Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,38% atau 19,54 poin ke level 5.150,57 pada akhir sesi I siang ini, Senin (21/11/2016).
Sepanjang hari ini, indeks bergerak pada kisaran 5.138,22-5.158,76.
Dari 538 saham yang diperdagangkan, sebanyak 129 saham menguat, 141 saham melemah, dan 268 saham stagnan.
Tujuh dari sembilan sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia melemah dengan penurunan terbesar dialami sektor perdagangan dan jasa 0,94%. Adapun sektor finansial yang turun 0,62% menjadi pemberat utama IHSG.
Sementara itu dua sektor lainnya menguat yakni sektor pertambangan dan agribisnis.
Indeks Bisnis 27 siang ini juga melemah 0,59% ke 448,73. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tipis 0,02% atau 3 poin ke Rp13.431 per dolar AS pada pukul 11.58 WIB.
Tim Riset Sinarmas Sekuritas menilai pergerakan IHSG yang cenderung melemah terjadi seiring dengan sejumlah faktor, diantaranya apresiasi dollar AS yang tak terbendung lagi. Probabilitas the Fed untuk menaikkan suku bunga bulan Desember ini sudah melebihi 90%.
Selanjutnya, pelaku pasar akan terus memonitor dinamika politik di dalam negeri menjelang Pilkada Pilgub DKI Jakarta.
Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,37% atau 19,28 poin ke level 5.150,83 pada perdagangan Senin (21/11/2016).
Selanjutnya indeks terpantau melemah 0,51% atau 26,18 poin ke level 5.143,93 pada pukul 09.06 WIB.
Dari 538 saham yang diperdagangkan, sebanyak 10 saham menguat, 20 saham melemah, dan 508 saham stagnan.
Delapan dari sembilan sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia melemah dengan penurunan terbesar dialami sektor konsumer 0,85%.
Indeks Bisnis 27 juga dibuka melemah 0,73% ke 448,09. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berbalik menguat tipis 4 poin atau 0,03% ke Rp13.424 per dolar AS setelah dibuka melemah.
Tim Riset Samuel Sekuritas menilai pelemahan IHSG hari ini terjadi seiring pelemahan bursa secara global.
Rupiah yang masih terdepresiasi seiring penguatan indeks dolar AS juga ikut menjadi sentimen negatif bagi pasar saham.
Seperti diketahui, bursa AS melemah pada jumat lalu seiring pernyataan sejumlah pejabat the Fed seperti James Bullard dan Robert Kaplan yang terlihat mendukung kenaikan suku bunga AS pada bulan Desember mendatang.
Hal ini semakin mendorong penguatan indeks dolar AS yang telah meningkat siknifikan sebelumnya, sementara harga sejumlah komoditas cenderung melemah akhir-akhir ini.
Sejumlah pelaku pasar tengah mencermati seberapa agresif the Fed akan menaikkan suku bunganya di tahun depan. Inflasi AS diperkirakan naik lebih cepat seiring program ekspansi fiskal Presiden Trump, dimana ada rencana penurunan pajak dan penambahan anggaran infrastruktur.
Saham-saham yang melemah pagi ini:
Kode
|
(%)
|
HMSP
|
-1,05
|
BMRI
|
-1,37
|
UNTR
|
-2,7
|
ASII
|
-0,64
|
Saham-saham yang menguat pagi ini:
Kode
|
(%)
|
BBNI
|
+1,44
|
BNII
|
+2,89
|
AGRO
|
+3,85
|
GREN
|
+16,2
|
Sumber: Bloomberg.
🙇
Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan cenderung volatil pada sepekan ke depan. Sejumlah sentimen negatif membayangi pergerakan IHSG.Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, sentimen tersebut berasal dari global. Antara lain, rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).
"Sentimennya sekarang semakin kuat, The Fed mau naikin suku bunga. Kalau The Fed menaikan, kemarin Bank Indonesia (BI) bunganya tetap berarti kan selisi The Fed dengan BI mengecil. Sedikit banyak akan mempengaruhi dana asing di Indonesia," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Alfatih juga menuturkan, pelaku pasar kini sedang menunggu kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump. Oleh karena itu, gerak IHSG cenderung tidak menentu.
BACA JUGA
Dari dalam negeri belum ada berita yang bakal mendorong indeks saham. Pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi mengendurkan daya tarik pelaku pasar.
"Kemarin dalam negeri pertumbuhan di bawah perkiraan, agak melemah dan di bawah konsensus, kurang bagus," ungkap dia.
Menurut Alfatih, IHSG akan bergerak pada support 5.100 dan resistance 5.230.
Sementara Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan menguat di awal pekan Senin 21 November setelah cenderung tertekan pada pekan lalu. Lanjar memperkirakan IHSG bergerak pada support 5.145 dan resistance 5.230.
"Mulai mencoba kembali menutup gap dengan range peregerakan 5.145-5.230," kata dia.
Lanjar merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT United Tractors Tbk (UNTR).
Untuk diketahui, kapitalisasi pasar di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan sebanyak 1,21 persen dari Rp 5.657,64 triliun menjadi Rp 5.589,16 triliun sepekan kemarin (14-18 November 2016). Sejalan dengan itu, IHSG juga mengalami penurunan sebanyak 1,18 persen dari 5.231,97 menjadi 5.170,11.
Kepala Komunikasi Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan, frekuensi transaksi saham pada pekan lalu juga mengalami pelemahan.
"Sepanjang pekan ini rata-rata frekuensi transaksi harian mengalami perubahan 5,32 persen, 335,36 ribu kali transaksi dari 354,19 ribu kali transaksi pada sepekan sebelumnya," kata dia dalam keterangan tertulis.
Yulianto mengatakan, rata-rata volume transaksi perdagangan harian turun sebanyak 26,05 persen dari 14,47 miliar saham menjadi 10,70 miliar saham.
"Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian berubah 81,34 persen menjadi Rp 8,26 triliun dari Rp 44,25 triliun yang dipengaruhi oleh transaksi tutup sendiri (crossing) di pasar negosiasi pada akhir pekan lalu," ujar dia.
💦
JAKARTA kontan. Kalangan analis pasar modal menilai bahwa fenomena "window dressing" menjelang akhir tahun 2016 ini berpotensi kembali muncul di mana laju indeks harga saham gabungan (IHSG) akan cenderung terapresiasi.
"Sentimen domestik yang masih cukup positif akan mendukung munculnya fenomena 'window dressing'," ujar Analis Danareksa Lucky Bayu Purnomo, Jumat (18/11).
BACA JUGA :
Ia mengemukakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2016 ini yang masih berada di atas level 5 persen cukup memadai bagi investor yang bersiap menyambut fenomena di pasar modal itu.
Ia menambahkan bahwa fenomena "window dressing" menjelang akhir tahun ini juga akan membuka peluang indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ke level 5.300 poin. Hal itu dikarenakan menjelang akhir tahun investor akan cenderung melakukan aksi beli.
Dari eksternal, lanjut Lucky Bayu Purnomo, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat sebenarnya cukup mempengaruhi minat investasi.
Masih adanya harapan positif dari pelaku pasar terhadap kebijakan Donald Trump dalam mendorong perekonomian AS, tentu akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.
"Akhirnya, kondisi itu tentu akan diapresiasi oleh pelaku pasar yang akhirnya mendorong IHSG," katanya.
Sebelum fenomena "window dressing" muncul, menurut dia, biasanya akan didahului oleh fenomena "Santa claus rally", dimana investor saham juga cenderung melakukan aksi beli. Investor diharapkan dapat lebih cermat mengenai kondisi itu.
Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menambahkan bahwa di tengah situasi itu, investor akan mengincar saham-saham yang nilai valuasinya dianggap masih rendah.
"Kira-kira 10 tahun ke belakang, fenomena itu selalu muncul jelang akhir tahun yang mendorong IHSG meningkat, fenomena itu memberi kontribusi rata-rata pertumbuhan indeks BEI sekitar 2-3 persen. Namun, kondisi itu juga tentunya didukung stabilitas ekonomi yang baik," katanya.
Ia mengemukakan bahwa "window dressing" merupakan strategi yang dilakukan oleh investor institusi seperti Manajer Investasi (MI) menjelang akhir tahun dengan tujuan mengangkat harga saham sehingga kinerja portofolio yang dimilikinya tampak baik.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya melihat pelaku pasar modal saat ini tidak termakan isu-isu yang tidak jelas kebenarannya, seperti seruan penarikan dana besar-besaran dari perbankan (rush money).
"Kami yakin investor-investor sudah jeli, mana yang benar, mana yang tidak. Saya sendiri tidak tahu kabar itu (rush money)," tutur Alpino di Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Menurut Alpino, tekanan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini bukan lebih disebabkan kondisi ekonomi ataupun politik dalam negeri, namun lebih dikarenakan faktor eksternal.
"Ini hanya Trump efek dan bersifat sementara, karena ekonomi kita tidak apa-apa," tutur Alpino.
Lebih lanjut Alpino mengatakan, jika IHSG terkoreksi maka hal ini adalah kesempatan bagi investor domestik untuk mengambil posisi membeli saham-saham yang memiliki fundamental baik.
"Koreksi peluang investor memanfaatkannya, jangan ikut panik karena Indonesia masih bagus (untuk investasi). Kemarin koreksi, investor domestik banyak masuk," papar Alpino.
Komentar
Posting Komentar