Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 22 Oktober 2015

"Hari Ini, Presiden Janjikan Paket Ekonomi Jilid V" INILAHCOM, Jakarta - Kalau tak ada aral melintang, pemerintah akan meluncurkan paket ekonomi jilid V, hari ini. Lebih cepat dari perkiraan.

"Besok pagi (hari ini) akan ada paket kebijakan kelima. Terus akan ada paket-paket baik jangka pendek, menengah," kata Presiden Jokowi di depan Gubernur, Bupati dan Wali Kota se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/10/2015).

Menurut presiden, Indonesia harus mampu bersaing dengan negara lain seperti Vietnam dan India yang pertumbuhan ekonomi melesat bak meteor. Untuk itu, perli reformasi besar-besaran untuk menarik masuknya investasi. "IHSG juga mulai reborn, kemudian pembangunan sekarang bukan Jawa Sentris, tapi kita mau keluarkan Indonesia Sentris terutama Indonesia Timur," kata presiden.

Ketika banyak kalangan mengkhawatirkan perekonomian Indonesia, bahkan tak sedikit yang menyebut krisis ekonomi sudah di depan mata, presiden asal Solo ini justru berpandangan sebaiknya. Bahwa kondisi perekonomian Indonesia membaik."Di kuartal ketiga ini, saya ketemu Gubernur BI angkanya (pertumbuhan ekonomi) 4,85. Sudah stop (dasar) dan merangkak naik," kata Jokowi.

Selanjutnya mantan Gubernur DKI ini, membeberkan posisi perekonomian Indonesia saat ini, jauh berbeda dibanding krisis ekonomi 1998-1999."Pertumbuhan ekonomi 1999 minus 13 persen, sekarang masih 4,7 persen. Kuartal ketiga sudah 4,85 persen, sudah jauh sekali. Dan, inflasi saat itu sebesar 82 persen," kata presiden.

Soal inflasi, kata Jokowi, Bank Indonesia (BI) memperkirakan hingga akhir tahun, tidak akan melebihi angka 4 persen. Jauh di bawah 2014 yang mencapai 8,5 persen. "Ini bisa karena harga dikendalikan, di daerah ada TPID, ada inflasi langsung intervensi. Maka kita minta saran setiap daerah intervensi untuk barang-barang yang mengalami kenaikan," papar Jokowi.

Soal nilai tukar rupiah, lanjut presiden, pada 1998 mencapai Rp 16.600 per US$. Namun saat ini berada di kisaran Rp 13.600-Rp13.700 per US$. Untuk kredit macet, atau Non Performing Loan (NPL) perbankan masih aman, berkisar 2,6-2,8%. Berbeda dengan 1998 mencapai 30-32%

"Kredit macet masih sangat normal, naik sedikit tapi ratio-ratio seperti ini yang harus kita tahu dan ikuti bersama-sama. Jangan-jangan pidato sosial media ditanggapi dan bapak ibu pidato sebut ini krisis. Krisis bagaimana? Masa 4,67 persen itu krisis. Sekarang ini harus optimis, harus yakin," papar Jokowi.

Terkait nilai tukar rupiah yang sempat mendaki sampai Rp 14.700 per US$, kata presiden, bisa diredam dengan munculnya paket kebijakan ekonomi.

"Naik turunnya rupiah, pernah sampai Rp14.700 tapi dengan deregulasi, paket ekonomi 1 sampai 6, sampai ke 1.000, saya minta tim ekonomi setiap minggu keluarkan untuk potong kebijakan. Tapi saya ingin daerah juga mengikuti. Jangan sampai nanti di daerah di pingpong bisa dibuat Pergub, Perbup, Perwali dan sebagainya. Potong ya potong," tegas presiden. [tar] - See more at: http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2246736/hari-ini-presiden-janjikan-paket-ekonomi-jilid-v#sthash.S8AuXYhc.dpuf

 JAKARTA.   Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali menguat 0,1% ke 4.609,68 pada pukul 09.30 WIB pada Kamis (22/10/2015).

Sebelumnya indeks melemah 0,1% ke 4.600,79 setelah dibuka menguat 0,19% ke 4.613,76 pada pagi ini.

Untuk indeks sektoral, terpantau empat sektor menguat dipimpin agribisnis 2,45% dan lima sektor lainnya melemah dipimpin aneka industri 1,27%.



Pergerakan Sektor IHSG Pukul 09.18 WIB

Sektor

    (%)

  
Agribisnis

    +2,45%

  
Finansial

    +0,59%

  
Perdagangan dan Jasa

    +0,19%

  
Properti

    +0,08%

  
Konsumer

    -0,13%

  
Aneka Industri

    -0,23%

  
Industri dasar dan Kimia

    -0,35%

  
Pertambangan

    -0,55%

  
Infrastruktur

    -1,27%

  
Sumber: Bloomberg



http://market.bisnis.com/read/20151022/7/484830/indeks-sektoral-22-oktober-penguatan-4-sektor-dan-pelemahan-5-sektor-buat-ihsg-berfluktuasi-pagi-ini




Sumber : BISNIS.COM
Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi melanjutkan penguatannya pada perdagangan Kamis (22/10/2015).
Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya memperkirakan indeks akan bergerak pada kisaran 4.539 – 4.705.
“Kembali terjadi capital inflow yang mendorong kenaikan IHSG, angin segar menerpa perjalanan IHSG, potensi naik terlihat terus bertambah kuat,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Lebih lanjut dia menyebutkan indeks perlu menembus level resisten 4.705 untuk kembali dapat memperkokoh pola uptrend jangka menengah.
Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan a.l TOTL, ASRI, AKRA, TLKM, WIKA, ADHI, BBNI, BBCA, LSIP
Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak mixed cenderung tertekan pada perdagangan Kamis (22/10/2015).
Tim Riset Reliance Securities memperkirakan indeks akan bergerak pada kisaran 4.530-4.655.
“Secara teknikal pola candlestick IHSG menyerupai shooting star dengan shadow high cukup panjang seakan pulled back dengan upper Bollinger bands membuat peluang pergerakan yang terkonsolidasi lagi cukup besar,” paparnya seperti dikutip Bisnis.

Emerging-markets assets have posted a surprising recovery over the past two weeks as expectations for a near-term Federal Reserve interest-rate hike have deteriorated.
Now, traders are wondering: Could this be the beginning of the emerging-markets rally? Or is it just a temporary correction?
Currencies like the Malaysian ringgit USDMYR, +0.0000% Indonesian rupiah USDIDR, -0.07%  and Brazilian real USDBRL, -0.0127%  that were at record lows in late September posted their best performance of the year last week. Those currencies are up 4.8%, 8% and 2.9% so far this month.
Read: Emerging-market currencies just had their best week of the year
TimeiShares MSCI Emerging Markets ETFFeb 15Apr 15Jun 15Aug 15Oct 15
US:EEM
$30$35$40$45
The iShares MSCI Emerging Markets ETF EEM, -1.45%  is up 10.1% in that time after falling to its lowest level since the financial crisis in August. Brazil’s Bovespa BVSP, -0.11%  stock index is up 4.4% so far this month, on track to record its first monthly gain since April.
Some strategists contend these markets were merely overdue for a bounce after a rapid fall left them overstretched.
“Obviously what we are seeing in the EM currencies is a very substantive short-covering rally,” said Neil Mellor, a currency strategist at BNY Mellon.
But with Fed funds futures now signaling that a rate increase isn’t likely until March, the dollar has scope to weaken further, Mellor said.
Expectations that the Fed would raise interest rates in 2015 had been the primary driver of the dollar rally that began in July 2014. Higher interest rates in the U.S. would, theoretically at least, cause the dollar to strengthen as investors are drawn by the higher return on U.S. assets, though in the past the dollar has tended to weaken shortly after the beginning of past rate-hike cycles.
Also, tighter monetary policy in the U.S. would be in contrast to other major central banks, namely the Bank of Japan and European Central Bank, which are maintaining ultraloose policies.
But while weak U.S. data has recently benefited emerging-market assets, signs that the U.S. economy is slowing should pose a fundamental problem for emerging-market bulls.
“If the world’s largest economy is slowing, or you’re seeing signs of the economy decelerating, risk markets shouldn’t be trading higher,” said Mark McCormick, a global currency strategist at Crédit Agricole.
China presents another risk. China is expected to report third-quarter gross domestic product growth late Sunday Eastern time.
Weak Chinese growth could send emerging-market currencies spiraling lower once again because many of these economies depend on China as a buyer of their industrial and agricultural commodities.
Economists polled by The Wall Street Journal forecast that the Chinese economy grew by 6.8% in the third quarter.
And it isn’t just China: signs of slowing growth have caused concern in the U.S., Europe and elsewhere.
“Slow world growth is going to be here for a while,” said Marc Chandler, global head of currency strategy at Brown Brothers Harriman.


INILAHCOM, Jakarta – Hingga penutupan sore nanti, laju IHSG diprediksi terpengaruh oleh sentimen data pertumbuhan ekonomi China dalam kisaran 4.500-4.550. Inilah rekomendasi untuk tujuh saham.

David Sutyanto, analis riset First Asia Capital memperkirakan, melanjutkan perdagangan awal pekan keempat di Oktober ini, IHSG masih berpeluang melanjutkan tren penguatannya dalam rentang konsolidasi. “Sentimen eksternal dari kawasan diperkirakan akan mendominasi pergerakan IHSG,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Senin (19/10/2015).

Sentimen eksternal, seperti data ekonomi produksi industri dan PDB kuartal III-2015 China yang keluar awal pekan ini. Perekonomian China di kuartal III-2015 sudah diperkirakan tumbuh 6,8% secara tahunan. Ternyata, angkanya di level 6,9%. “Angka tersebut melambat dari kuartal sebelumnya 7%,” ungkap dia.

Sedangkan dari domestik, lanjut dia, katalis pergerakan harga saham dalam waktu dekat adalah rilis kinerja kuartal III-2015. “Pada perdagangan hari ini IHSG akan bergerak dengan support di 4.500 dan resisten di 4.550,” papar dia.

Secara teknikal, support pertama IHSG berada di 4.500 dan support kedua di angka 4.480. Di sisi lain, resisten pertama berada di angka 4.550 dan resisten kedua di posisi 4.570.

Perdagangan saham akhir pekan lalu berlangsung bervariasi. IHSG bergerak konsolidasi dalam rentang 43 poin dan tutup menguat terbatas 14,687 poin (0,33%) di 4521,882 terimbas sentimen positif dari kawasan. Nilai transaksi di Pasar Reguler turun menjadi Rp3,85 triliun dibandingkan rata-rata harian sepekan terakhir sebesar Rp4,4 triliun.

Pelaku pasar lebih banyak menahan diri menanti rilis laporan keuangan kuartal III-2015 yang bakal keluar dalam waktu dekat. Sementara secara keseluruhan sentimen eksternal yang menggerakan perdagangan masih terkait dengan ekspektasi penundaan kenaikan tingkat bunga the Fed tahun ini setelah data ekonomi AS yang keluar kurang bagus.

Sementara di Wall Street akhir pekan lalu, indeks saham utama cenderung bergerak di teritori positif terutama juga dipicu sentimen penundaan tingkat bunga di negara tersebut. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,43% dan 0,46% tutup di 17.215,97 dan 2.033,11.

Harga minyak mentah tutup menguat 1,90% di US$47,26 per barel. Selama sepekan indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,77% dan 0,90%. Ini merupakan penguatan tiga pekan berturut-turut. Sedangkan harga minyak mentah sepekan koreksi 4,51% setelah pekan sebelumnya melonjak hingga 8,7%.               - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2245878/sentimen-china-ini-rekomendasi-7-saham#sthash.5es0Ddrx.dpuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒