Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 24-25 Okt 2016 (time2REBOUNDING4breakUPstrongly

setidaknya ada 2 tanda teknikal bahwa tren ihsg bisa berbalik arah menguat dalam pekan terakhir Oktober 2016 (menunggu angka PDB kuartal 3 / 2016 Indonesia), sekaligus berH2C (harap-harap cemas) lapkeu kuartal 3 / 2016 emiten akan TETAP BAGUS (setidaknya mendekati kuartal 2 / 2016): 
rentang Bollinger Band yang lebar saat tren TURUN ihsg, lalu diikuti oleh SEMPITNYA rentang Batas Atas n Bawah Bollinger Band YANG menunjukkan bahwa tren IHSG mulai DATAR (stagnan), bahkan dalam 1 pekan terakhir mulai NAEK sedikit ... maka pekan depan ini (pekan terakhir Okt 2016) tampaknya secara teknikal n fundamental ada EKSPEKTASI POSITIF rebounding (mantul naek) lage menuju rentang batas atas n bawah yang LEBAR LAGE ... well, liat aza :)




Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di teritori positif mengawali perdagangan hari ini.

Pada perdagangan preopening, IHSG bergerak menguat 5,109 poin (0,09%) ke 5.416,107. Sementara indeks LQ45 bergerak naik 1,287 poin (0,14%) ke 931.215.

Mengawali perdagangan Selasa (25/10/2016), IHSG dibuka naik 10,961 poin (0,20%) ke 5.441,959. Sementara indeks LQ45 dibuka menguat 1,804 poin (0,19%) ke 931.732.

Mengakhiri perdagangan kemarin, IHSG ditutup naik 11,755 poin (0,22%) ke 5.420,998. Sementara indeks LQ45 ditutup melemah 0,534 poin (0,06%) ke 929.928.

Sementara di pasar uang, dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stagnan terhadap rupiah. Berdasarkan data perdagangan Reuters, dolar AS pagi ini dibuka stagnan di Rp 13.012.

Berikut kondisi bursa saham Asia pagi ini:
  • Indeks Nikkei 225 naik 98,81 poin (0,57%) ke 17.333,23
  • Indeks Hang Seng turun 45,16 poin (0,19%) ke 23.558,92
  • Indeks SSE Composite turun 4,47 poin (0,14%) ke 3.124,41
  • Indeks Straits Times turun 0,96 poin (0,05%) ke 2.885,27
(drk/drk)


JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah tumbuh 18% sepanjang tahun ini. Pencapaian tersebut tak lepas dari membaiknya harga minyak mentah di pasar global.
Penurunan cadangan minyak Amerika Serikat dan harapan perbaikan permintaan di musim dingin berpotensi memanaskan harga minyak di sisa tahun ini. Bobot emiten pertambangan terhadap indeks memang belum terlalu besar.
Dari data Bloomberg, sepanjang tahun ini, emiten pertambangan atau Jakarta Mining Index hanya memberi porsi 4,4% terhadap bobot IHSG. Tetapi angka ini naik dibandingkan bobot tahun lalu sebesar 2,9%.
Saat harga minyak dan komoditas lainnya menanjak tinggi pada 2010, indeks pertambangan memberi bobot 16,29% terhadap IHSG. Meski belum kembali ke masa kejayaan komoditas, kenaikan harga minyak tahun ini mengirim sinyal perbaikan ekonomi global.
Tak dipungkiri, hal tersebut turut menghembuskan sentimen positif ke pasar saham. Saat ini, harga minyak berada di level US$ 51,85 per barel.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, harga minyak cenderung lebih stabil di sisa tahun ini sehingga kinerja emiten komoditas di semester kedua diprediksi lebih baik. Kenaikan harga minyak juga turut melambungkan harga komoditas pertambangan lainnya, seperti batubara dan nikel.
Di pasar saham Indonesia, emiten batubara memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan emiten di sektor minyak dan gas. Ambil contoh, PT Adaro Energy (ADRO) yang harga sahamnya sudah melambung 191% sepanjang tahun ini dan menjadi salah satu penggerak utama IHSG.
Saham ADRO dengan nilai kapitalisasi Rp 48 triliun berkontribusi 29,5 poin pada kenaikan IHSG yang sebesar 816,24 poin.
Hans menilai, kenaikan harga minyak merupakan faktor eksternal yang menjadi indikator perbaikan ekonomi global. Rencana pengurangan produksi OPEC dan menyusutnya cadangan minyak di AS akan membuat harga minyak menguat.
"Permintaan dari AS kemungkinan lebih banyak," ujar dia.
Laporan tingkat inflasi yang bagus dari China dan pertumbuhan ekonomi yang lumayan stabil turut menggerakkan harga minyak. Tapi, kenaikan harga minyak dinilai akan memiliki dampak lain. Misalnya, meningkatkan inflasi AS, yang semakin memperkuat potensi naiknya suku bunga The Fed.
Hans memperkirakan, Fed rate naik sekitar 25 basis poin. "Namun, hal ini sudah diperhitungkan pasar," imbuh dia.
Meski sentimen positif harga minyak turut berkontribusi pada kenaikan IHSG, saham komoditas terlihat sudah naik terlalu tinggi. Sehingga, jika ingin mengoleksi saham komoditas, sebaiknya untuk jangka panjang.
"Karena tahun depan diharapkan kondisi ekonomi juga sudah membaik." ujar Hans.
Menurut Hans, saat ini price earning ratio (PE) IHSG sudah lumayan mahal. Sehingga, meski masih banyak sentimen positif, kenaikan IHSG di akhir tahun akan terbatas. Ia memperkirakan, IHSG ditutup di kisaran 5.600 di pengujung tahun.
Analis Asjaya Indosurya Securities Wiliam Surya Wijaya berharap kenaikan harga minyak tidak terlalu tinggi karena akan mempengaruhi emiten lain, seperti emiten konsumer dan emiten di sektor transportasi.
"Jika kenaikannya terlalu tinggi, ongkos distribusi emiten di sektor konsumer dan transportasi membengkak," kata dia.
Menurut William, kenaikan IHSG sepanjang tahun ini lebih banyak disebabkan kondisi fundamental ekonomi yang lumayan bagus. Ia memperkirakan IHSG di level 5.524 pada akhir tahun.


Liputan6.com, Jakarta - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung naik tipis pada pekan periode 17-21 Oktober. Hal itu didorong dari aksi jual investor asing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/10/2016),  IHSG naik 0,17 persen ke level 5.409,24 pada Jumat pekan ini dari posisi 5.399,89 pada akhir pekan lalu.
Laju positif IHSG juga sejalan dengan peningkatan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh 0,17 persen menjadi Rp 5.848,97 triliun dari Rp 5.839,10 triliun.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan kalau kenaikan IHSG didorong sektor saham komoditas dan ritel. Tercatat investor asing melakukan aksi jual sekitar US$ 63 juta.
Selain itu, saham berkapitalisasi kecil cenderung reli dalam tiga pekan ini. Indeks saham MSCI MTD naik 2,8 persen, sedangkan indeks saham LQ45 menguat 0,8 persen.

"Potensi saham ini karena ada pergeseran alokasi sehingga mendorong siklus ke saham berkapitalisasi kecil setelah kinerja saham kapitalisasi kecil kurang baik dalam tiga bulan. Hal ini juga berarti kalau investor optimistis dan ingin meningkatkan nilai untuk saham kapitalisasi kecil," tulis laporan itu.

Tak hanya saham berkapitalisasi kecil yang reli tapi juga komoditas. Sektor tambang menjadi sektor dengan performa baik dalam tiga pekan ini. Pada pekan ini, indeks sektor saham tambang naik 2,2 persen. Kinerja sektor saham tambang bahkan mengalahkan IHSG.

"Harga batu bara sentuh level US$ 98 per ton pada pekan ini, dan merupakan level tertinggi dalam 3,5 tahun mendorong kenaikan harga batu bara naik 105 persen secarayear to date. Ada potensi reli itu berbalik arah mengingat harga batu bara betapa cepat naik saat ini. Konsensus pasar pun menilai pendapatan eksportir dan kontraktor pertambangan akan bagus hingga kuartal I 2017," tulis laporan itu. (Ahm/Ndw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒