Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 19 Januari 2015

 JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan naik tipis pada awal perdagangan Senin (19/1/2015).

IHSG hari ini dibuka menguat 0,07% ke level 5.152,16. Indeks menguat 0,17% ke angka 5.157,38 pada pukul 09.09 WIB.

Dari 508 saham yang terdaftar di BEI, baru 27 saham bergerak naik dan 12 saham merosot, sedangkan 469 saham masih stagnan.

Sebanyak 8 sektor dari 9 sektor di BEI menunjukkan kinerja positif. Hanya sektor industri dasar yang merosot 1,09% ke level 509,55.

Sektor properti menjadi faktor pendorong utama kenaikan indeks dengan penguatan 0,86% diikuti oleh sektor pertambangan dengan kenaikan 0,73%.

Indeks Bisnis27 pada pembukaan naik 0,10% ke 449,07. Bisnis27 menguat 0,13% ke level 449,07 pada pukul 09.08 WIB.

 Saham-saham yang menguat pada pembukaan:

ASII

    +0,68%

  
BBNI

    +0,84%

  
BBRI

    +0,22%

  
BBCA

    +0,19%

  
Saham-saham yang melemah pada pembukaan:

PGAS

    -0,91%

  
BMRI

    -0,47%

  
UNTR

    -0,87%

  
SCMA

    -0,91%

  
 sumber: Bloomberg

http://market.bisnis.com/read/20150119/7/392334/indeks-bei-19-januari-ihsg-naik-tipis-8-sektor-tunjukkan-kinerja-positif




Sumber : BISNIS.COM


Bisnis.com, JAKARTA- Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengemukakan sejumlah data ekonomi ditungu pasar baik dari dalam dan luar negeri sepanjang pekan ini.
Analis WKSI Reza Priyambada, dalam risetnya, mengatakan data yang ditunggu pekan depan adalah:
Indonesia: PDB
China: House price index YoY, urban investment, GDP growth rate, industrial production, retail sales, fixed asset investment, HSBC manufacturing index
Australia: Westpac consumer confidence
Korsel: PPI, GDP growth rate
Jepang: Industrial production, capacity utilization, consumer confidence, BoJ interest rate, leading composite, stock & bond investment by foreign, market manufacturing PMI, all industry activity index
Jerman: PPI, ZEW economic sentiment index, Markit manufacturing PMI, market services PMI, market comp. PMI
Prancis: Markit manufacturing PMI, market services PMI, market comp. PMI
Inggris: Unemployment rate, MPC meeting minutes, claimant count change
Italia: Retail sales, industrial orders
Zona Euro: Current account, construction output, ECB interest rate decision
AS: Redbook, NAHB housing market, MBA mortgage applications, housing starts, building permits, housing starts, initial jobless claims, house price index


JAKARTA.  Sepanjang tahun berjalan  2015 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tampak loyo.  Per  16 Januari 2015, IHSG turun 0,78% ke level 5.148,38, bahkan secara year to date (ytd) telah merosot 1,50%.  Namun di tengah kondisi ini, sejumlah saham – saham second liner atau lapis kedua dan saham lapisan ketiga alias Third Liner mampu mencatatkan rekor gemilang.
Rekor tertinggi diraih saham PT Bank of India Tbk (BSWD)  dengan kenaikan 133,18% sepanjang tahun berjalan  ke level 2.565.  Kemudian diikuti PT BISI International Tbk (BISI)  dengan kenaikan 55%. Selanjutnya, PT Indonesian Paradise Property (INPP) naik 44,61%, PT Panasia Indo Resourses tbk (HDTX) naik 41%, PT pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) naik 40,85%, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) naik 30 % dan PT Jembo Cable  Regency Tbk (JECC) naik 25,53%.
Sementara saham-saham papan atas masih menunjukkan pergerakan lambat seiring dengan perlambatan IHSG.  Saham Astra International Tbk (ASII) misalnya, secara year to date turun sebesar 1,68% ke level 7.300.
Analis Asjaya Indosurya Securitie William Suryawijaya mengatakan, terlalu dini jika menyebut saham secod liner maupun thind liner tersebut melejit. Pasalnya, pasar saham belum genap satu bulan mengarungi tahun 2015.
William bilang, meskipun saham-saham tersebut naik mencapai 100% secara tahun berjalan, namun jika tidak didukung dengan volume trasaksi yang besar  sama saja tidak menunjukkan perkembangan yang gemilang.  “Makanya perlu hati hati, jagan Cuma melihat kenaikan besar tanpa didukung dengan volume transaksi,” Kata William, Minggu (18/1).
Dia mengatakan, rekor saham-saham lapisan kedua dan ketiga tersebut hanya bersifat sementara dan  kemungkian besar akan cepat digeser oleh saham-saham papan atas.
Kendati demikian, dari beberapa saham tersebut  William masih merekomendasikan saham PT Bisi International Tbk (BISI). Sebab menurutnya, perkembangan bisnis BISI sebagai produsen benih sayur dan buah cukup bagus. Apalagi ditambah dengan volume transaksi BISI yang besar sehingga dalam jangka panjang prosfeknya  masih sangat cukup menjanjikan.
Hans Kwee, Direktur Investas Saran Mandiri mengatakan, saham–saham second liner menunjukkan kenaikan cukup signifikan lantaran saham-saham papan atas sudah sangat mahal melampaui harga fundamentalanya sehingga para pelaku pasar beralih ke saham-saham yang lebih murah.
Hans menjelaskan, para investor saat memasuki pasar saham biasanya akan memilih saham-saham blue chip yakni saham yang secara fundamental terbaik di sektornya dan memiliki likuiditas paling tinggi. Banyaknya investor yang masuk akan membuat harga saham tersebut naik bahkan melebihi harga fundamentalnya.
Saat kondisi seperti ini investor  akan mulai melirih saham lapis kedua yang harganya lebih murah. Hans bilang, saham lapis kedua juga akan mengalami kenaikan melebihi harga fundamentalnya sehingga investor akan mulai melirik sahma lapis tiga. “ Saham lapis tiga naik, investor akan kembali ke saham blue chip tadi. Jadi seperti itu siklusnya,” jelas Hans.
Menurut Hans, rekor yang diraih saham-saham lapisan kedua ini hanya bersifat sementara dan bisa dengan cepat digeser oleh saham –saham papan atas yang memiliki pundamental yang terbaik di sektornya. Ia bilang, BSWD kemungkinan naik karena India menurunkan suku bunga acuan. Sementara BISI mengalami kenaikan lantaran harga komoditas seperti jagung mengalami kenaikan di tengah musim hujan. “Namun kenaikan ini hanya berlangsung pendek,” tandasnya.
Dari beberapa saham yang meraih rekor tersebut, Hans lebih merekomedasikan PJAA. Menurutnya, PJAA akan terus berkembang karena bergerak di bidang hiburan yang masih diminati masyarakat. “Selain itu, mereka juga sangat berhati-hati sekali dalam mebangun wahan,” tambahnya.
Namun dari saham-saham second liner, Hans lebih merekomendasikan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Sebab emiten properti ini memiliki kinerja yang bagus terutama didukung oleh recurring income atau pendapatan berkelanjutan. Walaupun satu  hingga dua tahun ke depan sektor properti masih melambat namun PWOn masih akan berkembang karena recurring incomennya tinggi.
Hans merekomendasikan Buy untuk PWON dengan target 590- 600. Adapun William, selain merekomendasikan buy untuk PWON dengan target 700, juga merekomedasikan Buy untuk saham PT Lautan Luas (LTLS) dengan target 1.300.
Editor: Sanny Cicilia


JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah di akhir pekan. Jumat (16/1), IHSG turun 0,78% ke 5.148,37. Selama sepekan, IHSG melemah 1,31%. Indeks MSCI Asia Pacific, yang mencerminkan kondisi bursa saham Asia, anjlok 0,96% ke 137,44. Selam sepekan, indeks ini melemah 0,28%.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, IHSG melemah ini karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan harga gas 12 kg. Jokowi juga mengumumkan penurunan harga semen BUMN, Rp 3.000 per sak. Dus, saham emiten sektor industri dasar turun.
Namun, ia yakin, ini hanya efek sesaat sebab, jangka panjang, inflasi dan laju ekonomi mikro Indonesia akan lebih baik.
Analis Sucorinvest Central Gani Achmad Yaki Yamani menambahkan, penguatan mata uang Swiss ikut menekan IHSG. Secara teknikal, IHSG pun masih dalam tren melemah.
Achmad memproyeksikan, IHSG melemah di kisaran 5.110-5.186. Tapi, Aditya menilai, menguat di 5.130-5.223.
Editor: Barratut Taqiyyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih