam player yang sedang untung. Dia masuk ke saham yang tepat, masuk ke saham Bumi pun di harga yang tepat. Jelas saja untung gede kalau dia main saham Bumi masuk di harga murah, lalu melepas kala harganya naik. Jika kemudian dia masuk sektor riil, buat saya tidak ada bedanya. Dia investor kakap dan saya yakin dia lebih banyak pengalaman daripada saya,†ujar Aidil Akbar Madjid, perencana keuangan dari Pavillion Wealth Management.***
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Aku indriaty manirjo, saya ingin bersaksi pekerjaan yang baik dari Allah dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari untuk pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka orang yang mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari suatu 6-kredit pemberi pinjaman penipuan, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Aku hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari utang saya sendiri, sebelum aku rilis dari penjara dan teman yang saya saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya ke perusahaan pinjaman reliabl yang MAGRETSPENCERLOANCOMPANY. Saya mendapat pinjaman saya Rp850,000,000 dari MAGRETSPENCERLOANCOMPANY sangat mudah dalam 24 jam yang saya diterapkan, Jadi saya memutuskan untuk berbagi pekerjaan yang baik dari Allah melalui MAGRETSPENCERLOANCOMPANY dalam kehidupan keluarga saya. Saya meminta nasihat Anda jika Anda membutuhkan pinjaman Anda lebih baik kontak MAGRETSPENCERLOANCOMPANY. menghubungi mereka melalui email:. (magretspencerloancompany@gmail.com)
BalasHapusAnda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (indriatymanirjo010@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman.
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Halo, saya Ainah Ann, saat ini saya tinggal di indonesia. Saya hampir muak dengan kehidupan beberapa bulan yang lalu karena saya membutuhkan uang untuk membayar tagihan saya, dan karena situasi saya, saya sangat ingin mendapatkan pinjaman untuk membayar tagihan saya yang sudah dikeluarkan dan membiayai bisnis saya. Semua usaha saya untuk mendapatkan pinjaman dari perusahaan pinjaman swasta dan korporasi internet ini benar-benar sia-sia.
BalasHapusPoin terakhir saya untuk mengatakan selamat tinggal pada pencarian pinjaman adalah ketika Tuhan menyerahkan kepada saya sarana rezeki saya untuk bisnis dan mata pencaharian saya sampai saat ini, yang memberi saya pinjaman sebesar 750 juta Rupee Indonesia. Saya hanya harus bersaksi secara online ini karena saya tahu ada banyak orang di luar sana yang mencari jenis perbuatan baik ini, dan pada saat yang sama saya harus menceritakan dunia tentang kesempatan besar yang menanti mereka.
Mengamankan pinjaman tanpa jaminan, Tidak ada pemeriksaan kredit, tidak ada penandatanganan, dan tidak ada biaya pinjaman, hanya dengan tingkat bunga 2% saja dan rencana pembayaran dan jadwal yang lebih baik. Jangan buang waktu lagi, dan bayar tagihan Anda dengan bantuan Maureen Kurt Financial Service. Anda dapat menghubungi dia melalui (maureenkurtfinancialservice@gmail.com). Dia wanita yang baik hati dan kebajikan, jadi jangan takut untuk bertemu dengannya untuk meminta bantuan. Jika ada keraguan atau ketakutan, Anda selalu bisa menghubungi saya melalui ainahann10@gmail.com
Hello Everyone, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan sebuah negara kompensasi bersatu, dan kami telah mendengar dan juga meminjam dari perusahaan pinjaman, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan seluruh Indonesia untuk mencari pinjaman Internet Sangat hati-hati Berhati-hatilah untuk tidak jatuh di tangan scammers dan fraudstars, ada banyak kreditur kredit palsu di sini di internet dan beberapa di antaranya asli dan nyata,
BalasHapusSaya ingin melempar testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya ke pemberi pinjaman yang sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar biaya pendaftaran. . , Garansi, pajak, dan setelah pembayaran saya masih belum mendapat pinjaman saya.
Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang baru saja mendapatkan pinjaman online, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang wanita bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.
Jadi saya mengajukan permohonan untuk jumlah pinjaman (Rp800.000.000) dengan tingkat bunga rendah 2%, tidak mengurus se umur saya, karena saya mengatakan kepadanya apa yang ingin saya gunakan untuk membangun bisnis saya dan pinjaman saya telah disetujui dengan mudah. Tanpa stres dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta, telah disimpan ke bank dan impian saya masuk. Jadi saya ingin saran yang memerlukan panggilan pinjaman cepat sekarang atau email di Dangotegrouploandepartment@Gmail.com
Dia tidak tahu bahwa saya melakukan ini. Saya berdoa agar Tuhan memberkati dia atas hal-hal baik yang telah dia lakukan dalam hidup saya. Anda juga bisa menghubungi saya di ladyjanealice@gmail.com hari yang menyenangkan info lebih lanjut ..
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.