Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 23 Oktober 2015



JAKARTA. Analis menerawang, risiko berinvestasi di Indonesia hingga pengujung tahun 2015 tidak akan berbeda jauh dengan kondisi sekarang. Sebab ketidakpastian global masih mengincar pasar dalam negeri. Makanya butuh peran pemerintah untuk membuat iklim investasi lebih kondusif.
Risiko berinvestasi dalam negeri tercermin pada angka credit default swap (CDS). Pada Kamis (22/10), CDS lima tahun Indonesia turun 2,15% menjadi 222,613. Ketimbang akhir tahun 2015, angka tersebut sudah menanjak 38,86% dari posisi semula 160,312.
Semakin tinggi angka CDS, semakin riskan pula iklim investasi suatu negara. Sebaliknya, semakin rendah angka CDS, risiko berinvestasi di daerah tersebut semakin minim.
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menerawang, tren iklim investasi di Indonesia hingga akhir tahun 2015 tak berbeda jauh dari saat ini.
Alasannya, jelang pengujung tahun 2015, permintaan dollar AS oleh korporasi umumnya meningkat guna membayar hutang. Sehingga rupiah berpeluang terkoreksi.
“CDS memang fluktuatif. Salah satu faktor utamanya adalah nilai tukar rupiah. Jangka pendek masih rentan,” paparnya.
Iklim investasi berpeluang membaik. Dengan catatan, Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air pada kuartal III berkisar 4,8% - 4,9%, lebih tinggi ketimbang pencapaian kuartal II 2015 di level 4,67%.
Selain itu, jika target inflasi dalam negeri sepanjang tahun 2015 yang dipatok 3% - 5% terwujud, juga akan memberi angin segar.
“Kalau kondisi hingga akhir tahun relatif stabil seperti saat ini, CDS lima tahun di kisaran 180-200. Kalau The Fed mengerek suku bunga acuan, CDS lima tahun paling buruk di level 280,” terkanya.
Serupa, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menerawang CDS Indonesia pada pengujung tahun tak berbeda jauh dengan posisi saat ini. Sebab, ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed masih mengintai Tanah Air.
Jika ketidakpastian tersebut hilang, semisal The Fed mengurungkan niatnya atau malah mengerek suku bunga acuan, Anil menerka CDS lima tahun bakal turun di level 160 – 180. Kalau ketidakpastian tersebut masih ada, CDS lima tahun akan bergulir dalam rentang 200 – 260.
Guna menurunkan risiko berinvestasi di Indonesia, Anil menyarankan pemerintah pusat maupun daerah harus bekerja sama merealisasikan berbagai kebijakan yang sudah diluncurkan. Apalagi pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla sudah mengadakan pembangunan di seluruh kawasan Indonesia, bukan lagi Jawa sentris.
“Investor tidak perlu panik. Pemerintah sudah tepat arahnya, hanya perlu proses, waktu, sinkronisasi dan implementasi,” tuturnya.
Menurut Anil, jika level CDS tetap tinggi, imbal hasil obligasi Indonesia sulit turun. Sebab, investor akan meminta yield yang besar guna menutup risiko yang harus ditanggung. Guna menekan besaran yield, lanjutnya, investor domestik dalam pasar surat utang Indonesia harus diperbanyak. Sehingga mereka tidak akan terpapar risiko fluktuasi nilai tukar rupiah.
"Struktur pasar surat utang dalam negeri harus diubah. Kepemilikan asing dalam pasar kita besar," tuturnya.
Lihat saja kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan per 21 Oktober 2015 tercatat Rp 526,75 triliun atau sekitar 37,29% dari total outstanding Rp 1.412,47 triliun. Hingga akhir tahun 2015, Anil memprediksi yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun bakal berkisar 8,4% - 8,5%.
Reporter Maggie Quesada Sukiwan
Editor Yudho Winarto

JAKARTA - Pergerakan bursa saham Indonesia jeda siang ini kembali melanjutkan penguatan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 60,16 poin atau 1,3 persen ke 4.644,72.
Pagi ini sebanyak 193 saham menguat, 73 saham melemah dan 79 saham stagnan. Menutup perdagangan sesi I, telah terjadi transaksi sebesar Rp2,6 triliun dari 2,8 miliar lembar saham diperdagangkan.
Indeks LQ45 naik 13,42 poin atau 1,7 persen ke 802, Jakarta Islamic Index (JII) naik 7,94 poin atau 1,3 persen menjadi 619, indeks IDX30 naik 7,06 poin atau 1,7 persen ke 417, dan indeks MNC36 menguat 4,21 poin atau 1,7 persen ke 257.
Sektor-sektor penggerak IHSG kompak menguat, dengan penguatan terbesar adalah sektor aneka industri 2,2 persen. Namun ada satu sektor yang melemah yakni sektor perkebunan 1,8 persen.
Di Asia, indeks Nikkei naik 410,16 poin menjadi 18.846, indeks Hang Seng menguat 306,61 poin menjadi 23.151, dan indeks Straits Times naik 0,95 persen ke 3.066.
Adapun saham-saham yang bergerak di jajaran top gainers, antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp1.250 ke Rp45.250, saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) naik Rp550 ke Rp7.675, dan saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik Rp325 ke Rp98.325.
Sedangkan saham-saham yang berada di jajaran top losers, antara lain saham PT Merck Tbk (MERK) TURUN Rp4.000 ke Rp135.000, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun Rp650 menjadi Rp20.825, dan saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) turun Rp250 menjadi Rp4.150.
(rzk)
JAKARTA - Pergerakan bursa saham Indonesia pagi ini dibuka menguat mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 81,20 poin atau 1,8 persen ke 4.665,76.
Pagi ini sebanyak 54 saham menguat, empat saham melemah dan enam saham stagnan. Membuka perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp78,3 miliar dari 38,9 juta lembar saham diperdagangkan.
Indeks LQ45 naik 20,58 poin atau 2,6 persen ke 810, Jakarta Islamic Index (JII) naik 15,92 poin atau 2,6 persen menjadi 627, indeks IDX30 naik 11,12 poin atau 2,7 persen ke 421, dan indeks MNC36 menguat 6,29 poin atau 2,5 persen ke 259.
Sektor-sektor penggerak IHSG kompak menguat, dengan sektor yang naik paling tinggi adalah sektor aneka industri 3,3 persen.
Di Asia, indeks Nikkei naik 414,73 poin menjadi 18.847, indeks Hang Seng menguat 255,24 poin menjadi 23.100, dan indeks Straits Times naik 0,84 persen ke 3.063.
Adapun saham-saham yang bergerak di jajaran top gainers, antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp1.725, saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) naik Rp825 ke Rp20.500, dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik Rp575 ke Rp38.825.
Sedangkan saham-saham yang berada di jajaran top losers, antara lain saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) TURUN Rp20 ke Rp1.515, saham PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) turun Rp5 menjadi Rp680, dan saham Lippo Karawaci Tbk (LPKR) turun Rp5 menjadi Rp1.290.
(rzk)
ID: Jumat, 23 Oktober 2015 | 08:17
      

Bursa Asia Naik Dipicu Sinyal ECB Suntik Stimulus


Tokyo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Jumat pagi (23/10) sejalan dengan bursa global setelah Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengisyaratkan akan menyuntikkan stimulus untuk menggenjot pertumbuhan zona euro.
Indeks kawasa Asia Pasifik di luar Jepang, MSCI Asia Pacific Index naik 0,6 persen. Sementara Indeks Nikkei Jepang N225 naik 2,3 persen, bersiap menguat lebih dari 3 persen untuk pekan ini.
Dalam pertemuan ECB Kamis, Direktur ECB Mario Draghi mengatakan para pembuat kebijakan membuka opsi untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menambah stimulus jika diperlukan guna memperkuat perekonomian zona euro.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut prospek kebijakan Federal Reserve AS dan Bank of Japan, yang keduanya akan melakukan pertemuan minggu depan," kata Strategi Senior Westpac, Sean Callow, di Sydney.
Callow menyatakan, berapa besar The Fed memandang prospek pasar negara berkembang (global) pada September lalu sehingga akan menjadi acuan untuk menaikkan suku bunga pada Desember. "Setelah 2 minggu ECB kemungkinan menambah stimulus quantitatif easing (QE), apakah pasar negara berkembang melemah?" tulis Callow kepada klien, Jumat.
The Fed akan melakukan pertemuan pada Selasa dan Rabu pekan depan, setelah mempertahankan suku bunga bulan lalu, di tengah kekhawatiran pelambatan ekonomi global, terutama di Tiongkok sehingga berisiko terhadap prospek ekonomi AS.
Sementara harga minyak mentah naik tipis, meski masih dibayangi kekhawatiran tingginya persediaan minyak mentah AS dan penguatan dolar.
Minyak Brent patokan global naik 0,4 persen menjadi US$ 48,28 per barel, namun masih melemah secara mingguan lebih dari 4 persen. Minyak patokan AS naik 0,1 persen menjadi US$ 45,44, namun masih tergerus hampir 4 persen secara mingguan.
Whisnu Bagus Prasetyo/WBP

JAKARTA. Setelah menguat sejak Senin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis (22/10) melemah 0,45% ke level 4.584,56. "Diperkirakan, indeks hari ini masih cenderung turun," ujar Fadli, analis Net Sekuritas, kemarin.
Pergerakan IHSG hari ini bakal dipengaruhi sikap pelaku pasar yangwait and see laporan keuangan emiten kuartal III. Pelaku pasar juga menunggu pengumuman kebijakan ekonomi paket V.
Menurut Fadli, indeks hari ini akan bergerak di 4.540-4.630. Widhi Indratmo Nugroho, analis Lautandhana Securindo, mengatakan, indeks masih bakal terkena imbas profit taking. "Tapi masih wajar dan ini masih dalam tahap konsolidasi," tambahnya.
Menurut Widhi, IHSG akan bergerak pada 4.535-4.650. "Saat-saat seperti ini merupakan langkah yang tepat untuk investasi dengan orientasi jangka panjang," ujarnya.
Reporter Dityasa H Forddanta
Editor Barratut Taqiyyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒