gw WAJIB OPTIMISTIK walo PESIMISME MELUAS di pasar saham global n lokal
Bisnis.com, JAKARTA – Indeks acuan bursa Asia Tenggara serentak melemah pada akhir perdagangan Senin (13/10/2014),dimana bursa Filipina jatuh tertajam.
Berdasarkan data Bloomberg yang dihimpun Bisnis.com, dari enam indeks yang dipantau, semuanya melemah. Koreksi paling tajam dialami oleh PSEI Index di Manila Filipina yang anjlok 2,78%, diikuti oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta yang terpuruk 1,01%.
Sementara itu, Vietnam Ho Chi Minh Index dan KLCI Index di Kuala Lumpur, Malaysia juga turun masing-masing 0,57% dan 0,65%. Singapore Strait Times Index dan SET Index di Bangkok, Thailand, keduanya terkoreksi 0,67%.
Kinerja Bursa Saham Asia Tenggara
Sumber: Bloomberg, 2014
INILAHCOM, Jakarta – Para trader disarankan bersikap wait and see. Sementara itu, para investor disarankan belanja saham saat IHSG berada di kisaran support 4.900-4.750.
Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan hal itu kepada INILAHCOM. Menurut dia, saat indeks berada pada kisaran support tersebut, pemodal bisa mengutamakan saham-saham yang jadi penggerak indeks. Akan tetapi, ada dua sektor saham yang patut diwaspadai. Apa saja?
Pada perdagangan Jumat (10/10/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 30,919 poin (0,619%) ke angka 4.962,96. Intraday tertinggi 4.993,879 dan terlemah 4.933,977. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mengakhiri pekan lalu, IHSG melemah ke bawah level psikologis 5.000. Apa yang terjadi?
Pelemahan IHSG 30,9 poin (0,61%) ke 4.962 itu memang seiring dengan kondisi bursa saham regional yang negatif. Saya termasuk orang yang menentang pendapat bahwa kondisi politik yang jelek menekan IHSG. Jika regional buruk, kita mau apa? Faktor politik hanya memperburuk situasi tapi bukan faktor utama.
Lantas, bagaimana Anda melihat arah IHSG sepekan ke depan?
Arah IHSG sepekan ke depan sangat tergantung pada laju bursa saham regional. Kita harus menunggu bursa regional move on terlebih dahulu. Sebab, sentimen politik dari dalam negeri sudah minim. Sudah relatif tidak ada. Pekan lalu, saya sempat mengkhawatirkan aksi dari Rachmawati Soekarnoputri. Tapi, akhirnya, ternyata tidak ada apa-apa.
Intinya, pelaku pasar harus menunggu kejelasan arah bursa saham regional. Sebab, dalam tiga pekan terakhir, Dow Jones Industrial Average (DJIA) bergerak variatif, sehari naik, sehari turun. Paling tidak, kita harus menunggu tren turun dari Dow Jones berakhir.
Sebenarnya, sudah tiga kali terjadi di mana Dow memperlihatkan berakhirnya tren turun. Tapi, untuk kali ketiga, sinyal positif Dow Jones kembali dihantam dengan penurunan yang dalam. Itu menunjukkan pelaku pasar sedang galau.
Level support dan resisten IHSG sendiri yang mungkin diuji dalam sepekan ke depan?
Setelah IHSG menembus support 5.050 di awal pekan, potensi koreksi IHSG bisa mencapai antara 4.900-4.750. Sekarang, IHSG berada dalam tren turun. Jadi, pasar harus menunggu di mana tren turun ini akan berakhir. Dasar (bottom) IHSG berada pada kisaran 4.750-4.900 yang bisa menjadi support sebulan ke depan.
Di sisi lain, resistance IHSG berada di 5.000-5.100. Pasar sedang menanti bottom untuk jangka pendek dan bottom jangka menengah.
Di mana bottom-nya?
Jika bottom jangka pendek masih di support 4.850, saya justru khawatir, penurunan IHSG masih akan berlangsung hingga akhir 2014. Artinya, koreksi IHSG berpeluang terjadi cukup dalam. Akan tetapi, jika bottom jangka pendek di bawah 4.850, saya malah optimistis, akhir 2014, IHSG bisa tutup di atas 5.000-5.100.
Jika ternyata bottom jangka pendek berada di atas 4.850 seperti yang terjadi saat ini dan justru rebound lagi, kayaknya tidak bagus. Artinya, reaksi awal pasar atas kabinet Jokowi-JK akan jelek. Memang akan ada efek Jokowi saat pelantikan, 20 Oktober 2014 ke bursa saham. Tapi, hingga hari ini belum terlihat efeknya.
Mengapa pelantikan Jokowi kurang berefek?
Orang juga harus tahu bahwa pelantikan Jokowi akan langsung diikuti oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dua pekan kemudian. Dari sisi ini, sentiment Jokowi memang mixed, campur antara yang positif dan negatif. Orang menjadi tidak bersemangat saat pelantikan Jokowi. Saat kenaikan harga BBM justru pelaku pasar akan lebih bersemangat.
Jadi, kalaupun IHSG masih menguat, akan ada koreksi lagi dan sepertinya kepastian dari bottom baru akan terlihat setelah pelantikan Jokowi.
Apa saran Anda untuk para pemodal di bursa saham?
Di tengah situasi IHSG yang masih dalam tren turun, tetap pasar harus menunggu hingga di mana tren turun ini akan berakhir. Bagi trader, saya sarankan wait and see terlebih dahulu. Jika Anda investor, sebaiknya menunggu hingga IHSG masuk ke dalam kisaran support 4.900-4.750 untuk mulai belanja saham.
Saham-saham pilihan Anda?
Saat IHSG masuk kisaran support tersebut, utamakan saham-saham yang jadi penggerak IHSG seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Wijaya Karya (WIKA). Tapi sebenarnya, jika indeks masuk kisaran support tersebut, semua saham juga menarik kecuali sektor tertentu.
Sektor saham apa saja yang tidak menarik meski IHSG masuk kisaran support 4.900-4.750?
Sekarang, penurunan harga minyak masih belum jelas di mana bottom-nya. Selama bottom harga minyak belum terlihat, pelaku pasar harus hati-hati terhadap saham-saham komoditas. Sampai saat ini, harga minyak terus turun seiring kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dunia.
Hati-hati juga dengan saham-saham di sektor properti. Sebab, selama suku bunga masih tinggi, berisiko bagi sektor ini. Apalagi, menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi, suku bunga tidak akan turun. Selama suku bunga tinggi, saham-saham sektor properti akan berat. Untuk sementara, kita harus menghindari dulu saham-saham properti. [jin]
TEMPO.CO, Jakarta - Melambatnya laju perekonomian Eropa diperkirakan akan menjadi sentimen negatif yang menghantui bursa saham di seluruh dunia. “Fluktuasi bursa global akan berdampak terhadap indeks saham di Bursa Efek Indonesia," kata analis PT Mega Capital Indonesia, Fikri Syaryadi, kepada Tempo.
Menurut Fikri, pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi yang mengatakan perlambatan ekonomi Eropa bersifat struktural dimaknai pelaku pasar bahwa pemulihan ekonomi global tidak berlangsung sesuai dengan harapan. Terus merosotnya kinerja manufaktur Jerman sebagai negara dengan ekonomi terkuat di Eropa menegaskan fakta tersebut. (Baca juga: Minim Sentimen, Indeks Saham Diprediksi Menguat)
Fikri mengatakan investor semakin khawatir krisis akan menjalar ke sektor industri dan konsumsi. Padahal Eropa merupakan pasar utama produk-produk dunia. Menurunnya permintaan dari Eropa akan menghambat laju pertumbuhan negara-negara berkembang. “Hal itu mulai terlihat dengan melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur Cina sebagai mitra dagang utama Eropa,” katanya.
Tidak hanya permintaan barang, perlambatan ekonomi Eropa telah menekan sektor komoditas. Harga minyak dunia kini telah merosot ke level US$ 90 per barel, diikuti oleh turunnya harga timah, logam, dan minyak sawit mentah. Inilah yang menyebabkan turunnya harga emiten-emiten berbasis komoditas di bursa saham. (Baca juga: Rupiah Loyo, Lima Saham yang Layak Dibidik Investor)
Pada pekan ketiga Oktober 2014, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia masih akan tertekan, kecuali ada sentimen positif dari bursa global. Indeks diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif pada kisaran 4.900-5.100. Dengan tingginya volatilitas indeks, pelaku pasar diharapkan berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. “Akumulasi saham sebaiknya dilakukan menjelang pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo, dan pengumuman susunan kabinetnya,” ujar Fikri.
M. AZHAR
Bisnis.com, JAKARTA – Indeks acuan bursa Asia Tenggara serentak melemah pada akhir perdagangan Senin (13/10/2014),dimana bursa Filipina jatuh tertajam.
Berdasarkan data Bloomberg yang dihimpun Bisnis.com, dari enam indeks yang dipantau, semuanya melemah. Koreksi paling tajam dialami oleh PSEI Index di Manila Filipina yang anjlok 2,78%, diikuti oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta yang terpuruk 1,01%.
Sementara itu, Vietnam Ho Chi Minh Index dan KLCI Index di Kuala Lumpur, Malaysia juga turun masing-masing 0,57% dan 0,65%. Singapore Strait Times Index dan SET Index di Bangkok, Thailand, keduanya terkoreksi 0,67%.
Kinerja Bursa Saham Asia Tenggara
Kota | Level (13/10/2014) | Perubahan |
Ho Chi Minh |
614,22
|
-0,57%
|
Kuala Lumpur |
1.797,2
|
-0,65%
|
Singapura |
3.202,15
|
-0,67%
|
Bangkok |
1,542,35
|
-0,67%
|
Jakarta |
4.913,05
|
-1,01%
|
Manila |
6.968,09
|
-2,78%
|
Editor : Fatkhul Maskur
INILAHCOM, Jakarta – Para trader disarankan bersikap wait and see. Sementara itu, para investor disarankan belanja saham saat IHSG berada di kisaran support 4.900-4.750.
Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan hal itu kepada INILAHCOM. Menurut dia, saat indeks berada pada kisaran support tersebut, pemodal bisa mengutamakan saham-saham yang jadi penggerak indeks. Akan tetapi, ada dua sektor saham yang patut diwaspadai. Apa saja?
Pada perdagangan Jumat (10/10/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 30,919 poin (0,619%) ke angka 4.962,96. Intraday tertinggi 4.993,879 dan terlemah 4.933,977. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Mengakhiri pekan lalu, IHSG melemah ke bawah level psikologis 5.000. Apa yang terjadi?
Pelemahan IHSG 30,9 poin (0,61%) ke 4.962 itu memang seiring dengan kondisi bursa saham regional yang negatif. Saya termasuk orang yang menentang pendapat bahwa kondisi politik yang jelek menekan IHSG. Jika regional buruk, kita mau apa? Faktor politik hanya memperburuk situasi tapi bukan faktor utama.
Lantas, bagaimana Anda melihat arah IHSG sepekan ke depan?
Arah IHSG sepekan ke depan sangat tergantung pada laju bursa saham regional. Kita harus menunggu bursa regional move on terlebih dahulu. Sebab, sentimen politik dari dalam negeri sudah minim. Sudah relatif tidak ada. Pekan lalu, saya sempat mengkhawatirkan aksi dari Rachmawati Soekarnoputri. Tapi, akhirnya, ternyata tidak ada apa-apa.
Intinya, pelaku pasar harus menunggu kejelasan arah bursa saham regional. Sebab, dalam tiga pekan terakhir, Dow Jones Industrial Average (DJIA) bergerak variatif, sehari naik, sehari turun. Paling tidak, kita harus menunggu tren turun dari Dow Jones berakhir.
Sebenarnya, sudah tiga kali terjadi di mana Dow memperlihatkan berakhirnya tren turun. Tapi, untuk kali ketiga, sinyal positif Dow Jones kembali dihantam dengan penurunan yang dalam. Itu menunjukkan pelaku pasar sedang galau.
Level support dan resisten IHSG sendiri yang mungkin diuji dalam sepekan ke depan?
Setelah IHSG menembus support 5.050 di awal pekan, potensi koreksi IHSG bisa mencapai antara 4.900-4.750. Sekarang, IHSG berada dalam tren turun. Jadi, pasar harus menunggu di mana tren turun ini akan berakhir. Dasar (bottom) IHSG berada pada kisaran 4.750-4.900 yang bisa menjadi support sebulan ke depan.
Di sisi lain, resistance IHSG berada di 5.000-5.100. Pasar sedang menanti bottom untuk jangka pendek dan bottom jangka menengah.
Di mana bottom-nya?
Jika bottom jangka pendek masih di support 4.850, saya justru khawatir, penurunan IHSG masih akan berlangsung hingga akhir 2014. Artinya, koreksi IHSG berpeluang terjadi cukup dalam. Akan tetapi, jika bottom jangka pendek di bawah 4.850, saya malah optimistis, akhir 2014, IHSG bisa tutup di atas 5.000-5.100.
Jika ternyata bottom jangka pendek berada di atas 4.850 seperti yang terjadi saat ini dan justru rebound lagi, kayaknya tidak bagus. Artinya, reaksi awal pasar atas kabinet Jokowi-JK akan jelek. Memang akan ada efek Jokowi saat pelantikan, 20 Oktober 2014 ke bursa saham. Tapi, hingga hari ini belum terlihat efeknya.
Mengapa pelantikan Jokowi kurang berefek?
Orang juga harus tahu bahwa pelantikan Jokowi akan langsung diikuti oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dua pekan kemudian. Dari sisi ini, sentiment Jokowi memang mixed, campur antara yang positif dan negatif. Orang menjadi tidak bersemangat saat pelantikan Jokowi. Saat kenaikan harga BBM justru pelaku pasar akan lebih bersemangat.
Jadi, kalaupun IHSG masih menguat, akan ada koreksi lagi dan sepertinya kepastian dari bottom baru akan terlihat setelah pelantikan Jokowi.
Apa saran Anda untuk para pemodal di bursa saham?
Di tengah situasi IHSG yang masih dalam tren turun, tetap pasar harus menunggu hingga di mana tren turun ini akan berakhir. Bagi trader, saya sarankan wait and see terlebih dahulu. Jika Anda investor, sebaiknya menunggu hingga IHSG masuk ke dalam kisaran support 4.900-4.750 untuk mulai belanja saham.
Saham-saham pilihan Anda?
Saat IHSG masuk kisaran support tersebut, utamakan saham-saham yang jadi penggerak IHSG seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Wijaya Karya (WIKA). Tapi sebenarnya, jika indeks masuk kisaran support tersebut, semua saham juga menarik kecuali sektor tertentu.
Sektor saham apa saja yang tidak menarik meski IHSG masuk kisaran support 4.900-4.750?
Sekarang, penurunan harga minyak masih belum jelas di mana bottom-nya. Selama bottom harga minyak belum terlihat, pelaku pasar harus hati-hati terhadap saham-saham komoditas. Sampai saat ini, harga minyak terus turun seiring kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dunia.
Hati-hati juga dengan saham-saham di sektor properti. Sebab, selama suku bunga masih tinggi, berisiko bagi sektor ini. Apalagi, menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi, suku bunga tidak akan turun. Selama suku bunga tinggi, saham-saham sektor properti akan berat. Untuk sementara, kita harus menghindari dulu saham-saham properti. [jin]
TEMPO.CO, Jakarta - Melambatnya laju perekonomian Eropa diperkirakan akan menjadi sentimen negatif yang menghantui bursa saham di seluruh dunia. “Fluktuasi bursa global akan berdampak terhadap indeks saham di Bursa Efek Indonesia," kata analis PT Mega Capital Indonesia, Fikri Syaryadi, kepada Tempo.
Menurut Fikri, pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi yang mengatakan perlambatan ekonomi Eropa bersifat struktural dimaknai pelaku pasar bahwa pemulihan ekonomi global tidak berlangsung sesuai dengan harapan. Terus merosotnya kinerja manufaktur Jerman sebagai negara dengan ekonomi terkuat di Eropa menegaskan fakta tersebut. (Baca juga: Minim Sentimen, Indeks Saham Diprediksi Menguat)
Fikri mengatakan investor semakin khawatir krisis akan menjalar ke sektor industri dan konsumsi. Padahal Eropa merupakan pasar utama produk-produk dunia. Menurunnya permintaan dari Eropa akan menghambat laju pertumbuhan negara-negara berkembang. “Hal itu mulai terlihat dengan melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur Cina sebagai mitra dagang utama Eropa,” katanya.
Tidak hanya permintaan barang, perlambatan ekonomi Eropa telah menekan sektor komoditas. Harga minyak dunia kini telah merosot ke level US$ 90 per barel, diikuti oleh turunnya harga timah, logam, dan minyak sawit mentah. Inilah yang menyebabkan turunnya harga emiten-emiten berbasis komoditas di bursa saham. (Baca juga: Rupiah Loyo, Lima Saham yang Layak Dibidik Investor)
Pada pekan ketiga Oktober 2014, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia masih akan tertekan, kecuali ada sentimen positif dari bursa global. Indeks diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif pada kisaran 4.900-5.100. Dengan tingginya volatilitas indeks, pelaku pasar diharapkan berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. “Akumulasi saham sebaiknya dilakukan menjelang pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo, dan pengumuman susunan kabinetnya,” ujar Fikri.
M. AZHAR
Komentar
Posting Komentar