resolusi MAEN SAHAM 2015
JAKARTA. Kami menyajikan sejumlah berita di halaman bursa saham Harian KONTAN edisi Selasa 9 Desember 2014, sebagai berikut.
JAKARTA. Kami menyajikan sejumlah berita di halaman bursa saham Harian KONTAN edisi Selasa 9 Desember 2014, sebagai berikut.
Mengandalkan Recurring Income
Emiten properti mulai memperkuat bisnis dengan menggenjot pendapatan berulang alias recurring income. Langkah ini demi mengimbangi bisnisdevelopment yang kian melambat.
Salah satu emiten dengan porsi recurring income kuat adalah PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Pengembang properti di wilayah Surabaya dan Jakarta ini memiliki porsi recurring income sebesar 43% dari pendapatan hingga akhir kuartal III 2014. Perseroan ini berniat menjaga porsi ideal antara recurring income dan divisi development, yakni 50%:50%.
Tahun ini, PWON mengembangkan kawasan superblok Tunjungan Plaza 5 dan Tunjungan Plaza 6 serta sebuah pusat perbelanjaan di Tunjungan Plaza 4. Untuk pengembangan tersebut, PWON mengalokasikan investasi senilai Rp 2,5 triliun. Dana investasi sebesar Rp 1,25 triliun berasal dari utang sindikasi sejumlah bank. Sedangkan separuhnya investasi Rp 1,25 triliun berasal dari cash flow dan marketing sales PWON.
Langkah untuk memperbesar recurring income juga dilakukan oleh PT Metropolitan Land Tbk (MTLA). Pada tahun depan, MTLA sudah menyiapkan anggaran belanja modal hingga Rp 520 miliar. Salah satu proyek yang akan mereka kembangkan adalah Mal Metropolitan Cileungsi. Untuk proyek komersial ini, MTLA menanamkan investasi senilai Rp 220 miliar.
Bukan hanya itu, MTLA punya sejumlah proyek untuk meningkatkanrecurring income, antara lain superblok Metland West City, Metland Hotel Lampung, serta gedung perkantoran Metland Jakarta.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
Demi memuluskan ekspansinya, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencari pinjaman. Emiten semen pelat merah ini membutuhkan dana Rp 2,22 triliun sampai Rp 3,11 triliun. Dana itu akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Aceh.
"Sumber pendanaan pabrik Aceh 50% sampai 70% berasal dari pinjaman," ungkap Direktur Keuangan SMGR Ahyanizzaman, kepada KONTAN, Senin (8/12).
Nilai investasi untuk membangun pabrik di Aceh kurang lebih sama dengan dana pembangunan pabrik Rembang. Sebab, pabrik tersebut merupakan lahan baru yang pengembangannya membutuhkan fasilitas baru atau greenfield. Seperti diketahui, biaya investasi pabrik Rembang membengkak menjadi Rp 4,45 triliun lantaran nilai tukar rupiah menurun terhadap dollar AS.
Pembangunan pabrik Aceh demi memenuhi permintaan di wilayah Aceh, Medan, Dumai dan Riau yang cukup besar dan mencatatkan pertumbuhan yang bagus. Adapun kapasitas produksi pabrik Aceh maksimal sebesar 3 juta ton per tahun. Ahyanizzaman bilang, pembangunannya dimulai di semester kedua tahun depan.
PT Indosat Tbk (ISAT)
PT Indosat Tbk (ISAT) telah memperoleh pernyataan efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait aksi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I tahap I senilai Rp 2,5 triliun. Surat utang ISAT memberi kupon antara 10% sampai 10,7%. Artinya bunga obligasi ISAT mendekati ambang batas atas saat penawaran awal yang menawarkan kupon 9%-10,85%.
ISAT merilis surat utang dalam dua jenis, yakni obligasi konvensional dan sukuk. Dua obligasi ini terbagi menjadi empat seri. Seri A berjangka waktu tiga tahun memberi kupon 10%, seri B bertenor lima tahun memiliki kupon 10,3%, seri C dengan tenor tujuh tahun menjanjikan kupon 10,5%, dan seri D tenor 10 tahun berkupon 10,7%.
Andromeda Tristanto, Hubungan Investor ISAT, menjelaskan, pada masa penawaran awal ataubookbuilding, permintaan obligasi konvensional ISAT mengalami kelebihan permintaan. Sedangkan, sukuk kekurangan permintaan. "Karena itu, porsi konvensional ditambah sedangkan sukuk diturunkan," papar Andromeda, kepada KONTAN, Senin (8/12).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali bergerak konsolidasi pada Selasa (9/12). Kemarin (8/12), IHSG melemah 0,85% ke 5.144,01. Sedangkan bursa Asia yang tercermin dalam indeks MSCI Asia Pasifik anjlok 0,1% ke 139,86 hingga pukul 16.03 waktu Hong Kong.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, koreksi ini sekadar aksi ambil untung aliasprofit taking setelah IHSG menguat beberapa hari. Menurut Hans, level IHSG saat ini sudah terbilang tinggi. Sejak awal tahun, IHSG sudah menguat 20%. "Jadi, ini profit taking biasa karena IHSG dianggap sudah naik tinggi," tegas Hans.
Di sisi lain, tidak banyak sentimen yang mewarnai baik domestik maupun global. Kondisi Eropa masih belum menunjukkan perbaikan, terutama terlihat dari rating Italia yang dipangkas. Sebaliknya, harapan kehadiran sumber likuiditas baru mengemuka, seiring Jepang akan menggelar program stimulus ekonomi.
William Surya Wijaya, analis Indosurya Asjaya Securities, menambahkan, IHSG koreksi sehat. Namun, jangka panjang masih uptrend. Hari ini, dia memprediksikan IHSG menguat di 5.121-5.229. Sementara Hans memproyeksikan di 5.120-5.188.
Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Menjelang akhir tahun sepertinya menjadi masa terberat bagi emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia. Laju pasar saham yang tak menentu menjadi biang kerok para penghuni baru tersebut tak mampu meraup dana maksimal dari aksi initial public offering (IPO).
Contohnya PT Blue Bird Tbk (BIRD). Dari IPO belum lama ini, operator taksi tersebut hanya bisa meraup dana Rp 2,45 triliun. Padahal, semula BIRD membidik Rp 3,82 triliun-Rp 4,94 triliun.
Demikian pula PT Soechi Lines Tbk (SOCI). Emiten pelayaran ini hanya meraup dana IPO sekitar Rp 582,45 miliar dari target maksimal Rp 2 triliun. Agar agenda ekspansi terjaga, SOCI harus mencari pinjaman baru antara US$ 50 juta-US$ 60 juta.
Dua fakta ini menjadi warning bagi PT Impack Pratama Industri, yang segerago public dalam waktu dekat. Perusahaan ini menawarkan harga antara Rp 3.200-Rp 3.900 per saham. Di prospektus awal, saham yang akan dijual 40%, meliputi 10% saham baru dan 30% saham divestasi.
Fery Budiman Tanja, Direktur Utama Ciptadana Securities, yang menjadi penjamin emisi IPO Impack bilang, harga IPO ditetapkan di batas atas Rp 3.800 per saham. Tapi jumlah saham yang dijual mungkin tidak 40%. "Itu jumlah maksimal, jadi bisa kurang," ujar dia, Senin (8/12).
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, suku bunga tinggi biasanya menekan valuasi ekonomi. Ini menyebabkan harga saham IPO terasa mahal. "Investor tak tertarik membeli. Daya serap menjadi sedikit dan akhirnya emiten menurunkan target," kata dia, kemarin.
Reza Nugraha, analis MNC Securities, mengatakan, sejak semester kedua tahun ini, pasar kekurangan likuiditas, sehingga, risiko investasi di pasar modal tinggi. Di sisi lain, kapitalisasi pasar calon emiten baru tak terlalu istimewa. "Sehingga, investor terutama investor asing, wait and see dan menunggu IPO lebih besar di tahun depan," kata dia.
Selain itu, emiten yang masuk pasar modal saat ini tak bergerak di sektor favorit. Melorotnya harga komoditas terutama minyak, memicu risiko. "Yang mendaftar IPO juga banyak bergantung dengan harga komoditas," tambah Satrio. Misalnya SOCI yang memangkas target perolehan IPO lantaran harga minyak turun.
Tapi Satrio yakin, tahun depan terutama di semester kedua, saham IPO bakal lebih ramai. Saham konstruksi, konsumer, infrastruktur dan pelayaran bakal diminati. Saham komoditas selain batubara juga bakal membaik.
Editor: Sanny Cicilia
Komentar
Posting Komentar