... per tgl 18 Desember 2014 (jelang TUTUP sesi siang):
MOSCOW, Dec 18, 2014 (AFP)
The ruble regained strength in opening trades Thursday, recovering losses suffered earlier this week ahead of President Vladimir Putin's eagerly-awaited annual press conference.
The ruble was trading at around 58 to the dollar and 72 to the euro -- the levels of last Friday -- after closing at 60.65 to the dollar and 75.10 to the euro the night before.
JAKARTA- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dinilai tidak akan agresif menaikkan suku bunga. Pasalnya saat ini dolar sedang mengalami apresiasi terhadap beberapa mata uang dunia.
"Tidak mungkin mereka terlalu agresif," ungkap Pengamat ekonomi dari Indef, Eni Sri Hartati saat dihubungi Okezone, Kamis (18/12/2014).
Eni berpendapat bahwa penguatan dolar akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menahan suku bunganya.
"Lagi pula bayangkan kalau dolar menguat ke semua mata uang itu yang rugi Amerika, ekspor mereka nanti bagaimana,enggak bagus juga kalau semua mata uang depresiasi oleh dolar, itu akan jadi pertimbangan mereka," imbuhnya.
Menurutnya pasar sudah bereaksi dari sebelum The Fed mengumumkan hasil rapat.
"Reaksi pasar sudah dari sekarang, antisipasi juga sudah dilakukan," tukasnya.
http://economy.okezone.com/read/2014/12/17/213/1080768/the-fed-tak-akan-agresif-menaikkan-suku-bunga
Sumber : OKEZONE.COM
MOSCOW, Dec 18, 2014 (AFP)
The ruble regained strength in opening trades Thursday, recovering losses suffered earlier this week ahead of President Vladimir Putin's eagerly-awaited annual press conference.
The ruble was trading at around 58 to the dollar and 72 to the euro -- the levels of last Friday -- after closing at 60.65 to the dollar and 75.10 to the euro the night before.
JAKARTA- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dinilai tidak akan agresif menaikkan suku bunga. Pasalnya saat ini dolar sedang mengalami apresiasi terhadap beberapa mata uang dunia.
"Tidak mungkin mereka terlalu agresif," ungkap Pengamat ekonomi dari Indef, Eni Sri Hartati saat dihubungi Okezone, Kamis (18/12/2014).
Eni berpendapat bahwa penguatan dolar akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menahan suku bunganya.
"Lagi pula bayangkan kalau dolar menguat ke semua mata uang itu yang rugi Amerika, ekspor mereka nanti bagaimana,enggak bagus juga kalau semua mata uang depresiasi oleh dolar, itu akan jadi pertimbangan mereka," imbuhnya.
Menurutnya pasar sudah bereaksi dari sebelum The Fed mengumumkan hasil rapat.
"Reaksi pasar sudah dari sekarang, antisipasi juga sudah dilakukan," tukasnya.
http://economy.okezone.com/read/2014/12/17/213/1080768/the-fed-tak-akan-agresif-menaikkan-suku-bunga
Sumber : OKEZONE.COM
Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar Rubel menguat 11%, terbesar sejak 1998 dan saham bank terbesar Rusia melonjak 29% di perdagangan London, sejalan dengan aksi pemerintah negara itu menjual dolar AS dan bank sentral mengatakan akan membantu perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang mata uang asing.
Mata uang Rubel naik 11% ke level 60,7495 per dolar AS pada pukul 06:13 waktu London, mengakhiri pelemahan tujuh hari sebesar 22%.
"Pihak berwenang melakukan upaya gabungan, memberikan sinyal yang kuat ke pasar bahwa mereka melakukan sesuatu yang diperlukan untuk membendung keterpurukan rubel dan membalikkan keadaan, sehingga rubel menjadi kuat" ujar Bernd Berg, ahli strategi pasar berkembang yang berbasis di London, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/12/2014).
Bank of Russia mengatakan kemungkinan bank sentral itu akan menggunakan nilai tukar pada kuartal ketiga dalam menilai aset tertimbang menurut risiko, sehingga pemberi pinjaman tidak perlu menyebutkan nilai aset yang terkena dampak pelemahan rubel dan jatuhnya obligasi.
Saham OAO Sberbank (SBER), pemberi pinjaman terbesar di negara itu, tercatat naik paling tinggi di perdagangan London, sejalan dengan menguatnya obligasi.
Langkah-langkah bank sentral, yang juga mencakup penyediaan pinjaman valuta asing serta melelang kembali pembelian tambahan diambil setelah Departemen Keuangan membeli rubel pada hari ini untuk menahan depresiasi terburuk sejak 1998.
Pasar Rusia terjun bebas kemarin setelah peningkatan suku bunga gagal menopang kepercayaan investor. Nilai rubel kian anjlok setelah pemerintah negara menaikkan tingkat bunga hingga 17% hingga membuat mata uang itu kehilangan nilai hingga 60% selama setahun terakhir.
INILAHCOM, Jakarta – Dalam tiga tahun terakhir, ditemukan, window dressing terjadi pada rentang 15 Desember hingga 20 Januari. Beberapa saham pun ditengarai potensial alami aksi poles harga itu. Apa saja?
Pada perdagangan Jumat (12/12/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 7,7 poin (0,15%) ke posisi Rp5.160,433. Penguatan tersebut jauh lebih rendah dari level tertingginya 5.178,515 atau menguat 25,820 poin dengan level terendah 5.150,585 atau turun 2,110 poin.
Kepada INILAHCOM, praktisi pasar modal Jimmy Dimas Wahyu memberikan rincian penjelasannya berikut ini:
IHSG Sudah Temukan Momentum Naik
Setelah menguat 25 poin, penguatan IHSG berkurang dan ditutup hanya naik 7 poin ke 5.160. Memang ada tekanan jual, tapi ini biasa saja, karena IHSG sudah relatif naik. Tekanan jual itupun, bersifat jangka pendek.
Tekan turun ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perekonomian global. Dari dalam negeri, tidak ada yang signifikan berpengaruh ke pasar. Saya percaya IHSG sudah menemukan momentum untuk naik. Hanya saja, di tengah kenaikan tersebut, pasti ada koreksinya juga.
Window Dressing 15/12/2014 hingga 20/1/2015
Sejauh ini, window dressing belum terjadi. Secara historis, tiga tahun terakhir, window dressing terjadi setelah 15 Desember. Ini berdasarkan riset saya. Window dressing terjadi dari 15 Desember hingga 20 Januari tahun berikutnya. Jadi, window dressing terjdi di antara dua tanggal tersebut.
Dalam sepekan ke depan, saya melihat kecenderungan IHSG untuk terkoreksi terlebih dahulu sebelum nantinya naik hingga kisaran tanggal 20 Januari 2015. Karena itu, meski berpeluang terkoreksi sepekan ke depan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Support-Resisten IHSG
Support sepekan ke depan, berada di level psikologis 5.100 dan resistance 5.200. Untuk target akhir tahun, 2014 bagi saya merupakan tahun recovery. 2014 bukan tahun breaking the record. Jadi, bukan menembus rekor. Karena itu, targetnya antara 5.100-5.200. Kalaupun naik ke level tertinggi, paling ke level tertinggi sebelumnya di kisaran 5.260-an yang merupakan rekor tertinggi pada Oktober.
Harga Minyak Bebani IHSG
Peluang koreksi IHSG sepekan ke depan, selain faktor profit taking, juga tidak ada berita penting apapun di dalam negeri. Koreksi IHSG lebih dipicu oleh faktor eksternal terutama harga minyak mentah dunia yang terus turun ke bawah US$60 per barel.
Begitu juga dengan perlambatan ekonomi selain negara AS seperti China dan Eropa. Meskipun, itu sebenarnya sentimen-sentimen yang umum terjadi dalam setahun terakhir. Yang jadi fokus utama adalah penurunan harga minyak ke US$58-an per barel.
Arti Positif Penurunan Harga Minyak
Di satu sisi, penurunan harga minyak memang berarti positif terutama bagi Indonesia. Dulu, Indonesia merupakan eksportir minyak. Jual minyak, harganya naik pasti senang. Tapi, setelah 2009, Indonesia keluar keanggotaan dari OPEC. Indonesia sekarang jadi importir minyak meskipun ironisnya tergabung di G20.
Sebagai importir, sudut pandangnya pasti dari sudut pandang pembeli yang menginginkan harga minyak lebih murah. Dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan harga minyak turun, Indonesia surplus secara anggaran. Jadi, penurunan harga minyak, sangat berpengaruh positif untuk Indonesia.
Sisi Negatif Penurunan Harga Minyak
Masalahnya, untuk negara-negara produsen minyak seperti AS, Inggris, Eropa, dan penguasa minyak Arab Saudi dan Timur Tengah pada umumnya, mereka sangat tertekan oleh penurunan harga minyak. Sebab, mereka produsen dan harganya turun. Rugi dong. Itu akan berdampak negatif pada perekonomian mereka.
Masalah bagi Indonesia adalah, negara tujuan ekspor utama adalah China, Jepang, AS dan terakhir Eropa. China sendiri mengirimkan ekspornya ke AS dan Eropa. Jadi, dari sisi penurunan harga minyak memang tidak terkait langsung ke Indonesia. Akan tetapi, dari ekspor atau pengaruh tidak langsung, jika ekonomi AS dan Eropa melemah akibat penurunan harga minyak, eskpor China juga ikut melemah.
Indonesia pun, ekspornya ke China akan ikut melemah. Karena itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sejak awal 2014 hingga Desember, melemah dari 5 sekian ke 5,1% terakhir. Kita ikut melemah karena faktor global. Pemerintah RI membenahi internal terlebih dahulu dengan reformasi birokrasi, baru eksternal.
Rupiah Mengkhawatirkan
Pada saat yang sama, rupiah mengkhawatirkan pelaku pasar saham jika terus melemah. Tapi, pemerintah sudah memberikan pernyataan bahwa mereka menginginkan rupiah stabil, bukan menguat. Dalam APBN 2015, saya ekspektasikan rupiah dipatok pada kisaran 11.900 per dolar AS. Jadi, mungkin kisaran pergerakannya antara 11.500-12.500.
Saham Pilihan Window Dressing
Dalam situasi ini, kalam mau investasi, yang investasilah untuk jangka panjang. Kalau untuk trading, manfaatkan momentum window dressing.
Untuk momentum window dressing, saya sarankan saham-saham dari jajaran LQ45. Trio banking yang kuat seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), saham PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA). Ditambah, saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dan PT Pakuwon Jati (PWON).
Di sektor konsumer, saham PT Kalbe Farma (KLBF) dan PT Unilever Indonesia (UNVR). Untuk trading sesuaikan level-level pembeliannya, beli lalu dikempit, disimpan juga tak masalah. [jin]
Bisnis.com, JAKARTA – SucorInvest memprediksikan secara teknikal indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak mixed cenderung menguat di kisaran 5.018-5.076 pada perdagangan hari ini, Kamis (18/12/2014).
Beberapa saham yang dapat dipertimbangkan pada hari ini, a.l. BBTN, BMTR, MNCN, PTBA, TAXI, dan UNTR.
Beberapa pertimbangan yang memengaruhi indeks, di antaranya indikator KO: gx, Stochastic potentially GX, harga memasuki daerah oversold, dan kemarin indeks sempat plus 34 poin (indikasi profit taking), serta penguatan indeks kemarin diikuti dengan penurunan volume.
Selain itu, juga sentimen seperti penurunan indeks bursa global dan spekulasi hasil FOMC nanti malam (FED tidak akan menaikkan suku bunga sampai pertengahan tahun depan).
Komentar
Posting Komentar