JAKARTA KONTAN. Hasil pemilu Amerika Serikat (AS) telah memberi gambaran jelas jika Donald Trump mengungguli Hillary Clinton. Di tengah sentimen seperti ini, saham sektor komoditas justru dijagokan.
"Khususnya saham komoditas sektor energi," kata Head Online Trading Profindo International Securities Indra Prasetiya di Jakarta, Rabu (9/11).
Sebab menurutnya, ke depan nanti, Trump akan banyak mengambil kebijakan yang mendorong kegiatan industri. Mungkin, industri militer juga akan dieksploitasi dan industri ini butuh konsumsi energi yang tidak sedikit.
Karena dalam kampanyenya selama ini, Trump lebih sering melempar isu terkait agresi militer.
"Selama dua tahun terakhir, saham sektor energi berada dalam tren penurunan. Ini ada kaitannya dengan kebijakan Obama yang mengurangi intesitas agresi militer selama periode tersebut," jelas
Indra menjagokan saham PT Adaro Energi Tbk (ADRO). Karena memang saham ini sendiri sudah mengalami kenaikan lebih dari 200% secara year to date (ytd) meski pada perdagangan Rabu (9/11) saham ini turun 60 poin ke level Rp 1.570 per saham.
"Kalau pada perdagangan kamis (ADRO) turun lagi, ini bagus, saatnya kembali masuk," tambah Indra.
Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul memiliki pandangan senada. Ia pernah bilang, ketika Trump menang, muncul potensi ketegangan hubungan luar negeri AS meningkat dan berpotensi membuat suplai minyak bermasalah.
Ketika suplai tersendat, harga komoditasnya akan terangkat. "Jadi, saham-saham komoditas bisa menjadi pilihan," tambahnya.
Saham emiten komoditas, menurut Indra saham emiten komoditas emas juga layak dilirik. Alasannya, ketika ketidakpastian muncul, investor memburu safe haven. Artinya, ada potensi kenaikan pendapatan emiten tambang emas.
Saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) kemarin ditutup menguat 8 poin ke level Rp 318 per saham. Saham PT Antam (persero) Tbk (ANTM) turun 20 poin ke level Rp 890 per saham.
"Karakteristik saham ANTM memang seperti ini, agak-agak telat. (Emas) naik dua atau tiga hari dulu baru sahamnya naik. Ketika harga emas turun juga sama, beberapa hari kemudian baru harga saham ANTM turun," tutur Indra.
Reporter Dityasa H Forddanta
Editor Sanny Cicilia
Editor Sanny Cicilia
JAKARTA kontan. Pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,03% ke level 5.414,32 pada perdagangan Rabu (9/11). Asing mencatat penjualan bersih Rp 56,1 miliar.
Menurut Analis Millenium Danatama Sekuritas Muhammad Al Amin, penurunan indeks ini tidak terlalu signifikan. Sebab, efek dari kemenangan Trump bersifat sementara. Tapi, Amin memprediksi bahwa pada perdagangan hari ini indeks masih akan bergerak melemah dengan support 5.332 dan resistance 5.447.
Secara historikal, menurut analis BCA Sekuritas Achmad Yaki, efek pilpres AS hanya berimbas sekitar dua sampai tiga hari terhadap IHSG.
Menurut analis Lautandhana Securindo Krishna Setiawan, investor pasar saham cenderung merespons wajar semua event penting sepanjang pekan ini sampai Rabu.
"Ada rilis PDB, pilpres AS, dan voting kreditur BUMI. Nyatanya respons investor di BEI wajar semua," kata Krishna.
Menurut Krishna hari ini indeks akan naik dengan kisaran 5.386–5.470. "Menangnya Trump melemahkan dollar, dan lemahnya dollar ini bagus untuk komoditas. Jadi, booster buat hari ini saham komoditas," ujar dia.
Komentar
Posting Komentar