the FED HORROR STARTS
sulit membayangkan bahwa IHSG AKAN MENCAPAI 5K, BORO-BORO 6K di DESEMBER 2015
karna PASAR AMAT PANIK MENGHADAPI the Fed horror, pajak yang tak mencapai sasaran, pengeluaran negara YANG MEROSOT, konsumsi yang MEROSOT, ekspor yang CENDERUNG MEROSOT DALAM khususnya TAMBANG n MANUFAKTUR, impor YANG AMBROL, capex 2016 YANG JUGA AKAN AMBROL (capex 2015 tidak MENCAPAI SASARAN), deflasi AKHIR 2015, dan BI RATE YANG TERLALU TINGGI !
seorang doktor ekonom yang maseh muda MENGANJURKeN Bank Indone$1a NAEKin SUKU BUNGA BI RATE
per tgl 15 Des 2015: TOKYO. Bursa saham Jepang berfluktuasi seiring hitungan mundur keputusan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang pertama hampir dalam satu dekade terakhir. Sementara penyulingan minyak meningkat setelah minyak mentah rebound dari level enam tahun terendah.
Indeks Topix sedikit berubah berada di level 1.528,03 pada pukul 09:03 pagi waktu setempat, Selasa (15/12) setelah penutupan kemarin di level terendahnya dalam lebih dari sebulan terakhir. Sebanyak 3 saham yang naik untuk setiap 2 yang turun. Indeks Nikkei 225 Stock Average melemah 0,2 % ke level 18.850,99, berayun dari keuntungan 0,1 %.
Sebelumnya, indeks Standard & Poor 500 naik 0,5 % menjadi ke level 2.022,08 di menit-menit akhir. Menyusul rebound minyak ke level US$ 36 per barel dibayangi oleh gejolak pasar kredit dan pelemahan dalam saham komoditas sebelum keputusan Federal Reserve yang bersiap untuk menaikkan suku bunga pada hari Rabu (16/12).
http://investasi.kontan.co.id/news/hitungan-mundur-the-fed-bursa-jepang-berfluktuasi
Sumber : KONTAN.CO.ID
"BI rate akan diumumkan pekan depan. Tentu menjadi sentimen domestik. Kalau globalnya, tetap pada isu kenaikan Fed Rate. Tapi jika Fed tidak jadi menaikkan suku bunganya, tentunya tekanan bisa mereda," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (12/12/2015).
Menurutnya BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Pasalnya, BI terus menahan BI Rate untuk mengatisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diyakini bisa memicu keluarnya dana-dana dari dalam negeri yang bisa memicu pelemahan nilai tukar rupiah.
Selain itu Dia juga menekankan hal penting lainnya yang harus diwaspadai adalah harga minyak dunia yang kembali tertekan minggu ini hingga menyentuh angka USD35/barel. Dia menjelaskan hal itu akan membuat ketar ketir emiten.
"Harus mewaspadai harga minyak dunia yang terus bergejolak. Turunnya sampai USD35/barel. Itu akan memberatkan bursa dan IHSG kalau tetap berlanjut. Karena emiten kita juga banyak yang sahamnya berbasis komoditas," pungkasnya.
per tgl 11 Desember 2015: Bisnis.com, JAKARTA--Sinyalemen Bank Indonesia yang akan menurunkan BI Rate justru mendapatkan reaksi negatif dari pasar modal.
"Pilkada efeknya libur. Saya kira tidak terlalu signifikan terhadap perdagangan saham di BEI. Kenapa? Karena ya tidak ada aktivitas saham, kan perdagangan tutup," tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (7/12/2015).
Dana pilkada serentak yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp7,1 triliun. Dana itu, sebut Samsul, tidak ada pengaruhnya bagi bursa saham. Lantaran dana itu digunakan untuk pelaksanaan pilkada di luar DKI Jakarta, sehingga efeknya pun tidak ada.
Ya di sana kan yang banyak pilkada. Pilkada bukan di sini, pilkada pun efeknya tidak masuk ke saham, tidak berpengaruh lah," jelas Samsul.
Tidak hanya pilkada serentak, Samsul menekankan event besar seperti Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden saja dampaknya tidak terasa bagi kondisi pasar modal.Â
"Jadi, saya sampaikan pilkada tidak ada hubungannya, itu politik, kita kan pasar modal. Tidak ada pengaruh lah. Pemilu yang kita jalani beberapa kali saja tidak ada pengaruhnya," tutup Samsul.
Â
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/12/08/198819/bei-pilkada-serentak-tak-berdampak-bagi-pasar-modal
Sumber : METROTVNEWS.COM
INILAHCOM, JakartaDalam sepekan terakhir, indeks saham domestik berhasil menorehkan angka yang positif. Ini jadi pertanda, pasar tak lagi khawatirkan kenaikan suku bunga the Fed pada Desember 2015. Seperti apa?
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.15 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific mengalami penurunan sebesar 0,3%. Indeks Topix Jepang tertekan 0,4% setelah saham-saham eksportir dilanda aksi jual akibat penguatan yen.
Sekadar informasi, nilai tukar yen pagi ini berada di level 122,90 per dollar AS atau menguat 0,6% dari posisi kemarin di level 122,87.
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan bergerak liar. Adapun indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,6% dan indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,6%.
Pergerakan bursa Asia pagi ini juga dipengaruhi oleh pergerakan dollar AS. Asal tahu saja, The Bloomberg Dollar Spot Index tertekan 0,7% pada sesi terakhir kemarin.
"The Fed sudah menegaskan alasan mereka untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember mendatang. Jika mereka tidak melakukannya, maka akan terjadi volatilitas yang cukup besar di market," jelas Evan Lucas, strategist IG Ltd di Melbourne.
http://investasi.kontan.co.id/news/dollar-turun-dalam-bursa-asia-bergerak-mundur
Oil shares and banks led the way, but everything from consumer stocks to industrials registered significant losses, "anything related to global growth," said Charlie Bilello of Pension Partners.
The Dow Jones Industrial Average finished down 254.15 points (1.44 percent) at 17,448.07.
The broad-based S&P 500 dropped 29.03 (1.40 percent) to 2,045.97, while the tech-rich Nasdaq Composite lost 61.94 (1.22 percent) at 5,005.08.
Bilello tied the slump to a wide fall in commodity prices, such as crude oil and copper, showing the weakness in global manufacturing.
"That's putting pressure on the energy sector, the materials sector, industrials," he said.
One big victim was heavy-equipment maker Caterpillar, whose shares sank 4.5 percent.
Banks lost heavily in the sell-off, with Bank of America falling 2.1 percent and Citigroup 2.6 percent.
In big oil, ExxonMobil lost 2.7 percent and Chevron 2.5 percent as crude prices dropped.
Embattled Canadian drug maker Valeant sank 6.6 percent after a judge refused to dismiss an insider trading lawsuit against the company and a major shareholder, activist investor William Ackman.
Valeant shares are now down more than 70 percent since the company's accounting and distribution methods came under scrutiny in August.
Bilello said markets are also wary of the possibility of the Federal Reserve raising interest rates next month. Several Fed officials, in speeches Thursday, made clear an increase in the federal funds rate is a real possibility, though not a certainty.
"The question is will they hike if the market continues to go down like that," he said. "The answer is 'no.'"
sulit membayangkan bahwa IHSG AKAN MENCAPAI 5K, BORO-BORO 6K di DESEMBER 2015
karna PASAR AMAT PANIK MENGHADAPI the Fed horror, pajak yang tak mencapai sasaran, pengeluaran negara YANG MEROSOT, konsumsi yang MEROSOT, ekspor yang CENDERUNG MEROSOT DALAM khususnya TAMBANG n MANUFAKTUR, impor YANG AMBROL, capex 2016 YANG JUGA AKAN AMBROL (capex 2015 tidak MENCAPAI SASARAN), deflasi AKHIR 2015, dan BI RATE YANG TERLALU TINGGI !
seorang doktor ekonom yang maseh muda MENGANJURKeN Bank Indone$1a NAEKin SUKU BUNGA BI RATE
... jika melihat grafik tren FFR, $, harga komoditas, dan emas dalam jangka panjang, maka tampak sejarah 1999 bisa digunakan sebagai petunjuk bahwa HUKUM EKUILIBRIUM ekonomi global bisa BERULANG pada kenaekan the FFR nante ... setidaknya harga emas n komoditas bisa ++ lah ... namun faktor harga minyak yang makin rendah karna OVERPRODUCTIVITY sulit dihindarkan sehingga tren STRONG DOLLAR dan DEFLASI sulit dihindarkan, yaitu tren harga emas n komoditas juga akan tetap TURUN ... horror of THE FED is more significant phenomenon than the JOY OF SANTA CLAUS RALLY ... well, liat aza, gw mah hepi2 aza
per tgl 16 Desember 2015: Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menanjak 45 poin berkat aksi beli di saham-saham unggulan. Investor domestik semangat berburu saham.
Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG menanjak 41,546 poin (0,94%) ke level 4.450,718 mengekor penguatan pasar saham Asia. Bursa global yang semalam positif juga memberi dorongan.
Aksi beli saham sudah marak sejak pembukaan perdagangan. Indeks terus menanjak sampai ke posisi tertingginya hari ini di 4.458,604.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, Rabu (16/12/2015), IHSG melonjak 45,283 poin (1,03%) ke level 4.454,455. Sementara Indeks LQ45 melesat 9,304 poin (1,23%) ke level 765,674.
Saham-saham komoditas malah jadi sasaran aksi jual. Sedangkan saham perbankan justru diincar investor asing.
Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 122.069 kali dengan volume 3,381 miliar lembar saham senilai Rp 2,236 triliun. Sebanyak 160 saham naik, 73 turun, dan 73 saham stagnan.
Bursa-bursa regional masih kompak menguat hingga siang hari ini. Rebound-nya bursa global dan harga minyak memberi sentimen positif.
Kondisi bursa-bursa di Asia hingga siang hari ini:
Indeks Nikkei 225 melonjak 483,47 poin (2,60%) ke level 19.049,37.
Indeks Hang Seng melesat 474,72 poin (2,23%) ke level 21.749,09.
Indeks Komposit Shanghai naik 24,86 poin (0,71%) ke level 3.535,21.
Indeks Straits Times bertambah 18,86 poin (0,67%) ke level 2.834,38.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 1.450 ke Rp 96.450, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 725 ke Rp 49.975, Indofood CBP (ICBP) naik Rp 400 ke Rp 12.550, dan BCA (BBCA) naik Rp 250 ke Rp 13.350.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Delta Djakarta (DLTA) turun Rp 245 ke Rp 4.930, Tower Bersama (TBIG) turun Rp 175 ke Rp 5.925, BTPN (BTPN) turun Rp 145 ke Rp 2.350, dan Asahimas (AMFG) turun Rp 125 ke Rp 6.650.
(ang/dnl)
Bisnis.com, JAKARTA— Lonjakan saham Telkom memimpin penguatan IHSG pada awal perdagangan Rabu (16/12/2015) terdorong sentimen bursa global.
Pagi ini, lantai IHSG tercatat dengan 71 saham menguat, 8 saham melemah dan 23 saham stagnan. Mengawali perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp68,510 miliar dari 29,278 juta lembar saham diperdagangkan.
Indeks LQ45 naik 10,65 poin atau 1,4 persen ke 767,02, Jakarta Islamic Index (JII) naik 8,36 poin atau 1,5 persen ke 581,54, indeks IDX30 naik 5,90 poin atau 1,5 persen ke 401,32, dan indeks MNC36 naik 3,19 poin ke 249,40.
Sektor-sektor penggerak IHSG mayoritas menguat, dengan penguatan tertinggi di sektor infrastruktur 2,2 persen.
Sementara itu di Asia, indeks Nikkei naik 302,77 poin atau 1,5 persen ke 18.874, indeks Hang Seng naik 344,75 poin atau 1,62 persen ke 21.619,12 dan indeks Straits Times naik 0,55 persen ke 2.831,01.
Adapun saham-saham yang bergerak di jajaran top gainers, antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp375 ke Rp49.625, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik Rp275 ke Rp35.400, dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik Rp225 ke Rp13.325.
Sedangkan saham-saham yang berada di deretan top losers, antara lain saham PT United Tractors Tbk (UNTR) turun Rp300 ke Rp15.150, saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun Rp200 ke Rp94.800, dan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turun Rp200 ke Rp5.900.
http://economy.okezone.com/read/2015/12/16/278/1268496/ihsg-4-448-menguat-berkat-sektor-infrastruktur
Â
Sumber : OKEZONE.COM
Though the overall consumer price index was flat in November, underlying inflation hit the Fed's 2.0 percent target, according to the Labor Department.
Excluding volatile food and energy prices, core CPI rose 2.0 percent year-over-year, their largest increase since May 2014.
"The timing is simply impeccable," said Harm Bandholz of UniCredit Economics. "One day before the Federal Reserve is widely expected to raise its target interest rate for the first time in nine and a half years, the core inflation rate hits 2.0 percent!"
The dollar rose to $1.0930 per euro around 2200 GMT from $1.0992 at the same time Monday and gained 0.6 percent at 121.66 yen.
The Fed winds up a two-day policy meeting on Wednesday apparently on track to raise its benchmark federal funds rate, pegged near zero since December 2008 to support the economy's recovery from deep recession.
Investors are primed to focus on the Federal Open Market Committee policy statement, projections on the economy and the policy path and a news conference with Fed Chair Janet Yellen.
"The consumer price data only add to the confidence of those at the Fed who believe it is prudent to start the process of raising rates back toward more normal levels," said Joel Naroff of Naroff Economic Advisors.
Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi memasuki fase konsolidasi untuk memulai pembalikan arah menuju 4.450 dan di atas level psikologis 4.500.
IHSG hari ini dibuka menguat 0,94% atau 41,55 poin ke level 4.450,72. Pada pukul 09.07 WIB, IHSG bergerak naik 0,59% atau 26,17 poin ke level 4.435,34.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) langsung melonjak 4,93% di awal perdagangan, memimpin penguatan saham-saham big cap IHSG.
Dari 524 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 39 saham menguat, 482 saham stagnan, dan baru 3 saham yang bergerak melemah.
Dari 9 indeks sektoral IHSG, sebanyak 8 indeks sektoral menguat dan 1 indeks sektoral melemah. Lonjakan TLKM mendorong indeks sektor infrastruktur menguat.
“IHSG berpeluang menguat seiring dengan kenaikan indeks bursa global khusunya di AS dan Eropa,” papar Tim Riset Mandiri Sekuritas.
Indeks Dow Jones ditutup naik 0,9% pada dini hari tadi, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,1%. Adapun indeks STOXX, yang mengukur pergerakan 600 saham di berbagai bursa di Eropa, melesat 3,3%.
Penguatan bursa global didukung oleh rebound harga minyak mentah. Minyak WTI malam tadi ditutup menguat 2,86% melanjutkan kenaikan 1,94% pada hari sebelumnya. Komoditas tersebut diperdagangkan melemah 1,29% ke harga US$36,87/barel pada pukul 08.58 WIB.
"IHSG telah melewati masa uji support, potensi pergerakan saat ini menuju resistance level 4.445, sembari menanti rilis data perekonomian dalam negeri dan BI Rate. Selain itu, nilai tukar cenderung lebih stabil," papar William Surya WIjaya, analis Asjaya Indosurya Securities.
Rupiah cenderung stabil di tengah kenaikan tajam indeks dolar pasca rilis data inflasi AS. Indeks dolar pagi tadi ditutup menguat 0,63% ke level 98,217, sedangkan rupiah bergerak menguat 5 poin ke Rp14.041 per dolar AS pada pukul 09.28 WIB.
Indeks Bisnis27 melonjak 1,56% di pembukaan ke level 383,83. Pada pukul 09.07 WIB, Bisnis27 naik 0,88% atau 3,33 poin ke level 381,29.
Saham-saham pendorong IHSG pada awal perdagangan:
TLKM
|
+4,93%
|
BBCA
|
+2,10%
|
UNVR
|
+1,42%
|
BBRI
|
+1,16%
|
Saham-saham beban IHSG pada awal perdagangan:
SCMA
|
-2,26%
|
TBIG
|
-1,64%
|
AALI
|
-1,52%
|
-
|
-
|
sumber: Bloomberg
JAKARTA. Bursa saham Indonesia pagi ini kembali dibuka menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 39,14 poin atau 0,9 persen ke 4.448,31.Pagi ini, lantai IHSG tercatat dengan 71 saham menguat, 8 saham melemah dan 23 saham stagnan. Mengawali perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp68,510 miliar dari 29,278 juta lembar saham diperdagangkan.
Indeks LQ45 naik 10,65 poin atau 1,4 persen ke 767,02, Jakarta Islamic Index (JII) naik 8,36 poin atau 1,5 persen ke 581,54, indeks IDX30 naik 5,90 poin atau 1,5 persen ke 401,32, dan indeks MNC36 naik 3,19 poin ke 249,40.
Sektor-sektor penggerak IHSG mayoritas menguat, dengan penguatan tertinggi di sektor infrastruktur 2,2 persen.
Sementara itu di Asia, indeks Nikkei naik 302,77 poin atau 1,5 persen ke 18.874, indeks Hang Seng naik 344,75 poin atau 1,62 persen ke 21.619,12 dan indeks Straits Times naik 0,55 persen ke 2.831,01.
Adapun saham-saham yang bergerak di jajaran top gainers, antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp375 ke Rp49.625, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik Rp275 ke Rp35.400, dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik Rp225 ke Rp13.325.
Sedangkan saham-saham yang berada di deretan top losers, antara lain saham PT United Tractors Tbk (UNTR) turun Rp300 ke Rp15.150, saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun Rp200 ke Rp94.800, dan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turun Rp200 ke Rp5.900.
http://economy.okezone.com/read/2015/12/16/278/1268496/ihsg-4-448-menguat-berkat-sektor-infrastruktur
Â
Sumber : OKEZONE.COM
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa, (15/12) ditutup menguat. Indeks mengalami kenaikan 34,98 poin ke level 4.409,17.
Widhi Indratmo Nugroho, analis Lautandhana Securindo memprediksi, penguatan ini masih akan berlanjut untuk perdagangan sesi Rabu, (16/12). Sebab, sisi teknikalnya mendukung penguatan tersebut.
Posisi indikator candle masih menunjukan adanya potensi menguat. RSI juga berada dalam tren kenaikan. Sementara, MACD down ke area negatif.
"Hanya saja, memang penguatannya masih terbatas," ujar Widhi. Menurutnya, indeks akan bergerak pada rentang 4.360-4.497.
Reporter Dityasa H Forddanta
Editor Barratut Taqiyyah
Editor Barratut Taqiyyah
New York, Dec 15, 2015 (AFP)
The dollar rose against other major currencies Tuesday as US inflation data showed a pick-up seen as support for the Federal Reserve's widely expected interest rate increase.
Though the overall consumer price index was flat in November, underlying inflation hit the Fed's 2.0 percent target, according to the Labor Department.
Excluding volatile food and energy prices, core CPI rose 2.0 percent year-over-year, their largest increase since May 2014.
"The timing is simply impeccable," said Harm Bandholz of UniCredit Economics. "One day before the Federal Reserve is widely expected to raise its target interest rate for the first time in nine and a half years, the core inflation rate hits 2.0 percent!"
The dollar rose to $1.0930 per euro around 2200 GMT from $1.0992 at the same time Monday and gained 0.6 percent at 121.66 yen.
The Fed winds up a two-day policy meeting on Wednesday apparently on track to raise its benchmark federal funds rate, pegged near zero since December 2008 to support the economy's recovery from deep recession.
Investors are primed to focus on the Federal Open Market Committee policy statement, projections on the economy and the policy path and a news conference with Fed Chair Janet Yellen.
"The consumer price data only add to the confidence of those at the Fed who believe it is prudent to start the process of raising rates back toward more normal levels," said Joel Naroff of Naroff Economic Advisors.
<pre> 2200 GMT Tuesday Monday
EUR/USD 1.0930 1.0992
EUR/JPY 132.97 132.99
EUR/CHF 1.0836 1.0834
EUR/GBP 0.7268 0.7262
USD/JPY 121.66 120.98
USD/CHF 0.9914 0.9856
GBP/USD 1.5039 1.5138
</pre>
Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi memasuki fase konsolidasi untuk memulai pembalikan arah menuju 4.450 dan di atas level psikologis 4.500.
Analis Senior HD Capital Yuganur Wijanarko memperkirakan indeks akan bergerak pada support 4.320-4.270-4.195 dan resisten 4.450-4.520-4.620.
"Kami melihat bahwa koreksi yang cukup dalam akibat tekanan bursa regional dan pelemahan rupiah diatas 14.000 mulai mereda ke fase konsolidas," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis,Rabu (16/12/2015).
Adapun sejumlah saham yang dapat dipilih a.l:
1. PP Property (PPRO) (BUY) (Trading target Rp.182)
Secara teknikal koreksi yang sudah terlalu dalam di emitten small cap konstruksi property BUMN yang merupakan anak perusahaan PP Perseron (PTPP) ini membuatnya menarik untuk di akumulasi melihat perbaikan expektasi earnings kedepan di 2016.
Entry (1) Rp.168, Entry (2) Rp.165, Cut loss point: Rp.161
2. Lippo Karawaci (LPKR) (BUY) (Rp.1.220)
Kami melihat pasca koreksi mendadak, property residential dan komersial ini akan mulai melakukan proses perbaikan short dan medium term trend ke arah lebih positif dari konsolidasi minor nantinya untuk breakout ke Rp.1.220, rekomen trading buy.
Entry (1) Rp.1.080, Entry (2) Rp.1.060, Cut loss point: Rp.1.040
3. Bank BNI (BBNI) (Trading target Rp.4.975)
Secara teknikal koreksi dan konsolidasi dalam emitten big cap perbankan BUMN dapat digunakan sebagai akumulasi untuk kontinuasi kenaikan short dan medium term berikutnya ke Rp.4.975.
Entry (1) Rp.4.765, Entry (2) Rp.4.675, Cut loss point: Rp.4.575
4. Bank Tabungan Negara (BBTN) (BUY) (Trading Target Rp.1.325)
Koreksi mendadak akibat tekanan regional dan mata uang rupiah yang melemah membuat small cap BUMN ini cukup terkoreksi dalam namun masih dalam daerah support pattern new medium term uptrend sehingga sangat menarik untuk di akumulasi bargain hunting menunggu kontinuasi kenaikan berikutnya.
Entry (1) Rp.1.265, Entry (2) Rp.1.245, cut loss point: Rp.1.215
per tgl 15 Des 2015: Bisnis.com, JAKARTA—Menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC), investor asing masih melanjutkan aksi jual saham dengan mencetak net sell sebesar Rp30,52 miliar.
Rekapitulasi PT Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan hari ini, Selasa (15/11/2015), menyebutkan investor asing kembali membukukan jual bersih alias net sell Rp30,52 miliar dengan volume 18,52 juta lembar.
Penjualan saham yang dilakukan investor asing sepanjang hari ini mencapai Rp1,78 triliun dengan volume 845,9 juta lembar. Sedangkan, aksi borong saham yang dilakukan oleh investor asing mencapai Rp1,75 triliun sebanyak 827,37 juta lembar.
Pada saat bersamaan, investor domestik memborong saham senilai Rp2,59 triliun dengan volume 4,19 miliar lembar. Sedangkan, aksi jual saham oleh investor lokal mencapai Rp2,56 triliun dengan volume 4,17 miliar lembar.
Total transaksi yang terjadi di lantai bursa sepanjang hari ini mencapai Rp4,35 triliun dengan volume 5,02 miliar lembar. Aksi jual bersih kali ini membuat net sell investor asing yang telah dicatat sejak awal tahun membengkak menjadi Rp23,2 triliun.
Berdasarakan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Selasa (15/12/2015), IHSG ditutup menguat 0,80% sebesar 34,98 poin ke level 4.409,17 dari penutupan kemarin 4.374,19. Penguatan IHSG seiring dengan menguatnya bursa saham di Asia Pasifik.
Penutupan IHSG hari ini menjadi level terkuat Indeks yakni di level 4.409,17. Sedangkan, level terlemah IHSG berada pada 4.370,01.
Penguatan IHSG bersama dengan bursa saham China, Taiwan, Korea Selatan, dan Thailand. Sejak awal tahun, IHSG masih terkoreksi 15,65%.
Tujuh dari sembilan sektor yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada hari ini menguat, dipimpin oleh sektor perdagangan, jasa, dan investasi sebesar 2,35%. Sementara, sektor agribisnis memimpin pelemahan dua sektor lainnya yakni turun 0,87%.
Sebanyak 142 dari 524 saham yang ada di BEI pada hari ini menguat. Sedangkan, 120 saham lainnya melemah dan 262 saham stagnan.
Berikut ringkasan perdagangan saham oleh investor asing hari ini:
Tanggal
|
Nilai
|
Keterangan
|
15 Desember
|
Rp30,52 miliar
|
Net sell
|
14 Desember
|
Rp467,1 miliar
|
Net sell
|
11 Desember
|
Rp332,6 miliar
|
Net sell
|
10 Desember
|
Rp489,2 miliar
|
Net sell
|
8 Desember
|
Rp487,9 miliar
|
Net sell
|
7 Desember
|
Rp605,3 miliar
|
Net buy
|
Sumber: Bursa Efek Indonesia.Bisnis.com, JAKARTA— Pergerakan indeks Bursa Efek Indonesia fluktuatif di awal perdagangan Selasa (15/12/2015). IHSG berpotensi rebound di tengah rupiah yang menguat signfikan.
IHSG dibuka melemah 0,09% atau 4,09 poin ke level 4.370,10. Indeks kemudian bergerak fluktuatif antara 4.370,01—4.380,60 dan bergerak turun 0,06% atau 2,7 poin ke level 4.371,49.
Sebanyak 20 saham menguat, 14 saham melemah, dan 490 saham stagnan dari 524 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 3,55 poin dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang melemah 1,11 poin adalah penekan utama IHSG di awal perdagangan.
Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang naik 1,12 poin dan PT Astra International Tbk (ASII) yang menguat 0,98 poin memimpin saham-saham yang menguat.
“Hari ini, IHSG kami perkirakan masih akan berfluktuasi dengan potensi rebound,” kata Achmad Yaki Yamani, Equity Analyst dari Sucorinvest.
Sentimen yang mempengaruhi indeks adalah rapat The Fed yang menyita perhatian investor dan laju depresiasi yuan. The Fed diprediksi memulai penaikan suku bunga acuan pada Desember, namun investor masih berspekulasi soal besaran dan laju kenaikan.
Dorongan pada IHSG datang dari rebound di Wall Street. Indeks Dow Jones menguat 0,6% pada hari pertama perdagangan pekan ini, sedangkan S&P 500 naik 0,5%.
Indeks Asia bergerak variatif. Nikkei 225 meneruskan turun 0,77%, Hang Seng naik 0,22%, sedangkan Stratis Times menguat 0,11%.
“Jika imbas penguatan laju bursa saham AS dapat juga dirasakan IHSG, maka diharapkan laju IHSG dapat berbalik menguat meski tipis. Apalagi jika diikuti penguatan laju rupiah, maka dorongan itu akan kian kuat,” tutur Reza Priyambada, analis dari NH Korindo Securities.
Laju penguatan dolar AS yang tertahan memberikan ruang bagi apresiasi rupiah. Rupiah pagi ini sempat menguat hingga 123 poin Rp14.000 per dolar AS dan bergerak menguat 0,45% atau 63 poin ke Rp14.060 per dolar AS.
Indeks Bisnis27 melemah 0,08% di pembukaan ke level 372,85. Pada pukul 09.09 WIB, Bisnis27 turun 0,10% atau 0,37 poin ke level 372,78.
Saham-saham beban IHSG pada awal perdagangan:
BBCA
|
-1,14%
|
UNVR
|
-0,43%
|
LPPF
|
-1,82%
|
BBRI
|
-0,23%
|
Saham-saham pendorong IHSG pada awal perdagangan:
BMRI
|
+0,58%
|
ASII
|
+0,41%
|
GGRM
|
+1,03%
|
EXCL
|
+1,89%
|
sumber: Bloomberg
per tgl 15 Des 2015: TOKYO. Bursa saham Jepang berfluktuasi seiring hitungan mundur keputusan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang pertama hampir dalam satu dekade terakhir. Sementara penyulingan minyak meningkat setelah minyak mentah rebound dari level enam tahun terendah.
Indeks Topix sedikit berubah berada di level 1.528,03 pada pukul 09:03 pagi waktu setempat, Selasa (15/12) setelah penutupan kemarin di level terendahnya dalam lebih dari sebulan terakhir. Sebanyak 3 saham yang naik untuk setiap 2 yang turun. Indeks Nikkei 225 Stock Average melemah 0,2 % ke level 18.850,99, berayun dari keuntungan 0,1 %.
Sebelumnya, indeks Standard & Poor 500 naik 0,5 % menjadi ke level 2.022,08 di menit-menit akhir. Menyusul rebound minyak ke level US$ 36 per barel dibayangi oleh gejolak pasar kredit dan pelemahan dalam saham komoditas sebelum keputusan Federal Reserve yang bersiap untuk menaikkan suku bunga pada hari Rabu (16/12).
http://investasi.kontan.co.id/news/hitungan-mundur-the-fed-bursa-jepang-berfluktuasi
Sumber : KONTAN.CO.ID
per tgl 14/12/2015: JAKARTA okezone - Analis ekonomi William Surya Wijaya memprediksi pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) akan jadi pendorong pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan yang diramalkan di level 4391-4560. Namun Dia juga menambahkan pasar akan tetap mengantispasi isu soal kenaikan suku bunga (Fed Rate) Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
"BI rate akan diumumkan pekan depan. Tentu menjadi sentimen domestik. Kalau globalnya, tetap pada isu kenaikan Fed Rate. Tapi jika Fed tidak jadi menaikkan suku bunganya, tentunya tekanan bisa mereda," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (12/12/2015).
Menurutnya BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Pasalnya, BI terus menahan BI Rate untuk mengatisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diyakini bisa memicu keluarnya dana-dana dari dalam negeri yang bisa memicu pelemahan nilai tukar rupiah.
Selain itu Dia juga menekankan hal penting lainnya yang harus diwaspadai adalah harga minyak dunia yang kembali tertekan minggu ini hingga menyentuh angka USD35/barel. Dia menjelaskan hal itu akan membuat ketar ketir emiten.
"Harus mewaspadai harga minyak dunia yang terus bergejolak. Turunnya sampai USD35/barel. Itu akan memberatkan bursa dan IHSG kalau tetap berlanjut. Karena emiten kita juga banyak yang sahamnya berbasis komoditas," pungkasnya.
(akr)
13/12/2015: Bisnis.com, JAKARTA-- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi masih akan menguat dan menembus level 4.500 jelang akhir tahun.
Analis Senior Yuganur Wijanarko mengatakan pihaknya optimistis pelaku pasar akan mengambil posisi buy cukup banyak menjelang akhir tahun.
"Tekanan jual akibat pelemahan rupiah dan volatilitas regional membuat skenario kenaikan IHSG ke 4.600 tertunda hingga terkoreksi ke kisaran bawah 4.400, sehingga trend menjadi kembali sideways antara support 4.400 dan resistance 4.500," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Adapun sejumlah saham yang dapat dicermati esok hari a.l:
1. Bank BRI (BBRI) (BUY) (Trading target: Rp.11.550)
Entry buy (1) Rp.10.875, Entry buy (2) Rp.10.775, Cut loss point: Rp.10.675
2. Astra International (ASII) (BUY) (Trading target: Rp.6.600)
Entry (1) Rp.6.175, Entry (2) Rp.6.075, Cut-loss point: Rp.5.975
3. Bumi Serpong Damai (BSDE) (BUY) (Trading target Rp.1.750)
Entry: (1) Rp.1.645, Entry (2) Rp.1.625, Cut loss point Rp.1.575
4. PP Persero (PTPP) (BUY): (Trading target Rp.3.850)
Entry: (1) Rp.3.625, Entry (2) Rp.3.575, Cut loss point Rp.3.475
Bisnis.com, JAKARTA— Untuk perdagangan awal pekan depan, Senin (14/12/2015), investor disarankan untuk melakukan akumulasi beli pada saham-saham yang telah terkoreksi tajam tetapi memiliki potensi untuk menguat.
Bisnis.com, JAKARTA- HD Capital pada perdagangan pekan depan merekomendasikan sejumlah saham big cap dan lapis dua.
“Rekomen akumulasi beberapa pilihan saham big cap dan lapis dua,” kata Periset Senior HD Capital Yuganur Wijanarko dalam riset mingguannya.
Dikemukakan saham big cap dan lapis dua yang dapat dipilih adalah untuk emiten sektor perbankan, konsumer, konstruksi dan properti.
“(“Sektor tersebut) kelihatannya sudah cukup terkoreksi dalam untuk rebound kembali,” kata Yuganur.
HD Capital mengemukakan saham yang dapat dipertimbangkan pada perdagangan pekan depan adalah:
- Bank BRI (BBRI)
BUY. Trading target Rp11.550
Entry buy (1) Rp10.875. Entry buy (2) Rp10.775. Cut loss point Rp10.675
- Astra International (ASII)
BUY. Trading target Rp6.600
Entry (1) Rp6.175. Entry (2) Rp6.075. Cut-loss point Rp5.975
- Bumi Serpong Damai (BSDE)
BUY. Trading target Rp1.750
Entry (1) Rp1.645. Entry (2) Rp1.625. Cut loss point Rp1.575
- PP Persero (PTPP)
BUY. Trading target Rp3.850
Entry (1) Rp3.625. Entry (2) Rp3.575. Cut loss point Rp3.475
Analis Senior HD Capital Yuganur Wijanarko menilai beberapa pilihan saham big cap dan lapis dua di sektor perbankan, consumer, konstruksi, dan properti bisa menjadi pilihan.
“Rekomen akumulasi beberapa pilihan saham yang kelihatannya sudah cukup terkoreksi dalam untuk rebound kembali,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis, Minggu (13/12/2015).
Dia menyebutkan saham-saham yang dapat dipilih a.l: BBRI, ASII, PTPP, dan BSDE.
Sementara itu, Tim Riset Mandiri Sekuritas menyarankan untuk membeli saham BBTN dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp1.460 dan Rp3.300.
Adapun saham AALI, WIKA, dan SMRA mendapat rekomendasi jual dengan target harga masing-masing Rp15.000, Rp2.600, dan Rp1.350.
Bisnis.com, JAKARTA—Rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat turun 12,79% sepanjang pekan ini.
Berdasarkan data BEI yang dikutip Bisnis, Minggu (13/12/2015), disebutkan rata-rata nilai transaksi harian pekan ini tercatat Rp5,22 triliun dari pekan sebelumnya Rp5,99 triliun.
Adapun rata-rata volume transaksi harian turun 9,08%, sedangkan rata-rata frekuensi harian naik tipis 0,02%.
Hal itu terjadi seiring dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini (7-11 Desember) sebesar 2,55% menjadi 4.393,52 dari penutupan akhir pekan sebelumnya 4.508,45.
Sementara itu, investor asing mencatatkan jual bersih di pasar saham dalam lima hari terakhir senilai Rp704 miliar, dan secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham masih tercatat net sell Rp22,71 triliun.
per tgl 11 Desember 2015: Bisnis.com, JAKARTA--Sinyalemen Bank Indonesia yang akan menurunkan BI Rate justru mendapatkan reaksi negatif dari pasar modal.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 72,69 poin ke level 4.393,52.
Pelemahan IHSG terjadi seiring melemahnya mayoritas bursa saham Asia Pasifik.
Sepanjang hari ini, IHSG bergerak pada level 4.393,52-4.473,05.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengawali hari di zona hijau, dibuka menguat 0,12% atau 5,15 poin ke level 4.471,36 pada perdagangan Jumat (11/12/2015).
Penguatan terjadi sejalan dengan kenaikan bursa AS. Sementara itu bursa Asia berfluktuasi seiring investor menanti data penjualan ritel China.
Sebelumnya, IHSG berbalik menguat 2,03 poin atau 0,05% ke level 4.466,21,detik-detik akhir perdagangan Kamis (10/12/2015).
Indeks menguat setelah berfluktuasi pada kisaran 4.438,2-4.473,77 sepanjang perdagangan kemarin. Indeks ditutup di zona hijau pada saat pasar modal Asia Pasifik mayoritas melemah.
Bisnis.com, JAKARTA—Menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan sinyalemen Bank Indonesia yang akan menurunkan suku bunga BI Rate membuat Indeks harga saham gabungan selama sepekan ambrol 2,55% sebesar 114,93 poin ke level 4.393,52.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan saham akhir pekan ini, Jumat (11/12/2015), IHSG ditutup ambrol 72,69 poin ke level 4.393,52.
Pelemahan IHSG terjadi seiring melemahnya mayoritas bursa saham Asia Pasifik.
Sepanjang hari ini, IHSG bergerak pada level 4.393,52-4.473,05.
Pelemahan IHSG sepekan ini menambah dalam koreksi sejak awal tahun menjadi 15,94%.
Tim Riset NH Korindo Securities menyatakan penguatan di Wall Street menunjukkan tekanan aksi jual dari kelesuan harga minyak mulai pudar di pasar saham.
“Namun, sentimen baru datang dari pertemuan FOMC pekan depan yang bisa memutuskan kenaikan suku bunga. Tekanan terhadap rupiah dan kenaikan yield SUN membuat investor asing terus mengambil posisi net sell,” paparnya.
Pelemahan IHSG akhir pekan didorong oleh anjloknya delapan dari sembilan sektor yang diperdagangkan di pasar modal. Pelemahan terdalam terjadi pada sektor aneka industri 4,14% dan sebaliknya satu-satunya sektor yang menguat adalah agribisnis 0,47%.
Sepanjang hari ini, sebanyak 186 dari 523 saham melemah. Hanya 70 saham yang menguat, dan sisanya 267 saham stagnan.
Turunnya IHSG akhir pekan didorong oleh anjloknya harga saham-saham seperti ASII (-5,22%), HMSP (-2,37%), BBCA (-2,22%), TLKM (-1,99%), dan UNVR (-1,98%).
Akan tetapi, penurunan IHSG ditahan oleh menguatnya harga saham-saham seperti KLBF (+3,38%), BWPT (+18,92%), AMRT (+2,70%), MLBI (+3,38%), dan AKRA (+1,87%).
Seiring pelemahan IHSG, Indeks Bisnis 27 akhir pekan ini juga ambruk 2,11% atau 8,10 poin ke level 475,96 dengan pergerakan 375,96-385,37. Sebanyak 22 dari 27 saham melemah, tiga saham menguat, dan dua lainnya stagnan.
Pada saat bersamaan, kurs rupiah pada perdagangan di pasar spot akhir pekan ini ditutup terdepresiasi 40 poin sebesar 0,29% ke level Rp13.993/US$.
Pergerakan rupiah seiring dengan melemahnya mayoritas mata uang regional Asia. Sepanjang hari ini, rupiah sempat menembus level terlemah Rp14.035/US$ dan terkuat Rp13.921/US$.
Metrotvnews.com, Jakarta: Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui event pilkada serentak tidak terlalu signifikan dampaknya terhadap perdagangan saham di pasar modal Indonesia. Pasalnya, event itu hanyalah politik semata berbeda sekali dengan transaksi perdagangan saham di bursa.
"Pilkada efeknya libur. Saya kira tidak terlalu signifikan terhadap perdagangan saham di BEI. Kenapa? Karena ya tidak ada aktivitas saham, kan perdagangan tutup," tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (7/12/2015).
Dana pilkada serentak yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp7,1 triliun. Dana itu, sebut Samsul, tidak ada pengaruhnya bagi bursa saham. Lantaran dana itu digunakan untuk pelaksanaan pilkada di luar DKI Jakarta, sehingga efeknya pun tidak ada.
Ya di sana kan yang banyak pilkada. Pilkada bukan di sini, pilkada pun efeknya tidak masuk ke saham, tidak berpengaruh lah," jelas Samsul.
Tidak hanya pilkada serentak, Samsul menekankan event besar seperti Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden saja dampaknya tidak terasa bagi kondisi pasar modal.Â
"Jadi, saya sampaikan pilkada tidak ada hubungannya, itu politik, kita kan pasar modal. Tidak ada pengaruh lah. Pemilu yang kita jalani beberapa kali saja tidak ada pengaruhnya," tutup Samsul.
Â
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/12/08/198819/bei-pilkada-serentak-tak-berdampak-bagi-pasar-modal
Sumber : METROTVNEWS.COM
JAKARTA kontan. Anomali terjadi di pasar saham. Biasanya pasar saham tancap gas di pengujung tahun, namun kini yang terjadi sebaliknya. Kemarin (30/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 2,5% menjadi 4.446,46. Investor asing di Bursa Efek Indonesia mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp 1,46 triliun.
Kinerja IHSG juga klop dengan keterpurukan rupiah yang kembali mendekati level Rp 14.000 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia memperlihatkan, kurs harian rupiah kemarin melemah 0,68% jadi Rp 13.840 per dollar AS.
Koreksi IHSG kemarin merupakan yang terburuk di antara indeks bursa saham di kawasan Asia Pasifik. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai rencana Dana Moneter Internasional (IMF) memasukkan yuan Tiongkok ke dalam keranjang mata uang Special Drawing Rights (SDR) menjadi salah satu pemicu kejatuhan indeks saham. Jika IMF sepakat memasukkan yuan, yuan berpeluang melejit, sementara dollar AS melemah.
Pemodal pun akan melepas asetnya di AS. Efeknya, indeks Dow Jones bisa jatuh dan IHSG ikut koreksi sementara. “Maka pemodal asing mengambil langkah hati-hati,” tutur Satrio, kemarin.
Pandangan lain dikemukakan Ellen May, seorang trader dan investor di pasar saham Indonesia. Menurut dia, kejatuhan IHSG terseret Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang kembali melakukan rebalancing portofolio dalam jumlah besar.
MSCI menambahkan saham AKRA menggantikan PTBA. MSCI juga menambahkan HMSP dalam portofolionya.
Beberapa saham yang terlempar dari MSCI Small Cap Index antara lain BIPI, BUMI, CTRP, CTRS, ELSA, ENRG, GJTL, SMMT, HRUM, MAIN, MPMX, BHIT, NIRO, META, SGRO, BKSL, TOTL, WSKT.
Aksi rebalancing tersebut berlangsung 10-12 November 2015. Imbasnya, harga saham yang masuk MSCI, seperti AKRA dan HMSP, naik signifikan. Di sisi lain, harga sejumlah saham yang keluar dari MSCI turun drastis.
Nah, aksi jual investor asing dan fund manager boleh jadi mengikuti perubahan portofolio rebalancing MSCI Indonesia Index. "Seperti kita ketahui portofolio yang membentuk indeks yang dikelola MSCI menjadi benchmark bagi investor dan fund manager di seluruh dunia," ungkap Ellen.
Kepala Riset Indosurya Securities William Surya Wijaya juga melihat banyak fund manager mulai rebalancing. Namun dia berharap pemodal asing akan masuk lagi ke pasar Indonesia mulai awal Desember. William memperkirakan IHSG akan naik terbatas dan ditutup di kisaran 4.600–4.800 pada akhir tahun ini.
Selain berbagai faktor itu, niat pemerintah menata ulang pungutan pajak sejumlah instrumen investasi portofolio seperti unitlink, reksadana dan KIK EBA, turut berandil mengobok-obok pasar saham (lihat Harian KONTAN, edisi 30 November 2015).
Satrio berkeyakinan, pemerintah tidak akan bertindak konyol dengan memberikan guncangan yang tidak perlu. Apalagi, kondisi perekonomian global dan domestik saat ini masih labil. Persolannya, rencana ini telanjur membikin ketar-ketir pelaku pasar dan memicu ketidakpastian baru.
Analis First Asia Capital David Sutyanto meyakini IHSG bisa bangkit dan berharap asing kembali masuk mengembuskan window dressing di pasar saham. Di akhir tahun ini, David memprediksi IHSG akan berada antara 4.400-4.800. Sedang Satrio meramal IHSG akan berada di level 4.700.
INILAHCOM, JakartaDalam sepekan terakhir, indeks saham domestik berhasil menorehkan angka yang positif. Ini jadi pertanda, pasar tak lagi khawatirkan kenaikan suku bunga the Fed pada Desember 2015. Seperti apa?
Pada perdagangan sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 88,49 poin (1,97%) ke posisi 4.561,33 pada pekan yang berakhir Jumat (20/11/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 4.472,84 pada Jumat (13/11/2015).
"Laju IHSG mampu berbalik menguat sepanjang pekan kemarin," kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (22/11/2015).
Laju IHSG di awal pekan kembali dihujani sentimen negatif. Adanya beberapa rilis kinerja emiten AS dan Eropa yang di bawah ekspektasi dan masih adanya kekhawatiran akan kemungkinan The Fed menaikan suku bunganya memberikan sentimen negatif. "Selain itu, pasar juga merespons negatif pidato para petinggi The Fed dan rilis klaim pengangguran AS yang dianggap belum memberikan dampak positif," ujarnya.
Tidak hanya itu, lanjut dia, imbas adanya serangan bersenjata di Paris memberikan sentimen negatif pada laju bursa saham global. "Meski Indonesia tidak terkena dampak langsung atas penyerangan tersebut namun, oleh karena sejumlah bursa saham regional mengalami pelemahan maka laju IHSG pun ikut terkena dampaknya," tuturnya.
Pelaku pasar pun memanfaatkan momen tersebut untuk berjualan. Alhasil, IHSG pun terhempas dari zona hijaunya. Mayoritas indeks sektoral mengalami pelemahan. "Bahkan adanya rilis surplus neraca perdagangan Indonesia tidak cukup mampu mempertahankan dari serangan aksi jual," papar dia.
Di hari lainnya, menguatnya laju bursa saham AS dan Eropa sebelumnya memberikan angin segar pada IHSG sehingga membuat laju IHSG berbalik positif cukup signifikan dengan kenaikan lebih dari 1%. "Pelaku pasar pun memanfaatkan kondisi tersebut untuk kembali masuk dan banyak melakukan aksi beli dan mengalami kenaikan," papar dia.
Saat itu, indeks infrastruktur yang dimotori saham-saham telekomunikasi memimpin penguatan di antara indeks sektoral lainnya. Kenaikan pada laju indeks saham Eropa dan AS ditanggapi positif yang menandakan imbas adanya tragedi penyerangan di Paris tidak akan berdampak meluas di Eropa.
Apalagi di tengah musibah tersebut, dibarengi kenaikan saham-saham berbasiskan komoditas. "Aksi tunggu rilis BI rate pun tidak menjadi penghalang bagi laju IHSG karena telah di price in kan nantinya belum akan ada perubahan," ucapnya.
Kekhawatiran masih adanya peluang pelemahan berhasil ditepis IHSG. Pada awalnya, aksi beli masih terjadi pada pasar saham di BEI sehingga membuat laju bursa saham masih dapat bertahan di zona positifnya hingga sesi pre closing.
Tetapi, di sisi lain, aksi jual mulai mewarnai pergerakan positif IHSG. Laju IHSG akhirnya di tutup di zona merah seiring tidak kuatnya laju IHSG menghadapi serangan aksi profit taking. Kembali melemahnya laju rupiah seiring melemahnya sejumlah mata uang global terhadap dolar AS turut menjadi penekan laju IHSG.
Menghijaunya laju bursa saham AS mengindikasikan pelaku pasar di sana tampaknya sudah tidak terlalu mengkhawatirkan adanya kenaikan suku bunga The Fed bila terjadi di bulan Desember. Dengan kenaikan tersebut terlihat memberikan kepastian kepada pasar global. "Itupun jika diasumsikan the Fed tidak menunda kembali kenaikan Fed rate," timpal Reza.
Kondisi tersebut dimanfaatkan untuk kembali melakukan aksi beli dari pelemahan sebelumnya. "Bahkan masih melemahnya nilai tukar rupiah dan kekhawatiran akan terjadinya pembalikan arah melemah tidak menghalangi laju kenaikan IHSG," imbuhnya. [jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2254193/pasar-saham-tak-khawatir-lagi-suku-bunga-fed-naik#sthash.HZrmyKcN.dpufTOKYO. Investor Asia pada Jumat (20/11) ini memilih untuk mengambil jeda sejenak setelah kemarin menorehkan reli.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.15 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific mengalami penurunan sebesar 0,3%. Indeks Topix Jepang tertekan 0,4% setelah saham-saham eksportir dilanda aksi jual akibat penguatan yen.
Sekadar informasi, nilai tukar yen pagi ini berada di level 122,90 per dollar AS atau menguat 0,6% dari posisi kemarin di level 122,87.
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan bergerak liar. Adapun indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,6% dan indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,6%.
Pergerakan bursa Asia pagi ini juga dipengaruhi oleh pergerakan dollar AS. Asal tahu saja, The Bloomberg Dollar Spot Index tertekan 0,7% pada sesi terakhir kemarin.
"The Fed sudah menegaskan alasan mereka untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember mendatang. Jika mereka tidak melakukannya, maka akan terjadi volatilitas yang cukup besar di market," jelas Evan Lucas, strategist IG Ltd di Melbourne.
http://investasi.kontan.co.id/news/dollar-turun-dalam-bursa-asia-bergerak-mundur
Sumber : KONTAN.CO.ID
New York, Nov 12, 2015 (AFP)
Wall Street was hit by a broad sell-off Thursday, dragged lower by downbeat views of the world economy and US rate rise concerns.
Oil shares and banks led the way, but everything from consumer stocks to industrials registered significant losses, "anything related to global growth," said Charlie Bilello of Pension Partners.
The Dow Jones Industrial Average finished down 254.15 points (1.44 percent) at 17,448.07.
The broad-based S&P 500 dropped 29.03 (1.40 percent) to 2,045.97, while the tech-rich Nasdaq Composite lost 61.94 (1.22 percent) at 5,005.08.
Bilello tied the slump to a wide fall in commodity prices, such as crude oil and copper, showing the weakness in global manufacturing.
"That's putting pressure on the energy sector, the materials sector, industrials," he said.
One big victim was heavy-equipment maker Caterpillar, whose shares sank 4.5 percent.
Banks lost heavily in the sell-off, with Bank of America falling 2.1 percent and Citigroup 2.6 percent.
In big oil, ExxonMobil lost 2.7 percent and Chevron 2.5 percent as crude prices dropped.
Embattled Canadian drug maker Valeant sank 6.6 percent after a judge refused to dismiss an insider trading lawsuit against the company and a major shareholder, activist investor William Ackman.
Valeant shares are now down more than 70 percent since the company's accounting and distribution methods came under scrutiny in August.
Bilello said markets are also wary of the possibility of the Federal Reserve raising interest rates next month. Several Fed officials, in speeches Thursday, made clear an increase in the federal funds rate is a real possibility, though not a certainty.
"The question is will they hike if the market continues to go down like that," he said. "The answer is 'no.'"
NEW YORK kontan. Bursa saham AS berfluktuasi, Rabu (11/11) setelah indeks Standard & Poor 500 kemarin mengakhiri penguatan empat hari beruntun. Pelaku pasar terus menimbang atas spekulasi kenaikan suku bunga Desember mendatang.
Indeks S & P 500 sedikit berubah pada 2.081,80 pada 09:58 waktu New York, setelah indeks acuan ini naik lebih tinggi kemarin Selasa (10/11) menyusul penurunan terburuk sejak September pada hari Senin.
Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 3,74 poin ke 17.754,47. Sedangkan indeks Nasdaq Composite turun 0,1%. Sementara, pasar obligasi hari ini tutup seiring Hari Veteran.
Indeks S & P 500 berakhir Selasa naik 0,2 % setelah sesi fluktuasi. Indeks itu telah kembali pulih setelah koreksi pertama dalam empat tahun, datang dalam 1% pekan lalu dari rekor mencapai Mei.
Transaksi perdagangan melandai seiring investor menilai dampak potensial dari suku bunga yang bisa lebih tinggi di Amerika Serikat. Pelaku pasar menaruh peluang 66% kenaikan suku bunga The Fed di Desember mendatang.
Bisnis.com, JAKARTA- Bursa Amerika Serikat menguat setelah pada Senin indeks Standard & Poor 500 turun paling dalam di enam minggu perdagangan, karena investor menyoroti kemungkinan kenaikan suku bunga Fed pada Desember 2015.
Indeks The S & P 500 naik 0,15% atau 3,14 poin menjadi 2.081,72 pada penutupan perdagangan Selasa di New York atau Rabu pagi WIB.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 27,73 poin, atau 0,16% menjadi 17.758,21.
Indeks Nasdaq Composite turun 12,06 poin atau 0,24% ke 5.083,24.
"Sedikit bernafas saat ini," kata Jeff Carbone, Pendiri Cornerstone Financial Partners seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/11/2015).
Saham Constellation Brands Inc dan Molson Coors Brewing Co meningkat lebih dari 1,5%, Coca-Cola Enterprises Inc dan Dr. Lada Snapple Group Inc naik setidaknya 1,4%, Four Corners naik 7,2%, Chipotle Mexican Grill Inc naik 2,9%.
Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia merosot ke posisi terendah dalam satu bulan pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu didorong dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan ekonomi global melambat mendorong investor untuk memangkas portofolio investasinya di aset berisiko.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4 persen. Hal itu didorong indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,8 persen, turun dari level tertinggi dalam 2,5 bulan.
Indeks saham Australia/ASX 200 merosot 0,9 persen dan indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,1 persen.Diikuti indeks saham Selandia Baru/NZX 50 tergelincir 0,7 persen.
Data tenaga kerja AS yang telah dirilis pada pekan lalu tak diduga menguat tajam sehingga mengubah persepsi pelaku pasar terhadap kebijakan moneter bank sentral AS. Sekitar 70 persen pelaku pasar memprediksi, kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember 2015.
Saat ini fokus beralih ke inflasi dan data konsumen China.Di awal pekan OECD juga melaporkan arus perdagangan global nyaris jatuh ke level terendah. Hal itu seiring resesi global. Akan tetapi, ada langkah-langkah yang akan diambil China dan negara lainnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan arus perdagangan pada 2016.Para pelaku pasar khawatir terhadap kenaikan suku bunga dapat memangkas margin bisnis perusahaan. Karena itu, pelaku pasar merealisasikan keuntungannya.Selain itu, pasar keuangan juga diperhadapkan dengan data perdagangan mengecewakan dari China.
"Setelah harga saham telah pulih cukup banyak (bulan lalu). Reli harga saham akan terhenti mencoba mengantisipasi kenaikan suku bunga pada Desember," ujar Takeru Ogihara, Kepala Riset Mizuho Trust Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (10/11/2015).
Di pasar keuangan, indeks dolar AS cenderung turun menjadi 98,856. Terhadap yen, dolar AS turun menjadi 123,08. Adapun di pasar komoditas, harga minyak tergelincir ke level US$ 47,30 per barel. (Ahm/Zul)
Bisnis.com, JAKARTA- Bursa Amerika Serikat menguat setelah pada Senin indeks Standard & Poor 500 turun paling dalam di enam minggu perdagangan, karena investor menyoroti kemungkinan kenaikan suku bunga Fed pada Desember 2015.
Indeks The S & P 500 naik 0,15% atau 3,14 poin menjadi 2.081,72 pada penutupan perdagangan Selasa di New York atau Rabu pagi WIB.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 27,73 poin, atau 0,16% menjadi 17.758,21.
Indeks Nasdaq Composite turun 12,06 poin atau 0,24% ke 5.083,24.
"Sedikit bernafas saat ini," kata Jeff Carbone, Pendiri Cornerstone Financial Partners seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/11/2015).
Saham Constellation Brands Inc dan Molson Coors Brewing Co meningkat lebih dari 1,5%, Coca-Cola Enterprises Inc dan Dr. Lada Snapple Group Inc naik setidaknya 1,4%, Four Corners naik 7,2%, Chipotle Mexican Grill Inc naik 2,9%.
Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia merosot ke posisi terendah dalam satu bulan pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu didorong dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan ekonomi global melambat mendorong investor untuk memangkas portofolio investasinya di aset berisiko.Saat ini fokus beralih ke inflasi dan data konsumen China.Di awal pekan OECD juga melaporkan arus perdagangan global nyaris jatuh ke level terendah. Hal itu seiring resesi global. Akan tetapi, ada langkah-langkah yang akan diambil China dan negara lainnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan arus perdagangan pada 2016.Para pelaku pasar khawatir terhadap kenaikan suku bunga dapat memangkas margin bisnis perusahaan. Karena itu, pelaku pasar merealisasikan keuntungannya.Selain itu, pasar keuangan juga diperhadapkan dengan data perdagangan mengecewakan dari China.
When it Comes to Recession and Deflation, the Fed is the Last to Know
The Federal Reserve uses a complicated econometric model to make its forecasts about the U.S. economy. This model is called “Federal Reserve Bank U.S.,” nicknamed FERBUS. It shows growth of 5% in the near future.
But markets are telling another story of economic weakness. Markets are also signaling only a 35% chance of a rate hike in September 2015 even as Janet Yellen keeps saying she plans to raise rates. Maybe it’s time the Fed stopped listening to Ferbus and started focusing on markets.
The Federal Reserve keeps forecasting a rosy scenario with 5% unemployment, 2.5% growth and 2% inflation. Yet the Fed has the worst forecasting record of any major institution.
Their forecasts have been consistently wrong by orders of magnitude for six years. Actual data show unemployment higher, growth lower and inflation lower than the Fed expects.
Deflation is the Fed’s worst nightmare. The problem with deflation is that it is not just a transient drop in prices. Deflation tends to feed on itself and becomes impossible to stop. Lower prices cause consumers to delay purchases, which causes even lower prices as merchants try to clear the shelves.
New orders dwindle, inventories collapse and layoffs begin. Asset sales beget more asset sales, with lower prices causing financial distress and a wave of loan defaults. Commodities prices are telling us that a dangerous new wave of deflation has begun.
What happens if the Fed raises rates at exactly the wrong time based on a faulty forecast? It will cause a recession and the collapse of asset bubbles.
All eyes are focused on Sept. 17 for the answer.
Regards,
Komentar
Posting Komentar