Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 10-10-(2x10x10x10+10+10-2-2)

Jakarta (ANTARA News) - Analis pasar modal William Surya Wijaya memproyeksikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam jangka pendek ini akan bergerak konsolidasi yang cenderung menguat menjelang pengumuman hasil kinerja keuangan emiten kuartal ketiga 2016.

"Fokus pelaku pasar sedang tertuju pada hasil rilis kinerja emiten kuartal ketiga yang sedianya akan diumumkan dalam waktu dekat ini," ujar William Surya Wijaya yang juga analis Asjaya Indosurya Securities di Jakarta, Jumat.

Ia optimistis kinerja laporan keuangan emiten kuartal ketiga 2016 ini mencatatkan hasil positif sehingga dapat menjaga fluktuasi indeks BEI di area penguatan.

Ia menambahkan kondisi ekonomi domestik yang relatif membaik, terlihat dari sejumlah data yang telah dirilis seperti inflasi yang terjaga di level rendah, serta meningkatnya cadangan devisa juga akan memberi pengaruh positif bagi emiten yang nantinya akan tercermin dalam pergerakan indeks BEI.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22 persen sehingga inflasi tahun kalender Januari-September 2016 mencapai 1,97 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (yoy) 3,07 persen.

Bank Indonesia juga mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2016 sebesar 115,7 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2016 yang sebesar 113,5 miliar dolar AS.

Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menambahkan berjalannya program amnesti pajak pada kuartal tiga tahun ini juga turut memberi harapan bagi emiten untuk mencatatkan hasil positif, salah satunya bagi sektor infrastruktur.

"Sebagian dana hasil program amnesti pajak itu sedianya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, ada harapan positif bagi emiten yang berkaitan secara langsung terhadap sektor itu seperti konstruksi dan properti untuk mencatatkan kinerja positif," katanya.

Meski ada prospek positif terhadap beberapa sektor, Edwin Sebayang mengatakan bahwa kinerja sektor perbankan diproyeksikan mengalami perlambatan menyusul kebijakan penurunan suku bunga.

"Suku bunga di level single digit dapat menggerus marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang dapat mempengaruhi kinerja laba," ujarnya.

Kendati demikian, menurut dia, penurunan suku bunga dalam jangka panjang akan mendorong dunia usaha menjadi tumbuh yang akhirnya berdampak positif bagi perekonomian.
Editor: Tasrief Tarmizi

warta ekonomi: PT Bursa Efek Indonesia, ID Channel, dan CSA Institute melakukan penandatanganan MOU dalam rangka acara Yuk Nabung Saham Goes to Campus. Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dan CSA Institute mendukung program Yuk Nabung Saham yang dicanangkan Bursa Efek Indonesia.
Ketua Umum AAEI Haryajid Ramelan melihat program Yuk Nabung Saham yang dijalankan belum maksimal disebabkan keberhasilan investasi melalui nabung saham sangat bergantung dengan kinerja perusahaan yang dipilih. Oleh karena itu, pemilihan emiten yang akan dijadikan objek menabung saham sangatlah penting karena menabung saham sifatnya jangka panjang dan mengutamakan return dari dividen yang diberikan.
"Pekerjaan analis adalah membantu investor dalam memilih saham dengan fundamental yang baik. Kami para analis setiap hari bergelut dengan data untuk memberikan rekomendasi yang tepat. Oleh karena itu, kami ingin membantu program Yuk Nabung Saham dengan memberikan analisa mengenai emiten yang tepat untuk dijadikan pilihan pada program nabung saham," katanya di Jakarta, Jumat (7/10/2016).
Lebih lanjut, Haryajid memandang emiten yang dapat dijadikan pilihan haruslah emiten yang memiliki komitmen untuk menyejahterakan pemegang sahamnya. Hal ini ditunjukkan dengan pembagian dividen yang rutin. Selain itu, karena time frame menabung saham yang jangka panjang maka emiten tersebut haruslah memiliki going concern dan prospek yang baik.
"Kemudian kami mengumpulkan anggota-anggota kami yang menjadi analis di berbagai institusi dan meng-cover berbagai sektor. Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya kami sepakat bahwa diperlukan aspek-aspek yang kompleks untuk dapat menjadi acuan pemilihan tersebut," tambahnya.
Ia menyebutkam lima aspek yang sepakati menjadi acuan pemilihan tersebu yakni, aspek going concern,aspek profitabilitas emiten di masa mendatang, aspek likuiditas saham, aspek good corporate governance,dan aspek keterbukaan terhadap pemegang saham.
"Setelah melakukan seleksi dan analisis terhadap seluruh emiten di Bursa Efek Indonesia, akhirnya kami mendapatkan terdapat 40 emiten yang kami rekomendasikan dalam program Yuk Nabung Saham," sebutnya.
Adapun, emiten yang terpilih yakni, ADHI, BSDE, JSMR, RALS, ADRO, CPIN, KAEF, ROTI, AKRA, ERAA, KLBF, SMGR, ASII, GGRM, LPKR, SRIL, BBCA, HMSP, LSIP, TLKM, BBNI, ICBP, PGAS, UNTR, BBRI, INCO, PPRO, UNVR, BBTN, INTP PTBA, WIKA, BJBR, ISSP, PTPP, WSKT, BMRI, JPFA, PWON, dan WTON,
"Seluruh emiten yang terpilih akan direkomendasikan dalam program Yuk Nabung Saham Goes To Campus. Selain itu emiten-emiten tersebut akan direkomendasikan oleh para analis untuk menjadi objek nabung saham," terangnya.
Menurut Haryajid, ke depan pihaknya akan terus melakukan update dan review terhadap seluruh emiten tersebut. Dalam prosesnya dirinya dan tim tidak mempertahankan jumlah emiten yang direkomendasikan. Akan tetapi mempertahankan standar kriteria yang telah disepakati. Jadi tidak menutup kemungkinan kedepannya jumlah emiten yang direkomendasikan dapat bertambah atau berkurang.
"Semoga rekomendasi kami ini dapat menjadi masukan bahkan acuan bagi investor yang ingin melakukan program Yuk Nabung Saham," tukasnya.

JAKARTA kontan. Membaiknya perekonomian dalam negeri yang salah satunya ditopang oleh program tax amnesty atau pengampunan pajak, melatarbelakangi Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mengajak masyarakat untuk berinvestasi saham.
"Adanya program amnesti pajak merupakan momentum yang baik untuk berinvestasi di saham," ujar Ketua AAEI, Haryajid Ramelan saat dihubungi wartawan, Minggu (9/10).
Untuk memudahkan masyarakat dalam menentukan pilihan investasi di saham, AAEI telah melakukan kajian terhadap kinerja perusahaan tercatat yang terdapat di papan PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kami melakukan kajian terutama pada laporan keuangan emiten atau perusahaan tercatat di BEI di lima tahun terakhir," ujar Haryajid.
Haryajid mengatakan, salah satu kriteria dalam pemilihan emiten itu di antaranya dividen yang dibagikan emiten, keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan, serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG), termasuk opini yang beredar di masyarakat.
"Kajian emiten akan dilakukan setiap enam bulan, karena ini untuk mendukung program BEI yakni 'Yuk Nabung Saham'," katanya.
Menurut Haryajid Ramelan, keberhasilan investasi melalui nabung saham sangat bergantung dengan kinerja perusahaan yang dipilih. Oleh karena itu, pemilihan emiten yang akan dijadikan objek nabung saham sangatlah penting.
"Nabung saham sifatnya jangka panjang dan mengutamakan return dari dividen yang diberikan. Oleh karena itu, kami memberikan analisa mengenai emiten yang tepat untuk dijadikan pilihan pada program nabung saham," ujar dia.(Iwan Supriyatna)


Dia menambahkan, saham-saham seperti ASII, JPFA, dan ACES pun turut terkena imbas positif akibat daya beli masyarakat yang menguat. Untuk ASII, sentimen positif sudah telihat pada kenaikan penjualan sejumlah merek mobil per September 2016 dibandingkan periode sama tahun lalu.

“Sedangkan untuk ACES, kami menilai emiten ini merupakan pemain ritel yang sebenarnya tidak ada pesaing langsung di pasar yang mereka bidik,” ungkapnya.

Giovanni menambahkan, saat ini, investor asing cenderung melirik investasi pada negara-negara berkembang yang kondisi ekonominya dinilai kondusif. Hal ini lantaran kebijakan ekonomi negara maju belum dianggap stabil.

Hal tersebut tercermin dari langkah The European Central Bank (ECB) yang berencana untuk mengurangi stimulus dan rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan.

Untuk tahun depan, kata dia, sentimen amnesti pajak bakal tetap berpengaruh ke IHSG. Berdasarkan diskusi dan riset, pihaknya memprediksi realisasi amnesti pajak akan mencapai puncak pada periode kedua.

“Untuk IHSG tahun depan, kami juga masih menghitung. Jadi belum ada prediksinya. Tapi investor asing bisa tetap bertahan di pasar karena ekonomi Indonesia stabil. Mereka tergolong investor jangka panjang, jadi kalaupun mau keluar dari pasar kita, kemungkinan tidak dalam waktu cepat,” kata Giovanni. (bersambung)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒