Pelemahan IHSG Kemarin Hanya Koreksi Teknikal
Jakarta - Analis PT Waterfront Securities, Octavianus Marbun mengatakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah tiga hari terakhir menguat, sehingga pelemahan yang terjadi kemarin merupakan koreksi teknikal.
Pergerakan IHSG pada penutupan transaksi akhir pekan ini mengalami pelemahan. IHSG pada sesi akhir di minggu ini tak mampu keluar dari tekanan dan terus berkutat di zona merah. IHSG pun ditutup anjlok 47,08 poin atau berkurang 1,1 persen ke level 4.207,8.
"Kenaikan memang imbas dari paket kebijakan ekonomi jilid II, Namun kembali lagi ini ditunggu realisasinya, dimulai dari infrastruktur, perbankan kemudian mikro. Sementara untuk faktor eksternal ya masih menunggu keputusan The Fed,"jelas Octavianus kepada Investor Daily,Jumat (2/10).
Meski melemah, IHSG mencatat aksi beli bersih dari investor asing (foreign net buy) sebesar Rp 51,69 miliar.
"Indeks posisinya merah tapi asing kok tetap beli, berarti ini hanya koreksi saja, karena secara fundamental, tinggal menunggu realisasi, dan report kinerja korporasi kuartal III," imbuhnya.
Analis obligasi BII Anup Kumar mengatakan, yield obligasi pemerintah menurut Bloombergmenguat sekitar 0,0105 bps, atau naik 0,01 persen menjadi 9,39 persen dari 9,38 persen kemarin. Untuk year-to-date, yield naik hampir 158 bps.
"Volume perdagangan obligasi Jumat sekitar RP 9,8 triliun. Kepemilikan asing di SBN per 29 September Rp 524,64 triliun, atau setara 37,67 persen dari total SBN. Untuk ytd ada inflow sekitar Rp 63,11 triliun dan outflow Rp 1,21 triliun month to date,"ucapnya.
Sementara untuk obligasi korporasi, lanjutnya, kemarin nilainya sekitar Rp 222,5 miliar, atau turun dari hari sebelumnya Rp 710 miliar.
Muhamad Edy Sofyan/FMB
Investor Daily
TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan koreksi teknikal menyebabkan reli penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir pada perdagangan akhir pekan. IHSG yang memang cenderung bergerak di zona negatif selama perdagangan, anjlok 47,7 poin (1,11 persen) di level 4.207,80.
Saham-saham yang dinilai sudah terlalu mahal menjadi saham yang paling dominan dijual investor. Saham BBRI turun 0,6 persen menjadi Rp 8.675 per lembar saham, BMRI anjlok 3,8 persen ke level Rp 7.675 per lembar saham, sedangkan ASII merosot 2,8 persen menjadi Rp 5.125 per lembar saham.
Analis Waterfront Securities, Oktavianus Marbun mengatakan laju penguatan indeks selama tiga hari perdagangan terakhir yang tidak disertai dengan kemunculan sentimen fundamental, menyebabkan IHSG rentan koreksi teknikal. Kuatnya motif untuk merealisasikan keuntungan (profit taking) mendorong investor praktis cenderung mengambil posisi jual. “Pergerakan teknikal yang mengoreksi indeks,” katanya.
Menurut Oktavianus, koreksi indeks juga terkait dengan ekspektasi data pertumbuhan tenaga kerja Amerika Serikat (Non-farm payrolls) yang dirilis Kamis malam. Payrolls yang diperkirakan tumbuh sebesar 201 ribu orang, menguatkan spekulasi suku bunga Amerika Serikat (Fed’s rate) bakal dinaikkan pada tahun ini.
Senada dengan hal tersebut, Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah juga berpendapat koreksi indeks sebagai antisipasi investor terhadap data payrolls. Data penting untuk menentukan arah kebijakan Fed’s rate tersebut membuat investor merasa lebih aman mengurangi kepemilikan portofolio saham.
Secara teknikal, menurut Lanjar, IHSG memang tengah berada pada area jenuh beli (Overbought). Tak ayal, di awal pekan, indeks pun akan cenderung bergerak mixed pada level 4.175 – 4.270. “IHSG memang masih cenderung terkonsolidasi, terus menguji support di bawah level 4.200.”
MEGEL
Komentar
Posting Komentar