JAKARTA – Aksi jual saham melanda pasar saham negara berkembang, terutama di Asia, pada perdagangan Jumat (11/11/2016), di tengah kekhawatiran bahwa AS di bawah pemerintahan Donald Trump akan memacu arus dana keluar dari negara berkembang sekaligus melemahkan kinerja ekspor.
Indeks MSCI Emerging Market anjlok 1,7%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta tersungkur 3,2%--tertajam dalam setahun, dan Taiex milik Taiwan terkoreksi 2,2%.
“Kebijakan ekonomi Trump akan memaksa bank sentral AS untuk menaikkan Funds rate lebih cepat, yang berarti bullish pada dolar AS,†ujar Elias Haddad, Senior Currency Strategist Commonwealth Bank of Australia, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (11/11/2016)
Indeks acuan Argentina, Meksiko, dan Brazil kompak melemah lebih dari 3,2% pada perdagangan Kamis (10/11/2016).
Indeks Topix Jepang naik 0,7%. Eksportir mendapat dorongan saat yen diperdagangkan mendekati level terendah sejak Juni, sementara perbankan dan asuransi terlihat diuntungkun hasil yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah.
http://market.bisnis.com/read/20161111/7/601529/emerging-markets-investor-khawatir-potensi-arus-dana-keluar-indeks-msci-anjlok
Sumber : BISNIS.COM
Penguatan dollar AS mencapai 5,59% pagi ini terhadap rupiah. Kemarin, posisi USD/IDR masih di 13.138.
Pelemahan rupiah menjadi yang terbesar di Asia. Penguatan dollar AS terhadap won Korea sebesar 1,3%, terhadap peso Filipina 0,4%, terhadap baht Thailand 0,04%.
Sebaliknya, dollar AS terhadap dollar Singapura melemah 0,21%. Dollar AS juga melemah 0,4% terhadap yen Jepang, meski yen tetap berada di seputaran titik terlemahnya ¥ 106 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg Dollar Spot Index yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap 10 mata uang utama dunia, The Greenback rehat setelah menguat tajam dua hari berturut-turut, meski tetap di posisi yang kuat. Indeks dollar melemah 0,09% terhadap posisi kemarin.
Daewoo Securities Indonesia melihat, pelemahan rupiah masih disetir kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS. Alasan pertama, Trump berencana meningkatkan belanja negara dan bisa mendorong inflasi AS lebih tinggi.
"Pasar berspekulasi, The Fed akan menaikkan bunga acuan lebih cepat ketimbang yang diperkirakan untuk menjinakkan inflasi," tulis Daewoo.
Akan ada tarik menarik antara prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi akibat belanja AS yang lebih deras, dengan kenaikan bunga The Fed yang membuat dollar AS lebih mahal.
"Pertanyaannya sekarang, apakah presiden terpilih Trump akan bisa merilis belanja lebih besar dengan potensi penerimaan negara yang lebih sedikit, mengingat dia berencana memotong pajak," tulis Daewoo.
Tinggalkan pasar saham
Sementara itu, di pasar saham, aksi jual asing masih terus berlanjut. Sampai pukul 9:30 WIB, dengan aksi beli Rp 1,1 triliun, net sell mencapai Rp 575,4 miliar.
Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk ratusan poin. IHSG kehilangan 128 poin atau 2,3% menjadi 5.321,74, memangkas penurunan lebih pagi tadi yang mencapai 3,3%.
Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah dibuka anjlok 1,95% atau 256 poin ke 13.394 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (11/11/2016).
Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (10/11/2016).
Rupiah ditutup terdepresiasi 11 poin atau 0,08% ke level Rp13.138 per dolar AS, setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.098 – Rp13.153 per dolar AS.
Sepanjang perdagangan kemarin, rupiah bergerak menguat hingga menjelang akhir perdagangan. Namun rupiah kembali tertekan hingga ditutup di zona merah.
“Kemungkinan besar market global tengah rebalancing,” kata Periset Fix Income PT Danareksa Sekuritas Amir A Dalimunthe.
Dia mengemukakan salah satu ciri market tengah rebalancing, adanya pergerakan pasar yang volatil.
Nilai tukar rupiah anjlok 3,97% atau 521 poin ke 13.659 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (11/11/2016).
Komentar
Posting Komentar