... tren indeks bursa saham: amrik LAGE lebe bagus dibandingkan kita n china ... gejala UTAMA: SALING KETERGANTUNGAN (interdependence) terutama antara AMRIK n CHINA, bursa kita lebe NURUT aza ... well, ekspektasi makin positif setelah kejatuhan dalam 2015 sedang berlangsung... liat aza :)
TREN indeks bursa shanghai n ihsg
kejar 4640 LAGE, dulu, guna buka ekspektasi 5K lage
per sesi 1 :
"Rilis data ekonomi akan turut memberikan sentimen positif dan mendongkrak proses kenaikan dari IHSG," kata Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya dalam risetnya di Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi IHK pada Oktober 2015 tercatat deflasi 0,08 persen. Realisasi ini berbeda dengan posisi Oktober 2014 yang mengalami inflasi mencapai 0,47 persen. Deflasi ini terjadi berturut-turut setelah realisasi deflasi 0,05 persen pada periode September 2015.
William melanjutkan, indeks saham bergerak pada rentan support di level 4.416 kemudian resistance pada level 4.545.
Sementara PT Sinarmas Sekuritas menjabarkan bahwa IHSG akan bergerak variatif dengan kisaran support 4.437 kemudian resistance pada level 4.500. Adapun penggerakan indeks, menurut Sinarmas Sekuritas dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri.
"Dalam negeri akan dirilis data confidence index (CCI) bulan Oktober yang diperkirakan berada di level 101, setelah bulan sebelumnya tercatat di 97.5," tulis Sinarmas Sekuritas dalam keterangannya.
Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi menerangkan, pada penutupan kemarin bursa Asia ditutup variatif. IHSG cenderung positif karena didorong data ekonomi Jepang serta hasil pertemuan Bank of Japan (BOJ) yang membuat pasar menjadi bergairah.
Lanjar memperkirakan IHSG bergerak pada level support 4.425 kemudian untuk resistance di level 4.580. Menurutnya, IHSG masih berpeluang menguat.
William merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Sinarmas Sekuritas memilih PT Charoen Pokhphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). (Amd/Gdn)
Emerging markets and developed markets are starting to diverge. Again.
Back in August ahead of the chaos that sent markets in the US down 10% in just a few days, emerging markets ultimately proved to be “the tell.” Starting in early August, emerging markets began to fall, sharply, with the S&P 500 eventually following lower.
Developed and emerging markets, however, have moved in lockstep as the world has seen a widespread rebound in the last two months. But now, emerging markets are starting to look soft again.
Last week, the Federal Reserve surprised markets by making it pretty clear that they’re thinking about raising rates in December, a move that would be negative for emerging markets.
Emerging markets have benefited from investors seeking returns as near-0% interest rates in the US returned, well, nearly-nothing. But with this potentially set to change, emerging markets could be in trouble and investors are already getting nervous.
“Our view is that risk assets are averse to the combination of global weakness and US rate hikes, as the latter compounds the former through the dollar/commodities/oil and [emerging markets],” Hans Mikkelsen and the credit team at Bank of America Merrill Lynch wrote in a note to clients on Friday.
The question, of course, is whether the decline in emerging markets will again foretell a decline US stocks.
Mikkelsen again:
TREN indeks bursa shanghai n ihsg
kejar 4640 LAGE, dulu, guna buka ekspektasi 5K lage
per sesi 1 :
JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di level
4.532,445 di akhir sesi I hari ini (3/11). Dengan demikian, indeks
mencatatkan kenaikan sebesar 1,51%,
Ada 162 saham yang melesat. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 80 saham dan 69 saham lainnya diam di tempat. Volume transaksi hari ini melibatkan 2,280 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,878 triliun.
Sembilan sektor berhasil mengeluarkan sinyal hijau. Sektor-sektor dengan kenaikan terbesar antara lain sektor keuangan naik 3,27%, sektor industri dasar naik 2,65%, dan sektor konstruksi naik 2,14%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top gainers antara lain: PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 6,47% menjadi Rp 905, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 5,41% menjadi Rp 448, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 5,34% menjadi Rp 10.825.
Sementara, di posisi top losers indeks LQ 45 antara lain: PT Siloam International Tbk (SILO) turun 4,37% menjadi Rp 9.850, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun 4,18% menjadi Rp 2.065, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 1,01% menjadi Rp 2.945.
Bursa Asia juga melejit
Kondisi serupa juga terjadi di pasar saham regional. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 12.37 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific -di luar indeks Jepang- naik 0,7%.
Sementara, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1,1%, indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5%, dan indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,4%.
"Wilayah yang rentan saat ini adalah China. Jadi, selama kita melihat stabilitas di perekonomian China, maka pasar akan terus mencetak reli," jelas Angus Gluskie, managing director White Funds Management Ltd di Sydney.
Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Selasa (3/11/2015).
Tim Riset Mandiri Sekuritas memperkirakan indeks akan bergerak pada kisaran 4.422-4.522.
“IHSG masih bertahan di support area 4.440-4.450 di hari yang kedua. Dengan mengacu pada kepada indeks global, IHSG berpotensi untuk menguat pada hari ini,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Adapun saham yang dinilai perlu untuk dicermati pada hari ini:
Sumber: Mandiri Sekuritas
Liputan6.com, Jakarta -
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan melanjutkan
penguatan pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Laporan ekonomi makro
khususnya mengenai data Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2015
menjadi penopang kenaikan indeks saham. Ada 162 saham yang melesat. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 80 saham dan 69 saham lainnya diam di tempat. Volume transaksi hari ini melibatkan 2,280 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,878 triliun.
Sembilan sektor berhasil mengeluarkan sinyal hijau. Sektor-sektor dengan kenaikan terbesar antara lain sektor keuangan naik 3,27%, sektor industri dasar naik 2,65%, dan sektor konstruksi naik 2,14%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top gainers antara lain: PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 6,47% menjadi Rp 905, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 5,41% menjadi Rp 448, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 5,34% menjadi Rp 10.825.
Sementara, di posisi top losers indeks LQ 45 antara lain: PT Siloam International Tbk (SILO) turun 4,37% menjadi Rp 9.850, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun 4,18% menjadi Rp 2.065, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 1,01% menjadi Rp 2.945.
Bursa Asia juga melejit
Kondisi serupa juga terjadi di pasar saham regional. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 12.37 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific -di luar indeks Jepang- naik 0,7%.
Sementara, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1,1%, indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5%, dan indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,4%.
"Wilayah yang rentan saat ini adalah China. Jadi, selama kita melihat stabilitas di perekonomian China, maka pasar akan terus mencetak reli," jelas Angus Gluskie, managing director White Funds Management Ltd di Sydney.
Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Selasa (3/11/2015).
Tim Riset Mandiri Sekuritas memperkirakan indeks akan bergerak pada kisaran 4.422-4.522.
“IHSG masih bertahan di support area 4.440-4.450 di hari yang kedua. Dengan mengacu pada kepada indeks global, IHSG berpotensi untuk menguat pada hari ini,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Adapun saham yang dinilai perlu untuk dicermati pada hari ini:
Kode | Rekomendasi | Target Harga (Rp) | Stop Loss (Rp) |
WSKT | BUY |
1.750
|
1.600
|
TLKM | BUY |
2.800
|
2.690
|
"Rilis data ekonomi akan turut memberikan sentimen positif dan mendongkrak proses kenaikan dari IHSG," kata Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya dalam risetnya di Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi IHK pada Oktober 2015 tercatat deflasi 0,08 persen. Realisasi ini berbeda dengan posisi Oktober 2014 yang mengalami inflasi mencapai 0,47 persen. Deflasi ini terjadi berturut-turut setelah realisasi deflasi 0,05 persen pada periode September 2015.
William melanjutkan, indeks saham bergerak pada rentan support di level 4.416 kemudian resistance pada level 4.545.
Sementara PT Sinarmas Sekuritas menjabarkan bahwa IHSG akan bergerak variatif dengan kisaran support 4.437 kemudian resistance pada level 4.500. Adapun penggerakan indeks, menurut Sinarmas Sekuritas dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri.
"Dalam negeri akan dirilis data confidence index (CCI) bulan Oktober yang diperkirakan berada di level 101, setelah bulan sebelumnya tercatat di 97.5," tulis Sinarmas Sekuritas dalam keterangannya.
Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi menerangkan, pada penutupan kemarin bursa Asia ditutup variatif. IHSG cenderung positif karena didorong data ekonomi Jepang serta hasil pertemuan Bank of Japan (BOJ) yang membuat pasar menjadi bergairah.
Lanjar memperkirakan IHSG bergerak pada level support 4.425 kemudian untuk resistance di level 4.580. Menurutnya, IHSG masih berpeluang menguat.
William merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Sinarmas Sekuritas memilih PT Charoen Pokhphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). (Amd/Gdn)
A big split that emerged ahead of August’s stock market chaos is back
Emerging markets and developed markets are starting to diverge. Again.
Back in August ahead of the chaos that sent markets in the US down 10% in just a few days, emerging markets ultimately proved to be “the tell.” Starting in early August, emerging markets began to fall, sharply, with the S&P 500 eventually following lower.
Developed and emerging markets, however, have moved in lockstep as the world has seen a widespread rebound in the last two months. But now, emerging markets are starting to look soft again.
Last week, the Federal Reserve surprised markets by making it pretty clear that they’re thinking about raising rates in December, a move that would be negative for emerging markets.
Emerging markets have benefited from investors seeking returns as near-0% interest rates in the US returned, well, nearly-nothing. But with this potentially set to change, emerging markets could be in trouble and investors are already getting nervous.
“Our view is that risk assets are averse to the combination of global weakness and US rate hikes, as the latter compounds the former through the dollar/commodities/oil and [emerging markets],” Hans Mikkelsen and the credit team at Bank of America Merrill Lynch wrote in a note to clients on Friday.
The question, of course, is whether the decline in emerging markets will again foretell a decline US stocks.
Mikkelsen again:
“[In] a reversal of the patterns
from the August and September sell-offs, that were motivated by the
combination of global weakness and rate hiking risks, the Energy and
Materials sectors are currently leading the US equity market higher as
opposed to lower. That in turn has opened up a wide gap between
US and EM equities akin to what we saw in mid-August, where EM was a
leading indicator of the correction in US equities.”
And so as BAML advises: mind the gap.
BAML
Komentar
Posting Komentar