Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan pada pekan depan diprediksi flat seiring investor yang wait and see menunggu rilis data ekonomi dalam negeri.
Indeks
harga saham gabungan (IHSG) ditutup berbalik melemah 0,17% ke level
5.491,34 pada perdagangan Jumat (10/4) setelah menguat tipis pada saat
pembukaan perdagangan. Investor asing tercatat masih membukukan net sell senilai Rp74,9 miliar.
Meski selama dua hari terakhir IHSG diwarnai aksi beli bersih, investor asing sudah membukukan net buy sebesar hingga Rp6,91 triliun sepanjang tahun berjalan ini. Investor asing menguasai 41% transaksi senilai Rp184,9 triliun year-to-date, dan investor domestik 59% atau senilai Rp264,1 triliun.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan IHSG pada pekan depan akan begerak flat meski diharapkan ada penguatan. Menurutnya, pekan depan akan ada rilis data BI Rate dan neraca perdagangan.
“Pekan
depan ada BI rate, pasar menunggu itu. Sepertinya data neraca
perdagangan juga akan keluar, kalau keduanya bagus, ada potensi menguat,
sekarang saya pikir wait and see dulu awal pekan depan,” kata Satrio kepada Bisnis, Jumat (10/4/2015).
Dia memperkirakan, pekan depan IHSG akan berada di level support 5.350 dan resisten 5.600.
Adapun,
pada perdagangan dua pekan terakhir ini, IHSG konsolidasi dengan
dilakukannya aksi jual bersih. Menurutnya, investor asing sedikit
menghentikan posisi belinya lantaran kekhawatiran dengan berbagai
kebijakan pemerintah.
“Ada prediksi harga BBM akan naik, kemudian katanya juga ada demo besar-besaran, ini membuat orang memutuskan untuk wait and see,” jelasnya.
JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
melemah di akhir pekan. Pada perdagangan Jumat (10/4), IHSG ditutup
melemah 0,17% ke level 5.491,34. Meski begitu, selama sepekan IHSG
menguat 0,64%.
Analis Universal Broker Indonesia Alwy Assegaf menilai, pergerakan IHSG selama sepakan ini cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal. Itu terlihat di awal pekan, di mana Amerika Serikat merilis data tenaga kerjanya yang hanya tumbuh 126.000. Jumlah tersebut di bawah konsesus perkiraan yang sebesar 240.000. "Hal itu pula yang membuat IHSG naik di awal pekan," terangnya.
Data tersebut juga membawa laju indeks saham semakin positif. Pasalnya, hal itu membuat pasar berekspetasi jika The Fed tak akan menaikkan suku bunga di bulan Juni 2015 mendatang.
Kemudian, indeks saham juga mencetak rekor barunya di pekan ini yakni 5.523,29 pada Selasa (7/4). Hal tersebut terjadi lantaran, masih berlanjutnya efek data ketenaga kerjaan AS, dana asing yang masuk dan blusukan Presiden Joko Widodo ke Bursa Efek Indonesia.
Meski begitu, dalam dua hari terakhir investor asing mencatatkan aksi jual alias net sell. Hari ini (10/4), asing tercatat net sell Rp 74,88 miliar. Meski net sell, tapi nilainya lebih kecil dibandingkan dari hari sebelumnya. "Karena asing masih net sell, hal tersebut menunjukkan adanya wait and see dari para investor," tambah Alwy.
Pasalnya, di pekan depan dari dalam maupun luar negeri ada beberapa data yang dirilis sehingga dapat dijadikan sentimen.
Fadli, Analis Net Sekuritas mengatakan untuk di dalam negeri, fokus investor tengah tertuju pada pengumuman BI rate dan juga data neraca pedagangan dalam negeri. Adapun konsesus memprediksi BI rate masih akan stagnan di level 7,5%.
Sementara Alwy mengatakan, dari luar, ada data GDP China yang akan diperkirakan melambat. Serta, laporan keuangan emiten di Amerika Serikat yang di perkirakan rata-rata laba perusahaan akan turun lantaran ekspor terganggu akibat penguatan dollar AS.
Dengan demikian, Fadli memperkirakan IHSG akan turun di kisaran 5.435-5.545 pada pekan depan. Sementara, Alwy masih optimistis terhadap laju indeks jika di pekan depan IHSG masih akan menguat di 5.436-5.550.
Analis Universal Broker Indonesia Alwy Assegaf menilai, pergerakan IHSG selama sepakan ini cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal. Itu terlihat di awal pekan, di mana Amerika Serikat merilis data tenaga kerjanya yang hanya tumbuh 126.000. Jumlah tersebut di bawah konsesus perkiraan yang sebesar 240.000. "Hal itu pula yang membuat IHSG naik di awal pekan," terangnya.
Data tersebut juga membawa laju indeks saham semakin positif. Pasalnya, hal itu membuat pasar berekspetasi jika The Fed tak akan menaikkan suku bunga di bulan Juni 2015 mendatang.
Kemudian, indeks saham juga mencetak rekor barunya di pekan ini yakni 5.523,29 pada Selasa (7/4). Hal tersebut terjadi lantaran, masih berlanjutnya efek data ketenaga kerjaan AS, dana asing yang masuk dan blusukan Presiden Joko Widodo ke Bursa Efek Indonesia.
Meski begitu, dalam dua hari terakhir investor asing mencatatkan aksi jual alias net sell. Hari ini (10/4), asing tercatat net sell Rp 74,88 miliar. Meski net sell, tapi nilainya lebih kecil dibandingkan dari hari sebelumnya. "Karena asing masih net sell, hal tersebut menunjukkan adanya wait and see dari para investor," tambah Alwy.
Pasalnya, di pekan depan dari dalam maupun luar negeri ada beberapa data yang dirilis sehingga dapat dijadikan sentimen.
Fadli, Analis Net Sekuritas mengatakan untuk di dalam negeri, fokus investor tengah tertuju pada pengumuman BI rate dan juga data neraca pedagangan dalam negeri. Adapun konsesus memprediksi BI rate masih akan stagnan di level 7,5%.
Sementara Alwy mengatakan, dari luar, ada data GDP China yang akan diperkirakan melambat. Serta, laporan keuangan emiten di Amerika Serikat yang di perkirakan rata-rata laba perusahaan akan turun lantaran ekspor terganggu akibat penguatan dollar AS.
Dengan demikian, Fadli memperkirakan IHSG akan turun di kisaran 5.435-5.545 pada pekan depan. Sementara, Alwy masih optimistis terhadap laju indeks jika di pekan depan IHSG masih akan menguat di 5.436-5.550.
Editor: Barratut Taqiyyah
Komentar
Posting Komentar