Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 10 Maret 2015

INILAHCOM, Jakarta – Koreksi minor pasca-break all time high 5.514 akibat pelemahan rupiah dan Dow Jones sebelumnya hanya menunda sementara skenario bullish Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pilihlah saham ini.

Senior Research HD Capital Yuganur Wijanarko dalam riset hariannya yang dipublikasikan di Jakarta Selasa (10/3/2015) mengungkapkan, IHSG bullish menuju 5.550 hanya tinggal menunggu waktu. “Level 5.550 merupakan breakout target dari konsolidasi 5.425-5.500,” ungkap riset Yuganur.

Ia pun merekomendasikan sejumlah saham untuk dikoleksi yakni PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Bumi Serpong Damai (BSDE), PT Bank Tabungan Negara (BBTN) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Bagaimana analisanya? Mari kita lihat satu per satu.
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2185323/ihsg-menuju-5550-pilih-saham-ini#sthash.G22JNaHx.dpuf ID- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi bergerak melemah sepanjang perdagangan hari ini. Pergerakan indeks akan dipengaruhi sentimen rilis data indeks tingkat penjualan eceran di Indonesia dan Tionkok. Tingkat pinjaman baru, produk industri, dan neraca peradangan Tionkok. Secara teknikal, indeks membentuk formasi two days reversal pattern break out MA7 support level setelah pulled back upper bollinger bands. Indikator stochastic masih bergerak bearish diiringi momentum RSI melemah tajam dari area overbought. MACD line dead-cross dengan signal line, sehingga terbuka peluang pelemahan IHSG selanjutkan dengan kisran pergerakan 5.385-5.460. Pada perdagangan kemarin, IHSG anjlok -70.15 poin sebesar -1.27% menjadi 5.444,63. Pelemahan indeks dipicu atas berita negatif spekulasi suku bunga Amerika Serikat (AS). Pemodal asing merealisasikan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 283,25 miliar. Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php
JAKARTA – Kemungkinan penurunan BI rate yang mendorong pertumbuhan ekonomi akan menjadi sentimen positif penggerak IHSG pekan ini. Indeks berpeluang menembus level 5.600, dengan saham-saham sektor consumer goods dan perbankan diperkirakan menguat.
Pekan lalu, perdagangan saham di BEI ditutup dengan indeks mencapai 5.514,8 atau mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 310,8 miliar. Dengan performa tersebut, IHSG mencetak gain 5,5% sejak awal tahun atau 1,2% pada bulan ini. Adapun net buy asing sejak awal tahun ini sebesar Rp 11,7 triliun.
Meski begitu, investor diminta tetap mewaspadai aksi ambil untung (profit taking) yang biasanya terjadi setelah indeks menguat tajam. Selain itu, sejumlah faktor eksternal dapat menjadi sentimen yang menekan laju pergerakan IHSG, seperti laporan pekerjaan bulanan Amerika Serikat. Jika data ini cukup kuat, hal itu bisa mendukung kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve).
Faktor lain adalah data inflasi Tiongkok, produk domestik bruto (PDB) Jepang, serta neraca perdagangan Jerman. Demikian rangkuman keterangan analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya, analis Reliance Securities Lanjar Nafi, Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, dan Chairman LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo. Mereka memberikan keterangan secara terpisah di Jakarta, pekan lalu.
William Suryawijaya mengemukakan, dalam waktu dekat, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih akan mencetak rekor baru. “Dari 5.300 ke 5.500 kan cuma butuh dua minggu. Jadi, tidak menutup kemungkinan level 5.600 bisa dicapai pada minggu ini,” kata dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
William menambahkan, hingga akhir tahun ini, IHSG diproyeksikan mampu menyentuh level 6.396. Ia mengimbau investor untuk mencermati saham perbankan serta industri barang konsumsi yang diprediksi mendapatkan imbas positif bila BI rate kembali diturunkan. “Ada tendensi BI rate kembali turun, sehingga pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat. Daya beli pun otomatis meningkat, membantu kinerja sektor consumer goods,” tuturnya.
Bank Indonesia (BI) pada 17 Februari 2015 menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin dari 7,75% menjadi 7,5%. Pada penetapan sebelumnya, 18 November 2014, suku bunga acuan ditetapkan 7,75%, atau naik 25 basis poin dari 7,5%.
Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya, kebijakan tersebut terpaksa dilakukan untuk merespons ekspektasi inflasi yang naik akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada 17 November 2014, memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan, serta menjaga nilai tukar rupiah. Senada dengan William, Reza Priyambada mengatakan, indeks berpotensi tetap berada di zona hijau. Sepanjang tahun ini, ia mencatat, IHSG telah empat kali menyentuh level tertinggi baru. Namun demikian, Reza mengimbau investor mewaspadai potensi pembalikan arah jika aksi profit taking terjadi. “Ada potensi pembalikan arah jika profit taking terjadi, tapi sepanjang banyak pelaku pasar kembali melanjutkan pembelian, IHSG akan cenderung kembali menguat. Investor perlu tetap mencermati rilis data ekonomi dan sentimen-sentimen lainnya,” ungkap dia.
Pada perdagangan pekan ini, Reza memperkirakan IHSG berada pada rentang support 5.428-5.470 dan resistance 5.528-5.542. Secara teknikal, indikator hanging man mendekati area upper bollinger band (UBB ), sedangkan MACD masih mencoba bergerak naik dengan histogram positif yang naik. RSI, Stochastic, dan William’s %R kembali mencoba melanjutkan kenaikan.
“Meski sempat terkonsolidasi pasca menyentuh level tertinggi terbaru, indeks terbukti mampu menguat dan mengukir rekor baru lagi. IHSG masih mampu ber tahan di atas area target support 5.374-5.390 dan mampu melampaui area target resistance 5.471- 5.485,” paparnya.
Pendapat berbeda dikatakan analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo. Ia memperkirakan, pergerakan indeks pekan ini bakal sama dengan pekan lalu. Dia menilai, tidak ada sentimen domestik maupun regional yang berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. IHSG diperkirakan bergerak dengan support 5.474 dan resistance 5.650.
Sedangkan Lanjar Nafi mengatakan, pada Jumat lalu, IHSG kembali mencetak rekor baru dengan penguatan 63,84 poin (1,17%) ke level 5.514,79. Pemicunya adalah tumbuhnya uang beredar yang dipengaruhi oleh peningkatan aktiva luar negeri yang meningkat 15,3% (yoy) pada Januari 2015. Hal tersebut mengindikasikan likuiditas ekonomi Januari 2015 meningkat.
Selain itu, cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2015 menembus US$ 115,5 miliar, meningkat US$ 1,3 miliar dari posisi akhir Januari 2015 sebesar US$ 114,2 miliar, yang antara lain dipicu tingginya kepercayaan investor.
Sementara itu, bursa Eropa dibuka mixed di akhir pekan setelah bank sentral Eropa berkomitmen memulai pembelian aset dan investor cenderung menunggu laporan payrolls AS. “Sentimen selanjutnya yang akan menghujani seminggu ke depan di antaranya inflasi Tiongkok, data gross domestic product Q4 di Jepang, dan neraca perdagangan di Jerman. Semua diprediksi menjadi sentimen yang dapat menekan laju pergerakan IHSG,” paparnya. Saham Unggulan Untuk saham-saham yang layak dikoleksi pekan ini, dari sektor perbankan, William mengunggulkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Keduanya diproyeksikan mampu menembus harga Rp 17.000 dan Rp 8.200 per unit. Sedangkan dari sektor consumer goods direkomendasikan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), masingmasing harga sahamnya ditargetkan mencapai Rp 38.500 dan Rp 8.100. Sedangkan Satrio Utomo memperkirakan, dari sektor bank, saham-saham yang bergerak positif adalah BBCA, BBNI, dan BMRI. Target harga BBRI pekan ini sekitar Rp 13.350. Emiten komoditas pertambangan dan perkebunan juga bakal naik harga sahamnya, karena diuntungkan dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Sebab, mereka meraih pendapatan dalam dolar AS. “Emiten penghasil batubara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) bakal diuntungkan pelemahan rupiah, karena pendapatannya dalam dolar AS. Bersama saham perbankan dan barang konsumsi, saham komoditas bakal menjadi penggerak indeks pekan ini. Saham PTBA, UNVR, ICBP, ASII, ITMG, dan UNTR bakal melejit,” imbuh dia. Lucky Bayu Purnomo menuturkan, selama ini, sebagian besar komoditas tambang dalam negeri diekspor ke Eropa, AS, dan Tiongkok. Dengan pelemahan rupiah, emiten sektor tersebut tentu diuntungkan. Emiten-emiten yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah antara lain PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). TINS merupakan produsen timah terbesar kedua di dunia. “Pelemahan rupiah tentunya menambah pundi-pundi pendapatan perseroan. Untuk Indo Tambang, selain diuntungkan oleh pelemahan rupiah, bisnis perseroan cukup baik dan menjalankan good corporate governance (GCG),” ungkap Lucky. Rupiah Lucky Bayu Purnomo memperkirakan, rupiah masih terus melemah dan menyentuh level Rp 13.500 per dolar AS. Demikian pula Reza memprediksi rupiah masih melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS. Rilis data deflasi Februari sebesar 0,36%, melanjutkan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,24%, akan membuka ruang penurunan BI rate yang dapat memukul rupiah. Pelemahan juga dialami mata uang Asia lainnya, terutama yen, setelah dirilisnya penurunan capital spending Jepang. Demikian juga yuan melemah setelah The People’s Bank of China (PBoC) menurunkan suku bunga acuan. Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan, pelemahan rupiah akan menjadi sentimen negatif indeks pekan ini. Apalagi, menurut Lucky, penguatan indeks pekan lalu tidak wajar. “Perdagangan pekan ini seperti uji nyali bagi IHSG," kata dia. (c03/hut/en)

Bisnis.com, JAKARTA- Sucorinvest memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (10/3/2015) bergerak di kisaran 5.391-5.478.
Equity Analyst Sucorinvest Achmad Yaki Yamani mengatakan muncul bearish engulfing candle, RSI melemah dengan Stochastic menurun, MACD berpotensi death cross, indikator Momentum menurun, William %R dan ROC menurun, dan penguatan harga kemarin diikuti dengan penguatan volume.
“Hari ini kami perkirakan IHSG akan bergerak berfluktuasi melemah,” kata Yaki dalam risetnya.
Sentimen negatif yang membayangi pergerakan IHSG adalah setelah data pekerjaan AS pada minggu lalu lebih baik dari perkiraan, sehingga dikhawatirkan akan memicu bank sentral Amerika the Fed menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Indeks juga dibayangi oleh membaiknya data perdagangan China dan rilisnya data PDB Jepang yang naik lebih rendah dari ekspektasi.
“Saham yang bisa dipertimbangkan untuk trading hari ini ADRO, AKRA, LSIP, PGAS, SILO dan SSMS,” kata Yaki.
TickerS2S1LastR1R2Rec
IHSG
5391
5418
5445
5478
5516
Bearish

IHSG (5.445)Range: 5.410 -5.475---Indeks masih ditutup di atas EMA15 dimana selama ini menjadi supportkedua yang cukup kuat untuk tren bullishnya. Stochactic kembali memasukiarea netral sedangkan MACD bearish cross-over. Target kenaikan indeks padalevel 5.475 dan 5.500 dengan support di 5.410 kemudian 5.380 Sumber : IPS RESEARCH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih