Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 16 Desember 2014 (cek sejarah kurs Rupiah per 1 US Dollar sejak 1990; analisis sederhana gw @ 92%)

kurva kurs Rupiah per 1 US Dollar sejak 1990; krisis ekonomi 2015 bisa terjadi bisa juga ga terjadi

tren kurs DOLLAR INDEX 10 taon terakhir dan kaitan ekonomi global

analisis ASIENk @ indeks dolar amrik 2015

TOKYO - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level tertinggi lima tahunan, setelah Gubernur the Federal Reserve Janet Yellen mengatakan bank sentral siap untuk menaikkan tingkat suku bunga.

Greenback menguat untuk hari kedua terhadap yen Jepang, setelah pejabat Fed berjanji untuk menjaga biaya pinjaman mendekati nol untuk waktu yang cukup. Diperkirakan suku bunga akan mengalami kenaikan pada pertengahan 2015.

"Pertemuan Fed menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga yang akan dimulai pada pertengahan tahun depan, memberikan dorongan besar untuk dolar AS. The Fed mengindikasikan bahwa penurunan harga minyak menekan inflasi," kata kepala ekonom di Sumitomo Mitsui Banking Corp, Etsuko Yamashita, seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (18/12/2014).

The Bloomberg Dollar Spot Index, yang melacak greenback terhadap 10 mata uang utama naik 0,1 persen menjadi 1.122,19 setelah menguat 0,9 persen pada perdagangan hariannya. Dolar ditutup pada 1.122,34 pada 5 Desember, tertinggi sejak Maret 2009.

Dolar naik 0,2 persen menjadi 118,84 per yen Jepang, setelah melonjak 1,9 persen kemarin, kenaikan terbesar sejak Oktober. Mata uang AS sedikit berubah pada USD1,2328 per euro setelah 1,4 persen. Yen tergelincir 0,1 persen menjadi 146,51 per euro.

http://economy.okezone.com/read/2014/12/18/213/1080852/dolar-as-menguat-ke-level-tertinggi-5-tahunan

 

Sumber : OKEZONE.COM

1. Data Fundamental Tidaklah Buruk, Cadangan Devisa Hampir 10 kali Lipat 1998


Bisnis

Meski nilai tukar rupiah saat ini terus berfluktuasi dan melemah hingga level Rp12.900 per dolar AS, namun data fundamental ekonomi Indonesia tidaklah seburuk ketika krisis tahun 1998 maupun 2008.
Cadangan devisa saat ini berkisar US$111 miliar, dibandingkan pada 1998 yang hanya US$15 miliar dan tahun 2008 yang hanya US$51 miliar.
Menurut Presiden Joko Widodo, fundamental ekonomi nasional kuat untuk menghadapi tekanan terhadap mata uang rupiah.
Presiden mengatakan semua mata uang negara lainnya juga mengalami pelemahan terhadap Dolar AS, "terutama karena ada penarikan kembali ke Amerika," paparnya.
Dengan fundamental ekonomi nasional dan juga perbaikan ruang fiskal, kata Presiden, pada 2015 diharapkan rupiah tidak lagi mengalami tekanan yang berkepanjangan.

2. Rupiah Bukan Yang Terburuk. Rubel Rusia Bahkan Jebol 44%!


Ini fakta lainnya. Tidak ada mata uang yang menguat terhadap dolar AS karena faktanya dolar AS sedang menguat. Dalam tiga bulan terakhir, rupiah turun 4,44% terhadap dolar AS. Sedangkan Yen Jepang anjlok 10,94%, dolar Australia (AUD) drop 8,86%, Ringgit Malaysia turun 8,57%, Won Korsel turun 5,7%, dolar Singapura turun 4,02%. Artinya hanya dolar Singapura yang penurunannya tidak lebih buruk dari rupiah. Mata uang Rusia, Rubel, bahkan jebol hingga 44% tahun ini.

3. Bukan Cuma Spekulasi Bunga The Fed, Tapi Jangan Lupa Ekonomi Amerika Sedang Membaik.

Di luar spekulasi mengenai rencana kenaikan suku bunga the Fed, nilai tukar dolar AS memang sedang perkasa karena perekonomian negeri itu sedang bangkit.
Ini dapat dilihat dari Consumer Confident Index yang mencapai posisi tertinggi dalam 8 tahun terakhir, GDP Amerika Serikat akan tumbuh diproyeksikan mencapai 4% tahun 2015.
Selain itu, AS juga menjadi produsen net energy pada 10 tahun ke depan.
Rencana kenaikan suku bunga the Fed ini telah menghantui perekonomian dunia, yang menyebabkan mata uang dolar AS perkasa. Rusia bahkan menghadapi tantangan berat yang diperkirakan sejumlah analyst situasinya mengarah kepada kebangkrutan.

4. Faktor Rusia: Kenaikan Suku Bunga Hingga 17% Membuat Kenaikan BI Rate Mandul


Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada andil dari penguatan pengetatan moneter di Rusia terhadap perlemahan rupiah, selain karena ekspektasi percepatan penaikan suku bunga di Amerika Serikat, Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin menjadi 17%.
"Pasti ada pemikiran pindahkan portofolio ke Rusia. Pola berpikir ini yang menyebabkan perubahan di pasar," kata Menkeu.
Central Bank of Russia, Senin (15/12/2014), memutuskan menaikkan suku bunga acuan dari 10,5% menjadi 17% dalam waktu sepekan, untuk menangkal depresiasi rubel yang anklok 48,8% sepanjang tahun berjalan.
Bank Indonesia beberapa waktu lalu menaikkan suku bunga 25 basis poin, sehingga BI Rate menjadi 7,75%. Tetapi kenaikan itu menjadi sia-sia karena langkah Rusia.

5. Ini Tiga Hal yang Menjadi Penyebab Utama Rupiah Terjerembab Terhadap Dolar AS

Menurut Menkeu Bambang Brodjonegoro, ada tiga faktor utama penyebab gejolak rupiah:
  • Pertama, bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve yang pasti menaikkan suku bunga pada 2015. Sentimen itu memperkuat dolar AS dan memperlemah mata uang negara lain, termasuk rupiah.
  • Kedua, defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia. Meskipun tahun ini menunjukkan perbaikan, defisit yang masih US$6,8 miliar atau 3,1% terhadap produk domestik bruto (PDB) dianggap masih terlalu lebar untuk ukuran negara berkembang.
  • Ketiga, faktor musiman berupa permintaan dolar yang meningkat untuk membayar utang, mengirimkan dividen, dan reposisi portofolio dari surat berharga berdenominasi rupiah ke dolar AS, pada akhir tahun.

6. Depresiasi Rupiah Justru Menjadi Berkah Bagi Sektor Pariwisata


Pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan kabar baik bagi peningkatan wisatawan mancanegara (wisman). Menteri Pariwisata Arief  Yahya mengatakan nilai tukar rupiah melemah bisa menjadi potensi yang besar bagi pelancong asing untuk berwisata ke Indonesia.

Telebih karena Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan wisman tahun ini sebesar 9,5 juta. Sementara sepanjang Januari-Oktober 2014 tercatat baru 7,7 juta wisman atau tumbuh 8,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 7,1 juta wisman.

Sedangkan tahun depan, Kementerian Pariwisata mematok target lebih tinggi lagi, yakni 20 juta wisman.

7. Manfaatkan Momentum, Genjot Ekspor


Kalangan pengusaha sebenarnya dapat memanfaatkan momentum fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar untuk mendorong peningkatan ekspor.

"Kesempatan seperti ini, dari sisi industri didorong diberi insentif sehingga industri yang berorintasi ekspor bisa bergerak lebih cepat sehingga mengambil keuntungan dari pelemahan rupiah ini," kata Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Presiden Jakarta, Rabu (17/12/2014) pagi.

Kepala Negara mengatakan pelemahan mata uang lokal terhadap dolar Amerika Serikat tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga dialami oleh negara lainnya. "Kita melihat negara kita dibandingkan dengan Jepang, Malaysia dan Rusia, kita pada posisi yang sangat baik," katanya.

INILAHCOM, Jakarta – Dalam situasi genting, para pemodal di bursa saham disarankan untuk bersikap tenang. Keputusan trading saham pun dinilai bijak jika dilakukan dalam kondisi tenang. Seperti apa?
Pada perdagangan Selasa (16/12/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 82,404 poin (1,61%) ke posisi 5.026,028.
Pelemahan indeks tersebut terjadi setelah mencapai level terlemahnya 5.005,275 atau melemah 103,157 poin dan tertingginya di 5.069,263 atau turun 39,169.
Sebanyak 69 saham menguat, 60 saham stagnan, dan 276 saham alami penurunan. Total saham yang ditransaksikan mencapai 405 saham. Sebanyak 145 saham tidak ditransaksikan sama sekali.
William Surya Wijaya, analis PT Asjaya Indosurya Securities memperkirakan, laju IHSG Rabu (17/12/2014) berada pada kisaran support 5.002 dan resisten 5.157. “Menguatnya dolar AS memberikan tekanan negatif terhadap IHSG karena banyak emiten yang memiliki utang dalam denominasi dolar AS,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Akibatnya, dia menegaskan, penguatan dolar AS memberikan pengaruh psikologis tersendiri terhadap investor. “Namun demikian, hal ini masih belum berada dalam tahap tekanan yang mengkhawatirkan,” timpal dia.
Eefek normal pada akhir tahun memang berpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. “Potensi untuk bisa terjadi T-bound pada IHSG masih terlihat cukup kuat,” tuturnya.
Sebab, menurut dia, dikarenakan capital inflow masih cukup anteng berada diatas Rp40 triliun secara year to date. “Target resistance terdekat berada pada level 5.157, dengan support berada pada level 5.002 sebagai level support terdekat,” ucapnya.
William memperkirakan, IHSG akan memasuki pola sideways jika support 5.002 berhasil dijebol. Namun, jika belum maka IHSG masih berada dalam pola uptrend jangka pendek.
“Jangan terlalu panik di saat menghadapi situasi menegangkan atau genting. Tetaplah tenang! Anda pun turut serta di dalam menenangkan sekeliling Anda. Keputusan yang diambil akan sangat bijak jika kondisi dalam keadaan tenang,” imbuh William seraya menyiratkan pemberian motivasi kepada pelaku pasar saham.
Di atas semua itu, William menyodorkan beberapa saham pilihan sebagai bahan pertimbangan para pemodal. Saham-saham tersebut adalah:
1. PT Arwana Citramulia (ARNA)
2. PT Aneka Antam (ANTM)
3. PT Astra Internasional (ASII)
4. PT BW Plantation (BWPT)
5. PT Adaro Energy (ADRO)
6. PT Bank Negara Indonesia (BBNI)
7. PT Jasa Marga (JSMR). [jin]

JAKARTA— Bursa negara berkembang turun ke level terendah dalam 8 hari, dipicu pelemahan bursa Thailand dan Indonesia.

Hal itu terjadi seiring pelemahan sektor energy dan indeks pabrik China melemah. Nilai tukar mata uang Rusia ruble menguat sedangkan rupiah melemah.

Indeks MSCI Emerging Markets turun 0,5% ke level 919,51 pada perdagangan Selasa (16/12/2014) pukul 13.14 waktu Hong Kong atau pukul 12.14 WIB.

“Meningkatnya persepsi risiko akan menekan bursa negara berkembang,” ujar Alan Richardson, Investment Manager Samsung Asset Management Co, seperti dikutip Bloomberg.

Saham PTT Exploration & Production dan PTT Pcl turun lebih dari 5%. Adapun saham PT Medco Energi Internasional tertekan seiring indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok paling tajam dalam 10 pekan.

http://market.bisnis.com/read/20141216/7/383143/indeks-msci-emerging-markets-turun-05-dipicu-pelemahan-bursa-thailand-dan-ihsg





Sumber : BISNIS.COM

HONG KONG, Dec 16, 2014 (AFP) 
 Asian markets mostly slipped Tuesday following a sell-off in Europe and the United States, as oil prices plunged to more than five-year lows and data indicated Chinese manufacturing activity shrank in December.

The dollar and euro edged lower against the yen after losing pace Monday due to the uncertainty created by weak crude prices, which have increased pressure on Russia's economy and spooked investors.

Tokyo tumbled 2.01 percent, or 344.08 points, to finish at 16,755.32. Sydney fell 0.65 percent, or 33.78 points, to 5,152.3 and Seoul lost 0.85 percent, or 16.23 points, to end at 1,904.13.

Hong Kong stocks ended 1.55 percent lower, giving up 357.35 points to 22,670.5, but Shanghai jumped 2.31 percent, or 68.10 points, to 3,021.52.

In China, banking giant HSBC said its preliminary index of manufacturing activity came in at 49.5 this month, compared with 50 in November. Anything below 50 points to contraction and anything above shows growth.

The figures are the latest in a long line that show the world's number two economy is slowing. However, Shanghai shares advanced -- extending a recent bull run -- on hopes the government will introduce new measures to spur growth.

Nomura economists said: "The greater-than-expected decline... raises the possibility that December data will disappoint. We expect more policy easing to help stabilise growth and to achieve the annual growth target of around 7.5 percent for 2014."

Oil-linked firms are being hammered after crude prices plunged by about half from their June highs, weighed down by an oversupply on world markets, falling demand and OPEC's decision to maintain high output levels.

Despite the benefits cheap oil brings to some, global stock markets have been dragged down by energy giants and analysts warn there could be further falls on the way.

On Tuesday US benchmark West Texas Intermediate for January delivery fell 33 cents to $55.58 while Brent crude for January shed $1.43 to $59.63 in early London trade, tumbling below the $60 mark for the first time since mid-2009.

- 'More pain in store' -

US shares tumbled Monday, with the Dow off 0.58 percent, the S&P 500 falling 0.63 percent and the Nasdaq slumping 1.04 percent.

Earlier Monday London's FTSE 100 ended down 1.87 percent, while equity markets in France and Germany fell more than 2.5 percent.

"Oil prices continue to slide, and that is now the chief worry to Russia, which is essentially an oil-exporting economy," Yoshihiro Okumura, general manager at Chibagin Asset Management, told Dow Jones Newswires.

"The creeping fear is that Russia may default, reminding investors of the prior Greek fiscal panic, and require a bailout. Beyond that, a 'domino effect' of worsening fiscal conditions at other oil-exporting nations may take hold. 

"Oil prices look far from settled at the mid-$50 level, so more pain may yet be in store."

Moscow was forced to ramp up interest rates early Tuesday, to 17 percent from 10.5 percent, after the ruble plunged to a record low against the dollar.

The slide came as the Russian central bank said weak oil prices could lead to a contraction of nearly five percent next year and as tensions with the United States over the Ukraine crisis increased.

In Asian trade the ruble slipped again, sitting at 64.23 to the dollar before rebounding sharply to 59 in initial exchanges in Moscow Tuesday.

However, the uncertainty pushed the yen up against the dollar as traders looked for safer investments. The dollar was buying 117.12 yen Tuesday against 117.81 yen in New York

The euro was at 146.02 yen from 146.50 yen, and $1.2468 from $1.2435.

The yen is considered a safe haven in times of turmoil.

Gold was at $1,196.67 an ounce compared with $1,210.54 late Monday.

In other markets:

-- Taipei fell 0.39 percent, or 34.72 points, to 8,950.91.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Co shed 2.21 percent to Tw$133.0 while Hon Hai Precision Industry closed 1.94 percent lower at Tw$86.0.

-- Wellington was flat, edging down 3.32 points to 5,495.75.

Contact Energy eased 0.48 percent to NZ$6.17 and Fletcher Building was off 0.99 percent at NZ$7.97.

-- Manila closed 1.58 percent lower, shedding 115.24 points to 7,160.38.


SM Prime Holdings dropped 1.76 percent to 16.70 pesos and Universal Robina Corp. ended 1.22 percent down at 194.00 pesos, but Philippine Long Distance Telephone rose 0.85 percent to 2,864.00 pesos.



JAKARTA-- Kurs rupiah mulai mampu menghadapi tekanan dolar AS pada pertengahan perdagangan Selasa (16/12/2014).

Pada pukul 13.42 WIB, rupiah berada di level Rp12.693/US$ atau menguat 0,17%. Bloomberg Dollar Index mencatat pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah terdepresiasi 0,61% ke Rp12.791 per dolar Amerika Serikat. 

Pada pukul 09.13 WIB rupiah sempat bertengger di Rp12.912 per dolar AS atau melemah 1,56%. Berita selengkapnya mengenai pergerakan rupiah ada di :  http://market.bisnis.com/read/20141216/93/382913/kurs-rupiah-16-desember-simak-pergerakan-rupiah-dari-awal-hingga-penutupan-perdagangan

http://market.bisnis.com/read/20141216/93/383103/kurs-rupiah-16-desember-berbalik-menguat-017





Sumber : BISNIS.COM

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,85 persen (94,5 poin) ke 5.013,93 pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, di tengah-tengah melemahnya rupiah.

Rupiah menurut data Bank Indonesia melemah ke 12.900, turun ke titik terendah sejak 1998 saat Indonesia mengalami krisis moneter.

Indeks LQ45 turun 1,83 persen, indeks ISSI turun 1,78 persen, Investor33 turun 1,85 persen.

Sektor agri naik 0,3 persen, aneka industri naik 0,1 persen.

Sektor pertambangan turun 1,6 persen, industri dasar turun 3 persen, konsumsi turun 1,6 persen, properti turun 4 persen, infrastruktur turun 1,8 persen, keuangan turun 1,8 persen, perdagangan turun 2,2 persen, manufaktur turun 1,5 persen.

Saham GIAA turun 6,1 persen ke 540, KRAS turun 2,4 persen ke 455, dan UNTR turun 1,6 persen ke 16.575.

Saham SMMT naik 1,1 persen ke 1.765, SMAR naik 16,9 persen ke 7.600, BALI naik 4,9 persen ke 2.150.

http://www.beritasatu.com/pasar-modal/233680-terjun-95-poin-ihsg-kembali-ke-level-5000.html





Sumber : BISNIS.COM

JAKARTA. Aksi jual bank kakap menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kehilangan 94,5 poin sampai siang ini. IHSG ditutup sementara turun 1,85% menjadi 5.013,93 pukul 12:00 WIB

Berikut saham big caps yang menyeret bursa turun:

-  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
BBRI yang ditutup sementara turun 3,06% menjadi Rp 11.100 per saham, menyeret bursa dengan penurunan 9,13 poin. 

Broker yang paling banyak melepas saham BBRI antara lain Deutsche Securities Indonesia yang menjual Rp 74,59 miliar, CLSA Indonesia sebesar Rp 55,92 miliar dan UBS Securities Indonesia sebesar Rp 52,79 miliar.

- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
BMRI yang dilanda aksi jual 2,14% menjadi Rp 10.300 per saham, menyeret bursa dengan penurunan 5,55 poin. Saham Bank Mandiri paling banyak dijual lewat Morgan Stanley Indonesia senilai Rp 40,99 miliar, Credit Suisse Securities Indonesia Rp 29,82 miliar, dan CLSA Indonesia senilai Rp 28,67 miliar.

- PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) 
TLKM sampai siang ini turun 1,62% menjadi Rp 2.740 per saham. Penurunan saham Telkom sebesar 4,8 poin turut memperberat langkah IHSG di sesi pertama. Saham Telkom paling banyak dijual lewat broker Mandiri Sekuritas sebesar Rp 22,76 miliar, CLSA Indonesia Rp 21,47 miliar, dan UBS Securities Indonesia senilai Rp 14,76 miliar.

http://investasi.kontan.co.id/news/aksi-jual-saham-ini-bikin-ihsg-keok




Sumber : KONTAN.CO.ID

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung dibuka melemah. IHSG turun 40,48 poin atau 0,8 persen ke 5.067,95.

IHSG pagi ini, dibuka tak ada saham menguat, 42 saham melemah dan 3 saham stagnan. Mengawali perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp53,34 miliar dari 16,34 juta lembar saham diperdagangan.

Indeks LQ45 turun 10,81 poin atau 1,2 persen ke 868,32, Jakarta Islamic Index (JII) turun 7,93 poin atau 1,2 persen ke 666,35, IDX30 turun 5,18 poin atau 1,2 persen ke 445,12, dan MNC36 turun 3,33 poin atau 1,2 persen ke 273,07.

Sektor penggerak IHSG mayoritas melemah, dengan pelemahan terendah berada di sektor aneka industri dan properti yang sama-sama anjlok 1,2 persen.

Di Asia, indeks Nikkei turun 356 poin atau 2,1 persen ke 16.744, Strait times indeks turun 28 poin atau 0,8 persen ke 3.266, dan indeks hangseng turun 214 atau 0,9 persen ke 22.814.

Adapun saham-saham yang bergerak dalam jajaran top gainers, antara lain saham PT Bank BCA Tbk (BBCA) naik Rp25 atau 0,2 persen ke Rp13.075, saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META-W) naik Rp12 atau 8,3 persen ke Rp157, dan PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) naik Rp11 atau 2,7 persen ke Rp426.

Sedangkan saham-saham yang bergerak dalam jajaran top losers, antara lain PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun Rp825 atau 3,4 persen ke Rp23.575, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp675 atau 1,1 persen ke Rp59.050, dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun Rp600 atau 1,9 persen ke Rp30.625.

http://economy.okezone.com/read/2014/12/16/278/1079774/ihsg-lanjutkan-pelemahan-di-5-067-95






Sumber : OKEZONE.COM

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal).



Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%.



Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah.



Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) juga naik. Per 31 Oktober 2014, kepemilikan asing mencapai Rp 459,86 triliun dibanding bulan sebelumnya Rp 447,37 triliun dan akhir Desember 2013 senilai Rp 323,83 triliun.



Meski demikian, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus memberikan perhatian lebih terhadap nilai tukar rupiah. Jika mata uang NKRI itu tergerus sampai 10% secara year to date, investor asing diperkirakan hengkang dari Indonesia.



Hal itu diungkapkan Presiden Direktur Mark Asia Strategic Tunggul Guntur Pasaribu, Associate Director Head of Research and Institutional Business PT Trimegah Securities Tbk Sebastian Tobing, ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, ekonom Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya A Prasetyantoko, dan analis teknikal Trimegah Securities Gina Nasution. Mereka dihubungi Investor Daily secara terpisah di Jakarta, Senin (15/12).



http://id.beritasatu.com/macroeconomics/asing-masih-bertahan/102833




Sumber : INVESTOR DAILY

S&P 500 Jumps Most Since October 2013 on Fed, Energy

U.S. stocks surged the most since 2013, erasing about half their December losses, as energy shares rebounded and the Federal Reserve said it will be patient on the timing of interest-rate increases.
The Standard & Poor’s 500 (SPX) Index rose 2 percent to 2,012.89 at 4 p.m. in New York, the most since October 2013, after plunging for three sessions. The Dow Jones Industrial Average gained 288 points, or 1.7 percent, to 17,356.87. The Russell 2000 Index of smaller companies surged 3.1 percent for its biggest increase in three years. The VIX tumbled the most since October 2013. About 9.4 billion shares changed hands on U.S. exchanges, the most since October.
“The game has really changed in terms of inflation,” Jeff Kravetz, the Phoenix-based regional investment director at US Bank’s Private Client Reserve, said by phone. “There’s heightened uncertainty in international markets. The drop in oil prices has kept the lid on inflation. The Fed has to wait to see how these two factors play out. That’s why they retained dovish language.”
In one day, the S&P 500 made up about 40 percent of the ground it lost in the seven days since touching a record 2,075.37 on Dec. 5. The index jumped back above 2,000 and its 50-day moving average of 2,002.89, levels that when breached on Dec. 15 led to amplified selling. Today’s gain lifted the gauge’s 2014 return to 8.9 percent, the 16th best among global markets this year.

FOMC Days

Investors’ reaction was the most positive to a Federal Open Market Committee statement since August 2011, when the S&P 500 surged 4.7 percent as the central bank said it was prepared to use a range of tools to bolster the economy. The equities gauge had plunged 17 percent from a July peak before that announcement.
The S&P 500 fell 5 percent from a record on Dec. 5 through yesterday, as a slide in crude prices and signs of a worldwide economic slowdown rippled through financial markets.
Investors have seen the wildest fluctuations in U.S. stocks since October. The Chicago Board Options Exchange Volatility Index plunged 18 percent, the most since October 2013, to 19.31 after rising to the highest since Oct. 16 through yesterday.
The central bank said it will be patient on the timing of the first interest-rate increase since 2006, replacing a pledge to keep borrowing costs near zero for a “considerable time,” and raised its assessment of the labor market.

Fed Plan

The change in guidance is another step in the Fed’s plan to exit from the loosest monetary policy in its 100-year history. While a faster-than-expected drop in unemployment is pushing the central bank toward raising rates next year, plunging prices of oil and commodities are holding inflation below its target.
Fed Chair Janet Yellen said a rate increase is possible at every meeting, though she doesn’t foresee the first increase in interest rates for “at least the next couple of meetings.”
While today’s statement didn’t mention global market turmoil sparked by oil and the Russian currency crisis, Yellen said any spillover from the financial crisis in Russia is likely to be small.
“They don’t see inflation pressure on the horizon,” Peter Jankovskis, who helps oversee $1.9 billion as co-chief investment officer of Lisle, Illinois-based OakBrook Investments LLC, said by phone. “With the statement, and if we can see some stabilization in oil prices, we’re well poised for a rally here perhaps through the year-end.”

Fuel Costs

The consumer-price index dropped 0.3 percent in November, the most since December 2008, after being little changed the prior month, a Labor Department report showed today. Persistently low inflation allows Fed policy makers more flexibility in raising rates. Plunging fuel costs also will free up money that households can spend on other goods and services, bolstering the economic expansion.
Crude oil has slumped almost 50 percent over six months as the Organization of Petroleum Exporting Countries seeks to defend market share while a U.S. shale oil boom exacerbates a global glut.
All 10 major groups in the S&P 500 advanced, with energy shares jumping 4.2 percent, the most in three years, after climbing 0.7 percent yesterday. Raw-materials shares added 2.8 percent.
Noble Energy Inc. rose 10 percent and Nabors Industries Ltd. surged 9.3 percent, while Newfield Exploration Co. and Transocean Ltd. added 8.5 percent. Exxon Mobil Corp. and Chevron Corp. added at least 3 percent.

McDonald’s Soars

McDonald’s Corp. rose 3.3 percent, the most since March, after activist investor Bill Ackman said the world’s largest restaurant chain could be managed better.
Ackman, whose Pershing Square Capital Management hedge fund owned shares in Burger King Worldwide Inc., said today in an interview on Bloomberg Television that McDonald’s could learn from its smaller rival. He declined to comment on whether he was taking a stake in McDonald’s.
Royal Caribbean Cruises Ltd. gained 6.6 percent and Carnival Corp. jumped 3.5 percent. President Barack Obama said the U.S. will end more than a half century of isolation of Cuba, initiating talks to resume diplomatic relations, opening a U.S. embassy in Havana and loosening trade and travel restrictions on the nation.
Volcano Corp. jumped 55 percent after Royal Philips NV agreed to buy the diagnostic equipment maker for $1 billion. Shareholders of Volcano will receive $18 a share in cash, Philips said in a statement.
FedEx Corp. lost 3.7 percent after quarterly profit missed analysts’ estimates as the operator of the world’s largest cargo airline spent more on aircraft maintenance and collected less in fuel surcharges. United Parcel Service Inc. slid 1.32percent.
Cliffs Natural Resources Inc. retreated 5.7 percent. The biggest U.S. iron-ore producer will need to be recapitalized within the next two years and near-term earnings aren’t sufficient to support its debt load, Credit Suisse Group AG analysts said. The broker cut its share-price target to $1 from $10.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih