Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 16 Februari 2015

NOVEMBER 2014: sinyal bullish reversal TERBUKTI s/d REKOR IHSG TERTINGGI
Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan terus melaju hingga memasuki tren bullish sepanjang pekan ini dari sebelumnya terkonsolidasi dengan targetresistance jangka menengah adalah 5.480-5.550.
Senior Research PT HD Capital Tbk., Yuganur Wijanarko mengatakan dengan break dan ditutup hingga memecahkan rekor 5,348 pekan lalu, IHSG yang sebelumnya terkonsolidasi diperkirakan menjadi bullish.
Resistance target medium term berikutnya adalah 5.480-5.550 yang merupakan target dari konsolidasi antara 5.348-5.250 setelah berlangsung selama beberapa pekan sebelumnya.
"Support mingguan untuk IHSG adalah 5.330-5.260 dan resistance 5.420-5.480," katanya dalam riset, Senin (16/2/2015).
Dia memerkirakan, saham ASII dan TLKM akan menjadi penggerak IHSG pada pekan ini.
Dari segi teknikal, saham ASII dan TLKM terbilang masih tertinggal laju kenaikan bila dibandingkan dengan saham perbankan seperti BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI yang sudah mencetak harga tertinggi maupun saham sektor konsumer seperti ICBP, INDF dan UNVR.
Jika dilihat dari kapitalisasi pasar, market cap ASII dan TLKM tergolong sangat besar. Market capASII sebesar Rp300 triliun, terbesar kedua setelah BBCA yang mencapai Rp340 triliun, sedangkan kapitalisasi TLKM sebanding dengan BMRI dan BBRI mencapai Rp280 triliun.
Pada sisi lain, indeks Dow Jones yang masih terkonsolidasi antara 17.200-18.000 membuat IHSG bisa mengalami strong uptrend dalam kondisi Dow sideways.
Begitu pula dengan kondisi harga minyak yang naik diperkirakan akan membuat positif saham-saham komoditas. Namun, tidak akan bertahan dan membuat IHSG terkoreksi dalam jangka pendek.
Sepanjang pekan ini, IHSG juga masih akan dipengaruhi oleh faktor politik seperti calon kapolri dan KPK versus Polri. Data-data ekonomi domestik seperti produk domestik bruto (PDB), inflasi, cadangan devisa serta kondisi surplus defisit neraca perdagangan juga akan mempengaruhi laju IHSG.
Berikut stock picks dalam sepekan: (BUY ASII, TLKM, WTON, INDF)
1. Astra International (ASII) (2015 PE 16.3x, PBV 2.7x, ROE 16.7%) (BUY) (Trading target: Rp.8.100). Entry buy (1) Rp.7.875, Entry buy (2) Rp.7.775, Cut loss point: Rp.7.700
2. Telekomunikasi (TLKM) (BUY) (2015 PE 19x, PBV 3.6x, ROE 18.8%) (Trading target: Rp.3.050). Entry (1) Rp.2.875, Entry (2) Rp.2.855, Cut-loss point: Rp.2.825
3. Wika Beton (WTON) (BUY) (2015 PE 41x, PBV 5.8x, ROE 14%) (Trading target Rp.1.460). Entry: (1) Rp.1.415, Entry (2) Rp.1.405, Cut loss point Rp.1.395
4. Indofood (INDF) (2015 PE 16x, PBV 1.6x, ROE 9.9%) (BUY): (Trading target Rp.7.750). Entry: (1) Rp.7.325, Entry (2) Rp.7.275, Cut loss point Rp.7.175

Bisnis.com, JAKARTA- Asjaya Indosurya Securities memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (16/2/20015) di kisaran 5.282–5.389.
Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan capital inflow deras masuk ke dalam pasar modal.
“Hanya minggu kedua Februari, capital inflow lebih dari Rp3 triliun.” Kata William dalam risetnya.
Setiap koreksi sehat, ujarnya, dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk melakukan akumulasi beli bagi investor.
IHSG, ujarnya, sedang berusaha menuju target resisten 5.389, sehingga dapat ke luar dari fase konsolidasi dan melanjutkan pola gerakan uptrend.
Dikatakan support terjaga cukup kuat pada level 5.282,
 “IHSG dalam jangka pendek masih berada dalam jalur uptrend, awal pekan IHSG masih akan dinaungi oleh nuansa positif,” kat William.
Asjaya Indosurya Securities mengatakan saham yang dapat dipertimbangkan pada perdagangan hari ini adalah AKRA, ASII, ANTM, PWON, WTON, MPPA, INDF, UNVR, SMMT.

Bisnis.com, JAKARTA--Setelah kembali cetak rekor pada penutupan perdagangan pekan lalu, indeks harga saham gabungan pekan ini masih berpotensi menguat. Meski demikian, harus tetap diwaspadai pembalikan arah.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup naik 0,58% ke level 5.374,17. Adapun asing mencatatkan aksi beli bersih atau net buy hingga Rp1,28 triliun.
Reza Priyambada, Kepala Riset PT Woori Korindo Securities mengatakan sepanjang pekan lalu laju IHSG bergerak variatif cenderung bertahan di zona hijau. Pergerakan IHSG di awal pekan lalu tidak meninggalkan utang gap sehingga IHSG sangat memungkinkan kembali menguat. Hal itu terihat pada perdagangan sepanjang pekan lalu yang relatif berada pada zona hijau meskipun penguatannya berkurang.
Adapun, pada perdagangan Senin (16/2/2015), IHSG diperkirakan berada pada rentang support 5.349-5.368 dan resisten 5.382-5.389. Di satu sisi masih mengharapkan terjadinya penguatan, di sisi lain IHSG memiliki peluang melakukan pembalikan arah.
“Diharapkan penguatan pada laju bursa saham global mampu mengimbangi potensi tersebut sehingga IHSG masih berkesempatan untuk tetap berada di jalur hijaunya,” kata Reza, Minggu (15/2/2015).
Dia menilai, setelah menyentuh level tertinggi terbarunya, laju IHSG cenderung terkonsolidasi terlebih dahulu sambil mencermati sentimen-sentimen yang ada. “Meski kami mengharapkan masih ada peluang bagi IHSG untuk melanjutkan kenaikannya namun, tetap mewaspadai potensi pembalikan arah seiring adanya aksi-aksi profit taking.”
William Surya Wijaya, analis PT Asjaya Indosurya Securities, menilai IHSG dalam jangka pendek masih di jalur uptrend. Awal pekan ini indeks masih dinaungi nuansa positif. Kondisi ini kemungkinan tidak berbeda jauh dengan kondisi laju IHSG pekan lalu.
Lana Soelistianingsih, Analis PT Samuel Asset Management mengatakan, meskipun pergerakan IHSG masih cenderung volatil, dia memprediksi IHSG hingga akhir tahun masih cukup baik dan positif. “Setidaknya bisa tumbuh sekitar 15%. Para analis bahkan memprediksi IHSG minimal itu mencapai 5.800, sisanya banyak di atas 6.000.”
Adapun, faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS), Lana menilai belum memberikan pengaruh signifikan saat ini.

JAKARTA. Menemani aktivitas anda di awal pekan ini, kami menyuguhkan beberapa berita bursa saham (halaman 3) Harian KONTAN edisi hari ini (16/2), sebagai berikut.

PT Timah Tbk (TINS)

PT Timah Tbk (TINS) mulai hati-hati menyikapi penurunan harga komoditas. Produsen timah pelat merah ini akan menghentikan penjualannya di pasar spot hingga harga timah pulih. Hal ini demi mengantisipasi kerugian.

TINS akan menghentikan penjualan sampai harga timah kembali ke level ideal, US$ 20.000 per metrik ton. Penjualan yang dihentikan hanya penjualan baru. TINS tetap melakukan aktivitas pertambangan dan ekspor sesuai kontrak yang sudah ada.

"Harga timah sudah jauh di bawah ekspektasi. Namun, untuk penjualan yang sudah terikat kontrak, akan tetap kami lakukan. Hanya saja, tidak melakukan penjualan baru," ujar Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan,  kepada KONTAN, Ahad (15/2).

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak pengiriman timah tiga bulan di London Metal Exchange (LME) di level US$ 18.275 per metrik ton pada akhir pekan lalu. Harga timah yang berada di bawah US$ 20.000 per metrik ton terjadi sejak awal tahun ini. Saat itu, TINS mulai mengerem penjualannya di pasar spot.

PT PP Tbk (PTPP)

PT PP Tbk (PTPP) membidik proyek pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekitar 65% dari target kontrak baru Rp 27,5 triliun. Angka tersebut setara Rp 17,87 triliun dan lebih besar 25% dari pencapaian 2014.

Taufik Hidayat, Sekretaris Perusahaan PTPP, mengatakan, tahun ini lebih banyak membidik proyek pemerintah dan BUMN setelah pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur. "Proyek swasta ditargetkan 35%," ujar Taufik, kepada KONTAN, Jumat (13/2). PTPP akan membangun proyek jalan, jembatan, bendungan dan pelabuhan.  Saat ini, PTPP telah mengantongi kontrak proyek bendungan di Sulawesi.

Sepanjang tahun lalu, PTPP berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp 20,2 triliun, meningkat 2,5% dari Rp 19,7 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara tahun ini, PTPP membidik kontrak baru Rp 27,5 triliun, naik 36,14% dari tahun lalu.

Dengan kontrak carry over Rp 27,7 triliun, PTPP menargetkan akan menggarap sekitar Rp 55,2 triliun di 2015. PTPP menargetkan pendapatan Rp 19 triliun dan laba sekitar Rp 730 miliar.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Sepanjang 2015, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah menggenggam kontrak baru 1,26% dari target hingga akhir tahun  sebesar Rp 15,2 triliun yakni sebesar Rp 192 miliar. Raihan kontrak tersebut 46% dari proyek APBN, proyek BUMN 18% dan sisanya 37% dari proyek swasta.

Sementara dari jenis proyek, mayoritas kontrak baru dari proyek jalan dan jembatan 49%.  "Sedangkan sisanya proyek gedung dan infrastruktur lainnya," ujar Sekretaris Perusahaan ADHI dalam rilis, Minggu (15/2). Dari sisi lini bisnis, konstruksi dan EPC masih mendominasi kontribusi  kontrak baru sebesar 89% atau Rp 170,88 miliar dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.

ADHI membidik kontrak baru Rp 15,2 triliun di 2015. Emiten ini menargetkan bisa mengantongi pendapatan Rp 13,2 triliun dengan laba bersih Rp 440,1 miliar.



http://investasi.kontan.co.id/news/silakan-cermati-berita-bursa-saham-hari-ini




Sumber : KONTAN.CO.ID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒