Langsung ke konten utama

ihsg penutupan per tgl 03 Agustus 2015 (SEPI)... 4991 diincar !

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir memerah terseret pelemahan sebagian besar bursa Asia, Senin (3/8). Mengacu data RTI menunjukkan indeks terkoreksi tipis 0,05% atau 2,347 poin ke level 4.800,18 pukul 16.15 WIB.
Tercatat 169 saham bergerak turun, 115 saham bergerak naik, dan 87 saham stagnan. Perdagangan awal pekan ini melibatkan 4,4 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,5 triliun. 
IHSG melemah terseret tujuh indeks sektoral. Indeks sektoral consumers goods memimpin pelemahan turun 1,28%, selanjutnya agriculture turun 1,18%, dan trade turun 1,08%.
Sementara itu, hanya tiga indeks sektoral yang menghijau yakni finance naik 1,76%, construction naik 0,74%, dan aneka industri naik 0,31%.
Ada pun saham-saham yang masuk top loser LQ45 antara lain; PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) turun 4,07% ke Rp 2.830 dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun 3,45%.
Sedangkan saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 4,82% ke Rp 1.305, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 4,60% ke Rp 10.170.
Asal tahu saja, pasar saham Asia sebagian besar jatuh awal pekan ini menyusul data manufaktur China yang mengecewakan. Indek Shanghai Composite anjlok 1,1% ke level 3.622,91 atau level terendah sejak 8 Juli yang lalu. Saham PetroChina tenggelam 4,7% atau memimpin penurunan di antara perusahaan-perusahaan sektor energi.
Editor: Yudho Winarto


Bisnis.com, JAKARTA—Aksi beli investor di Bursa Efek Indonesia tidak mampu mengangkat IHSG dari zona merah pada Senin (3/8/2015).
Pemodal luar negeri hari ini melakukan aksi beli senilai Rp327,99 miliar yang berasal dari pembelian bersih 164,49 juta lembar saham.
Total saham yang diperdagangkan hari ini di BEI mencapai 4,41 miliar lembar dengan nilai perdagangan sekitar Rp4,54 triliun.
Namun, aksi beli investor asing tidak bisa mendongkrak IHSG ke zona hijau. IHSG hari ini ditutup melemah tipis 0,05% atau 2,35 poin setelah berfluktuasi antara level 4.774,78—4.815,52.

Pergerakan Investor Asing di IHSG

Tanggal Nilai Transaksi (Rp/miliar)Kategori
3/8/2015+327,99Net Buy
31/7/2015+341,02Net Buy
30/7/2015+286,24Net Buy
29/7/2015+366,64Net Buy
28/7/2015-527,32Net Sell

sumber: Bursa Efek Indonesia
Bisnis.com, JAKARTA—Tekanan regional dan aksi bargain hunt membuat IHSG berfluktuasi sepanjang Senin (3/8/2015).
IHSG ditutup melemah tipis 0,05% atau 2,35 poin setelah berfluktuasi antara kenaikan hingga 0,27% ke level 4.815,52 dan pelemahan hingga 0,58% ke level 4.774,78.
Bursa Efek Indonesia ikut terpapar sentimen regional dari data indeks manufaktur China yang pada Juli mencatatkan level terendah dalam 2 tahun terakhir.
Namun, tren pembelian saham big cap mampu mengurangi tekanan regional. Pelaku pasar meneruskan aksi beli memanfaatkan harga beberapa saham yang masih bergerak di kisaran terendah.
“Aksi beli pelaku pasar di beberapa saham big cap maupun lapis dua melawan aksi jual akibat penurunan regional,” kata Yuganur Wijanarko, analis dari HD Capital.
Dari 517 saham yang diperdagangkan di BEI, sebanyak 115 saham menguat, 166 saham melemah, dan 236 saham stagnan.
Saham-saham bank menjadi incaran utama hari ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi pendorong utama IHSG dengan kenaikan 11,56 poin, diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang naik 4,25 poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 3,85 poin.
Beban utama IHSG adalah saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang merosot 9,03 poin dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang anjlok 19,85%.
Sebanyak 6 indeks sektoral melemah dan 3 indeks sektoral menguat dari 9 indeks sektoral yang terdaftar di Bloomberg. Pelemahan tajam Unilever membuat indeks sektor konsumer turun paling tajam sebesar 1,28%.
Indeks Bisnis27 hari ini menguat 0,75% ke level 403,20, sedangkan rupiah terapresiasi 0,21% ke Rp13.510 per dolar AS.
Saham-saham penekan utama IHSG:
UNVR-2,81%
SUPR-19,85%
TLKM-0,68%
TOWR-4,88%

Saham-saham pendorong utama IHSG:

BBRI+4,50%
BMRI+1,84%
BBCA+1,15%
ICBP+2,85%

Sumber: Bloomberg
Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan diprediksi sudah meninggalkan tren penurunan jangka pendek dan menengah seiring positifnya respon pasar terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan, bersamaan dengan naiknya bursa global. Indeks naik sebesar 1,45% ke 4.850 setelah bergerak di antara 4.780-4.850. Sebanyak 181 saham naik, 115 saham turun, 80 saham tidak bergerak, dan 180 saham tidak ditransaksikan. Investor membukukan transaksi Rp5,42 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp4,39 triliun dan transaksi negosiasi Rp1,03 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net buy) sebesar Rp135,12 miliar. Namun, rekapitulasi BEI menunjukkan asing net sell Rp188,87 miliar. Dari Asia, mayoritas indeks saham menguat. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik 0,46%, indeks Kospi di Korsel menguat 0,09%, dan indeks Hang Seng di Hong Kong terapresiasi 0,32%. Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan menghijaunya IHSG pada disebabkan pasar yang merespon positif rilis data pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II sekitar 4,67% sudah di atas konsensus (konsensus analis yang terpantau di Reuters). “Di atas ekspetasi konsensus analis yang 4,61%. Meski masih belum memuaskan, setidaknya di atas ekspetasi,” kata Satrio saat dihubungi Bisnis, Rabu (5/8). Respon positif ditunjukkan dengan mulai meningkatnya harga saham perbankan. “Lebih merespon data pertumbuhan ekonomi, kalau inflasi tidak begitu pengaruh.” Dia memprediksi, dengan pencapaian kemarin, IHSG dinilai sudah meninggalkan tren penurunan jangka pendek dan menengah. Menurutnya, IHSG bisa mencapai level psikologis 5.000 dalam waktu yang tidak lama lagi. Namun, dia memperkirakan belum akan dicapai pada pekan ini. “Soalnya masih lihat kondisi regional juga. Amerika Serikat kan juga belum bagus-bagus sekali, jadi masih ada pengaruhnya ke regional,” tambahnya. Meski sudah masuk tren positif, kata Satrio, masih ada sesuatu yang mengganjal, yakni masih terjadinya aksi net sell investor. Aksi jual investor tersebut disebabkan pasar masih berhati-hati mengambil keputusan. “Petumbuhan ekonomi memang di atas konsensus, tapi itu masih di bawah realiasasi kuartal I, jadi mereka agak khawatir juga sebenarnya.” IHSG akan bisa lebih melaju kencang lagi bila Presiden Joko Widodo merealisasikan reshuffle kabinet, terutama untuk tim ekonomi. Menurutnya, laju pertumbuhan ekonomi butuh dipercepat lagi guna menstabilkan kondisi pasar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒