JAKARTA-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin dibuka naik 39,63 poin atau 0,79 persen menjadi 5.068,58, dan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 9,93 poin (1,16 persen) ke level 864,12.
http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/ihsg-dibuka-naik-3963-poin-menjadi-506858/97700
Sumber : INVESTOR DAILY
INILAHCOM, Jakarta – Mengakhiri pekan lalu, IHSG menguat singnifikan 1,56% setelah pertemuan Jokowi-Prabowo. Indeks pun balik arah menguat namun belum terlambat belanja saham.
Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan hal itu kepada INILAHCOM.
Pada perdagangan Jumat (17/10/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 77,332 poin (1,562%) ke posisi 5.028,946. Sepanjang perdagangan, IHSG mencapai level tertingginya 5.043,765 dan terendah 4.953,499. Berikut ini rincian penjelasannya:
Jika melihat pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto, pasar melihat cairnya kebuntuan politik selama ini pasca-Pilpres. Pernyataan mereka berdua jelas. Prabowo secara jelas mendukung dan mengakui Jokowi sebagai presiden terpilih.
Meski begitu, Prabowo tetap akan kritis untuk mengontrol jalannya pemerintahan. Saya rasa itu sangat baik. Artinya, pemerintah juga sebenarnya butuh control, kritik dan pengawasan supaya jalannya tetap lurus. Jadi, pertemuan Jokowi-Prabowo Jumat (17/10/2014) sebagai cairnya kebekuan komunikasi politik.
Diharapkan, hal positif tersebut, akan berlanjut ke arah yang lebih konstruktif. Itulah yang mungkin dilihat pelaku pasar sehingga rupiah menguat dan IHSG kembali ke atas level psikologis 5.000. Beberapa saham khususnya properti langsung naik. Begitu juga dengan saham-saham di sektor perbankan, konstruksi dan ritel yang naik lumayan. Hampir semua sektor naik kecuali komoditas pertambangan dan perkebunan.
Jika pelaku pasar beraksi sell on news, biasanya akan melakukan aksi jual pada Senin (20/10/2014) saat pelantikan Jokowi. Sell on news itu, peluang terjadinya sangat tergantung pada kondisi bursa saham regional. Jika regional kembali berdarah-darah, IHSG akan berat melanjutkan penguatannya.
Sebelumnya, orang sempat meragukan apakah akan terjadi pelantikan, apakah ada skenario lain, dan banyak rumors yang tidak jelas yang belum terkonfirmasi. Dengan kejadian Jumat ini, saya rasa sudah 95% pelantikan Jokowi akan berjalan dengan lancar. Inilah yang berefek pada penguatan IHSG.
Mungkin juga, IHSG Senin (20/10/2014), IHSG akan kembali naik. Apakah setelah Senin masih akan naik atau tidak, itu masih tanda tanya. Sebab, setelah 20 Oktober masih ada momen yang ditunggu yakni 21 Oktober saat Jokowi mengumumkan nama-nama menteri di kabinetnya.
Itulah yang saya rasa cukup penting. Sebab, biasanya yang jadi perhatian pasar adalah siapa menteri-menteri ekonomi baik menteri keuangan, menteri coordinator, dan lain-lain. Ini juga akan berdampak ke pasar saham.
Jika nama-nama itu sesuai dengan harapan pasar atau bahkan lebih tinggi dari yang diharapkan pasar, akan berpengaruh positif. Jika ternyata tidak seperti yang didamkan, banyak transaksional, market akan kecewa dan terjadilan profit taking.
Saya melihat tren IHSG sedang balik arah setelah melaju buruk Oktober ini sebagaimana diperkirakan banyak analis. Pembalikan arah ini menjadi awal yang bagus untuk menguji resistance di kisaran 5.250 atau dekat all time high di 5.262. Diharapkan, sepekan ke depan, IHSG bertenger di atas 5.200.
Di sisi lain, support IHSG berada di 4.950. Tapi, secara teknikal, IHSG akan lanjut bullish bertahap menuju resistance-nya
Faktor internal lebih menentukan dibandingkan faktor global. Sebab, cairnya kebuntuan komunikasi politik merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh pasar. Selama perjalanan Jokowi jadi presiden banyak kasus yang terjadi dan berpengaruh buruk ke pasar. Dengan mencairnya kebuntuan, ada harapan semua elemen bangsa bersatu, meskipun perbedaan tetap ada. Itu wajar saja.
Diharapkan tidak terjadi jegal menjegal, hambat menghambat. Kekhawatiran itu disingkirkan terlebih dahulu oleh pasar seiring cairnya kebuntuan yang selama ini terjadi hingga IHSG menguat di atas 1,5%
Jika tidak ada apa-apa seperti pemakzulan dan macam-macam, tidak terlambat untuk beli saham sekarang selama pemerintahan berjalan dengan benar. IHSG memasuki fase bullish.
Memang, pada 2015 akan ada sedikit masalah mengenai kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga. Tapi, data AS yang dirilis negatif, membuat orang berpikir kenaikan suku bunga The Fed tidak mungkin sesuai skedul. Sebelumnya, diperkirakan lebih cepat dari perkiraan. Dampak bagi Asia adalah paling tidak, dana tidak cepat kembali ke AS.
Karena itu, kita masih bisa menikmati kuntungan dari kenaikan-kenaikan di bursa saham. Itu pertama. Kedua, dari sisi internal, bila tim Jokowi bagus, kerja benar, dan semuanya bersatu, akan banyak perbaikan dari sisi ekonomi. Otomatis, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) naik, inflasi terjaga, dan berdampak positif pada emiten. Kenaikan harga saham pun akan terus berlanjut.
Jika kabinet Jokowi jadi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, itu masih tanda tanya. Jika naik, seberapa besar. Inilah yang akan membuat harga saham naik-turun nantinya.
Sejauh ini, hingga Senin (20/10/2014) jika tidak ada kejadian yang signifikan, IHSG seharusnya masih tetap naik. Lalu, Selasa (21/10/2014) tunggu jajaran menterinya. Jika bagus, IHSG bisa naik lagi atau profit taking
Selanjutnya, kita lihat perkembangan. Sebab, jika naik terlalu cepat, godaan profit taking semakin besar. Tapi, untuk investasi tak ada masalah. Masuk saja saham-saham bank, properti, dan konstruksi. Saham-saham bank saat ini banyak yang murah. Properti baru kembali rebound.
Saham pilihan di perbankan masih pelat merah seperti saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT Bank Jabar-Banten (BJBR), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM).
BBTN dengan rumor akan di-merger, rumor BBNI juga akan di-merger. Karena itu, saham-saham bank second liner pelat merah cukup menarik selain yang besar-besar seperti BMRI dan BBRI
BJBR termasuk murah. Sebab, harganya sempat di Rp720 yang merupakan level terendah multiyear sehingga bisa dijadikan bottom-nya. Selama ini, terendahnya di Rp755-760. Jadi, jika masuk di harga sekarang masih dekat dengan harga bottom. Sebab, harga atasnya masih di atas Rp1.000 ke Rp1.100-an sehingga potensinya masih cukup besar asal sabar. Belum lagi dengan PER yang rendah.
Apalagi, akan ada formasi baru di direktur dan komisarisnya setelah yang lama tidak lolos fit and proper test di BI. Taufiequrachman Ruki dikabarkan menjadi komisaris utama di BJBR. Sebagai bekas ketua KPK diharapkan bisa membawa BJBR lebih baik.
Grafik saham-saham properti juga mulai naik dari penurunan selama ini. Hampir semua saham properti bisa jadi pilihan karena semuanya naik. Antara lain, PT Bumi Serpong Damai (BSDE), PT Pakuwon Jati (PWON), PT Alam Sutera Realty (ASRI), PT Summarecon Agung (SMRA), PT Ciputra Development (CTRA) dan PT Surya Semesta Internusa (SSIA). Menarik, karena kenaikannya baru mulai.
Selama situasi negara kondusif, saham-saham properti menarik. Apalagi, jika melihat tingkat inflasi yang rendah di 4%, seharusnya BI rate turun. Masalahnya, ada perkiraan harga BBM naik sehingga BI belum mau menurunkan BI rate. Tapi sebenarnya, BI rate seharusnya sudah diturunkan jika tak ada soal BBM.
Saya sendiri ada rencana menemui Jokowi untuk memberikan alternative tidak menaikkan harga BBM bersubsidi tapi bisa menurunkan subsidi BBM. Sedang menunggu skedul untuk ketemunya.
Saham-saham yang dihindari saat ini adalah batu bara karena isu tarif di China. Saham-saham sawit juga kurang oke. Pertambangan tidak menarik. Mungkin orang switching dari tambang batu bara, sawit ke saham-saham konstruksi.
Pilihan di sektor konstruksi, saham PT Adhi Karya (ADHI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Waskita Karya (WSKT) dan PT Wijaya Karya Beton (WTON). Saham-saham itu favorit karena proyek-proyek infrastruktur. Konstruksi menjanjikan untuk euforia 1-2 hari, karena kenaikannya sudah cukup tinggi sehingga perlu waspada profit taking.
Menarik, pilih juga saham industri dasar semen karena pendukung pembangunan: PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), PT Holcim Indonesia (SMCB) dan PT Semen Indonesia (SMGR). Tiga itu yang jadi andalan.
Jadi, untuk investasi, masuk saja di harga sekarang dengan kondisi fundamental yang membaik dari sisi politik. Di depan memang ada masalah BBM, tapi belum ada kepastian juga. Secara teknikal, IHSG sedang rebound. Belum terlambat untuk masuk.
Untuk trading, tetap perhatiakn grafik karena kenaikan-kenaikan biasanya berlanjut ke profit taking. Apalagi, jika kenaikan terlalu cepat. Itu perlu diwaspadai. Kalau terjadi cooling down, jangan takut untuk masuk lagi. Sebab, prospek bursa kita bagus dengan rupiah yang terus menguat. Semoga bisa kembali ke bawah 12.000 per dolar AS, ke 11.500-an hingga akhir 2014. [jin]
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengingatkan, "efek Jokowi" yang diperkirakan mampu mengerek kinerja indeks harga saham gabungan seusai pelantikan Jokowi Widodo dan Jusuf Kalla besok takan berlangsung lama.
“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, paling hanya satu-dua hari,” kata Satrio saat kepada Tempo, Ahad, 19 Oktober 2014.
Kinerja IHSG dan nilai tukar rupiah diperkirakan membiru seusai pelantikan presiden ketujuh itu. Hal ini dipicu oleh besarnya animo pasar terhadap rencana pembangunan yang disampaikan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Rencana pembangunan ini menambah kepercayaan dan harapan pelaku pasar ke depan. “Kondisinya sangat mendukung saat ini."
Namun, Satrio mengingatkan, kinerja IHSG dan rupiah tidak hanya bergantung pada sentimen domestik, tapi juga dipengaruhi kondisi internasional. (Baca: Mengintip Kegiatan Jokowi Jelang Pelantikan )
Satrio memaparkan, jika kondisi regional bagus dan dana asing masuk, diperkirakan kinerja indeks bakal membaik. Namun, sebaliknya, jika ternyata investor justru dalam keadaan jual, kinerja saham bakal terkena imbas. “Makanya kita lihat saja besok hingga beberapa hari ke depan."
Selain itu, rencana pemerintah mendatang menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi diperkirakan ikut mempengaruhi ekpektasi pasar. Namun kekhawatiran pelaku pasar sedikit reda seiring dengan munculnya tanda dukungan parlemen terhadap pemerintah dalam pertemuan antara presiden terpilih Jokowi dan nakhoda Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto. (Baca: Agenda Jokowi pada Hari Pelantikan Presiden )
Karena itu, seiring dengan peralihan kepemimpinan nasional yang akan dilangsungkan Majelis Permusyawaratan Rakyat besok, Satrio memperkirakan resistensi harga saham gabungan berada di angka 5.040- 5.050 dengan support di angka 5.150-5.200, sementara nilai tukar rupiah berada di angka Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat. “Resistent-nya berada di angka Rp 12.200,” kata Satrio.
Beberapa sektor saham yang masih menjadi buruan yakni perbankan dan konstruksi, sementara yang perlu diwaspadai yakni sektor komoditas. “Karena kita masih didera ketidakpastian kenaikan CPO dan batu bara."
JAYADI SUPRIADIN
... menurut gw: efek Jokowi maseh BANYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaK sekaleeeeeeeeeEEEEEEEE :)
JAKARTA, Oct 20, 2014 (AFP)
Joko Widodo, Indonesia's first leader without deep roots in the era of dictator Suharto, was sworn in as president Monday but faces huge challenges to enact a bold reform agenda.
The inauguration, which was attended by foreign dignitaries including US Secretary of State John Kerry and Australian Prime Minister Tony Abbott, capped a remarkable rise for a softly-spoken politician who was brought up in a riverside slum.
Widodo, known by his nickname Jokowi, worked his way up through local politics before securing the presidency in July following a close race against controversial ex-general Prabowo Subianto.
He is the country's first president from outside an ageing band of political and military figures who have ruled the world's third-biggest democracy since the end of the three-decade Suharto dictatorship in 1998.
But fears are growing that a hostile parliament dominated by parties that opposed Widodo at the election, and the new leader's status as a novice in national politics, could make it impossible for him to push through reforms aimed at reviving Southeast Asia's top economy and helping society's poorest.
At a ceremony in parliament, Widodo, wearing a black suit and traditional cap, stood for the national anthem alongside outgoing president Susilo Bambang Yudhoyono, before taking the oath.
"In the name of God, I swear that I will fulfil my obligation as the president of Indonesia as best as I can and as fairly as possible," he said.
Lawmakers and visiting dignitaries packed out the parliament for the ceremony, and there was applause when Prabowo walked in after speculation he would not attend, the latest sign of a thaw after weeks of political tensions.
Crowds had gathered across Jakarta to celebrate the inauguration of Widodo, a 53-year-old former furniture exporter who won legions of fans with his man of the people image during his time as Jakarta governor.
"I am proud of him. I don't mind spending money to travel here to watch this first-hand," said Sunti, who like many Indonesians goes by one name and had travelled a long distance from her hometown for the inauguration.
After the ceremony, Widodo and his new vice president, Jusuf Kalla, will travel in a horse-drawn carriage accompanied by a parade to the presidential palace.
In the evening the new leader, a heavy metal fan, is expected to join rock bands on stage at an outdoor concert.
About 24,000 police and military personnel were deployed to secure the day's events.
- Critical moment for economy -
But the euphoria of the inauguration is likely to be short-lived, analysts warn, as Widodo faces up to the task of leading the world's fourth most populous country, with 250 million people spread over more than 17,000 islands, at a critical moment.
Growth in Southeast Asia's top economy is at five-year lows, corruption remains rampant, and fears are mounting that support for the Islamic State group could spawn a new generation of radicals in the world's most populous Muslim-majority country.
Widodo has set out an ambitious reform agenda to tackle the country's many problems, but there is concern the notoriously fractious parliament could prove a hindrance.
However Prabowo's appearance at the inauguration was the second sign of easing tensions in just a few days after he unexpectedly met Widodo Friday for the first time since the election and pledged support, and raises hopes for the new leader's prospects.
In recent weeks, Prabowo's supporters in parliament had used their majority to abolish the direct election of local leaders, a move opposed by Widodo, and win key posts in the legislature.
But analysts cautioned it was too early to say if the reconciliation would last or help Widodo.
Widodo's first test will be to reduce the huge fuel subsidies that eat up about a fifth of the budget, a move economists say is urgently needed but which risks sparking large street protests.
He is also expected to announce his new cabinet later in the week.
Kerry's attendance was in part aimed at seeking support from Southeast Asian nations in the fight against the Islamic State group, which has taken over vast swathes of Iraq and Syria.
http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/ihsg-dibuka-naik-3963-poin-menjadi-506858/97700
Sumber : INVESTOR DAILY
INILAHCOM, Jakarta – Mengakhiri pekan lalu, IHSG menguat singnifikan 1,56% setelah pertemuan Jokowi-Prabowo. Indeks pun balik arah menguat namun belum terlambat belanja saham.
Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan hal itu kepada INILAHCOM.
Pada perdagangan Jumat (17/10/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 77,332 poin (1,562%) ke posisi 5.028,946. Sepanjang perdagangan, IHSG mencapai level tertingginya 5.043,765 dan terendah 4.953,499. Berikut ini rincian penjelasannya:
Kebekuan Politik Cair
Jika melihat pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto, pasar melihat cairnya kebuntuan politik selama ini pasca-Pilpres. Pernyataan mereka berdua jelas. Prabowo secara jelas mendukung dan mengakui Jokowi sebagai presiden terpilih.
Meski begitu, Prabowo tetap akan kritis untuk mengontrol jalannya pemerintahan. Saya rasa itu sangat baik. Artinya, pemerintah juga sebenarnya butuh control, kritik dan pengawasan supaya jalannya tetap lurus. Jadi, pertemuan Jokowi-Prabowo Jumat (17/10/2014) sebagai cairnya kebekuan komunikasi politik.
Diharapkan, hal positif tersebut, akan berlanjut ke arah yang lebih konstruktif. Itulah yang mungkin dilihat pelaku pasar sehingga rupiah menguat dan IHSG kembali ke atas level psikologis 5.000. Beberapa saham khususnya properti langsung naik. Begitu juga dengan saham-saham di sektor perbankan, konstruksi dan ritel yang naik lumayan. Hampir semua sektor naik kecuali komoditas pertambangan dan perkebunan.
Cermati Menteri-menteri Ekonomi Jokowi
Jika pelaku pasar beraksi sell on news, biasanya akan melakukan aksi jual pada Senin (20/10/2014) saat pelantikan Jokowi. Sell on news itu, peluang terjadinya sangat tergantung pada kondisi bursa saham regional. Jika regional kembali berdarah-darah, IHSG akan berat melanjutkan penguatannya.
Sebelumnya, orang sempat meragukan apakah akan terjadi pelantikan, apakah ada skenario lain, dan banyak rumors yang tidak jelas yang belum terkonfirmasi. Dengan kejadian Jumat ini, saya rasa sudah 95% pelantikan Jokowi akan berjalan dengan lancar. Inilah yang berefek pada penguatan IHSG.
Mungkin juga, IHSG Senin (20/10/2014), IHSG akan kembali naik. Apakah setelah Senin masih akan naik atau tidak, itu masih tanda tanya. Sebab, setelah 20 Oktober masih ada momen yang ditunggu yakni 21 Oktober saat Jokowi mengumumkan nama-nama menteri di kabinetnya.
Itulah yang saya rasa cukup penting. Sebab, biasanya yang jadi perhatian pasar adalah siapa menteri-menteri ekonomi baik menteri keuangan, menteri coordinator, dan lain-lain. Ini juga akan berdampak ke pasar saham.
Jika nama-nama itu sesuai dengan harapan pasar atau bahkan lebih tinggi dari yang diharapkan pasar, akan berpengaruh positif. Jika ternyata tidak seperti yang didamkan, banyak transaksional, market akan kecewa dan terjadilan profit taking.
IHSG Balik Arah Menguat
Saya melihat tren IHSG sedang balik arah setelah melaju buruk Oktober ini sebagaimana diperkirakan banyak analis. Pembalikan arah ini menjadi awal yang bagus untuk menguji resistance di kisaran 5.250 atau dekat all time high di 5.262. Diharapkan, sepekan ke depan, IHSG bertenger di atas 5.200.
Di sisi lain, support IHSG berada di 4.950. Tapi, secara teknikal, IHSG akan lanjut bullish bertahap menuju resistance-nya
Faktor Domestik Lebih Menentukan
Faktor internal lebih menentukan dibandingkan faktor global. Sebab, cairnya kebuntuan komunikasi politik merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh pasar. Selama perjalanan Jokowi jadi presiden banyak kasus yang terjadi dan berpengaruh buruk ke pasar. Dengan mencairnya kebuntuan, ada harapan semua elemen bangsa bersatu, meskipun perbedaan tetap ada. Itu wajar saja.
Diharapkan tidak terjadi jegal menjegal, hambat menghambat. Kekhawatiran itu disingkirkan terlebih dahulu oleh pasar seiring cairnya kebuntuan yang selama ini terjadi hingga IHSG menguat di atas 1,5%
Tak Terlambat Beli Saham
Jika tidak ada apa-apa seperti pemakzulan dan macam-macam, tidak terlambat untuk beli saham sekarang selama pemerintahan berjalan dengan benar. IHSG memasuki fase bullish.
Memang, pada 2015 akan ada sedikit masalah mengenai kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga. Tapi, data AS yang dirilis negatif, membuat orang berpikir kenaikan suku bunga The Fed tidak mungkin sesuai skedul. Sebelumnya, diperkirakan lebih cepat dari perkiraan. Dampak bagi Asia adalah paling tidak, dana tidak cepat kembali ke AS.
Karena itu, kita masih bisa menikmati kuntungan dari kenaikan-kenaikan di bursa saham. Itu pertama. Kedua, dari sisi internal, bila tim Jokowi bagus, kerja benar, dan semuanya bersatu, akan banyak perbaikan dari sisi ekonomi. Otomatis, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) naik, inflasi terjaga, dan berdampak positif pada emiten. Kenaikan harga saham pun akan terus berlanjut.
Kenaikan BBM Bersubsidi Tanda Tanya
Jika kabinet Jokowi jadi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, itu masih tanda tanya. Jika naik, seberapa besar. Inilah yang akan membuat harga saham naik-turun nantinya.
Sejauh ini, hingga Senin (20/10/2014) jika tidak ada kejadian yang signifikan, IHSG seharusnya masih tetap naik. Lalu, Selasa (21/10/2014) tunggu jajaran menterinya. Jika bagus, IHSG bisa naik lagi atau profit taking
Saham Bank Banyak yang Murah
Selanjutnya, kita lihat perkembangan. Sebab, jika naik terlalu cepat, godaan profit taking semakin besar. Tapi, untuk investasi tak ada masalah. Masuk saja saham-saham bank, properti, dan konstruksi. Saham-saham bank saat ini banyak yang murah. Properti baru kembali rebound.
Saham pilihan di perbankan masih pelat merah seperti saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT Bank Jabar-Banten (BJBR), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM).
BBTN dengan rumor akan di-merger, rumor BBNI juga akan di-merger. Karena itu, saham-saham bank second liner pelat merah cukup menarik selain yang besar-besar seperti BMRI dan BBRI
BJBR termasuk murah. Sebab, harganya sempat di Rp720 yang merupakan level terendah multiyear sehingga bisa dijadikan bottom-nya. Selama ini, terendahnya di Rp755-760. Jadi, jika masuk di harga sekarang masih dekat dengan harga bottom. Sebab, harga atasnya masih di atas Rp1.000 ke Rp1.100-an sehingga potensinya masih cukup besar asal sabar. Belum lagi dengan PER yang rendah.
Apalagi, akan ada formasi baru di direktur dan komisarisnya setelah yang lama tidak lolos fit and proper test di BI. Taufiequrachman Ruki dikabarkan menjadi komisaris utama di BJBR. Sebagai bekas ketua KPK diharapkan bisa membawa BJBR lebih baik.
Semua Saham Properti Menarik
Grafik saham-saham properti juga mulai naik dari penurunan selama ini. Hampir semua saham properti bisa jadi pilihan karena semuanya naik. Antara lain, PT Bumi Serpong Damai (BSDE), PT Pakuwon Jati (PWON), PT Alam Sutera Realty (ASRI), PT Summarecon Agung (SMRA), PT Ciputra Development (CTRA) dan PT Surya Semesta Internusa (SSIA). Menarik, karena kenaikannya baru mulai.
Selama situasi negara kondusif, saham-saham properti menarik. Apalagi, jika melihat tingkat inflasi yang rendah di 4%, seharusnya BI rate turun. Masalahnya, ada perkiraan harga BBM naik sehingga BI belum mau menurunkan BI rate. Tapi sebenarnya, BI rate seharusnya sudah diturunkan jika tak ada soal BBM.
Saya sendiri ada rencana menemui Jokowi untuk memberikan alternative tidak menaikkan harga BBM bersubsidi tapi bisa menurunkan subsidi BBM. Sedang menunggu skedul untuk ketemunya.
Hindari Saham Batu Bara dan CPO
Saham-saham yang dihindari saat ini adalah batu bara karena isu tarif di China. Saham-saham sawit juga kurang oke. Pertambangan tidak menarik. Mungkin orang switching dari tambang batu bara, sawit ke saham-saham konstruksi.
Saham Konstruksi dan Pendukungnya
Pilihan di sektor konstruksi, saham PT Adhi Karya (ADHI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Waskita Karya (WSKT) dan PT Wijaya Karya Beton (WTON). Saham-saham itu favorit karena proyek-proyek infrastruktur. Konstruksi menjanjikan untuk euforia 1-2 hari, karena kenaikannya sudah cukup tinggi sehingga perlu waspada profit taking.
Menarik, pilih juga saham industri dasar semen karena pendukung pembangunan: PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), PT Holcim Indonesia (SMCB) dan PT Semen Indonesia (SMGR). Tiga itu yang jadi andalan.
Jadi, untuk investasi, masuk saja di harga sekarang dengan kondisi fundamental yang membaik dari sisi politik. Di depan memang ada masalah BBM, tapi belum ada kepastian juga. Secara teknikal, IHSG sedang rebound. Belum terlambat untuk masuk.
Untuk trading, tetap perhatiakn grafik karena kenaikan-kenaikan biasanya berlanjut ke profit taking. Apalagi, jika kenaikan terlalu cepat. Itu perlu diwaspadai. Kalau terjadi cooling down, jangan takut untuk masuk lagi. Sebab, prospek bursa kita bagus dengan rupiah yang terus menguat. Semoga bisa kembali ke bawah 12.000 per dolar AS, ke 11.500-an hingga akhir 2014. [jin]
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengingatkan, "efek Jokowi" yang diperkirakan mampu mengerek kinerja indeks harga saham gabungan seusai pelantikan Jokowi Widodo dan Jusuf Kalla besok takan berlangsung lama.
“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, paling hanya satu-dua hari,” kata Satrio saat kepada Tempo, Ahad, 19 Oktober 2014.
Kinerja IHSG dan nilai tukar rupiah diperkirakan membiru seusai pelantikan presiden ketujuh itu. Hal ini dipicu oleh besarnya animo pasar terhadap rencana pembangunan yang disampaikan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Rencana pembangunan ini menambah kepercayaan dan harapan pelaku pasar ke depan. “Kondisinya sangat mendukung saat ini."
Namun, Satrio mengingatkan, kinerja IHSG dan rupiah tidak hanya bergantung pada sentimen domestik, tapi juga dipengaruhi kondisi internasional. (Baca: Mengintip Kegiatan Jokowi Jelang Pelantikan )
Satrio memaparkan, jika kondisi regional bagus dan dana asing masuk, diperkirakan kinerja indeks bakal membaik. Namun, sebaliknya, jika ternyata investor justru dalam keadaan jual, kinerja saham bakal terkena imbas. “Makanya kita lihat saja besok hingga beberapa hari ke depan."
Selain itu, rencana pemerintah mendatang menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi diperkirakan ikut mempengaruhi ekpektasi pasar. Namun kekhawatiran pelaku pasar sedikit reda seiring dengan munculnya tanda dukungan parlemen terhadap pemerintah dalam pertemuan antara presiden terpilih Jokowi dan nakhoda Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto. (Baca: Agenda Jokowi pada Hari Pelantikan Presiden )
Karena itu, seiring dengan peralihan kepemimpinan nasional yang akan dilangsungkan Majelis Permusyawaratan Rakyat besok, Satrio memperkirakan resistensi harga saham gabungan berada di angka 5.040- 5.050 dengan support di angka 5.150-5.200, sementara nilai tukar rupiah berada di angka Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat. “Resistent-nya berada di angka Rp 12.200,” kata Satrio.
Beberapa sektor saham yang masih menjadi buruan yakni perbankan dan konstruksi, sementara yang perlu diwaspadai yakni sektor komoditas. “Karena kita masih didera ketidakpastian kenaikan CPO dan batu bara."
JAYADI SUPRIADIN
... menurut gw: efek Jokowi maseh BANYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaK sekaleeeeeeeeeEEEEEEEE :)
JAKARTA, Oct 20, 2014 (AFP)
Joko Widodo, Indonesia's first leader without deep roots in the era of dictator Suharto, was sworn in as president Monday but faces huge challenges to enact a bold reform agenda.
The inauguration, which was attended by foreign dignitaries including US Secretary of State John Kerry and Australian Prime Minister Tony Abbott, capped a remarkable rise for a softly-spoken politician who was brought up in a riverside slum.
Widodo, known by his nickname Jokowi, worked his way up through local politics before securing the presidency in July following a close race against controversial ex-general Prabowo Subianto.
He is the country's first president from outside an ageing band of political and military figures who have ruled the world's third-biggest democracy since the end of the three-decade Suharto dictatorship in 1998.
But fears are growing that a hostile parliament dominated by parties that opposed Widodo at the election, and the new leader's status as a novice in national politics, could make it impossible for him to push through reforms aimed at reviving Southeast Asia's top economy and helping society's poorest.
At a ceremony in parliament, Widodo, wearing a black suit and traditional cap, stood for the national anthem alongside outgoing president Susilo Bambang Yudhoyono, before taking the oath.
"In the name of God, I swear that I will fulfil my obligation as the president of Indonesia as best as I can and as fairly as possible," he said.
Lawmakers and visiting dignitaries packed out the parliament for the ceremony, and there was applause when Prabowo walked in after speculation he would not attend, the latest sign of a thaw after weeks of political tensions.
Crowds had gathered across Jakarta to celebrate the inauguration of Widodo, a 53-year-old former furniture exporter who won legions of fans with his man of the people image during his time as Jakarta governor.
"I am proud of him. I don't mind spending money to travel here to watch this first-hand," said Sunti, who like many Indonesians goes by one name and had travelled a long distance from her hometown for the inauguration.
After the ceremony, Widodo and his new vice president, Jusuf Kalla, will travel in a horse-drawn carriage accompanied by a parade to the presidential palace.
In the evening the new leader, a heavy metal fan, is expected to join rock bands on stage at an outdoor concert.
About 24,000 police and military personnel were deployed to secure the day's events.
- Critical moment for economy -
But the euphoria of the inauguration is likely to be short-lived, analysts warn, as Widodo faces up to the task of leading the world's fourth most populous country, with 250 million people spread over more than 17,000 islands, at a critical moment.
Growth in Southeast Asia's top economy is at five-year lows, corruption remains rampant, and fears are mounting that support for the Islamic State group could spawn a new generation of radicals in the world's most populous Muslim-majority country.
Widodo has set out an ambitious reform agenda to tackle the country's many problems, but there is concern the notoriously fractious parliament could prove a hindrance.
However Prabowo's appearance at the inauguration was the second sign of easing tensions in just a few days after he unexpectedly met Widodo Friday for the first time since the election and pledged support, and raises hopes for the new leader's prospects.
In recent weeks, Prabowo's supporters in parliament had used their majority to abolish the direct election of local leaders, a move opposed by Widodo, and win key posts in the legislature.
But analysts cautioned it was too early to say if the reconciliation would last or help Widodo.
Widodo's first test will be to reduce the huge fuel subsidies that eat up about a fifth of the budget, a move economists say is urgently needed but which risks sparking large street protests.
He is also expected to announce his new cabinet later in the week.
Kerry's attendance was in part aimed at seeking support from Southeast Asian nations in the fight against the Islamic State group, which has taken over vast swathes of Iraq and Syria.
Komentar
Posting Komentar