kontan: Jakarta -Mengakhiri sesi I hingga siang ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona negatif. IHSG masih turun 5,737 poin.
Sepanjang sesi I, IHSG sempat naik ke level tertingginya di 5.141,497. Setelah itu IHSG bergerak fluktuatif dan mengakhiri sesi I di teritori negatif.
Membuka perdagangan Kamis (30/4/2015), IHSG turun 17,636 poin (0,35%) ke 5.087,925. Indeks LQ45 juga dibuka turun 4,481 poin (0,51%) ke 872,809.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG turun 5,737 poin (0,11%) ke 5.099,826. Sementara indeks LQ45 tercatat naik tipis 0,361 poin (0,04%) ke 877,290.
Perdagangan hari ini cukup ramai dengan frekuensi transaksi 158.486 kali, dengan volume 2.971 miliar lembar saham senilai Rp 4,532 triliun. Sebanyak 135 saham naik, 137 turun, dan 68 saham stagnan.
Semua bursa saham di regional bergerak di zona merah.
Kondisi bursa-bursa di Asia hingga siang hari ini:
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Merck (MERK) turun Rp 2.500 ke Rp 137.500, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 2.175 ke Rp 50.050, Indocement (INTP) turun Rp 625 ke Rp 21.075.
(dnl/hen)
JAKARTA. Mendung masih enggan pergi dari pasar saham Indonesia. Tiga hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor 6,07% ke posisi 5.105,56. Semua sektor kemarin kompak memerah. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham minus 2,32%.
Sepanjang sesi I, IHSG sempat naik ke level tertingginya di 5.141,497. Setelah itu IHSG bergerak fluktuatif dan mengakhiri sesi I di teritori negatif.
Membuka perdagangan Kamis (30/4/2015), IHSG turun 17,636 poin (0,35%) ke 5.087,925. Indeks LQ45 juga dibuka turun 4,481 poin (0,51%) ke 872,809.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG turun 5,737 poin (0,11%) ke 5.099,826. Sementara indeks LQ45 tercatat naik tipis 0,361 poin (0,04%) ke 877,290.
Perdagangan hari ini cukup ramai dengan frekuensi transaksi 158.486 kali, dengan volume 2.971 miliar lembar saham senilai Rp 4,532 triliun. Sebanyak 135 saham naik, 137 turun, dan 68 saham stagnan.
Semua bursa saham di regional bergerak di zona merah.
Kondisi bursa-bursa di Asia hingga siang hari ini:
- Indeks Nikkei 225 turun 504,36 poin (0,2,51%) ke level 19,554,59.
- Indeks Hang Seng turun 171,45 poin (0,60%) ke level 28.228,89.
- Indeks Komposit Shanghai turun 4,26 poin (0,10%) ke level 4.472,36.
- Indeks Straits Times turun 13,98 poin (0,40%) ke level 3.473,17.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Merck (MERK) turun Rp 2.500 ke Rp 137.500, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 2.175 ke Rp 50.050, Indocement (INTP) turun Rp 625 ke Rp 21.075.
JAKARTA. Mendung masih enggan pergi dari pasar saham Indonesia. Tiga hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor 6,07% ke posisi 5.105,56. Semua sektor kemarin kompak memerah. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham minus 2,32%.
Dana asingpun lari tunggang langgang. Enam hari terakhir, pemodal asing mencatatkan penjualan bersih atau net sell sekitar Rp 6,94 triliun. Empat hari terakhir, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia anjlok Rp 315 triliun, dari Rp 5.479 triliun di 24 April lalu menjadi Rp 5.164 triliun, kemarin.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo kinerja emiten big caps di kuartal I 2015 mengecewakan para pemodal. Dia mencontohkan, laba per saham atau earning per share (EPS) Telekomunikasi Indonesia (TLKM) di kuartal pertama tahun ini cuma Rp 38,8. Padahal, ekspektasinya adalah Rp 41,8. Kemudian EPS Bank Central Asia (BBCA) Rp 165, di bawah harapan awal Rp 190 per saham.
Kondisi ini cukup mengejutkan. Semula analis masih berharap, EPS emiten bisa tumbuh 15%. Namun ternyata, rata-rata EPS cuma naik 8%. "Secara keseluruhan, kinerja emiten jauh di bawah ekspektasi," ungkap Satrio.
Dus, pertaruhan terakhir Presiden Joko Widodo di mata para investor adalah target pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini tak sebagus perkiraan, IHSG semakin terpuruk dan orang mulai putus harapan.
Analis First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan, IHSG bisa semakin tertekan. Data-data ekonomi diperkirakan memburuk. Belum lagi strategi sell on may and go away. "Tahan diri, tunggu asing selesai mengamuk," tutur David.
Sementara, Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI) Sanusi berpendapat, fluktuasi pasar merupakan hal yang biasa. Apalagi, IHSG sudah lama tak terkoreksi. Dia menilai, koreksi indeks sekitar 10%-15% masih positif bagi pasar saham. Dengan koreksi tersebut, pasar saham diharapkan tumbuh lebih tinggi.
Sanusi menyarankan investor memperhatikan saham mana saja yang harganya telah jatuh cukup dalam. Apabila saham tersebut masih memiliki fundamental yang bagus, maka masih layak dibeli investor.
Satrio juga menyarankan para pemodal melihat koreksi ini untuk mengakumulasi beli. Menurut dia, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI) cenderung murah karena sudah merosot lebih dari 10%.
Bersiap revisi target
Satrio memperkirakan, level resistance IHSG pekan depan di 5.250 hingga 5.350. Sedangkan level support-nya di 5.005-4.900. Namun jika IHSG terjun ke bawah 5.000, Satrio merasa harus merevisi proyeksi IHSG yang telah dia buat. Semula, Satrio memperkirakan IHSG mampu ditutup di level 6.100 hingga 6.300 pada tahun ini.
Apabila pada akhir bulan ini indeks saham mampu merobek pertahanan 5.000, David memproyeksikan, indeks bisa berbalik arah. Tapi sampai akhir tahun ini, David masih optimistis IHSG tutup di posisi 5.850.
Editor: Yudho Winarto
JAKARTA, KOMPAS.com — Perekonomian Indonesia 2014 yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas harga dasar yang berlaku mencapai Rp 10.542,7 triliun, sementara PDB per kapita mencapai Rp 41,8 juta atau 3.631,5 dollar AS.
"Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen, melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen," ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam paparannya, Kamis (5/2/2015).
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 10,02 persen. Sementara itu, pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibanding triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 5,01 persen, melambat bila dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen. Suryamin menuturkan, ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran, hal tersebut disebabkan penurunan ekspor neto.
"Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen, dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen," kata dia.
Penulis | : Estu Suryowati |
Editor | : Fidel Ali Permana |
Komentar
Posting Komentar