Langsung ke konten utama

ihsg @3800-4000 (akhir 2015), well, gw tak SEPENDAPAT (ihsg per tgl Ninth Eleventh 2015)

gw VOTE FOR: GDP @+5%, Rp15K, rather that GDP+4.5%, Rp 14.7K/$



AKHIR TAHUN 2015 IHSG DIPREDIKSI LEVEL 3.947


Pelemahan nilai tukar rupiah dan kebijakan global yang sulit diprediksi akan menciptakan variabel makro yang kurang kondusif terhadap korporasi. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut merosot. Menurut Taye Shim, Head Analis KBD Daewoo Securitas, arah IHSG hingga akhir tahun 2015 akan berada pada kisaran 3.588-3.947.
Meskipun mengalami pelemahan, Taye menjelaskan fundamental ekonomi Indonesia pada dasaranya kuat. Hal tersebut dapat dilihat pada akhir tahun 2014 nilai Product Domestic Brutto, nilati tukar Rupiah, cadangan devisa berlipat lebih besar dibanding dengan kondisi ekonomi pada 1997 yang lalu.
“Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi pengelola negara untuk mengejar pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7% sampai tahun 2019,” ujar Taye di kantornya di Jakarta (3/9).
Namun demikian, momentum di pasar modal tersebut memiliki dampak yang terbatas pada ekonomi riil penduduk Indonesia mengingat pasar modal Indonesia lebih banyak digerakkan oleh asing. Pasar saham Indonesia disebutkan sampai tahun 2011 digerakkan oleh pemulihan fundamental seperti yang ditunjukkan tren Return on Equity (RoE) yang meningkat.
Sedangkan untuk tren ROE berbalik arah sejak 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa gerak pasar saham Indonesia lebih disebabkan oleh aspek kelebihan likuiditas dari program quantitative easing (QE) bank sentral AS yang ditunjukkan juga dengan neraca The Fed.
“Selain itu, data kami menunjukkan bahwa asing belum usai melaksanakan seluruh aksi penjualnnya. Posisi jual bersih asing pada tahun 2013 mencapai US$ 3,8 miliar vs net beli US$ 99,5 juta sampai dengan tahun ini,” terang Taye kembali.
Hal tersebut mengindikasikan  tekanan jual masih mengintai pasar saham Indonesia dalam waktu dekat. Lebih jauh lagi baik dari sisi relatif dan historis, valuasi pasar saham Indonesia saat ini tidak murah, yaitu 54% premium terhadap rekannya di Asia dan 21% premium terhadap rata-rata 10 tahun terkahir.
Agar investasi dapat terus berjalan, KDB Daewoo Securitas menyarakankan untuk melakukan pendekatan investasi pada saham-saham perusahaan yang pendapatannya jelas seperti perbankan, consumer dan utilities. Lalu investasi dengan valuasi rendah yang semakin baik seperti saham GGRM, BMTR dan SOCI, PBRX, atau ISSP. (EVA)

Bisnis.com, JAKARTA- HD Capital memperkirakan indeks harga saham gabungan menutup bulan Oktober dengan posisi di atas level 4.600.
Periset Senior HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan  sebaliknya IHSG akan sulit turun di bawah level 4.300.
“Tren kenaikan IHSG masih berlanjut hingga akhir Oktober ke 4.625,” kata Yuganur dalam risetnya.
Dikemukakan grafik bulanan IHSG yang break high bar September, merupakan sinyal momentum positif mulai kembali untuk membentuk medium term.
Trend dari negatif menjadi lebih positif ke depan , dengan skenario akhir tahun menuju ke 4.800 atau bahkan 5.000, yang merupakan target fundamental IHSG. Dengan asumsi PDB 2015 di bawah 4.9%.
“Walaupun sering ada aksi jual mendadak dari pelaku pasar, masih yakin tren kenaikan IHSG berlanjut,” kata Yuganur.
JAKARTA. Kalangan analis pasar modal memproyeksikan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun 2015 di bawah level 5.000 poin menyusul kondisi ekonomi makro domestik dan global yang cenderung melambat.
"Kami merevisi target IHSG pada akhir tahun ini berada di kisaran 4.800--5.100 poin dari sebelumnya di level 5.800--6.100 poin," kata Kepala Riset PT OSO Securities Supriyadi, Senin (14/9).
Namun, kata Supriyadi, target indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan asumsi pemerintah maksimal menyerap anggaran belanja untuk pembangunan infrastruktur. "Maksimalnya penyerapan anggaran akan membuat likuiditas bertambah," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa beberapa faktor yang membuat perusahaan sekuritas merevisi target IHSG BEI yang telah dipatok sejak awal tahun ini salah satunya, yakni minimnya realisasi belanja anggaran pemerintah. Situasi itu berdampak pada melambatnya laju perekonomian Indonesia.
"Di luar faktor eksternal, melambatnya perekonomian domestik berdampak pada kinerja emiten di BEI yang menurun sehingga membuat IHSG terkoreksi cukup dalam," ujarnya.
Dalam data BEI tercatat, per 14 September 2015 IHSG tergerus sekitar 20,51 persen dari level tertingginya pada tahun ini, yaitu di posisi 5.523 poin.
Kendati demikian, Supriyadi mengatakan bahwa meski IHSG BEI sedang dalam tren koreksi, investor tetap masih memiliki peluang untuk menempatkan dananya di pasar saham, yakni dengan memanfaatkan beberapa harga saham yang telah rendah nilainya dan memiliki fundamental positif.
"Situasi saat ini tentunya menjadi potensial 'gain' bagi investor. Investor juga bisa melakukan 'hit and run' atau transaksi jangka pendek pada beberapa saham," katanya.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengharapkan agar investor pasar modal membangun kewaspadaan ekstra mengingat perekonomian baik dari dalam negeri maupun global masih bergejolak.
"Di industri pasar modal, kondisi perekonomian yang melambat seperti saat ini maka kinerja IHSG BEI berpotensi akan terus tergerus. Jika tidak ada perbaikan ekonomi, skenario terburuk IHSG bisa mencapai 4.005 poin pada akhir tahun ini. Sementara itu, skenario optimis hanya bisa mencapai 4.810 poin," paparnya.
Sementara itu, Analis Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Riset konsultasi Guntur Tri Haryanto mengatakan bahwa meski pasar modal sedang mengalami gejolak, peluang investasi di pasar modal masih tetap prospektif.
"Bila melihat dalam 10 tahun terakhir, dihitung pertumbuhan nilai IHSG sejak 2005 hingga sekarang maka telah bertumbuh lebih dari 160 persen. Atau secara rata-rata, investasi di pasar modal memberikan return sekitar 16--17 persen per tahun. Bukan suatu nilai yang kecil," katanya.
Namun, dia mengingatkan bahwa potensi imbal hasil yang tinggi itu dibarengi juga dengan tingkat risiko yang tinggi. Investor perlu memahami bahwa investasi saham bersifat jangka panjang. "Sudah menjadi karakternya apabila dalam horizon jangka pendek, berfluktiasi besar," katanya.
Bila optimis terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, kata dia, investor dapat secara bertahap mengoleksi saham-saham yang berfundamental baik yang diharapkan memberikan kenaikan harga signifikan ketika ekonomi membaik.
Editor: Yudho Winarto.
JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mempertahankan posisinya di zona hijau hingga akhir perdagangan sesi I hari ini (11/9). Data RTI menunjukkan, pada pukul 11.30 WIB, indeks tercatat naik 0,75% menjadi 4.375,83.
Ada 159 saham yang melaju. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 78 saham dan 58 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi siang ini melibatkan 2,432 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,009 triliun.
Bicara mengenai sektor pada indeks, ada sembilan sektor yang melaju. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar antara lain sektor agrikultur yang naik 4,89%, sektor industri lain-lain naik 1,61%, dan sektor barang konsumen naik 1,49%.
Sementara itu, bursa Asia mengalami kondisi yang berbeda. Indeks acuan wilayah regional mengalami tekanan tipis pada siang ini. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 10.02 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,1%.
Perinciannya, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,7%, indeks Topix Jepang naik 0,5%, dan indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 0,2%. Di negara Asia lainnya, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,8%.
Pergerakan negatif bursa Asia terjadi di tengah pergerakan pasar yang volatil menjelang dihelatnya pertemuan dua hari the Federal Reserve pada pekan depan.
"Saat ini, pasar tidak digerakkan berdasarkan faktor fundamental melainkan kejadian-kejadian jangka pendek dan faktor teknikal," jelas Juichi Wako, senior strategist Nomura Holdings Inc.

Editor: Barratut Taqiyyah.
Jakarta detik -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka awal pekan dengan naik 20 poin didorong sentimen positif dari pasar global dan regional. Aksi jual asing masih berlanjut.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 14.329 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.283 per dolar AS.

Pada perdagangan preopening, IHSG naik 20,188 poin (0,46%) ke level 4.363,449. Sedangkan Indeks LQ45 menguat 5,162 poin (0,71%) ke level 736,655.

Membuka perdagangan akhir pekan, Jumat (11/9/2015), IHSG tumbuh 24,454 poin (0,56%) ke level 4.367,715. Indeks LQ45 bertambah 6,279 poin (0,86%) ke level 737,762.

Indeks bertahan positif berkat aksi beli investor lokal. Saham-saham unggulan yang kemarin turun kini mulai menguat kembali.

Hingga pukul 9.05 waktu JATS, IHSG melaju 22,163 poin (0,51%) ke level 4.365,424. Sementara Indeks LQ45 menanjak 4,708 poin (0,64%) ke level 736,201.

Kemarin IHSG menghabiskan perdagangan di zona merah. Koreksinya bisa berkurang setelah muncul aksi beli menjelang penutupan


Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (11/9/2015) menguat 20,19 poin atau 0,46% ke 4.363,45.


JAKARTA. Sejumlah analis memasang target pesimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun 2015 di kisaran 3.800-4.000. Banyak faktor yang menjadi pemicu, mulai dari domestik maupun global.
Hantaman dari global adalah terkait kondisi dan kebijakan ekonomi di China serta keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed)  menaikkan suku bunga.
Sedangkan, di dalam negeri yang menjadi sentimen negatif diantaranya melambatnya pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus terpuruk.
Paket kebijakan pemerintah yang baru saja diumumkan pun dinilai belum cukup kuat meningkatkan kepercayaan investor pasar modal.
Andrew Argando, Kepala Riset Recapital Securities memasang target pesimis di level 3.855, level moderat di posisi 4.832 dan target optimis di angka 5.516.
Kemudian, Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities memperkirakan, dalam kondisi terburuk, IHSG bisa mejeng di level 4.005.
Sedangkkan, secara moderat IHSG bisa ada di level 4.540 dan target optimis ada di posisi 4.810.
"Tetapi, diperkirakan IHSG cenderung akan bergerak ke level terendah, yaitu 4.005," ujar Edwin, Kamis (10/9).
Hal ini menyusul kondisi perkonomian di kuartal III-2015 tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan sekitar 4,6%-4,7%. Hal ini akan berimbas pada kemampuan emiten mendongkrak fulus yang kemungkinan sama atau malah memburuk dari semester pertama.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun terus keok. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), hari ini rupiah melemah 0,54% ke posisi Rp 14.322 per dollar AS.
Ambruknya mata uang garuda ini akan berimbas negatif pada emiten-emiten yang memiliki eksposur terhadap dollar AS.
Edwin menyebut, beberapa emiten yang terkena dampaknya antara lain PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang memiliki utang berdominasi dollar AS sebesar US$ 1,55 miliar.
Lalu, ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sekitar US$ 162 juta, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sekitar US$ 185 juta.
David Sutyanto, Analis First Asia Capital pun berpendapat IHSG akan menuju level 4.000 di akhir tahun.
Ia menetapkan target moderat di kisaran 4.500-4.400 dan target opitimis di level 4.800.
Menurut dia, paket kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat dan memberikan stimulus bagi industri belum bisa memberi kepercayaan lebih kepada investor.
"Paket kebijakan pemerintah secara normatif bagus, tapi secara practical tidak, makanya IHSG tidak juga menguat," kata dia.
Hari ini, IHSG kembali memerah ke posisi 4.343 dari 4.347. Selajutnya, Reza Priyambada, Kepala Riset NH Koorindo Securities juga memperkirakan IHSG cenderung akan menuju level terburuk, yakni 3.950.
Kemudian, level moderat ada di level 4.600 dan posisi terbaik ada di angka 4.800.
indeks wall street (amrik) JUGA TERIMBAS KECEMASAN KENAEKAN THE FED FUND RATE neh : By Bernard Condon | AP September 10 at 5:02 PM NEW YORK — Stocks in the U.S. bucked a global market slump Thursday as investors look ahead to a crucial Federal Reserve meeting next week on interest rates. Investors pushed major U.S. indexes lower in the morning following drops in Asia and Europe, then reversed course as oil prices rose. That helped send shares of energy companies, which have been battered in recent weeks, higher. Traders remain focused on a two-day meeting of Federal Reserve policymakers next week. They are trying to anticipate when and how quickly the central bank will begin to raise interest rates from their historically low levels. Those low rates have been a key factor sending stock prices higher over the past seven years. A report Thursday showing a decline in applications for unemployment claims was the latest bullish sign on the job market, which could prompt the Fed to tighten credit.


Some say worries about higher rates are overblown. “The U.S. economy is in significantly better shape than in the past,” said Mike Ryan, chief investment strategist at UBS Wealth Management Americas. “We’re not dependent on Fed largess and stimulus to support growth.”
 The Dow Jones industrial average rose 76.83 points, or 0.5 percent, to close at 16,330.40. The Standard & Poor’s 500 index gained 10.25 points, or 0.5 percent, to 1,952.29. The Nasdaq composite climbed 39.72 points, or 0.8 percent, to 4,796.25. Global markets have been moving sharply up and down in recent weeks as investors worry about a slowdown in China, plunging currencies in developing countries like Malaysia and uncertainty over the Fed’s next move.
 In five of the six previous days of trading in September, the S&P 500 has made big moves both up and down, including a surge of 2.5 percent on Tuesday and a plunge of 3 percent on the first day of the month. Trading was relatively light on Thursday, with little news moving prices one way or the other. Apple jumped $2.42, or 2.2 percent, to $112.57, on Thursday, a day after the company introduced updated versions of the iPhone, Apple TV and iPad. Technology stocks rose 1 percent overall, the biggest gain among the 10 industry sectors of the S&P 500.
 The price of oil rose sharply after the Energy Department reported a strong increase in U.S. gasoline demand. A report on unemployment claims early Thursday showed fewer Americans applied for benefits last week, adding to recent evidence of robust hiring. The Labor Department said weekly applications benefits dropped 6,000 to 275,000.
 A separate government report the day before said U.S. job openings jumped to the highest level in 15 years in July. A report last week showed the U.S. unemployment rate fell to a seven-year low of 5.1 percent in August.
 Investors are not so sure they like the healthier economy because it could mean the Fed raising rates sooner, and faster, than anticipated. “The Fed has to be mindful of all this job creation because, sooner or later, companies are going to have to compete for workers, and they’re going to compete by raising wages,” said David Joy, chief market strategist at Ameriprise Financial. “That will filter into the Fed’s deliberations next week.”
 In Asia, Japan’s Nikkei 225 slumped 2.5 percent after surging 7.7 percent on Wednesday in its biggest gain since October 2008. Hong Kong’s Hang Seng index dropped 2.6 percent and China’s Shanghai Composite Index finished 1.4 percent lower. European markets were mostly lower. France’s CAC-40 lost 1.5 percent. Among U.S. stocks making big moves: — Krispy Kreme Doughnuts plunged $2.08, or 12 percent, $15.65 after the company lowered its outlook following disappointing second-quarter results. — Lululemon Athletica sank $10.51, or 16 percent, to $53.54 after the high-end apparel maker predicted profits for the current quarter that were lower than Wall Street analysts were expecting. — Freight company Con-Way soared $12.01, or 34 percent, to $47.54 after agreeing to be acquired by XPO Logistics. U.S. crude rose $1.77 to close at $45.92 a barrel in New York. Over the past four weeks, U.S. gasoline demand averaged 9.3 million barrels per day, up 3.8 percent compared with the same period last year, according to the Energy Department’s weekly petroleum status report. Brent crude, a benchmark for international oils used by many U.S. refineries, rose $1.31 to close at $48.89 a barrel in London. In other futures trading on the NYMEX: — Wholesale gasoline rose 3.4 cents to close at $1.394 a gallon. — Heating oil rose 3.6 cents to close at $1.575 a gallon. — Natural gas rose 3.2 cents to close at $2.683 per 1,000 cubic feet. Bond prices fell slightly. The yield on the 10-year Treasury note rose to 2.22 percent from 2.20 percent late Wednesday. The U.S. dollar rose to 120.62 yen from 120.28 yen. The euro rose to $1.1285 from $1.1219. The price of gold rose $7.30 to $1,109.30 an ounce. Silver rose 7 cents to $14.65 an ounce and copper gained a penny to $2.45 per pound. Copyright 2015 The Associated Press. All rights reserved. This material may not be published, broadcast, rewritten or redistributed.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒