kontan:
Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Putut E. Andanawarih mengatakan, investor harus bijaksana menyikapi koreksi yang terjadi di pasar modal. Menurutnya, investor jangan sampai urung berinvestasi, karena khawatir dengan risiko penurunan nilai aset. "Momentum koreksi justru merupakan kesempatan mengoleksi efek di pasar modal dengan harga murah," ujar Putut, Selasa (5/5).
Ia mengingatkan, investor harus cermat memilih instrumen agar nilai investasi bisa terjaga bahkan meningkat. Menurutnya, reksadana bisa menjadi salah satu pilihan, sebab para investor tak perlu ribet meracik efek di pasar modal yang menjadi portofolio reksadana. "Biarkan itu menjadi tugas manajer investasi yang me-rebalancing portofolio sesuai keadaan pasar modal," imbuh Putut.
Namun, katanya, pemilihan instrumen tetap disesuaikan dengan tujuan investasi awal. Putut mencontohkan, bagi investor reksadana dengan horizon investasi jangka pendek (1-3 tahun), bisa memiliki reksadana pasar uang dengan porsi 70%, dan reksadana campuran dengan porsi 30%.
Sedangkan, investor berhorizon jangka panjang atau di atas lima tahun, pilihan yang cocok, yaitu mayoritas di reksadana saham. Lalu, reksadana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang dengan porsi lebih sedikit.
Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto sependapat investor harus fokus pada tujuan investasi mereka. Setiap investor memiliki perencanaan keuangan masing-masing "Asal berpegang teguh pada tujuan awal berinvestasi, seharusnya setiap investor bisa menangani koreksi ini," papar Rudiyanto.
Jangan sampai pergerakan pasar modal yang menyetir pilihan instrumen investasi. "Kalau sedikit masalah lalu pindah instrumen investasi, seseorang akan berubah dari investor menjadi spekulator," tuturnya.
Rudiyanto menyatakan, jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan investasi (horizon) akan menjadi penentu jenis instrumen investasi yang paling dibutuhkan seorang investor. Sehingga bukan kondisi pasar modal yang mengubah pilihan instrumen. "Sederhana, tujuan akan menentukan instrumen terbaik," ucapnya.
Berbagai pilihan sektor
Perencana Keuangan Eko Endarto menilai, saat ini waktu yang tepat mengoleksi saham dengan harga murah. Langkah tersebut terutama bagi investor dengan orientasi investasi jangka panjang atau di atas tiga tahun.
Menurutnya, sektor saham yang masih berprospek antara lain, sektor perbankan atau keuangan, lantaran merupakan tempat perputaran uang. Lalu, sektor konsumer dan infrastruktur.
Saat kondisi ekonomi melemah, infrastruktur merupakan langkah awal pemerintah menggerakkan kembali ekonomi. "Proyek infrastruktur, banyak menyerap tenaga kerja dan peningkatan pembayaran gaji. Sehingga, belanja masyarakat meningkat," ujar Eko. Selain saham, instrumen reksadana saham masih bagus bagi investor berorientasi jangka panjang.
Namun, bagi investor dengan orientasi angka pendek alias di bawah satu tahun, Eko menyarankan, agar melepas kepemilikan saham mereka dan beralih ke instrumen pasar uang dan emas. "Meski harga emas sedang turun, bagus untuk menjaga inflasi dan berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana segar," jelasnya.
Ia membagi portofolio investasi berdasarkan kelompok usia. Bagi usia di bawah 30 tahun, bisa menempatkan 75% dana ke saham. Sisanya 10% ke pasar uang dan 15% ke emas atau obligasi.
Usia di atas 30 tahun-50 tahun, bisa memutar 65%-70% di saham, 10% pasar uang atau deposito serta sisanya di emas dan obligasi. Usia di atas 50 tahun, bisa menempatkan 30%-40% di obligasi atau emas, 20%-25% di saham dan sisanya pasar uang
Perencana Keuangan One Shildt Financial Planning Risza Bambang mengatakan, bagi investor dengan penempatan dana di jangka menengah dan panjang, koreksi pasar modal bukan masalah. Justru menjadi momentum membeli instrumen dalam jumlah banyak
Tapi bagi investor yang memiliki orientasi jangka pendek koreksi pasar menjadi masalah. "Lebih baik cut loss atau switching ke saham dengan potensi rebound yang lebih cepat," sarannya.
Adapun, sektor saham yang bisa menjadi pilihan saat ini yaitu perbankan dan infrastruktur. "Kedua sektor tersebut paling cepat rebound," imbuhnya.
JAKARTA. Hari ini Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) berpeluang naik lagi. Salah satu indikatornya, meski
pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2015 cuma 4,71%, di bawah
pertumbuhan ekonomi setiap kuartal 2014 yang di atas 5%.
Meski indikator ekonomi jelek, kemari IHSG naik 0,37% ke 5.160,31. Sementara arus masuk dana asing (net buy) tercatat Rp 454,94 miliar. Analis dari Minna Padi Investama Andre Setiawan, menyatakan, buruknya angka pertumbuhan ekonomi tidak terlalu mempengaruhi IHSG.
Pasar sudah mengantisipasi sepekan terakhir dengan jebloknya IHSG. "Jadi, hari ini berpotensi naik, tapi tidak banyak, karena kenaikan tidak didukung volume. Kalau rebound balik ke level 5.200," jelas Andre. Meski begitu, investor harus tetap waspada, karena Jumat (8/5) akan ada pengumuman angka tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Sementara analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Isfandi juga memprediksi, hari ini IHSG naik terbatas ke 5.250. Secara teknikal, IHSG sudah jenuh atas koreksi.
Prediksi Andre hari ini IHSG menguat di range 5.100-5.200. Sementara Isfandi memperkirakan, hari ini IHSG menguat di 5.160-5.250.
JAKARTa kontan. Pasar saham domestik mencoba
bangkit setelah terkoreksi tajam sepekan terakhir. Di saat arah
pergerakan pasar belum pasti, para investor harus cermat menata
portofolio mereka, sembari tetap menyesuaikan dengan horizon investasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.Meski indikator ekonomi jelek, kemari IHSG naik 0,37% ke 5.160,31. Sementara arus masuk dana asing (net buy) tercatat Rp 454,94 miliar. Analis dari Minna Padi Investama Andre Setiawan, menyatakan, buruknya angka pertumbuhan ekonomi tidak terlalu mempengaruhi IHSG.
Pasar sudah mengantisipasi sepekan terakhir dengan jebloknya IHSG. "Jadi, hari ini berpotensi naik, tapi tidak banyak, karena kenaikan tidak didukung volume. Kalau rebound balik ke level 5.200," jelas Andre. Meski begitu, investor harus tetap waspada, karena Jumat (8/5) akan ada pengumuman angka tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Sementara analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Isfandi juga memprediksi, hari ini IHSG naik terbatas ke 5.250. Secara teknikal, IHSG sudah jenuh atas koreksi.
Prediksi Andre hari ini IHSG menguat di range 5.100-5.200. Sementara Isfandi memperkirakan, hari ini IHSG menguat di 5.160-5.250.
Editor: Yudho Winarto
Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Putut E. Andanawarih mengatakan, investor harus bijaksana menyikapi koreksi yang terjadi di pasar modal. Menurutnya, investor jangan sampai urung berinvestasi, karena khawatir dengan risiko penurunan nilai aset. "Momentum koreksi justru merupakan kesempatan mengoleksi efek di pasar modal dengan harga murah," ujar Putut, Selasa (5/5).
Ia mengingatkan, investor harus cermat memilih instrumen agar nilai investasi bisa terjaga bahkan meningkat. Menurutnya, reksadana bisa menjadi salah satu pilihan, sebab para investor tak perlu ribet meracik efek di pasar modal yang menjadi portofolio reksadana. "Biarkan itu menjadi tugas manajer investasi yang me-rebalancing portofolio sesuai keadaan pasar modal," imbuh Putut.
Namun, katanya, pemilihan instrumen tetap disesuaikan dengan tujuan investasi awal. Putut mencontohkan, bagi investor reksadana dengan horizon investasi jangka pendek (1-3 tahun), bisa memiliki reksadana pasar uang dengan porsi 70%, dan reksadana campuran dengan porsi 30%.
Sedangkan, investor berhorizon jangka panjang atau di atas lima tahun, pilihan yang cocok, yaitu mayoritas di reksadana saham. Lalu, reksadana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang dengan porsi lebih sedikit.
Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto sependapat investor harus fokus pada tujuan investasi mereka. Setiap investor memiliki perencanaan keuangan masing-masing "Asal berpegang teguh pada tujuan awal berinvestasi, seharusnya setiap investor bisa menangani koreksi ini," papar Rudiyanto.
Jangan sampai pergerakan pasar modal yang menyetir pilihan instrumen investasi. "Kalau sedikit masalah lalu pindah instrumen investasi, seseorang akan berubah dari investor menjadi spekulator," tuturnya.
Rudiyanto menyatakan, jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan investasi (horizon) akan menjadi penentu jenis instrumen investasi yang paling dibutuhkan seorang investor. Sehingga bukan kondisi pasar modal yang mengubah pilihan instrumen. "Sederhana, tujuan akan menentukan instrumen terbaik," ucapnya.
Berbagai pilihan sektor
Perencana Keuangan Eko Endarto menilai, saat ini waktu yang tepat mengoleksi saham dengan harga murah. Langkah tersebut terutama bagi investor dengan orientasi investasi jangka panjang atau di atas tiga tahun.
Menurutnya, sektor saham yang masih berprospek antara lain, sektor perbankan atau keuangan, lantaran merupakan tempat perputaran uang. Lalu, sektor konsumer dan infrastruktur.
Saat kondisi ekonomi melemah, infrastruktur merupakan langkah awal pemerintah menggerakkan kembali ekonomi. "Proyek infrastruktur, banyak menyerap tenaga kerja dan peningkatan pembayaran gaji. Sehingga, belanja masyarakat meningkat," ujar Eko. Selain saham, instrumen reksadana saham masih bagus bagi investor berorientasi jangka panjang.
Namun, bagi investor dengan orientasi angka pendek alias di bawah satu tahun, Eko menyarankan, agar melepas kepemilikan saham mereka dan beralih ke instrumen pasar uang dan emas. "Meski harga emas sedang turun, bagus untuk menjaga inflasi dan berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana segar," jelasnya.
Ia membagi portofolio investasi berdasarkan kelompok usia. Bagi usia di bawah 30 tahun, bisa menempatkan 75% dana ke saham. Sisanya 10% ke pasar uang dan 15% ke emas atau obligasi.
Usia di atas 30 tahun-50 tahun, bisa memutar 65%-70% di saham, 10% pasar uang atau deposito serta sisanya di emas dan obligasi. Usia di atas 50 tahun, bisa menempatkan 30%-40% di obligasi atau emas, 20%-25% di saham dan sisanya pasar uang
Perencana Keuangan One Shildt Financial Planning Risza Bambang mengatakan, bagi investor dengan penempatan dana di jangka menengah dan panjang, koreksi pasar modal bukan masalah. Justru menjadi momentum membeli instrumen dalam jumlah banyak
Tapi bagi investor yang memiliki orientasi jangka pendek koreksi pasar menjadi masalah. "Lebih baik cut loss atau switching ke saham dengan potensi rebound yang lebih cepat," sarannya.
Adapun, sektor saham yang bisa menjadi pilihan saat ini yaitu perbankan dan infrastruktur. "Kedua sektor tersebut paling cepat rebound," imbuhnya.
Editor: Yudho Winarto
Komentar
Posting Komentar