Langsung ke konten utama

ihsg penutupan per tgl 10 April 2015 n kondisi ihsg per tgl 13 April 2015

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan pada pekan depan diprediksi flat seiring investor yang wait and see menunggu rilis data ekonomi dalam negeri.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup berbalik melemah 0,17% ke level 5.491,34 pada perdagangan Jumat (10/4) setelah menguat tipis pada saat pembukaan perdagangan. Investor asing tercatat masih membukukan net sell senilai Rp74,9 miliar.
Meski selama dua hari terakhir IHSG diwarnai aksi beli bersih, investor asing sudah membukukan net buy sebesar hingga Rp6,91 triliun sepanjang tahun berjalan ini. Investor asing menguasai 41% transaksi senilai Rp184,9 triliun year-to-date, dan investor domestik 59% atau senilai Rp264,1 triliun.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan IHSG pada pekan depan akan begerak flat meski diharapkan ada penguatan. Menurutnya, pekan depan akan ada rilis data BI Rate dan neraca perdagangan.
Pekan depan ada BI rate, pasar menunggu itu. Sepertinya data neraca perdagangan juga akan keluar, kalau keduanya bagus, ada potensi menguat, sekarang saya pikir wait and see dulu awal pekan depan,” kata Satrio kepada Bisnis, Jumat (10/4/2015).
Dia memperkirakan, pekan depan IHSG akan berada di level support 5.350 dan resisten 5.600.
Adapun, pada perdagangan dua pekan terakhir  ini, IHSG konsolidasi dengan dilakukannya aksi jual bersih. Menurutnya, investor asing sedikit menghentikan posisi belinya lantaran kekhawatiran dengan berbagai kebijakan pemerintah.
Ada prediksi harga BBM akan naik, kemudian katanya juga ada demo besar-besaran, ini membuat orang memutuskan untuk wait and see,” jelasnya.

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di akhir pekan. Pada perdagangan Jumat (10/4), IHSG ditutup melemah 0,17% ke level 5.491,34. Meski begitu, selama sepekan IHSG menguat 0,64%.
Analis Universal Broker Indonesia Alwy Assegaf menilai, pergerakan IHSG selama sepakan ini cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal. Itu terlihat di awal pekan, di mana Amerika Serikat merilis data tenaga kerjanya yang hanya tumbuh 126.000. Jumlah tersebut di bawah konsesus perkiraan yang sebesar 240.000. "Hal itu pula yang membuat IHSG naik di awal pekan," terangnya.
Data tersebut juga membawa laju indeks saham semakin positif. Pasalnya, hal itu membuat pasar berekspetasi jika The Fed tak akan menaikkan suku bunga di bulan Juni 2015 mendatang.
Kemudian, indeks saham juga mencetak rekor barunya di pekan ini yakni 5.523,29 pada Selasa (7/4). Hal tersebut terjadi lantaran, masih berlanjutnya efek data ketenaga kerjaan AS, dana asing yang masuk dan blusukan Presiden Joko Widodo ke Bursa Efek Indonesia.
Meski begitu, dalam dua hari terakhir investor asing mencatatkan aksi jual alias net sell. Hari ini (10/4), asing tercatat net sell Rp 74,88 miliar. Meski net sell, tapi nilainya lebih kecil dibandingkan dari hari sebelumnya. "Karena asing masih net sell, hal tersebut menunjukkan adanya wait and see dari para investor," tambah Alwy.
Pasalnya, di pekan depan dari dalam maupun luar negeri ada beberapa data yang dirilis sehingga dapat dijadikan sentimen.
Fadli, Analis Net Sekuritas mengatakan untuk di dalam negeri, fokus investor tengah tertuju pada pengumuman BI rate dan juga data neraca pedagangan dalam negeri. Adapun konsesus memprediksi BI rate masih akan stagnan di level 7,5%.
Sementara Alwy mengatakan, dari luar, ada data GDP China yang akan diperkirakan melambat. Serta, laporan keuangan emiten di Amerika Serikat yang di perkirakan rata-rata laba perusahaan akan turun lantaran ekspor terganggu akibat penguatan dollar AS.
Dengan demikian, Fadli memperkirakan IHSG akan turun di kisaran 5.435-5.545 pada pekan depan. Sementara, Alwy masih optimistis terhadap laju indeks jika di pekan depan IHSG masih akan menguat di 5.436-5.550.
Editor: Barratut Taqiyyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza Cadangan Devisa : $136,2 M (April 2024) SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒