Bisnis.com, JAKARTA—Indeks acuan bursa Asia Tenggara bergerak beragam pada pertengahan perdagangan Jumat (2/1/2015).
Berdasarkan data Bloomberg, tiga dari tujuh indeks bursa saham yang dipantau bergerak melemah.
Kuala Lumpur Composite Index memimpin pelemahan dengan turun 0,65% disusul Laos Securities Exhange Index yang merosot 0,17%.
IHSG Jakarta tercatat menguat 0,21% ke level 5.237,82, sedangkan Strait Times Index Singapura naik 0,18% ke level 3.31,24. Adapun Bursa di Ho Chi Minh, Bangkok, dan Manila libur.
Kinerja Bursa Saham Asia Tenggara
Kota
|
Level (Per 30/12/2014)
|
Perubahan
|
Pukul (WIB)
|
Jakarta
|
5.237,82
|
+0,21%
|
11:30:01
|
Ho Chi Minh*
|
546,63
|
+1,50%
|
15:01:59
|
Bangkok*
|
1.497,67
|
-0,04%
|
17:07:00
|
Singapura
|
3.371,24
|
+0,18%
|
12:21:57
|
Kuala Lumpur
|
1.749,87
|
-0,65%
|
12:20:45
|
Vientiane
|
1.414,19
|
-0,17%
|
11:31:05
|
Manila*
|
7.230,57
|
+0,62%
|
16:51:00
|
*libur
Sumber: Bloomberg, 2014
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar masyarakat dan investor tidak meragukan atau pesimistis terhadap kondisi ekonomi pada 2015 ini. Bahkan, diyakini ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik daripada tahun lalu.
NERACA
Jakarta - Sebagian besar saham yang masuk indeks LQ45 atau 45 saham teraktif mencatatkan keuntungan tertinggi (capital gain) terbesar di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dari 45 saham tersebut, sektor saham konstruksi memberikan capital gain di atas 100% sepanjang 2014.
Akan tetapi, saham-saham LQ45 yang bergerak di sektor tambang, perkebunan dan transportasi cenderung tertekan. Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT), perusahaan kontruksi BUMN berhasil mencatatkan kenaikan tertinggi/capital gain mencapai 262,96% ke level Rp 1.470 per saham. Kedua, saham PT PP Tbk (PTPP) beri imbal hasil tertinggi sebesar 208,19% menjadi Rp 3.575 per saham.
Ketiga, saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencetak capital gain sebesar 132,91% menjadi Rp 3.680 per saham. Keempat, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 130,46% ke level Rp 3.480 per saham. Kelima, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menanjak 94,87% ke level Rp 1.520 per saham.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menilai, saham-saham konstruksi mencatatkan kenaikan tertinggi sepanjang 2014 karena ada harapan terhadap pemerintah baru. Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan dapat membangun proyek infrastruktur sehingga mendukung saham konstruksi termasuk PT Waskita Karya Tbk (WSKT),”Saham konstruksi jadi primadona tahun ini terutama ada harapan kepada pemerintah. Saat ini juga banyak tender yang dikeluarkan sehingga memberi pendapatan lebih besar kepada perusahaan konstruksi BUMN," ujar Satrio di Jakarta, kemarin
http://www.neraca.co.id/bursa-saham/49177/Saham-Konstruksi-Masih-Menjanjikan
Sumber : NERACA.CO.ID
Bisnis.com, JAKARTA--Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, mengatakan saham-saham emiten pelat merah akan tetap menjadi primadona dan menjadi penggerak IHSG sepanjang tahun depan.
Jakarta - Sebagian besar saham yang masuk indeks LQ45 atau 45 saham teraktif mencatatkan keuntungan tertinggi (capital gain) terbesar di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dari 45 saham tersebut, sektor saham konstruksi memberikan capital gain di atas 100% sepanjang 2014.
Akan tetapi, saham-saham LQ45 yang bergerak di sektor tambang, perkebunan dan transportasi cenderung tertekan. Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT), perusahaan kontruksi BUMN berhasil mencatatkan kenaikan tertinggi/capital gain mencapai 262,96% ke level Rp 1.470 per saham. Kedua, saham PT PP Tbk (PTPP) beri imbal hasil tertinggi sebesar 208,19% menjadi Rp 3.575 per saham.
Ketiga, saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencetak capital gain sebesar 132,91% menjadi Rp 3.680 per saham. Keempat, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 130,46% ke level Rp 3.480 per saham. Kelima, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menanjak 94,87% ke level Rp 1.520 per saham.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menilai, saham-saham konstruksi mencatatkan kenaikan tertinggi sepanjang 2014 karena ada harapan terhadap pemerintah baru. Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan dapat membangun proyek infrastruktur sehingga mendukung saham konstruksi termasuk PT Waskita Karya Tbk (WSKT),”Saham konstruksi jadi primadona tahun ini terutama ada harapan kepada pemerintah. Saat ini juga banyak tender yang dikeluarkan sehingga memberi pendapatan lebih besar kepada perusahaan konstruksi BUMN," ujar Satrio di Jakarta, kemarin
http://www.neraca.co.id/bursa-saham/49177/Saham-Konstruksi-Masih-Menjanjikan
Sumber : NERACA.CO.ID
Bisnis.com, JAKARTA--Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, mengatakan saham-saham emiten pelat merah akan tetap menjadi primadona dan menjadi penggerak IHSG sepanjang tahun depan.
Imbal hasil yang diberikan saham-saham BUMN bakal lebih banyak disumbang dari sektor konstruksi dan infrastruktur.
"Saham BUMN masih akan terus memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan IHSG. Sektor konstruksi masih akan menjadi primadonanya indeks seiring dengan banyaknya proyek pemerintah tahun depan," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (30/12/2014).
Dalam jangka pendek, saham kontraktor BUMN dinilai berisiko terkena aksi ambil untung. Sebulan terakhir, saham-saham emiten konstruksi dinilai telah melejit cukup tinggi sehingga rawan aksi profit taking.
Akan tetapi, dia menilai koreksi saham-saham sektor konstruksi tidak akan besar pada tahun depan. Pasalnya, tidak ada peristiwa besar yang dapat menekan saham sektor konstruksi sepanjang tahun depan.
Saham empat kontraktor BUMN, yakni ADHI, PTPP, WSKT, dan WIKA, dinilai masih memiliki potensi yang cukup merata. Selain dari proyek dalam negeri, kemampuan emiten tersebut ekspansi ke kawasan regional dan global juga menjadi catatan penting bagi investor.
Target pemerintah dalam pembangunan infrastruktur pendukung energi alternatif juga membuat saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. turut moncer.
Kendati demikian, rencana pemerintah yang akan menyuntikkan modal melalui right issueterhadap tiga emiten, yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk., WSKT, dan ADHI, akan terus berada dalam radar investor pada tahun depan.
"Kalau ANTM prospeknya agak kurang, kalau WSKT dan ADHI dengan adanya right issue dapat menggarap proyek-proyek yang lebih besar lagi," paparnya.
Tekanan terhadap ANTM, sambungnya, lebih diakibatkan kemampuan perseroan dalam pembangunan smelter. Lemahnya harga komoditas juga dinilai menjadi penekan terhadap saham ANTM dan emiten pertambangan pelat merah seperti TINS serta PTBA.
Adapun saham perbankan BUMN seperti BBRI, BMRI, BBNI dan BBTN, dinilai masih tumbuh normal. Emiten perbankan akan tumbuh seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan III tahun depan bersamaan dengan emiten konsumer.
Sementara sektor farmasi, KAEF dan INAF diperkirakan masih akan tertekan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Tetapi, masih ada harapan pada kuartal II dan III tahun depan terhadap saham farmasi apabila pemerintah mampu menangani defisit neraca perdagangan sehingga kurs rupiah bakal menguat.
Kiswoyo Adi Joe, analis PT Investa Saran Mandiri, menilai return saham emiten pelat merah jauh lebih tinggi dibandingkan IHSG karena memang kapitalisasi pasar mereka mencapai sepertiga dari total kapitalisasi pasar di BEI.
Lonjakan return saham emiten konstruksi BUMN yang menjadi jawara pada tahun ini benar-benar dipengaruhi oleh "Jokowi effect". Investor menilai rencana pembangunan infrastruktur oleh pemerintahan baru bakal berdampak positif terhadap kinerja kontraktor BUMN.
"Tahun depan saham konstruksi BUMN akan melambat, tapi secara rata-rata return saham BUMN akan masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan IHSG," ungkapnya.
Dia menilai, saham-saham sektor perbankan diperkirakan akan memberikan return tertinggi sepanjang 2015. Pasalnya, bila kontraktor sudah menjalankan proyek, tentunya mereka akan membutuhkan pendanaan yang besar.
Peluang itulah yang dinilai Kiswoyo sebagai pendorong bagi investor untuk mengoleksi saham-saham perbankan milik pemerintah. Dia menyarankan untuk mengoleksi BMRI dan BBRI.
Selain itu, dia menilai peluang terjadi kenaikan saham yang tinggi juga pada JSMR dan PGAS. Potensi kenaikan tersebut diperkirakan karena peningkatan trafik jalan tol dan kebutuhan gas di dalam negeri.
Adapun, tantangan yang akan dihadapi emiten BUMN pada tahun depan adalah pengurangan jumlah utang khususnya valas serta tekanan terhadap harga komoditas. Tahun depan, harga komoditas yang diperkirakan belum akan membaik membuat emiten sektor tersebut tak mampu menggenjot laba.
Jokowi mengungkapkan optimisme itu karena didorong peningkatan ruang fiskal dan dipercepatnya proses perizinan usaha di dalam negeri.
Sekarang, kata Jokowi, ruang fiskal pemerintah jauh lebih baik Rp 240 triliun. Ini bisa digunakan untuk secepat-cepatnya bangun infrastruktur yang berkaitan dengan waduk, irigasi, jalan tol dan jalur kereta api diluar Jawa, pelabuhan, dan bandara.
Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) seiring harga minyak dunia, yang dapat dijadikan momentum untuk menghapuskan subsidi BBM juga menjadi faktor pendorong keyakinan tersebut.
"Ini makin menambah optimisme kita kalau ekonomi ke depan jauh lebih baik. Jadi, jangan ada satu orangpun yang ragu, pesimis, karena yang saya lihat ke depan kita akan jauh lebih baik," katanya dalam sambutannya pada acara pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (2/1).
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, saat ini pemerintah sedang dalam proses membangun kepercayaan. Pihaknya pun menargetkan bulan ini akan membuka lebih banyak lagi pintu-pintu investasi atau national one stop service. "Jangan lagi bangun power plant urus izinnya 4-6 tahun. Saya akan ikuti, kalau ada yang lama seperti itu harus ada yang bertanggung jawab, artinya dicopot," katanya.
Saat pembukaan perdagangan bursa tahun ini, Jokowi didampingi oleh Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo, dan Kapolri Jenderal Sutarman.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/237514-jokowi-minta-investor-tak-ragu-kondisi-ekonomi-2015.html
Sumber : BERITASATU.COM
JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia pada 2015 ini akan memberikan sentimen pada pasar saham Indonesia. Oleh karena itu, rencana-rencana pemerintah akan memberikan dampak pada saham-saham.Perencana Keuangan, Safir Senduk, menyebutkan terdapat beberapa sektor yang dinilai selalu memiliki potensi setiap tahunnya, termasuk di 2015. Di antaranya sektor barang konsumsi, sektor infrastruktur, serta sektor perbankan.
"Sektor barang konsumsi seperti jenis perusahaan berbasis sabun, shampo, mie instan. Lantaran, mie instan selalu dibutuhkan oleh masyarakat jika memiliki penghasilan yang sudah menipis," kata dia kepada Okezone di Jakarta.
Dia melanjutkan, sektor lain yang dinilai dapat berkembang adalah sektor infrastruktur. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perumahan dan infrastruktur.
"Sepanjang Indonesia membangun properti, konstruksi jalan tol, perumahan dan lain-lain masih dibutuhkan. Serta sektor perbankan, karena kalau ekonomi lagi bagus orang banyak yang pinjam uang ke bank,lantaran suku bunga naik. Sedangkan,jika ekonomi turun orang datang ke bank, untuk menaruh uang di deposito," pungkasnya.
http://economy.okezone.com/read/2015/01/01/278/1086728/sektor-sektor-yang-akan-populer-di-2015
Sumber : OKEZONE.COM
Bisnis.com, JAKARTA-- Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan akan bergerak pada level 5.151–5.250. Target resistance pada awal tahun ini diyakini berada pada level 5.250 dengan support berada pada level 5.151.
Dalam jangka pendek, menurut Asjaya Indosurya Securities, indeks masih berada dalam jalur uptrend. Kondisi pertumbuhan pasar modal Indonesia diyakini masih cukup menggiurkan di mata para investor seiring dengan kondisi perekonomian dan politik yang cukup stabil setelah melewati berbagai tantangan pada tahun lalu.
Beberapa saham yang dapat dipertimbangkan pada perdagangan hari ini a.l. EXCL, AKRA, JSMR, PGAS, TOTL, SMCB, LSIP, dan PWON
Aliran modal asing diperkirakan masih berlanjut dan akan menopang pergerakan indeks pada perdagangan hari ini.
Pada penutupan perdagangan Selasa (30/12), indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 0,94% ke posisi 5.226,95. Posisi ini tertinggi se jak IHSG berada di posisi 5.227,58
pada 19 September 2014.
Investor asing pada Selasa (30/12), mencetak aksi beli bersih senilai Rp2,49 triliun, tertinggi sepanjang Desember 2014.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adie Joe juga memprediksi IHSG akan naik terbatas pada perdagangan hari ini. Dia memperkirakan indeks akan menyentuh level support 5.150 dan resistance di posisi 5.300.
“Besok masih suasana libur soalnya. Kemungkinan indeks akan menguat tipis,” katanya kepada Bisnis, Kamis (1/1).
Pada awal perdagangan 2015, jelasnya, pergerakan indeks akan dipengaruhi oleh data inflasi yang akan segera dirilis. Jika hasilnya tinggi, IHSG berpotensi mengalami koreksi pada awal pekan depan.
Sementara itu, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp7.600 per liter diperkirakan tidak banyak berpengaruh. Prediksi senada juga disampaikan oleh analis PT First Asia Capital David N. Sutyanto. Menurutnya, IHSG akan melanjutkan tren positif pada perdagangan hari pertama tahun ini. Apalagi pemerintah juga telah menurunkan BBM bersubsidi yang diharapkan bisa menekanongkos produksi dan distribusi emiten.
“Di sisi lain masih ada potensi koreksi kalau ternyata penurunan BBM ini tidak menyebabkan deflasi,” katanya kepada Bisnis, Kamis (1/1/2014).
David memprediksi ndeks bergerak di level support 5.180 dan resistance 5.260. Kendati berpotensi menguat, pasar juga harus memperhatikan data inflasi Desember yang akan dirilis. Jika hasilnya terlalu tinggi, indeks akan mengalami koreksi. Selain itu, data neraca perdagangan juga patut menjadi perhatian.
Sektor konstruksi dan properti dinilai akan menjadi penopang indeks pada awal tahun ini. Apalagi alokasi subsid BBM yang akan dialihkan untuk proyek-proyek infrastruktur juga semakin besar. Beberapa saham yang berpotensi menguat antara lain WIKA, JSMR, PGAS, dan ADHI. Di luar kedua sektor tersebut, emiten yang bergerak di bidang konsumen juga layak dikoleksi.
Komentar
Posting Komentar