Indonesia GDP Annual Growth Rate 2000-2016 | Data | Chart | Calendar
The Indonesian economy expanded by 5.18 percent year-on-year in the second quarter of 2016, as compared to a downwardly revised 4.91 percent growth in the March quarter and above market consensus of a 5 percent expansion. It was the strongest growth rate since the fourth quarter 2013, driven by a faster increase in private consumption and government spending while investment eased and exports fell at a slower pace. GDP Annual Growth Rate in Indonesia averaged 5.35 percent from 2000 until 2016, reaching an all time high of 7.16 percent in the fourth quarter of 2004 and a record low of 1.56 percent in the fourth quarter of 2001. GDP Annual Growth Rate in Indonesia is reported by the Statistics Indonesia.
Actual | Previous | Highest | Lowest | Dates | Unit | Frequency | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
5.18 | 4.91 | 7.16 | 1.56 | 2000 - 2016 | percent | Quarterly |
Indonesia is the largest economy in South East Asia. Industry accounts for the largest share of GDP (46.5 percent of total GDP). Within industry, the most important is manufacturing, which has been one of the main growth engines (24 percent of total output). Mining and quarrying accounts for 12 percent, construction for 10 percent and electricity, gas and water supply for 0.75 percent. Services constitute 38 percent of total GDP. Within services, the most important are: trade, hotel and restaurants (around 14 percent of GDP); transport and communication (7 percent of GDP); finance, real estate and business services (7 percent of GDP) and government services (6 percent). Agriculture accounts for the remaining 15 percent. This page provides - Indonesia GDP Annual Growth Rate - actual values, historical data, forecast, chart, statistics, economic calendar and news. Indonesia GDP Annual Growth Rate - actual data, historical chart and calendar of releases - was last updated on August of 2016.
Indonesia GDP Growth Strongest in 2-1/2-Years in Q2
The Indonesian economy expanded by 5.18 percent year-on-year in the second quarter of 2016, compared to a downwardly revised 4.91 percent growth in the previous period. It was the strongest growth since the December quarter 2013, driven by a faster increase in private consumption and government spending while investment eased and exports fell at a slower pace.
In the June quarter, private consumption advanced 5.04 percent year-on-year, following a 4.94 percent growth in the preceding quarter. Government spending rose 6.28 percent, faster than a 2.93 percent expansion in the March quarter. Gross fixed capital formation also grew by 5.06 percent, slowing from a 5.57 percent rise in the previous three months. Private non-profit expenditure expanded by 6.72 percent, as compared to a 6.38 percent growth in the preceding quarter. In contrast, exports fell by 2.73 percent, slower than a 3.88 percent decline in the first quarter. Imports shrank 3.01 percent, after registering a 4.24 percent contraction in the three months to March.
On the production side, mining and quarrying sector contracted by 0.72 percent year-on-year, following a 0.66 percent drop in the first quarter. In contrast, finance & insurance sector recorded the highest annual growth rate of 13.51 percent, followed by information and communication (+8.47 percent), other services (+7.88 percent), business services (+7.57 percent), transport & storage (+6.81 percent), healthcare (+6.59 percent), electricity and gas (+6.24 percent), construction (+6.21 percent), education (+5.58 percent), hotel and restaurant (+4.92 percent), manufacturing (+4.74 percent), social services (+4.74 percent), real estate (+4.46 percent), wholesale and retail trade (+4.07 percent), water and waste management (+3.31 percent) and agriculture (+3.23 percent).
From January to June 2016, the economy grew by 5.04 percent, faster than a 4.70 percent expansion in the same period a year earlier.
8/5/2016 4:59:23 AM
Bisnis.com, JAKARTA - Sektor finansial menjadi pendorong utama terhadap penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal perdagangan hari ini, Senin (8/8/2016).
IHSG dibuka dengan kenaikan 0,28% atau 14,96 poin ke level 5.435,21 dan menguat 0,64% atau 34,62 poin ke level 5.454,87 pada pukul 09.06 WIB.
Pergerakan IHSG masih terpantau naik 0,40% atau 21,65 poin ke level 5.441,90 pada pukul 09.19 WIB.
Sebanyak 31 saham bergerak menguat, 5 saham bergerak melemah, dan 498 saham stagnan dari 534 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG bergerak positif dengan support utama dari sektor finansial yang menguat 0,81%, sektor aneka industri yang menanjak 0,72%, dan sektor industri dasar yang naik 0,51%.
Pergerakan Sektor IHSG Pukul 09.19 WIB
Sektor
|
Perubahan
|
Finansial
|
+0,81%
|
Aneka industri
|
+0,72%
|
Industri dasar
|
+0,51%
|
Konsumer
|
+0,44%
|
Pertanian
|
+0,40%
|
Properti
|
+0,29%
|
Tambang
|
+0,13%
|
Perdagangan
|
+0,04%
|
Infrastruktur
|
+0,01%
|
sumber: Bloomberg
JAKARTA - Tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan sudah berakhir. Para investor mulai melirik untuk ambil untung.
Analis ReLiance Securities Lanjar Nafi menjelaskan, secara teknikal IHSG break resistance level meskipun pergerakan momentum RSI dan Stochastic yang mulai tertekan. Penguatan yang signifikan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap aksi jual melihat segi momentum telah jenuh beli.
"Trend positif IHSG jangka pendek terbentuk dengan support trend line di level 5.342 sekaligus support MA7. Sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak tertahan dengan mewaspadai aksi profit taking pada range 5.342-5.450," terangnya dalam riset, Senin (8/8/2016).
Memang, menurut Lanjar, hasil rilis data perekonomian yang naik di atas ekspektasi di level 5,18 persen menjadi mesin pendorong IHSG. Namun kekuatan dorongannya tidak sampai pada perdagangan hari ini.
"Pertumbuhan ini seiring dengan indeks kepercayaan bisnis di Indonesia yang meningkat di level 110,24 dari 99,46 di periode sebelumnya," pungkasnya.
Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing terus masuk ke pasar modal Indonesia. Aksi beli investor asing itu juga yang mendorong laju IHSG. Bahkan kinerja IHSG mampu berada di posisi pertama di antara bursa saham global.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (5/8/2016), IHSG naik 46,38 poin atau 0,86 persen ke level 5.420,24. Level itu termasuk tertinggi pada 2016. IHSG sempat sentuh level tertinggi dalam sejarah di kisaran 5.523 pada 7 April 2015.
Adapun pada perdagangan saham Jumat pekan ini, Indeks saham LQ45 menguat 0,80 persen ke level 932,18. Aliran dana investor asing masuk mencapai Rp 1,47 triliun. Transaksi harian saham pun tercatat Rp 9,9 triliun.
Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 7,62 triliun dalam sepekan. Total pembelian investor asing di pasar modal Indonesia mencapai Rp 32,50 triliun sepanjang 2016.
Kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 5.839 triliun. Rata-rata transaksi harian saham pada 2016 sekitar Rp 6,15 triliun. Volume perdagangan saham sekitar 5,54 miliar saham.
Kinerja IHSG pun naik 18,01 persen secara year to date (dari akhir 2015 hingga penutupan perdagangan Jumat pekan ini) ke level 5.420,25. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IHSG berada di posisi pertama di antara bursa saham global. Posisi kedua ditempati bursa Thailand yang naik 17,80 persen, dan bursa Filipina 14,65 persen. Sedangkan indeks saham Dow Jones naik 4,25 persen ke level 18.352,05.
Salah satu pendorong laju IHSG, aksi beli investor asing yang terus berlanjut pada awal semester II 2016. Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, pelaksanaan pengampunan pajak atau tax amnesty mendapatkan respons positif dari pelaku pasar. Ini ditunjukkan dari aksi beli investor asing sejak pertengahan Juli 2016.
Ia menambahkan, presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak atau reshuffle kabinet dengan menempatkan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan juga menjadi katalis positif. Lantaran ada harapan Sri Mulyani dapat mensukseskan program tax amnesty atau pengampunan pajak. "Reformasi fiskal pada 2004-2009 ketika Sri Mulyani jadi menteri keuangan cukup bagus," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.
Lebih lanjut ia menuturkan, para fund manager juga melihat Indonesia cukup seksi. Apalagi setelah IHSG sempat turun pada 2015, kini kembali perkasa. Penguatan IHSG didorong aksi beli investor asing yang melihat pertumbuhan laba emiten dan pertumbuhan ekonomi positif. Ditambah program pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi seperti tax amnesty.
"Sebelum tax amnesty, perusahaan sekuritas asing dan lokal memprediksi IHSG di kisaran 4.900-5.000," ujar dia.
Selain itu, Aditya menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,18 persen pada kuartal II melebihi harapan pelaku pasar juga menjadi pendorong laju IHSG. Sebelumnya berdasarkan konsensus pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 di kisaran 4,9 persen. "Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target pemerintah," kata dia.
Aditya menambahkan, investor asing memandang harga saham di pasar modal Indonesia masih cukup murah. Rata-rata price earning ratio (PER) atau perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan di kisaran 13,1 kali. "Dengan PER sekitar 12 maka tidak terlalu mahal. kalau PER 20 maka IHSG 6.000 itu baru mahal," ujar dia.
Tak hanya faktor internal, Aditya menuturkan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit) juga mempengaruhi bursa saham. Sejumlah negara pun menerapkan suku bunga rendah untuk menghadapi gejolak ekonomi global. (Ahm/Ndw)
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini menjadi bursa saham dengan penguatan tertinggi di dunia. Laju IHSG dari awal tahun sampai penutupan perdagangan akhir pekan ini telah menguat 18,01 persen atau 827,24 poin ke level 5.420,25 poin.
Persentase penguatan IHSG secara year to date masih lebih tinggi jika dibandingkan bursa-bursa utama dunia seperti Thailand (menguat 17,80 persen), Filipina (14,65 persen), Inggris Raya (8,33 persen), India (7,53 persen), Australia (4,51 persen), Indeks Dow Jones Amerika Serikat (4,25 persen), Indeks KOSPI Korea Selatan (2,89 persen), dan Indeks Hang Seng Hong Kong (1,06 persen).
Bahkan, beberapa indeks utama dunia tercatat membukukan level lebih rendah dibandingkan posisi penutupan akhir 2015, seperti Indeks FTSE Bursa Malaysia (-1,68 persen), Indeks Straight Times Singapura (-1,89 persen), Indeks Nikkei 225 Jepang (-14,60 persen), dan Indeks Shanghai China (-15,89 persen).
(Baca juga: IHSG 5.416, Kembali Cetak Rekor di 2016)
Sepanjang pekan ini, IHSG berhasil melanjutkan penguatannya dengan kembali naik 3,92 persen ke posisi 5.420,25 poin dari posisi 5.215,99 poin pada penutupan pekan lalu. Di sepanjang periode 1 hingga 5 Agustus 2016, rata-rata nilai transaksi harian mengalami kenaikan 14,28 persen menjadi Rp9,83 triliun dari Rp8,6 triliun di akhir pekan lalu.
Laju impresif IHSG juga diimbangi dengan kenaikan rata-rata volume transaksi harian di sepanjang pekan ini yang naik 16 persen ke posisi 7,81 miliar lembar saham dari 6,73 miliar lembar saham di akhir pekan lalu. Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian menguat 12,71 persen ke level 320,05 ribu kali dari 283,95 ribu kali di akhir pekan lalu.
Performa positif IHSG turut mengerek nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia ke level tertingginya sepanjang masa sebesar Rp5.838,51 triliun di akhir pekan ini dari Rp5.614,62 triliun di akhir pekan lalu atau telah meningkat 3,99 persen.
Investor asing di sepanjang perdagangan pekan ini mencatatkan beli bersih di pasar saham Indonesia dengan nilai Rp7,62 triliun, atau naik dua kali lipat dibandingkan nilai beli bersih di sepanjang pekan lalu Rp3,23 triliun. Secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham masih tercatat beli bersih Rp32,50 triliun. (kmj)
(rhs)
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat menyusul data produk domestik bruto (PDB) triwulan II 2016 meningkat.
IHSG ditutup naik 46,38 poin atau 0,86 % menjadi 5.420,24. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak menguat 7,40 poin (0,80 %) menjadi 932,18.
BACA JUGA :
"Indeks BEI melanjutkan kenaikan, salah satu faktor yang mendorong yakni data PDB pada triwulan II-2016 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan," ujar Vice President at PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih dikutip dari Antara.
BPS mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 tumbuh mencapai 5,18 %, maka secara akumulatif pertumbuhan ekonomi pada semester I-2016 mencapai 5,04 %.
Ia menambahkan bahwa sentimen lainnya, yakni inflasi domestik yang stabil, program amnesti pajak, perombakan susunan kabinet, tren harga komoditas sejak awal tahun yang meningkat, serta bursa saham global yang relatif kondusif menambah dorongan bagi IHSG.
"Bursa saham regional positif, kalau terjadi koreksi pun masih relatif normal," katanya.
Secara teknikal, lanjut dia, di tengah sentimen-sentimen yang positif itu akan membuat pergerakan IHSG BEI berada di kisaran level 5.400-5.500.
"Sekarang ini sedang berada dalam tren naik, jangan berpikir tren turun. Namun, tetap juga mempersiapkan risiko yang datang," tuturnya.
Sementara itu tercatat frekuensi perdagangan saham di BEI mencapai 300.484 kali transaksi dengan total jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 7,24 miliar saham senilai Rp9,70 triliun. Terdapat 164 saham naik, 155 saham turun, dan 92 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng naik 313,86 poin (1,44 %) menjadi 21.146,09, indeks Nikkei turun 0,44 poin (0,00 %) ke level 16.254,45, dan Straits Times melemah 3,79 poin (0,13 %) ke posisi 2.828,17.
Badan Pusat Statistik baru saja merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) sepanjang kuartal II/2016 yang tercatat tumbuh 5,18%
Pencapaian itu lebih tinggi dari kuartal I/2016 yakni 4,92% dam merupakan yang tertinggi sejak kuartal IV/2013 di mana saat itu pertumbuhan PDB mencapai 5,58%.
Pertumbuhan PDB itu lebih tinggi dibandingkan dengan consensus Bloomberg dan prediksi Bank Indonesia.
Survei consensus Bloomberg memprediksi PDB Indonesia kuartal II/2016 sebesar 5%. Dari 25 ekonom yang disurvei sekitar 11 ekonom memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia di bawah 5%, sedangkan di atas 5% sebanyak 6 ekonom. Sisanya 8 ekonom memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia di level 5%.
Sementara itu, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2016 semakin mendekati 5% atau lebih baik ketimbang kuartal I/2016 yang sebesar 4,9%.
Setelah data PDB dirilis, IHSG melanjutkan penguatan bahkan tembus ke atas level 5.400.
IHSG terpantau mulai menembus 5.400,16 pada pukul 09.20 dan terus menguat 0,53% atau 28,39 poin ke 5.402,25 pada pukul 09.37 WIB.
JAKARTA.Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah dalam kondisi jenuh beli atau overbought. Oleh karena itu, investor diimbau untuk berhati-hati dan direkomendasikan untuk mulai menjual di harga tinggi sahma-saham yang telah mengalami kenaikan signifikan.
Lanjar Nafi, analis Reliance Securities menjelaskan, secara teknikal IHSG kembali terkonsolidasi setelah membentuk signal reversal pada area dekat resistance. Indikator stochastic masih memberikan signal tekanan bearish dan momentum RSI yang mulai tertekan dari area overbought. Trend bullish IHSG sudah cukup tinggi dengan gap relatifitas pada line yang mulai berganti trend jangka pendek pada indikator IDX.
"Investor harus berhati-hati dan mulai sell on strength terhadap saham yang telah naik signifikan. Range pergerakan IHSG hari ini akan berada pada level 5.320-5.410," kata Lanjar dalam riset yang diterima KONTAN, Jumat (5/8).
Pada perdagangan kemarin (4/8), IHSG bergerak cenderung flat pada area positif dan ditutup menguat 21.98% atau 0.41% di level 5.373.86 dengan volume yang relatif moderate. Sektor pertanian memimpin penguatan sedangkan sektor aneka industri memimpin pelemahan setelah saham ASII tertekan hingga 2.5%.
Capital inflow masih tercatat cukup tinggi sebesar Rp 1.03 triliun meskipun nilai tukar rupiah melemah 0.17% pada perdagangan kemarin. Investor domestik masih akan menanti data pertumbuhan PDB Indonesia yang akan dirilis akhir pekan ini.
Bisnis.com, JAKARTA-- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II/2016 mencapai 5,18% (year on year/yoy).
Kepala BPS Suryamin mengumumkan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sepanjang kuartal II/2016 mencapai 5,18%. Angka ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal I/2016 yang hanya 4,92%.
"Angka tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun lalu yang hanya 4,66%," katanya di BPS, Jakarta, Jumat (5/8).
Dia menjelaskan pertumbuhan (quartal to quartal) tertinggi ada di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai 11,90%. Disusul pertumbuhan ekonomi jasa pendidikan 6,36% dan Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, sepeda motor 3,84%.
Menurut perbandingan tahun ke tahun (yoy), jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,51%. Disusul sektor informasi dan komunimasi yang menanjak 8,47% dan jasa lainnya sebesar 7,88%.
"Dari seluruh sektor ekonomi, hanya sektor pertambangan yang mengalami penurunan," jelasnya.
Kontribusi terbesar dalam total PDB berasal dari industri pengolahan sebesar 20,48%. Disusul sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14,32% dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,26%.
Komentar
Posting Komentar