Langsung ke konten utama

ihsg penutupan per tgl 11 Juli 2014

TEMPO.CO, Jakarta - Euforia pemilihan presiden yang mulai berakhir membuat laju penguatan bursa saham dalam negeri berbalik arah. Maraknya transaksi perdagangan saham yang terjadi selama dua hari terakhir menyebabkan sebagian pelaku pasar mulai merealisasikan keuntungan. Akibatnya, hari ini, Jumat, 11 Juli 2014, mayoritas harga saham di lantai bursa pun terkoreksi. (Baca: Indeks Berpotensi Positif Ikuti Euforia Jokowi)

Pada penutupan sesi I, indeks harga saham gabungan tercatat sudah anjlok 85 poin (1,7 persen) ke level 5.013,45. Seluruh sektor saham bergerak negatif dengan laju koreksi terdalam pada sektor aneka industri. Saham Astra jatuh 275 poin (3,5 persen) menjadi Rp 7.550 per lembar saham, diikuti BRI yang juga turun 375 poin (3,2 persen) ke level Rp 11.300 per lembar saham. Saham Mandiri yang kemarin mencatatkan kenaikan tertinggi hari ini terkoreksi 150 poin (1,4 persen) ke level Rp 10.325 per lembar saham. (Baca: Penguatan Bursa Saham Didorong Aksi Ambil Untung)

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan koreksi IHSG memang dipengaruhi oleh sentimen pemilihan presiden yang dianggap pelaku pasar mulai berakhir. "Efek Jokowi" yang biasanya hanya berlangsung sebentar membuat sebagian pelaku pasar mulai kembali mengurangi kepemilikan saham di lantai bursa. “Pelaku pasar paham, 'Jokowi effect' hanya berlangsung dua-tiga hari,” ujar Satrio dalam analisis hariannya, Jumat ini.

Penurunan indeks ini juga didorong oleh fenomena klaim kemenangan masing-masing kubu calon presiden, sehingga menjurus pada munculnya sentimen negatif. Menurut Satrio, hal tersebut praktis menambah tekanan pada IHSG. Pasalnya, di samping mulai merealisasikan keuntungan, sebagian pelaku pasar akhirnya memilih mengambil posisi menunggu (wait and see). (Baca: Pro-Prabowo, Saham MNC dan Viva Group Rontok)

Arah pergerakan IHSG tak jauh berbeda dengan sebagian bursa saham regional. Indeks Nikkei terkoreksi 0,29 persen ke level 15.173, Hangseng melorot 0,34 persen ke level 23.160,69, dan Kospi anjlok 0,70 persen pada level 1.988,74. Pergerakan negatif bursa saham regional ditengarai disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran investor atas risiko keuangan di Eropa. (Baca: Indeks Saham Menghijau Ikuti Euforia Jokowi)

MEGEL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒