TEMPO.CO, Jakarta
- Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia kembali melaju
signifikan merespons penguatan rupiah. Data penjualan retail di Amerika
Serikat selama bulan April, yang hanya tumbuh 0,1 persen, turun jauh
dari periode sebelumnya sebesar 1,5 persen. Hal ini membangun spekulasi
program pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) akan bertahan hingga akhir 2014. Spekulasi tersebut berdampak positif pada gairah beli investor di bursa saham.
Analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Tiesha Narandha Putri, mengatakan penguatan rupiah berdampak positif pada kenaikan indeks. Pasalnya, nilai tukar rupiah yang menguat ke level 11.467 per dolar AS mengalihkan minat investasi sebagian pelaku pasar kembali ke pasar saham. “Penguatan rupiah memberi peluang indeks untuk terus menguat,” katanya.
Karena itu, tak mengherankan bila investor asing mampu membukukan pembelian bersih sebesar Rp 573 miliar pada penutupan sesi I. Imbas hal itu, indeks pun naik 46 poin (0,9 persen) ke level 4.966,95.
Saham-saham sektor manufaktur dan perbankan menjadi penopang kenaikan indeks, dengan laju masing-masing sebesar 1,3 persen dan 1,2 persen. Saham Bank Mandiri naik 2,2 persen menjadi Rp 10.300 per lembar saham, diikuti saham BRI yang juga menguat 2 persen ke Rp 10.250 per lembar saham, serta saham Astra yang juga naik 1 persen menjadi Rp 7.500 per lembar saham.
Namun sebaliknya, lantaran sudah menguat terlalu tajam, sektor saham pertambangan justru menjadi satu-satunya sektor yang bergerak negatif. Laju sektor saham pertambangan tercatat mengalami koreksi sebesar 0,4 persen. Saham Indo Tambangraya Megah anjlok 1,5 persen menjadi Rp 26.575 per lembar saham.
MEGEL
detik Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin naik 8 poin membuntuti penguatan bursa-bursa regional. Aksi beli banyak dilakukan investor asing.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (13/5/2014), IHSG ditutup naik 8,396 poin (0,17%) ke level 4.921,394. Sementara Indeks LQ45 menguat tipis 0,135 poin (0,02) ke level 831,574.
Baru saja kemarin sentuh titik tertinggi, Indeks Dow Jones dan S&P 500 kembali mencetak rekor. Wall Street ditutup mixed akibat Nasdaq yang melemah terseret saham Cisco.
Pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat, Indeks Dow Jones naik 19,97 poin (0,12%) ke level 16.715,44, hari ketiganya berturut-turut mencetak rekor. Dow Jones juga sempat sentuh rekor intraday tertinggi di 16.735,51.
Indeks S&P 500 bertambah 0,8 poin (0,04%) ke level 1.897,45, hari keduanya berturut-turut mencetak rekor tertinggi. Rekor intraday tertinggi Indeks S&P 500 ada di 1.902,17.
Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq malah berkurang 13,69 poin (0,33%) ke level 4.130,165.
Hari ini IHSG diperkirakan masih mampu menguat namun dalam rentang yang terbatas. Beberapa hari terakhir ini IHSG sudah naik tinggi dan berpotensi jenuh beli.
Analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Tiesha Narandha Putri, mengatakan penguatan rupiah berdampak positif pada kenaikan indeks. Pasalnya, nilai tukar rupiah yang menguat ke level 11.467 per dolar AS mengalihkan minat investasi sebagian pelaku pasar kembali ke pasar saham. “Penguatan rupiah memberi peluang indeks untuk terus menguat,” katanya.
Karena itu, tak mengherankan bila investor asing mampu membukukan pembelian bersih sebesar Rp 573 miliar pada penutupan sesi I. Imbas hal itu, indeks pun naik 46 poin (0,9 persen) ke level 4.966,95.
Saham-saham sektor manufaktur dan perbankan menjadi penopang kenaikan indeks, dengan laju masing-masing sebesar 1,3 persen dan 1,2 persen. Saham Bank Mandiri naik 2,2 persen menjadi Rp 10.300 per lembar saham, diikuti saham BRI yang juga menguat 2 persen ke Rp 10.250 per lembar saham, serta saham Astra yang juga naik 1 persen menjadi Rp 7.500 per lembar saham.
Namun sebaliknya, lantaran sudah menguat terlalu tajam, sektor saham pertambangan justru menjadi satu-satunya sektor yang bergerak negatif. Laju sektor saham pertambangan tercatat mengalami koreksi sebesar 0,4 persen. Saham Indo Tambangraya Megah anjlok 1,5 persen menjadi Rp 26.575 per lembar saham.
MEGEL
detik Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin naik 8 poin membuntuti penguatan bursa-bursa regional. Aksi beli banyak dilakukan investor asing.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (13/5/2014), IHSG ditutup naik 8,396 poin (0,17%) ke level 4.921,394. Sementara Indeks LQ45 menguat tipis 0,135 poin (0,02) ke level 831,574.
Baru saja kemarin sentuh titik tertinggi, Indeks Dow Jones dan S&P 500 kembali mencetak rekor. Wall Street ditutup mixed akibat Nasdaq yang melemah terseret saham Cisco.
Pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat, Indeks Dow Jones naik 19,97 poin (0,12%) ke level 16.715,44, hari ketiganya berturut-turut mencetak rekor. Dow Jones juga sempat sentuh rekor intraday tertinggi di 16.735,51.
Indeks S&P 500 bertambah 0,8 poin (0,04%) ke level 1.897,45, hari keduanya berturut-turut mencetak rekor tertinggi. Rekor intraday tertinggi Indeks S&P 500 ada di 1.902,17.
Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq malah berkurang 13,69 poin (0,33%) ke level 4.130,165.
Hari ini IHSG diperkirakan masih mampu menguat namun dalam rentang yang terbatas. Beberapa hari terakhir ini IHSG sudah naik tinggi dan berpotensi jenuh beli.
berita1 Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan saat ini nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah mendekati angka Rp 5.000 triliun, atau tepatnya sebesar Rp 4.824 triliun.
Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan, pasar modal Indonesia semakin likuid setiap tahunnya. Sepanjang tahun lalu, likuiditas pasar modal meningkat 38 persen. Pada tahun 2012 nilai transaksi di pasar modal sekitar Rp 4,5 triliun per hari, lalu meningkat menjadi Rp 6,2 triliun per hari di tahun 2013.
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah menyentuh 4.921, makin mendekati posisi 5.000.
"Target kami tahun ini ada sekitar 30 emiten baru yang listing di bursa, tahun lalu kami bisa mendapat 31 emiten baru. Tentunya perlu upaya untuk mengajak sebanyak mungkin emiten mencatatkan saham di BEI. Ini supaya pasar modal kian berkembang dan menjadi perhatian investor global," jelas Ito Warsito saat acara “Capital Market Awards 2014” di Jakarta, Selasa (13/5).
Pekan lalu, kata Ito, BEI bersama sejumlah emiten mengadakan roadshow ke luar negeri untuk menjaring investor asing. Tanggapan investor asing sangat positif terhadap emiten Indonesia. Hanya saja, ada sejumlah investor yang masih mempertanyakan mengenai likuiditas saham di pasar modal Indonesia.
"Mayoritas investor asing ini adalah investor jangka panjang investasi. Mereka lumayan mempertanyakan soal potensi penurunan likuiditas di pasar modal kita," jelas dia.
Menurut Ito, pihaknya tetap berusaha meyakinkan investor asing bahwa tren IHSG semakin positif tahun ini.
Penulis: RID/JAS
Komentar
Posting Komentar