Langsung ke konten utama

ihsg penutupan per tgl 05 November 2015 (S3P1)

JAKARTA kontan. Langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir penutupan hari ini (5/11) masih terbenam di zona merah. Data RTI menunjukkan, pada pukul 16.00 WIB, indeks tercatat turun 0,77% menjadi 4.577,23.
Terdapat 181 saham yang menekan pergerakan indeks. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 77 saham dan 99 saham lainnya tak berubah posisi.
Volume transaksi sore ini melibatkan 3,804 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,185 triliun.
Tak ada satu pun sektor yang bergerak positif. Adapun tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor agrikultur turun 2,28%, sektor pertambangan turun 0,98%, dan sektor keuangan turun 0,95%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di posisi top losers yaitu: PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 4,43% menjadi Rp 19.950, PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) turun 4,23% menjadi Rp 7.350, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 3,82% menjadi Rp 630.

Sementara itu, tiga saham penghuni top gainers indeks LQ 45 yakni: PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) naik 5,37% menjadi Rp 2.160, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik 3,75% menjadi Rp 3.320, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,93% menjadi Rp 13.550.

Jakarta detik -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 35 poin terkena sentimen negatif dari pasar saham global. Aksi jual terjadi di saham-saham unggulan yang kemarin sempat naik tinggi.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini melemah . Dolar AS berada di Rp 13.535 dibandingkan posisi pada perdagangan sore kemarin di Rp 13.530.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG melemah 11,922 poin (0,26%) ke level 4.600,643. Aksi jual sudah ramai sejak pembukaan perdagangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,73% di kuartal III-2015, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,6%. Indeks sempat naik sebentar ke zona hijau tapi turun lagi.

Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG turun 18,687 poin (0,41%) ke level 4.593,878 belum beranjak dari zona merah hingga siang hari ini. Ekonomi Indonesia di kuartal III masih tumbuh lebih rendah dari tahun lalu.

Saham-saham yang kemarin naik tinggi langsung dilepas investor. Seluruh indeks sektoral di lantai bursa pun terkena koreksi.

Menutup perdagangan, Kamis (5/11/2015), IHSG terpangkas 35,332 poin (0,77%) ke level 4.577,233. Sementara Indeks LQ45 terkoreksi 7,627 poin (0,96%) ke level 787,014.

Transaksi investor asing hingga sore hari ini tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 62,613 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 199.289 kali dengan volume 3,877 miliar lembar saham senilai Rp 4,226 triliun. Sebanyak 77 saham naik, 181 turun, dan 99 saham stagnan.

Bursa-bursa Asia sore ini masih bergerak mix, beberapa ada yang bertahan di zona hijau. Sentimen dari The Fed soal isu kenaikan suku bunga AS Desember mendatang jadi sentimen negatif.

Berikut situasi dan kondisi bursa regional sore ini:

  • Indeks Nikkei 225 menanjak 189,50 poin (1,00%) ke level 19.116,41.
  • Indeks Hang Seng menipis 2,53 poin (0,01%) ke level 23.051,04.
  • Indeks Komposit Shanghai melonjak 63,18 poin (1,83%) ke level 3.522,82.
  • Indeks Straits Times turun 16,69 poin (0,55%) ke level 3.023,79.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Multi Prima (LPIN) naik Rp 175 ke Rp 5.275, Ciputra Surya (CTRS) naik Rp 175 ke Rp 2.600, BCA (BBCA) naik Rp 125 ke Rp 13.550, dan Surya Toto (TOTO) naik Rp 125 ke Rp 7.025.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Astra Agro (AALI) turun Rp 925 ke Rp 19.950, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 700 ke Rp 94.700, Delta Djakarta (DLTA) turun Rp 400 ke Rp 6.200, dan Tower Bersama (TBIG) turun Rp 325 ke Rp 7.350.

(ang/dnl) 

Jakarta DETIK -Keuangan negara menjadi mengkhawatirkan, setelah diketahui realisasi penerimaan pajak tahun ini hanya mencapai 85% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang sebesar Rp 1.295 triliun. Artinya ada shortfall atau kekurangan Rp 195 triliun.

Kondisi keuangan negara terakhir ini membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir, dan kemarin memanggil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Dirjen Pajak Sigit Priadi Pramudito.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui belum dapat menjelaskan secara rinci. Ia akan segera menghubungi Menkeu yang saat ini sedang berada di Malaysia, untuk penjelasan lebih komperhensif.

"Nanti saya menghubungi Menkeu untuk minta penjelasan komperhensif. Supaya juga jangan setengah-setengah," ujar Darmin saat memasuki Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015)

Darmin mengakui hal tersebut menjadi tanda tanya bagi banyak pihak. Baik masyarakat umum, maupun investor. Maka dari itu ‎akan diberikan penjelasan dari pihak pemerintah.

"Akan ada penjelasan mengenai hal itu, supaya tidak terus menjadi tanda tanya," imbuhnya.

(mkl/dnl) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒