JAKARTA. Menemani aktivitas Anda di pagi hari, kami menyodorkan sejumlah berita menarik seputar pasar saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi Kamis (13/11). Berikut ini ringkasannya.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Demi menyelamatkan margin, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berencana menaikkan harga jual produk pada tahun depan. Salah satu pemicu, pemerintah berencana mengerek tarif pita cukai rokok rata-rata sebesar 11,19%.
Tarif cukai rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) naik rata-rata 13,45%. Adapun cukai jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) akan meningkat rata-rata 8,38%. "Kenaikan tarif cukai akan mempengaruhi harga jual rokok tahun 2016," kata Heru Budiman, Direktur Tresuri merangkap Hubungan Investor GGRM, Kamis (12/11).
Kenaikan cukai yang tak diikuti kenaikan harga produk secara seimbang berpotensi menggerus laba perusahaan. Dia mengakui hingga September tahun ini GGRM telah mengerek harga jual produknya secara bertahap.
Heru memaparkan, harga jual biasanya naik antara Rp 100 sampai Rp 300 per pak. Dia merinci, kenaikan harga Rp 300 untuk kemasan isi 16 batang. Kemudian kenaikan Rp 100 untuk kemasan isi 12 batang.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kembali mengerek harga jual produk. Akhir Oktober lalu, emiten saham konsumer ini menaikkan rata-rata harga jual produknya 1,8%.
Kenaikan itu merupakan kenaikan tertinggi yang dilakukan UNVR pada tahun ini. "Tahun ini kami sudah tiga kali menyesuaikan harga jual," ucap Sancoyo Antarikso, Direktur Hubungan Eksternal UNVR, Kamis (12/11).
Kenaikan itu merupakan kenaikan tertinggi yang dilakukan UNVR pada tahun ini. "Tahun ini kami sudah tiga kali menyesuaikan harga jual," ucap Sancoyo Antarikso, Direktur Hubungan Eksternal UNVR, Kamis (12/11).
Maret lalu, UNVR mengerek rata-rata harga jual 1% dan naik lagi sebesar 1% pada Agustus 2015. Secara total, UNVR telah menaikkan rata-rata harga jual sebesar 3,8%.
UNVR akan terus memantau kurs rupiah terhadap dollar AS. Maklum, 55% biaya UNVR berhubungan dengan nilai tukar. Adapun langkah UNVR mengerek harga jual demi memproteksi margin.
UNVR akan terus memantau kurs rupiah terhadap dollar AS. Maklum, 55% biaya UNVR berhubungan dengan nilai tukar. Adapun langkah UNVR mengerek harga jual demi memproteksi margin.
Meski begitu, manajemen UNVR menilai bahwa kenaikan harga jual pada tahun ini cenderung rendah ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, UNVR menaikkan harga jual dua kali, yakni 4% sampai 5% pada Maret dan 5% di bulan September.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) baru menyerap 68,77% belanja modal (capex) hingga kuartal ketiga tahun ini. Hal itu lantaran ekspansi INCO masih terganjal sejumlah perizinan. "Ada beberapa izin yang belum selesai seperti izin kehutanan dan Amdal terkait ekspansi," ujar Nico Kanter, Presiden Direktur INCO, dalam paparan publik dalam Investor Summit 2015, kemarin.
Sebelumnya INCO memangkas capex tahun ini sekitar 7,67%. Emiten ini sedianya mengalokasikan belanja modal tahun 2015 senilai US$ 120 juta, sebelum akhirnya dipangkas menjadi US$ 110,8 juta. "Kami juga akan menunda semua belanja modal untuk pertumbuhan tahun berikutnya, karena beberapa izin dan lisensi pembangunan belum diperoleh," kata Nico.
Sebelumnya, INCO berencana ekspansi dengan membangun proyek pemurnian (smelter) bijih nikel senilai US$ 4 miliar. Perinciannya, sebesar US$ 2 miliar akan digunakan untuk investasi smelter di Bahadopi, Sulawesi Tenggara dan Sorowako, Sulawesi Selatan. Kemudian, US$ 2 miliar untuk proyek smelter greenfield di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (12/11) kembali ditutup dengan penguatan tipis. Indeks naik 10,64 poin atau 0,24% ke 4.462,23. Sementara asing kembali melakukan net sell, sekitar Rp 397,09 miliar.
Untuk perdagangan hari ini Achmad Yaki Yamani, analis Sucorinvest, memperkirakan, indeks masih bergerak berfluktuasi dengan kecenderungan melemah di 4.401-4.607. Dari sisi teknikal, indeks berpotensi rebound dan menguji level resistance di 4.505. Muncul doji candle, MACD dan momentum masih bergerak turun, RSI mulai konsolidasi, stochastic masih turun, dan kenaikan harga kemarin diikuti penurunan volume perdagangan.
Dari sisi fundamental, ada sejumlah sentimen positif. Seperti 13 emiten masuk MSCI Small Cap Indices dan mulai pulihnya harga komoditas memberikan angin segar bagi indeks. Tapi, perlu dicermati juga pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen terkait suku bunga The Fed akan naik bulan depan. "Kurs rupiah yang masih relatif stabil juga menjadi sentimen positif buat investor agar tenang dan tidak melakukan aksi jual besar-besaran," ujar Achmad.
Saham yang bisa dipertimbangkan trading antara lain BBNI, BBTN, GGRM, PTPP, SMRA dan WIKA.
Komentar
Posting Komentar