Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan
(IHSG) saat penutupan perdagangan Jumat (3/10/2014) tercatat melemah
tajam 51,46 poin atau 1,03% ke level 4.949,35.
Berdasarkan rekapitulasi perdagangan dari Bursa Efek Indonesia, perdagangan hari ini diwarnai oleh aksi jual atau net sell investor asing, yakni sebanyak 296,07 juta lembar saham atau senilai Rp868,75 miliar.
Hari ini terdapat total 5,76 miliar lembar saham yang ditransaksikan dengan nilai sekitar Rp5,62triliun.
Sepanjang hari ini, indeks bergerak pada kisaran 4.933,04 hingga 5.024,58.
Dari 502 saham yang diperdagangkan hari ini, sebanyak 70 saham menguat, 239 saham melemah, dan 193 saham stagnan.
Pergerakan IHSG
Sumber: Bloomberg, 2014
Berdasarkan rekapitulasi perdagangan dari Bursa Efek Indonesia, perdagangan hari ini diwarnai oleh aksi jual atau net sell investor asing, yakni sebanyak 296,07 juta lembar saham atau senilai Rp868,75 miliar.
Hari ini terdapat total 5,76 miliar lembar saham yang ditransaksikan dengan nilai sekitar Rp5,62triliun.
Sepanjang hari ini, indeks bergerak pada kisaran 4.933,04 hingga 5.024,58.
Dari 502 saham yang diperdagangkan hari ini, sebanyak 70 saham menguat, 239 saham melemah, dan 193 saham stagnan.
Pergerakan IHSG
Waktu | % Gerak | Level |
Akhir | 4.949,35 | -1,03% |
Sesi I | 4.937,81 | -1,26% |
Pembukaan | 5.009,67 | +0,18% |
Editor : Rustam Agus
Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meninggalkan level 5.000 gara-gara aksi lepas saham investor asing. Aksi jual ini merupakan buntut dari situasi politik Indonesia yang belum kondusif.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 12.160 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 12.150 per dolar AS.
Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG naik tipis 8,862 poin (0,18%) ke level 5.009,671. Indeks bangkit setelah kemarin terjun bebas. Investor langsung berburu saham-saham yang kemarin sudah turun tajam. Indeks pun secara perlahan mulai menanjak di zona hijau.
Namun sayang, penguatan ini hanya sesaat karena investor asing memutuskan untuk melepas saham lagi. Indeks pun anjlok hingga ke titik terendahnya di 4.933,040.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG anjlok 62,997 poin (1,26%) ke level 4.937,812 terkena tekanan jual investor asing.
Situasi politik Indonesia yang memanas jadi alasan investor keluar dari lantai bursa. Sembilan indeks sektoral jatuh ke zona merah, hanya sektor infrastruktur yang berhasil menguat.
Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (3/10/2014), IHSG ditutup terpangkas 51,463 poin (1,03%) ke level 4.949,346. Sementara Indeks LQ45 ditutup terkoreksi 8,943 poin (1,06%) ke level 833,915
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sentimen negatif terus menggelayuti lantai bursa, seiring dengan ketidakpastian politik di Indonesia. Meski sempat memasuki zona penguatan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/10/2014), indeks melemah cukup dalam hingga sesi penutupan.
Di tengah menguatnya bursa saham di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 51,46 poin atau 1,02 persen di posisi 4.949,34. Volume perdagangan mencapai 5,1 miliar lot saham senilai Rp 5,48 triliun. Terdapat 88 saham yang diperdagangkan menguat, 225 saham melemah dan 59 saham stagnan.
Saham-saham yang memberikan turnover negatifterbesar bagi pemegang saham adalah BBRI (Rp 10.025), BMRI (Rp 9.650), BBCA (Rp 12.125), WIKA (Rp 2.490), WTON (Rp 1.010). Sementara itu, saham-saham yang memberikan turnover positif terbesar bagi pemegang saham adalah TLKM (Rp 2.790), EXCL (Rp 6.225), PGAS (Rp 5.850), INCO (Rp 3.560), LCGP (Rp 496).
Hampir seluruh sektor saham memerah hari ini, yaitu agribisnis (-1,35 persen), pertambangan (-0,34 persen), industri dasar (-1,26 persen), aneka industri (-0,16 persen), konsumer (-0,66 persen), properti (-1,83 persen), keuangan (-1,88 persen), perdagangan (-1,92 persen) dan manufaktur (-0,7 persen). Satu-satunya sektor saham yang menguat adalah infrastruktur (-0,73 persen).
Bursa di kawasan Asia Pasifik sebagian besar menguat pada akhir pekan ini, sembari menunggu rilis data ketenagakerjaan AS, meski pada pagi hari bursa Hong Kong sempat melemah akibat aksi protes aktivis pro demokrasi.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,64 persen atau 147,49 poin, di level 23.080,47. Sementara itu, indeks Nikkei225 berakhir menguat 0,3 persen atau 46,66 poin menjadi 15.708,65. Bursa Sydney juga menguat 0,39 persen atau 20,50 poin menjadi 5.318,2.
Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meninggalkan level 5.000 gara-gara aksi lepas saham investor asing. Aksi jual ini merupakan buntut dari situasi politik Indonesia yang belum kondusif.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 12.160 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 12.150 per dolar AS.
Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG naik tipis 8,862 poin (0,18%) ke level 5.009,671. Indeks bangkit setelah kemarin terjun bebas. Investor langsung berburu saham-saham yang kemarin sudah turun tajam. Indeks pun secara perlahan mulai menanjak di zona hijau.
Namun sayang, penguatan ini hanya sesaat karena investor asing memutuskan untuk melepas saham lagi. Indeks pun anjlok hingga ke titik terendahnya di 4.933,040.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG anjlok 62,997 poin (1,26%) ke level 4.937,812 terkena tekanan jual investor asing.
Situasi politik Indonesia yang memanas jadi alasan investor keluar dari lantai bursa. Sembilan indeks sektoral jatuh ke zona merah, hanya sektor infrastruktur yang berhasil menguat.
Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (3/10/2014), IHSG ditutup terpangkas 51,463 poin (1,03%) ke level 4.949,346. Sementara Indeks LQ45 ditutup terkoreksi 8,943 poin (1,06%) ke level 833,915
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sentimen negatif terus menggelayuti lantai bursa, seiring dengan ketidakpastian politik di Indonesia. Meski sempat memasuki zona penguatan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/10/2014), indeks melemah cukup dalam hingga sesi penutupan.
Di tengah menguatnya bursa saham di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 51,46 poin atau 1,02 persen di posisi 4.949,34. Volume perdagangan mencapai 5,1 miliar lot saham senilai Rp 5,48 triliun. Terdapat 88 saham yang diperdagangkan menguat, 225 saham melemah dan 59 saham stagnan.
Saham-saham yang memberikan turnover negatifterbesar bagi pemegang saham adalah BBRI (Rp 10.025), BMRI (Rp 9.650), BBCA (Rp 12.125), WIKA (Rp 2.490), WTON (Rp 1.010). Sementara itu, saham-saham yang memberikan turnover positif terbesar bagi pemegang saham adalah TLKM (Rp 2.790), EXCL (Rp 6.225), PGAS (Rp 5.850), INCO (Rp 3.560), LCGP (Rp 496).
Hampir seluruh sektor saham memerah hari ini, yaitu agribisnis (-1,35 persen), pertambangan (-0,34 persen), industri dasar (-1,26 persen), aneka industri (-0,16 persen), konsumer (-0,66 persen), properti (-1,83 persen), keuangan (-1,88 persen), perdagangan (-1,92 persen) dan manufaktur (-0,7 persen). Satu-satunya sektor saham yang menguat adalah infrastruktur (-0,73 persen).
Bursa di kawasan Asia Pasifik sebagian besar menguat pada akhir pekan ini, sembari menunggu rilis data ketenagakerjaan AS, meski pada pagi hari bursa Hong Kong sempat melemah akibat aksi protes aktivis pro demokrasi.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,64 persen atau 147,49 poin, di level 23.080,47. Sementara itu, indeks Nikkei225 berakhir menguat 0,3 persen atau 46,66 poin menjadi 15.708,65. Bursa Sydney juga menguat 0,39 persen atau 20,50 poin menjadi 5.318,2.
INILAHCOM, Jakarta – Para pemodal di Bursa Efek
Indonesia (BEI) disarankan beli saham saat IHSG mencapai bottom-nya.
Yang jelas, tiga sektor saham diprediksi bakal jadi perburuan.
Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan hal itu kepada INILAHCOM.
Pada perdagangan Jumat (26/9/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 68,816 poin (1,323%) ke angka 5.132,563. Intraday tertinggi 5.143,032 dan terendah 5.105,32.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy. Berikut ini rincian penjelasannya dari Tommy, panggilan akrab Satrio Utomo:
Pelemahan IHSG sebesar 68,8 poin (1,32%) ke 5.132,563 pada Jumat (26/9/2014), sebenarnya tidak terlalu aneh. Sebab, investor asing sudah mulai jualan saham sejak awal September. Jadi, pelemahan sekarang karena asing hanya memanfaatkan berita negatif yang ada yakni disahkannya RUU Pilkada melalui DPRD menjadi Undang-undang.
Atas dasar sentimen tersebut, investor asing menekan lebih besar. Jumat (26/9/2014), net sell asing mencapai Rp1,4 triliun.
Memang pemilukada melalui DPRD sangat berpengaruh ke pasar. Sebab, pelaku pasar membacanya, nanti di pemerintahan Jokowi, tingkat ketidakpastian politiknya sangat tinggi. Inilah yang membuat IHSG jeblok karena investor asing jualan saham memanfaatkan sentimen tersebut.
Arah berikutnya, potensi koreksi targetnya masih di level psikologis 5.000. Kalau 5.000 ditembus, baru nanti akan berbahaya. Hingga level berapa bahayanya, tinggal kita lihat level 5.000-nya, kuat atau tidak. Di sisi lain, resistance IHSG berada di angka 5.130 untuk Senin (29/9/2014).
Dalam sepekan ke depan, kisaran resistance berada di 5.135-5.150 dengan support di 5.000-4.950. Kecenderungan IHSG melemah sepekan ke depan.
Jika UU Pilkada bisa digugat di Mahkamah Konstitusi, sentimennya ke pasar bisa berubah. Bisa saja, IHSG menemukan sentimen positifnya lagi.
Dalam situasi ini, saya sarankan pemodal saham untuk menunggu IHSG hingga menemukan level support-nya. Minimal, kita tunggu hingga IHSG kena level 5.000-nya terlebih dahulu, baru kita lihat-lihat saham-sahamnya.
Akan tetapi, jika 5.000 masih bisa ditembus juga, kita tunggu di bawahnya. Jika support 5.000-4.950, ditembus juga baru bahaya.
Dana asing yang keluar terjadi semenjak 9 September 2014. Sejauh ini, angkanya sudah melampaui level psikologis Rp5 triliun. Artinya, tekanan jual dari investor asing sepertinya masih akan berlanjut.
Pelaku pasar akan menunggu data neraca perdagangan yang akan diumumkan 1 Oktober 2014. Jika angkanya masih buruk, orang akan menunggu hingga pertengahan Oktober hingga pra-peralihan pemerintahan dari SBY ke Jokowi.
Dalam situasi ini juga sebenarnya tidak mesti jualan saham tergantung pada seperti apa trading plan Anda. Kalau Anda trader, lihat apakah harga sahamnya masih bisa turun atau tidak; kalau masih turun ya jual, dan kalau mau naik ya dibeli.
Bagi Anda yang investor jangka panjang, tunggu saja hingga IHSG menemukan bottom-nya, untuk kemudian akumulasi beli sahamnya. Sebab, investor tidak bisa cut loss seperti yang dilakukan trader.
Pilihan saham, tunggu sampai IHSG di bottom. Saham-saham lapis pertama bakal lebih bagus jadi pilihan saat IHSG mencapai bottom-nya. Tapi, 5.000 juga belum tentu jadi bottom IHSG.
Yang jelas, orang masih akan melihat saham-saham bank, konstruksi, dan saham-saham komoditas. Tapi, tunggu di bottom karena harga sekarang masih di tengah-tengah sehingga belum terlalu menarik untuk dibeli. [jin]
Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan hal itu kepada INILAHCOM.
Pada perdagangan Jumat (26/9/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 68,816 poin (1,323%) ke angka 5.132,563. Intraday tertinggi 5.143,032 dan terendah 5.105,32.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy. Berikut ini rincian penjelasannya dari Tommy, panggilan akrab Satrio Utomo:
Pelemahan IHSG 1,32% Tak Aneh
Pelemahan IHSG sebesar 68,8 poin (1,32%) ke 5.132,563 pada Jumat (26/9/2014), sebenarnya tidak terlalu aneh. Sebab, investor asing sudah mulai jualan saham sejak awal September. Jadi, pelemahan sekarang karena asing hanya memanfaatkan berita negatif yang ada yakni disahkannya RUU Pilkada melalui DPRD menjadi Undang-undang.
Atas dasar sentimen tersebut, investor asing menekan lebih besar. Jumat (26/9/2014), net sell asing mencapai Rp1,4 triliun.
Ketidakpastian Politik Tinggi
Memang pemilukada melalui DPRD sangat berpengaruh ke pasar. Sebab, pelaku pasar membacanya, nanti di pemerintahan Jokowi, tingkat ketidakpastian politiknya sangat tinggi. Inilah yang membuat IHSG jeblok karena investor asing jualan saham memanfaatkan sentimen tersebut.
Level 5.000 Ditembus, Berbahaya
Arah berikutnya, potensi koreksi targetnya masih di level psikologis 5.000. Kalau 5.000 ditembus, baru nanti akan berbahaya. Hingga level berapa bahayanya, tinggal kita lihat level 5.000-nya, kuat atau tidak. Di sisi lain, resistance IHSG berada di angka 5.130 untuk Senin (29/9/2014).
Dalam sepekan ke depan, kisaran resistance berada di 5.135-5.150 dengan support di 5.000-4.950. Kecenderungan IHSG melemah sepekan ke depan.
Jika Digugat, Sentiman Pasar Bisa Berubah
Jika UU Pilkada bisa digugat di Mahkamah Konstitusi, sentimennya ke pasar bisa berubah. Bisa saja, IHSG menemukan sentimen positifnya lagi.
Tunggu IHSG Menyentuh Bottom
Dalam situasi ini, saya sarankan pemodal saham untuk menunggu IHSG hingga menemukan level support-nya. Minimal, kita tunggu hingga IHSG kena level 5.000-nya terlebih dahulu, baru kita lihat-lihat saham-sahamnya.
Akan tetapi, jika 5.000 masih bisa ditembus juga, kita tunggu di bawahnya. Jika support 5.000-4.950, ditembus juga baru bahaya.
Dana asing yang keluar terjadi semenjak 9 September 2014. Sejauh ini, angkanya sudah melampaui level psikologis Rp5 triliun. Artinya, tekanan jual dari investor asing sepertinya masih akan berlanjut.
Pelaku pasar akan menunggu data neraca perdagangan yang akan diumumkan 1 Oktober 2014. Jika angkanya masih buruk, orang akan menunggu hingga pertengahan Oktober hingga pra-peralihan pemerintahan dari SBY ke Jokowi.
Tak Mesti Jualan Saham
Dalam situasi ini juga sebenarnya tidak mesti jualan saham tergantung pada seperti apa trading plan Anda. Kalau Anda trader, lihat apakah harga sahamnya masih bisa turun atau tidak; kalau masih turun ya jual, dan kalau mau naik ya dibeli.
Bagi Anda yang investor jangka panjang, tunggu saja hingga IHSG menemukan bottom-nya, untuk kemudian akumulasi beli sahamnya. Sebab, investor tidak bisa cut loss seperti yang dilakukan trader.
Tiga Sektor Saham Bakal Jadi Pilihan
Pilihan saham, tunggu sampai IHSG di bottom. Saham-saham lapis pertama bakal lebih bagus jadi pilihan saat IHSG mencapai bottom-nya. Tapi, 5.000 juga belum tentu jadi bottom IHSG.
Yang jelas, orang masih akan melihat saham-saham bank, konstruksi, dan saham-saham komoditas. Tapi, tunggu di bottom karena harga sekarang masih di tengah-tengah sehingga belum terlalu menarik untuk dibeli. [jin]
Komentar
Posting Komentar