Bisnis.com, JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi menyentuh level 10.000 pada 2020 seiring peluang kenaikan sebesar 16% per tahun sepanjang 2017-2020.
Direktur Investasi Manulife Asset Management Indonesia Alvin Pattisahusiwa mengatakan Indonesia sedang memasuki fase awal pemulihan ekonomi (early stage of recovery).
"Untuk jangka panjang, pasar saham sangat menarik karena ditopang dan menerima keuntungan dari reformasi di segala bidang," ujarnya, Selasa (20/9).
Reformasi tersebut mencakup aspek fiskal dan moneter. Mulai dari bergulirnya paket kebijakan ekonomi, akselerasi pembangunan infrastruktur, inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah yang cenderung menguat, serta potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
Manulife Asset Management Indonesia memperkirakan IHSG akan melaju positif dengan kenaikan sebesar 16% per tahun dalam periode 2017-2020. Dengan estimasi CAGR 16% dan IHSG pada akhir 2016 ditutup pada level 5.500, IHSG diproyeksi mampu menyentuh level 10.000 pada 2020.
"Kenaikan IHSG sangat bergantung pada dua hal, earning per share growth dan PE Ratio," imbuhnya.
Berdasarkan data historis, kenaikan pendapatan emiten di Bursa Efek Indonesia mencapai rata-rata 13% dalam 10 tahun terakhir. Dalam beberapa tahun ke depan, lanjut Alvin, pertumbuhan EPS berpotensi meningkat.
Potensi tersebut bersumber dari wacana penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 25% menjadi 17%. Wacana tersebut bakal mendongkrak pertumbuhan EPS dari 13% ke 15%.
Selain itu, perekonomian Indonesia menunjukkan sinyal pemulihan sepanjang tahun ini, setelah memasuki siklus pelemahan ekonomi sejak 2010.
"Potensi kenaikan pendapatan emiten di tengah siklus pemulihan ekonomi membuat probabilitas pertumbuhan EPS sebesar 16% per tahun cukup wajar. Sehingga dari sisi EPS growth saja, IHSG berpotensi mencapai level 10.000 pada 2020," ucapnya.
Alvin menambahkan reformasi ekonomi dan tata kelola yang dilaksanakan pemerintah disambut oleh pasar keuandan gan diharapkan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Direktur Investasi Manulife Asset Management Indonesia Alvin Pattisahusiwa mengatakan Indonesia sedang memasuki fase awal pemulihan ekonomi (early stage of recovery).
"Untuk jangka panjang, pasar saham sangat menarik karena ditopang dan menerima keuntungan dari reformasi di segala bidang," ujarnya, Selasa (20/9).
Reformasi tersebut mencakup aspek fiskal dan moneter. Mulai dari bergulirnya paket kebijakan ekonomi, akselerasi pembangunan infrastruktur, inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah yang cenderung menguat, serta potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
Manulife Asset Management Indonesia memperkirakan IHSG akan melaju positif dengan kenaikan sebesar 16% per tahun dalam periode 2017-2020. Dengan estimasi CAGR 16% dan IHSG pada akhir 2016 ditutup pada level 5.500, IHSG diproyeksi mampu menyentuh level 10.000 pada 2020.
"Kenaikan IHSG sangat bergantung pada dua hal, earning per share growth dan PE Ratio," imbuhnya.
Berdasarkan data historis, kenaikan pendapatan emiten di Bursa Efek Indonesia mencapai rata-rata 13% dalam 10 tahun terakhir. Dalam beberapa tahun ke depan, lanjut Alvin, pertumbuhan EPS berpotensi meningkat.
Potensi tersebut bersumber dari wacana penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 25% menjadi 17%. Wacana tersebut bakal mendongkrak pertumbuhan EPS dari 13% ke 15%.
Selain itu, perekonomian Indonesia menunjukkan sinyal pemulihan sepanjang tahun ini, setelah memasuki siklus pelemahan ekonomi sejak 2010.
"Potensi kenaikan pendapatan emiten di tengah siklus pemulihan ekonomi membuat probabilitas pertumbuhan EPS sebesar 16% per tahun cukup wajar. Sehingga dari sisi EPS growth saja, IHSG berpotensi mencapai level 10.000 pada 2020," ucapnya.
Alvin menambahkan reformasi ekonomi dan tata kelola yang dilaksanakan pemerintah disambut oleh pasar keuandan gan diharapkan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Sepanjang 2017-2020, Manulife Asset Management Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level di atas 5%. Lebih rinci, 5,3% pada 2017, 5,5% pada 2018, 5,8% pada 2018, dan 6% pada 2019.
"Kondisi itu dapat memicu PE re-rating di pasar saham," kata Alvin.
Kendati demikian, kinerja IHSG bukan tanpa risiko. Dari sisi global, IHSG masih dibayangi perlambatan dan risiko perburukan laju pertumbuhan ekonomi global, risiko geopolitik dari kawasan Asia Utara dan Timur Tengah, serta krisis politik dan ekonomi di kawasan negara maju, seperti Eropa dan Amerika Serikat.
Di dalam negeri, risiko yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG, antara lain tersendatnya akselerasi pembangunan infrastruktur, implementasi reformasi struktural yang tidak berjalan dengan baik, serta melemahnya harga komoditas unggulan ekspor Indonesia.
"Kondisi itu dapat memicu PE re-rating di pasar saham," kata Alvin.
Kendati demikian, kinerja IHSG bukan tanpa risiko. Dari sisi global, IHSG masih dibayangi perlambatan dan risiko perburukan laju pertumbuhan ekonomi global, risiko geopolitik dari kawasan Asia Utara dan Timur Tengah, serta krisis politik dan ekonomi di kawasan negara maju, seperti Eropa dan Amerika Serikat.
Di dalam negeri, risiko yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG, antara lain tersendatnya akselerasi pembangunan infrastruktur, implementasi reformasi struktural yang tidak berjalan dengan baik, serta melemahnya harga komoditas unggulan ekspor Indonesia.
Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi lanjutkan penguatan pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Hasil pertemuan bank sentral baik dalam negeri dan luar negeri positif menjadi katalis.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG sedang berusaha menggapai level resistance 5.421 untuk konfirmasi kenaikan IHSG jangka pendek. Sedangkan level support perlu dipertahankan di level 5.302.
"IHSG berpotensi menguat. IHSG alami penguatan seiring rilis data ekonomi tentang suku bunga acuan baik dari dalam maupun luar negeri," ujar dia dalam ulasannya, Jumat (23/9/2016).
Sementara itu, Analis PT HD Capital Tbk Yuganur Widjanarko menuturkan pihaknya melihat keadaan jenuh beli setelah kenaikan cukup banyak dan selesainya euforia the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG sedang berusaha menggapai level resistance 5.421 untuk konfirmasi kenaikan IHSG jangka pendek. Sedangkan level support perlu dipertahankan di level 5.302.
"IHSG berpotensi menguat. IHSG alami penguatan seiring rilis data ekonomi tentang suku bunga acuan baik dari dalam maupun luar negeri," ujar dia dalam ulasannya, Jumat (23/9/2016).
Sementara itu, Analis PT HD Capital Tbk Yuganur Widjanarko menuturkan pihaknya melihat keadaan jenuh beli setelah kenaikan cukup banyak dan selesainya euforia the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat.
BACA JUGA
Ini memberikan alasan cukup kuat untuk melakukan aksi jual sehingga IHSG rentan koreksi hingga level di bawah 5.300.
Yuganur memprediksi IHSG akan berada di kisaran support 5.280-5.180-5.130-4.980 dan resistance 5,470-5.525-5.625.
Rekomendasi Saham
Yuganur memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Bank Mandiri (BMRI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), serta PT Waskita Beton Tbk (SBP).
Sedangkan William memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Rekomendasi Teknikal
Yuganur memilih saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk dicermati pelaku pasar. Secara teknikal, pola perbaikan jangka pendek dan menengah membuatnya menarik untuk diakumulasi melihat kinerja perseroan ke depan.
Ia merekomendasikan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk masuk di level pertama Rp 11.150, level kedua Rp 10.850, dan cut loss point Rp 10.250.
Yuganur memprediksi IHSG akan berada di kisaran support 5.280-5.180-5.130-4.980 dan resistance 5,470-5.525-5.625.
Rekomendasi Saham
Yuganur memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Bank Mandiri (BMRI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), serta PT Waskita Beton Tbk (SBP).
Sedangkan William memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Rekomendasi Teknikal
Yuganur memilih saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk dicermati pelaku pasar. Secara teknikal, pola perbaikan jangka pendek dan menengah membuatnya menarik untuk diakumulasi melihat kinerja perseroan ke depan.
Ia merekomendasikan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk masuk di level pertama Rp 11.150, level kedua Rp 10.850, dan cut loss point Rp 10.250.
Liputan6.com, Jakarta - Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berlanjut menuju akhir pekan ini. Keputusan Bank Indonesia menurunkan acuan 7 days reverse repo rate menjadi motor penggerak IHSG.
Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada level suport 5.320 dan resistance 5.460. "IHSG akan bergerak cenderung mixed mencoba melanjutkan penguatan secara terbatas," kata dia di Jakarta, Jumat (23/9/2016).
Pada perdagangan saham kemarin IHSG melesat 37,67 poin ke level 5.380. Namun, investor asing justru melakukan jual bersih sebanyak Rp 229,52 miliar. Lanjar menduga, aksi jual investor asing disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit bank.
BACA JUGA
"Pertumbuhan pinjaman yang kian merosot ke level terendah di 7,7 persen dari 8,8 persen disinyalir menjadi pemicu aksi jual investor asing di tengah sentimen positif dari eksternal," ungkap dia.
IHSG kompak menguat dengan Bursa Asia. Dia bilang, penguatan Bursa Asia disebabkan oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat yang menunda kenaikan suku bunga acuan.
"Indeks saham di Asia mayoritas melanjutkan penguatan setelah The Fed menyatakan untuk tidak mengubah suku bunga dan turunkan proyeksi untuk kenaikan pada tahun 2017," tutur dia.
PT Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG variatif dengan kecenderungan menguat. IHSG bakal berada di level support 5.362 dan resistance 5.430.
Saham rekomendasi Sinarmas Sekuritas antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). (Amd/Gdn)
Komentar
Posting Komentar