Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 15 Februari/23 Mar 2016/29 April 2016 / 01 Juli 2016 (capital inflow: HOT MONEY GAME starts) v. MAY capital OUTFLOw


per tgl 10 Feb 2016, Price Earning Ratio (per) rerata saham @B BEI = 13 kali
ihsg @ 10 Feb 2016 = 4732.48
ihsg @ 8 Mar 2016 = 4811.04
rerata kasar PER @ 8 Mar 2016, jika dikalkulasi berdasarkan ihsg
maka PER @ saham BEI = 13.21 kali
ini DIANGGAP : valuasi saham BEI MAHAL
well, mungkin murah itu jika 11 kali
berarti ihsg wajib anjlok s/d 4004
atawa 12 kali, yaitu ihsg @ 4368
atawa 12.5 kali @ 4550
well, secara teknikal support terkuat ihsg per tgl 10 Maret 2016 @ 4636 n 4600
jika ihsg ditekan s/d 4600, maka ada ekspektasi PER 12.5 KALI yang diterima PASAR
well, liat aza (TIME2BUY as always)


per tgl 21 April 2016, ternyata IHSG NAEK tuh, balek k 4900 lage neh : 






Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (1/7/2016).
IHSG dibuka naik 0,22% atau 10,97 poin ke level 5.027,62 dan menguat 0,36% atau 17,88 poin ke level 5.034,52 pada pukul 09.06 WIB.
Sebanyak 25 saham bergerak menguat, 8 saham bergerak melemah, dan 499 saham stagnan dari 532 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG bergerak menguat dengan support utama dari sektor tambang yang menanjak 1%, sektor finansial yang menguat 0,57%, dan sektor industri dasar yang naik 0,45%.
Dalam risetnya, analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksikan penguatan IHSG pada perdagangan terakhir pekan ini, dengan pergerakan di kisaran 4904-5078.
Dikemukakan, IHSG kemarin bergerak agresif dalam menembus resistance, dan mampu bertengger di atas kepala lima hingga akhir perdagangan.
Suasana sumingrah terpampang dalam pola gerak intraday, dtunjang oleh capital inflow yang masih terus berlanjut.
Hal ini menunjukkan masih besarnya kepercayaan investor terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, beberapa faktor penunjang stabilnya perekonomian dalam negeri terlihat dari data perekonomian terlansir.
"Tentunya hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan investor terhadap pasar modal kita, support saat ini berada pada level 4904 dengan target resistance pada level 5078, potensi kenaikan masih terlihat cukup besar, selama support dapat terjaga dengan kuat," paparnya.
Sementara itu, indeks harga konsumen bulanan pada Juni 2016 mencatat inflasi sebesar 0,66%.
Berdasarkan data Bloomberg, ekonomi Indonesia yang tercermin dalam indeks harga konsumen bulanan pada Juni 2016 adalah terjadi inflasi sebesar 0,66%, setelah pada bulan sebelumnya terjadi inflasi 0,24%.
Besaran inflasi tersebut lebih tinggi dari prediksi Bank Indonesia dan konsensus Bloomberg. 
Di sisi lain, indeks Bisnis27 juga bergerak menguat 0,41% atau 1,75 poin ke 433,36 pada pukul 09.07 WIB, setelah dibuka menguat 0,39% atau 1,70 poin di posisi 433,30.
Sementara itu, rupiah terpantau menguat 0,28% atau 37 poin ke Rp13.173 per dolar AS pada pukul 09.07 WIB.

Saham-saham yang menguat pada awal perdagangan:
TLKM
+0,75%
BBRI
+0,93%
ASII
+0,68%
BBCA
+0,38%

Saham-saham yang melemah pada awal perdagangan:
UNTR
-1,35%
ICBP
-0,73%
BMRI
-0,26%
SMGR
-0,80%

Sumber: IDX

Bisnis.com, JAKARTA— Pergerakan indeks harga saham gabungan dibuka menguat 0,22% atau 10,97 poin ke level 5.027,62 pada perdagangan Jumat (1/7/2016).
Tim Riset Sinarmas Sekuritas memperkiraka iHSG bergerak mixed dengan kecenderungan positif setelah mengalami kenaikkan fantastis selama empat hari berturut-turut. 
Adapun hari ini, pasar akan mencermati pengumuman tingkat laju inflasi yang dirilis BPS.
Sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,73% atau 36,54 poin ke level 5.016,65, setelah bergerak di kisaran 4.996,40 – 5.033,24.
Pada akhir sesi I perdagangan, indeks sempat menguat 0,97% atau 48,27 poin ke posisi 5.028,38, setelah dibuka dengan penguatan 0,40% atau 19,77 poin ke level 4.999,88.
Dari 532 saham yang diperdagangkan, sebanyak 183 saham menguat, 119 saham melemah, dan 230 saham stagnan.

Dalam risetnya, Analis HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan pembelian saham big cap index drivers dan lapis dua oleh para pelaku pasar setelah tax amnesty diberlakukan telah mengangkat IHSG ke atas level resisten psikologis 5.000, dan mengubah tren jangka pendek menjadi positif.


Bisnis.com, JAKARTA - Analis memperingatkan agar meningkatkan kewaspadaan adanya bubblemenyusul pengesahan Undang-undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) oleh DPR yang membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah reli seperti roket.
Akuntino Mandhany, Investment Specialist PT BNI Asset Management, menjelaskan pelaku pasar mengalami euforia dengan capaian IHSG yang melonjak tajam dalam dua hari terakhir.
"Saya takutnya kalau euforia berlanjut, kepotong libur lebaran. Terus tax amnesty ternyata tidak ada yang repatriasi," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (29/6/2016).
Perdagangan Rabu (29.6/2016), IHSG ditutup melonjak tertinggi di Asia 2,01% atau 97,93 poin ke level 4.980,10. Penguatan IHSG dibuntuti oleh FTSE Strait Times Singapura 1,28% dan FTSE Malaysia 0,50%.
Investor asing membuncah dengan memborong saham senilai Rp6,28 triliun. Aksi beli bersih yang dicapai senilai Rp1,72 triliun menambah tebal net buy sepanjang tahun berjalan Rp11,28 triliun.
Hingga akhir pekan ini, Akuntino memproyeksi masih akan ada euforia dari investor asing. Akan tetapi, dia menghawatirkan bila kenaikan IHSG terlalu kencang, bakal terjadi bubble.
Masuknya investor asing ke lantai bursa, sambungnya, teradi lantaran kawasan regional tak terlalu meyakinkan akibat sentimen negatif hengkangnya Inggris (British Exit/Brexit). Bursa Indonesia terbilang lebih optimistis seiring dengan adanya pengesahan UU Tax Amnesty.
Jika UU Tax Amnesty diimplementasikan, katanya, dana repatriasi akan tidak akan masuk kesecondary market. Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengarahkan dana repatriasi masuk ke instrumen dana investasi real estate (DIRE) dan reksadana pendapatan tetap (RDPT).
Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah ditutup menguat di pasar spot sebesar 0,24% atau 31 poin ke posisi Rp13.157 per dolar AS. Sedangkan, Bank Indonesia menetapkan kurs tengah berada pada level Rp13.166 per dolar AS, terapresiasi 0,67% atau 90 poin dari posisi Rp13.256 hari sebelumnya.

business insider: Stock markets haven’t had a great week.
Investors are increasingly concerned that global shares are hitting a ceiling.
According to analysts at Jefferies, the investment bank, global equity funds “recorded their fifth consecutive weekly outflow, at a net $7.3 billion (£4.9 billion).”
Funds investing in European stocks were the among worst hit, seeing withdrawals of $3.1 billion, extending their outflow streak to 11 weeks, the longest since September 2007, according to Jefferies.
Investors also pulled $4.9 billion of equities from Japanese stock market funds after the Bank of Japan surprised the market by leaving interest rates unchanged in April. Analysts had expected more easing measures.  
US stocks weren’t immune to the outflows either, experiencing withdrawals of $1.8 billion.
Meanwhile, Morgan Stanley pointed out that funds investing in emerging markets saw their heaviest outflows since September last year – the month after China’s stock market saw heavy losses.
Here’s the chart:

Equities1



WASHINGTON okezone- Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mengerem cukup tajam dan berada dalam kecepatan yang paling lambat dalam dua tahun terakhir. Pengeluaran konsumen yang melambat dan dolar AS yang kerap menguat telah melemahkan ekspor.
Departemen Tenaga Kerja mencatat Pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Amerika tercatat naik 0,5 persen, angka paling lambat sejak kuartal I-2014. Para pedagang nampaknya masih berusaha mengurangi barang dagangan yang tidak diinginkan dan menjadi penyumbat di gudang.
Ekonomi juga terpukul dengan rendahnya harga minyak, yang telah melukai keuntungan perusahaan ladang minyak seperti Schlumberger (SLB.N) dan Halliburton (HAL.N), yang mengakibatkan pengeluaran besar sejak kuartal kedua 2009, ketika resesi berakhir.
Para ekonom sendiri memperkirakan ekonomi Amerika akan tumbuh pada 0,7 persen di kuartal I-2016 ini. ekonomi tumbuh pada kecepatan 1,4 persen pada kuartal keempat. Hampir semua sektor ekonomi melemah pada kuartal I dengan pasar perumahan bintang tunggal.
Perlambatan pertumbuhan kemungkinan hanya bersifat sementara, mengingat pasar pekerjaan yang cukup kuat. Aplikasi untuk tunjangan pengangguran masih berada di dekat level terendah 43 tahunan, dan keuntungan pekerjaan rata-rata naik 209.000 pekerjaan per bulan pada kuartal I.
Belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua-pertiga dari kegiatan ekonomi AS, meningkat pada tingkat 1,9 persen. Namun, angka ini merupakan angka yang paling lambat sejak kuartal I-2015 dan berada di bawah tingkat kuartal IV sebesar 2,4 persen.
(mrt)


Jakarta detik -Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang kuartal I-2016 (Januari-Maret) jumlah dana asing yang masuk ke dalam negeri mencapai US$ 4,9 miiliar. Kondisi ini membuat rupiah menguat terhadap dolar AS sepanjang periode tersebut.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/4/2016).

"Penguatan rupiah masih berlanjut terutama didorong oleh inflow (dana asing) yang terus masuk. Di kuartal I-2016 ada dana masuk US$ 4,9 billion baik di pasar saham, SUN (Surat Utang Negara), dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Ini sudah lebih tinggi dibanding dua kuartal tahun lalu," tutur Juda.

Menurut catatan BI, sepanjang kuartal I-2016 nilai tukar rupiah menguat 3,96% dari dolar. Nilai dolar AS rata-rata adalah Rp 13.260. 

"Dari sisi domestik, penguatan tersebut oleh persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia yang terus membaik," ujar Juda.

Nilai rupiah terhadap dolar saat ini menurut Juda sudah sesuai dengan fundamentalnya.
(wdl/hns) 


Jakarta detik-Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 6,75% dianggap sebagai keputusan yang sangat tepat. Ini bertujuan untuk menahan derasnya arus modal yang masuk ke Indonesia.


Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai dana yang masuk ke pasar keuangan sekarang kecenderungan adalah uang panas atau hot money. Di mana besar peluangnya untuk tiba-tiba saja keluar dari Indonesia saat ada gejolak.


"Kalau BI tingkat bunganya terlalu tinggi, akibatnya inflow-nya terlalu banyak, yang terjadi adalah uang panas. Hot money," terangnya dalam seminar ekonomi di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (23/3/2016).


Dengan suku bunga yang rendah, maka imbal hasil yang diterima investor saat masuk ke pasar keuangan juga tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan negara-negara kawasan. Sehingga investor tidak terburu-buru masuk ke Indonesia.


"Investor jadi punya pilihan untuk menempatkan dananya," sebut Chatib.


Diketahui, penurunan suku bunga oleh BI memang terjadi tiap bulan sejak Januari 2016 dengan masing-masing 25 basis poin. Selain menjahga nilai tukar rupiah, langkah tersebut juga mendorong penurunan bunga kredit oleh perbankan.


Chatib menambahkan, mengalirnya arus modal asing ke Indonesia dikarenakan penerapan kebijakan suku bunga negatif oleh beberapa negara maju seperti Jepang dan Eropa. Sehingga banyak investor yang lari dan mencari tempat penempatan dana lain.


"Saya bilang negative interest rate ada di Jepang, di Eropa. Ini capital akan datang, terbang ke Indonesia," kata Chatib.


(mkl/ang) 





per tgl 10 Mar 2016: Bisnis.com, JAKARTA - Reli 8 hari IHSG mendorong valuasi saham di Bursa Efek Indonesia ke level termahal dalam 5 tahun terakhir.
IHSG hari ini ditutup menguat 0,14% atau 6,84 poin ke level 4.850,88 setelah berfluktuasi antara level 4.802,38—4.860,64.
“Pelemahan IHSG adalah koreksi teknikal pasca-reli naik beberapa hari terakhir. IHSG memiliki potensi akan memasuki fase konsolidasi dalam beberapa waktu mendatang,” kata William.
IHSG meneruskan penguatan setelah kemarin reli di bursa saham Jakarta telah mendongkrak valuasi IHSG ke 16,4 kali estimasi pendapatan atau valuasi termahal dalam 5 tahun terakhir. Indeks menguat 2,49% dalam sepekan.
IHSG menguat terbatas ketika sentimen positif global mulai reda. Investor hari ini cenderung wait and see menjelang rilis data penyerapan tenaga kerja Amerika Serikat untuk mengkonfirmasi indikasi pemulihan ekonomi di ekonomi terbesar dunia tersebut.
Bursa regional menguat terbatas. Nikkei 225 ditutup menguat 0,32%, Hang Seng naik 1,18%, Kospi berakhir naik 0,13%, sedangkan indeks Straits Times menguat 1,77%.
“Setelah terus menguat dalam beberapa hari terakhir, IHSG menghadapi aksi ambil untung. Sentimen global dari rilis data penyerapan tenaga kerja AS membabani pasar sepanjang hari ini,” papar Tim Riset NH Korindo Securities.
Penguatan tajam saham-saham perbankan mendongkrak IHSG kembali ke zona hijau di penghujung periode perdagangan setelah seharian tertahan di zona merah oleh aksi ambil untung atas saham-saham konsumer.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang menguat 2,02% memimpin IHSG, diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang naik 2,43%.
Pelonggaran Moneter
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo siang ini mengatakan BI melihat masih ada ruang bagi pelonggaran moneter di tengah situasi global yang kondusif.
BI memperkirakan defisit neraca berjalan 2016 berada di bawah 2,7% PDB dan memproyeksikan inflasi 0,05% month to month atau 4,3% year on year pada Maret.
Sebanyak 170 saham menguat, 108 saham melemah, dan 249 saham stagnan dari 527 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) merosot 2,64% di penutupan bersama PT Hanjaya Mandala Sampoerna (Persero) Tbk (HMSP) yang turun 1,04%.
Dari 9 indeks sektoral IHSG, sebanyak 7 indeks sektoral menguat dan 2 indeks sektoral melemah. Indeks sektor pertambangan menguat paling tajam dengan kenaikan 1,76%. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang melonjak 7,23% mengikuti kenaikan harga nikel ke level tertinggi sejak Desember merupakan pendorong utama sektor tersebut.
Indeks Bisnis27 hari ini ditutup menguat 0,46% atau 1,92 poin ke level 416,50, sedangkan rupiah menguat 100 poin ke Rp13.132 per dolar AS.
Saham-saham pendorong utama IHSG:
BBRI
+2,02%
BBNI
+2,43%
ISAT
+6,57%
BMRI
+0,77%

 Saham-saham penekan utama IHSG:
UNVR
-2,64%
HMSP
-1,04%
TLKM
-0,44%
UNTR
-2,44%
 Sumber: Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing sepanjang Februari mengangkat IHSG ke posisi net buy sepanjang 2016.
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan investor asing hari ini, Senin (29/2/2016), membukukan net buy Rp263,01 miliar berasal dari pembelian bersih 98,93 juta lembar saham.
Aktivitas hari ini meningkatkan besaran modal asing yang masuk ke Bursa Efek Indonesia sepanjang Februari, setelah data BPS menunjukkan akselerasi pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV/2015 dan inflasi bertahan rendah memasuki 2016.
  • Modal senilai Rp4,11 triliun tercatat mengalir ke bursa saham Jakarta pada Februari, 
  • setelah sepanjang Januari investor asing menarik sekitar Rp2,32 triliun. 
  • Dana asing yang parkir di IHSG meningkat Rp1,8 triliun pada 2016.

Total saham yang berpindah tangan dalam perdagangan hari ini sekitar 3,34 miliar lembar, turun dari volume penjualan 4,27 miliar lembar pada akhir pekan lalu. Namun, nilai transaksi meningkat dari Rp4,47 triliun menjadi 5,52 triliun yang menandakan fokus investor beralih ke pasar saham berkapitalisasi besar.
IHSG ditutup menguat 0,8% atau 37,81 poin ke level 4.770,96, memperpanjang reli menjadi 4 hari. Indeks bergerak antara level 4.722,99—4.774,52 seetelah dibuka naik 0,11%.


Pergerakan Investor Asing di IHSG

Tanggal
Nilai
Keterangan
29 Februari
+Rp263,01 miliar
Net buy
26 Februari
+RP152,92 miliar
Net buy
25 Februari 
-Rp23,768 miliar
Net sell
24 Februari
-Rp342,82 miliar
Net sell
23 Februari
+Rp451,24 miliar
Net buy
Sumber: Bursa Efek Indonesia

barron: February 20, 2016
















Charging folks to borrow their money doesn’t inspire them to spend and invest it instead. Go figure.
That, if nothing else, is the lesson of the past three weeks since Bank of Japan Governor Haruhiko Kuroda decided to join the negative interest rates club. Markets have shrieked with disapproval as investors worry negative rates will eliminate the margins banks earn on the government bonds that represent their lowest-risk investments, thereby curbing their ability and willingness to risk lending other money to companies and individuals in a deteriorating economic environment. As Bank of America Merrill Lynch’s currency strategists Christopher Xiao and Vadim Iaralov sagely conclude: “negative rates have thus far been ineffective at achieving the central banks’ objectives of curbing currency strength and boosting inflation expectations.”
The good news for markets is that their January gyrations apparently succeeded in spooking the U.S. Federal Reserve into re-thinking its plans to raise interest rates. Higher U.S. rates would boost the allure of U.S. dollars and U.S. assets at Asia’s expense, accelerating the flow of global funds out of slowing economies in Asia and other emerging markets where rates are falling.
Yet the minutes from the Fed rate-setting committee’s January meeting, released this week, revealed that the Fed was getting nervous that tumbling global markets and a weaker China might pose a risk to U.S. growth. Even noted hawk James Bullard, president of the Federal Bank of St. Louis, said falling inflation expectations would make further rate increases “unwise.” The Fed had gone into 2016 predicting four rate hikes; markets are now betting it won’t hike again until at least next February.
So while last week the hot money crowd thought it had central bankers on the run, this week they know they do. That’s good for relatively risky assets in Asia, as investors are willing to bet that not only is the Fed not going to pull away the punchbowl, but other central banks will soon have no choice but to pour in even more hooch.
Asian stocks, as gauged by the MSCI AC Asia Pacific Index, are still down almost 9% so far this year, but have rallied 6.5% in the past week. That rebound has been led by big bounces in hard-hit markets like Malaysia, Taiwan and South Korea. They rejoin the rally already underway in Indonesia and Thailand since Jan. 21 when European Central Bank President Mario Draghi signaled he’d soon be opening up a fresh jeroboam of quantitative easing.
And strategists at Jefferies believe the case for Southeast Asian stocks is improving. Currencies in the region have fallen so far that terms of trade are improving, bolstering current accounts. This column has singled out Thailand and Indonesia as offering the most attractive combination of valuations and economic fundamentals.
Indonesia’s central bank demonstrated why yesterday when it cut interest rates for the second time this year. While lowering rates could weaken appeal of Indonesia’s rupiah and thus curb investment inflows, Bank Indonesia clearly decided the Fed’s wariness had revived global risk appetite enough for it to risk giving a jolt to the local economy and stock prices. This column likes the HSBC MSCI Indonesia ETF (HIDR.UK). Jefferies has singled out Telekomunikasi Indonesia (TLKM.ID) and cigarette maker Gudang Garam (GGRM.ID)as potentially interesting to investors.
But with hot money tiptoeing back into the region as investors flee negative yields in Japan and Europe, Southeast Asian bonds are also enjoying a revival. HSBC’s head of global emerging markets rates research, Andre de Silva, says that’s likely to continue as bonds stop following local currencies lower and start leading local currencies upward as their higher yields lure more money in.
According to De Silva, foreign investors have bought at least $400 billion of Malaysian government bonds this year, $700 billion of Indian government bonds and $1 billion of Thailand’s. But the standout favorite is Indonesia, where foreigners have bought $2.2 billion of Indonesian bonds so far this year. Indonesia’s 10-year government bonds are a particular favorite, he says, thanks to their nearly 8% annual yield. Equity investors looking to get in on this trend might want to consider the Deutsche Bank x-trackers II Markit iBoxx ABF Indonesia Government UCITS ETF (SH8.SP).
Kuroda’s decision to push rates below zero may do little to revive Japan’s economy, but it’s already working wonders for Southeast Asia.
per tgl 28 Feb 2016, confirmation for more @ ihsg :
JAKARTA - Hasil positif diraih Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga hari terakhir pekan lalu, IHSG menguat 1,60% sejak awal bulan sehingga membuat kapitalisasi pasar kembali melewati Rp5.000 triliun, tepatnya Rp5.025 triliun. 

Kepala Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Dwi Shara Soekarno mengatakan, dibanding penutupan pekan sebelumnya tercatat menguat 0,76%. Pergerakan IHSG melanjutkan tren positif sepanjang pekan lalu dengan menguat ke posisi 4.733 jika dibandingkan penutupan pada pekan sebelumnya di level 4.697.

Dia menyebutkan, pasar modal Indonesia tercatat masih sebagai salah satu bursa saham yang memberikan imbal hasil tahun ini. "Berdasarkan pertumbuhan level IHSG, pasar modal Indonesia masih tercatat sebagai salah satu bursa saham yang memberikan imbal hasil di sepanjang tahun ini," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Minggu (28/2/2016).

Secara year to date, lanjut Dwi, level IHSG telah naik 3,05% dan hanya kalah dibandingkan bursa Thailand yang tumbuh 4,27%. Sedangkan level bursa utama dunia lainnya tercatat masih terkoreksi seperti Philipina -2,60%, Amerika Serikat -5,15%, Australia -7,47%, Singapura -8,09% dan Hong Kong-11,64%.

Sepanjang periode 22-26 Februari 2016, kata dia, pemodal asing juga kembali mencatatkan beli bersih di pasar saham sebanyak Rp3,85 triliun. Sehingga secara tahunan, aliran dana investor asing masih tercatat beli bersih senilai Rp1,53 triliun.

Di sisi lain, kata Dwi, rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu mengalami penurunan 15,03% menjadi Rp 5,42 triliun dari Rp 6,38 triliun pada akhir pekan lalu. "Meski demikian, rata-rata volume transaksi harian pekan lalu mengalami peningkatan 7,40% dan rata-rata frekuensi harian turun 13,27%," pungkasnya. 


(dmd)

per tgl 22 Feb 2016, hot money has been confirmed @ ihsg: 
JAKARTA. Dana asing sudah mulai bergulir dalam pasar saham Indonesia. Sepanjang tahun ini, asing masih mencatatkan nett buy sebesar Rp 1,82 triliun. Bergulirnya dana asing di pasar modal terbut salah satunya dinilai sebagai dampak dari tingginya suku bunga Indonesia dibanding negara-negara lain yang menerapkan suku bunga rendah.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan net buy yang dicatatkan asing tersebut dipengaruhi oleh strategi carry trade setelah kebijakan beberapa negara yang menetapkan suku bunga negatif seperti di Jepang dan negara-negara Eropa.
"Tingginya suku bunga di Indonesia membuat banyak hot money yang datang," jelasnya.
Carry trade merupakan aktivitas yang melibatkan pencarian dana pinjaman dari negara berbunga rendah dan kemudian memarkir dana tersebut di negara-negara yang memberikan keuntungan lebih tinggi.
Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) telah menetapkan suku bunga negatif sejak Juni 2014. Pada 3 Desember 2015, ECB kembali menurunkan bunganya sehingga menjadi negatif 0,3%. Denmark, Swedia dan Swiss juga menerapkan kebijakan serupa. Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) menyusul langkah ini pada 29 Januari lalu. BoJ menetapkan bunga overnight sebesar minus 0,1%.
Hans bilang, sebetulnya dana asing sudah masuk ke Indonesia sebelum Jepang menerapkan suku bunga negatif. Namun, dana asing yang masuk lebih banyak ke pasar Surat Utang negara (SUN) lantaran yield obligasi kita cukup tinggi. Dana asing kemudian mulai mengalir ke pasar modal setelah rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV tercatat naik.
Menurut Hans, potensi dana asing yang akan masuk ke pasar saham Indonesia masih akan besar. Pasalnya, banyak memperkirakan negara eropa dan juga Jepang masih akan mempertahankan bunga negatif dalam dua tahun ke depan.
Masuknya hot money ke pasar saham dan pasar obligasi akan berdampak negatif terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Hans mengatakan ketika rupiah membaik maka peluang BI rate untuk turun kembali akan semakin besar dan kinerja korporasi akan membaik.
Namun, Hans menilai dana panas yang masuk memiliki resiko terhadap pasar jika terjadi perubahan mendadak arah kebijakan di negera-negara yang menarpak suku bunga negatif tadi. "Tapi tahun ini resikonya rendah karena banyak kebijakan suku bungan negatif tadi diperkirakan akan berlangsung lama," ujar Hans.
Hans menambahkan, saat ini pemerintah terus mendorong peningkatan investasi asing melalui berbagai paket kebijakan agar menekan resiko carry trade tadi.
Selain itu, program tax amnesty (pengampunan pajak) juga akan membuat banyak dana asing yang masuk ke Indonesia akan berubah menjadi dana lokal. "Karena sebetulnya dana asing yang masuk itu banyak merupakan dana orang Indonesia tapi menggunakan bendera negara asing," jelas Hans.


Jakarta. Jumat (12/2) indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 1,29% ke level 4.714 dari perdagangan Kamis.
Secara umum, indeks melemah 1,75% dari penutupan minggu lalu yang mencapai titik tertinggi selama tahun ini.
Koreksi ini dipicu aksi ambil untung investor.
David Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital mengatakan pasar saham global dalam kondisi tidak baik.
Harga komoditas terus pengaruhi turunnya indeks pasar aset beresiko global.
Sebenarnya di tengah meningkatnya risiko pasar saham global dan Asia, IHSG sempat menguat pada penutupan Kamis (11/2).
Penguatan IHSG ditopang arus dana asing yang masuk hingga Rp 878.35 miliar.
Masuknya kembali dana asing ke bursa terutama dipicu optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.
"Selain faktor makro ekonomi yang kondusif, asing juga merespon positif kebijakan paket ekonomi X terkait revisi Daftar Negatif Investasi (DNI). Intinya membuka lebih besar kepemilikan asing di sejumlah sektor usaha di Indonesia," jelas David pada KONTAN Jumat (12/2) lalu.
Untuk meneruskan penguatan, bursa dihadapkan pada pasar global yang melemah.
Kekhawatiran pelambatan ekonomi global dan harga minyak menjadi faktor utama terjadinya aksi jual di pasar saham.
David memperkirakan indeks akan melemah dengan rentan support di 4.629-4.540 dan resistance 4.790-4.883.

TEMPO.COJakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini diperkirakan akan kembali menguat. Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, penguatan tersebut menyusul rendahnya risiko pasar global dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang diyakini akan lebih baik tahun ini.

"Rendahnya risiko pasar saham global dan optimisme atas prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih kuat tahun ini kembali mendorong aksi beli pada perdagangan awal pekan ini. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.690 hingga 4.750 berpeluang menguat," kata David, Senin, 15 Februari 2016.

Akhir pekan lalu perdagangan didominasi aksi ambil untung pelaku pasar yang memanfaatkan sentimen negatif dari pasar global dan kawasan menyusul penguatan sejumlah saham unggulan dalam beberapa sesi perdagangan sebelumnya. IHSG akhirnya ditutup terkoreksi 61,467 poin (1,29 persen) di 4.714,393. 

Selama sepekan IHSG terkoreksi 1,76 persen setelah pekan sebelumnya menguat 3,98 persen. Meski ada sentimen positif dari dalam negeri, sayangnya faktor ini dibayangi meningkatnya risiko pasar global dan kawasan terutama dipicu tren bearish harga minyak mentah dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Sentimen positif yang dimaksud adalah seiring rendahnya risiko capital outflow (aliran modal ke luar) dan respons sejumlah rilis laba emiten serta paket kebijakan ekonomi X dari Presiden Joko Widodo yang merevisi daftar negatif investasi (DNI) lebih ramah pada investor asing.

Pembelian bersih investor asing di pasar saham sepekan kemarin mencapai Rp 1,11 triliun dan nilai tukar rupiah atas dolar AS menguat 1,33 persen di Rp 13.471. Penguatan rupiah ini berdampak positif terhadap pergerakan sejumlah saham sektoral yang sensitif interest rate.

Akhir pekan lalu pasar saham global berhasil rebound. Indeks Eurostoxx di zona Euro menguat 2,83 persen di 2.756,16. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P setelah lima sesi perdagangan sebelumnya tertekan, berhasil rebound masing-masing menguat 2 persen dan 1,9 persen tutup di 15.973,84 dan 1.864,78.

Penguatan di pasar saham global tersebut terutama dipicu rebound harga minyak mentah hingga 12,3 persen di US$ 29,02 per barel setelah pasar berspekulasi OPEC akan menyepakati pemotongan produksinya. Data ekonomi yang keluar di kawasan Euro juga positif menopang aksi beli balik pemodal.

DESTRIANITA KUSUMASTUTI


Bisnis.com, JAKARTA - Derasnya aliran dana asing alias capital inflow ke pasar modal Indonesia membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguji level support 4.710 jauh lebih cepat.
Associate Director PT Indosurya Asjaya Securities William Surya Wijaya menambahkan IHSG tengah berusaha menguji support level 4.710. Selama support tersebut lolos uji, pergerakan IHSG menuju resistance level 4.821 akan tercapai dengan lebih cepat.
"Potensi kenaikan masih terlihat jika kita mencermati sisi capital inflow yang masih terus terjadi, dan kondisi perekonomian yang masih stabil turut menunjang hal tersebut," paparnya kepada Bisnis.com, Minggu (14/2/2016).
Dia menilai, pada pekan ini, rilis data perekonomian terutama keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI rate juga dinantikan investor.
Akan tetapi, dia mengingatkan untuk menjaga kewaspadaan terhadap fluktuasi harga komoditas minyak yang masih akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan bursa global dan regional.
Meski terkoreksi, investor asing masih mengambil posisi beli. Selama sepekan lalu, investor asing mencatatkan aksi beli bersih senilai Rp1,1 triliun dengan total pembelian saham senilai Rp10,61 triliun.
Sejak awal tahun, investor asing telah membukukan net buy senilai Rp1,51 triliun dengan total transaksi Rp70 triliun year-to-date. Sebaliknya, investor domestik telah bertransaski di lantai bursa sebesar Rp83,5 triliun y-t-d.
Total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp5.005 triliun, terkoreksi dari hari sebelumnya Rp5.070 triliun. Rerata volume transaksi hingga akhir pekan mencapai 4 miliar lembar dengan nilai Rp5,29 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai bahwa kinerja positif indeks harga saham gabungan (IHSG) di sepanjang tahun 2016 ini menandakan prospek ekonomi domestik membaik.
"Kinerja IHSG lebih disebabkan prospek ekonomi yang bagus. Naik-turunnya IHSG itu mendahului naik-turunnya perekonomian. Kinerja IHSG yang positif maka prospek ekonomi kita baik," kata Tito di Jakarta, Rabu (10/2).
Berdasarkan data BEI per 10 Februari 2016, tercatat IHSG telah menguat 3,04 persen menjadi 4.372,48 (year to date). Penguatan indeks BEI itu merupakan tertinggi di seluruh dunia dibandingkan indeks bursa-bursa di negara lain.
Tito mengatakan berdasarkan valuasi rata-rata price earning ratio(PER) IHSG saat ini juga terbilang rendah yakni sebesar 13 kali. Artinya secara valuasi, PER tersebut masih di kisaran wajar, belum bisa dikatakan mahal. "Jadi menurut saya valuasi indeks BEI saat ini pada posisi yang bagus," ucapnya.
Tito menambahkan perusahaan tercatat di BEI atau emiten juga masih membukukan hasil kinerja yang positif meski kondisi ekonomi pada tahun 2015 lalu cenderung melambat.
Selain itu, ia mengatakan bahwa produk derivatif Kontrak Berjangka Indeks Efek LQ-45 (LQ-45 futures) yang telah resmi direaktivasi oleh BEI juga dapat menjadi tambahan alternatif investasi bagi pemodal di pasar modal.
"Produk baru seperti LQ-45 futures dapat dijadikan sarana lindung nilai (hedging) sehingga akan membuat investor merasa nyaman berinvestasi," katanya.
Di sisi lain, lanjut Tito, adanya potensi penurunan kembali tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) menambah harapan bagi industri pasar modal domestik untuk melanjutkan kinerja positif.
Sumber : Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah data ekonomi baik dari dalam negeri maupun luar akan dirilis sepanjang pekan ini, 15-19 Februari 2016.
Berdasarkan data yang dikumpulkan NH Korindo Securities Indonesia, salah satu data yang dinanti pekan ini adalah keputusan Bank Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga acuan (BI rate).
Berikut rincian data-data ekonomi di minggu ini:
Indonesia: (15/2) Balance of trade, imports, exports, car sales, loan growth; (18/2) Lending facility rate, interest rate decision
China: (15/2) Balance of trade, exports, imports, New yuan loans, FDI; (18/2) Inflation rate
Australia: (16/2) RBA Meeting’s minutes; (18/2) Westpac leading index, unemployment rate, participation rate
Jepang: (15/2) Industrial production tertiary industry index; (17/2) Machinery order; (18/2) Balance of trade, exports, imports
KorSel: (16/2) Interest rate decision, Unemployment rate; (17/2) PPI, unemployment rate
Jerman: (16/2) ZWE economic sentiment index
Perancis: (18/2) Inflation rate
Inggris: (16/2) Inflation rate, retail price index; (17/2) Claimant count change, unemployment rate
Italia: (15/2) Inflation rate; (16/2) Balance of trade
Zona Euro: (15/2) Balance of trade; (16/2) ZWE economic sentiment index; (17/2) ECB non-monetary policy meeting, construction output; (18/2) Current account
AS: (16/2) Redbook, NAHB Housing market index; (17/2) MBA mortgage applicatons, building permits, housing starts, NY empire state manufacturing index, manufacturing production, industrial production; (18/2) Philadelphia Fed manufacturing index, CB leading index, Initial jobless claims.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih