Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 19 Agustus 2015

Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan tengah mengkaji penerbitan surat edaran terkait relaksasi berupa beli kembali (buyback) saham tanpa rapat umum pemegang saham seiring penurunan kinerja di pasar saham.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan OJK pernah mengeluarkan aturan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan pada 27 Agustus 2013.

Surat edaran keluar karena kondisi perdagangan saham di BEI dalam tiga bulan terakhir mengalami tekanan, tercermin dari penurunan IHSG hingga 23,91% sejak 20 Mei 2013 hingga 27 Agustus 2013. Ketika kondisi tersebut, emiten dapat membeli kembali (buyback) sahamnya sampai batas maksimal 20% tanpa meminta persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Kondisi pasar dianggap berfluktuasi secara signifikan jika IHSG selama tiga hari bursa berturut-turut secara kumulatif turun 15% atau lebih, atau kondisi lain yang ditetapkan OJK. Bisnis mencatat sejak aturan itu terbit hingga Desember 2013 terdapat 24 emiten yang mengumumkan rencana buyback saham.

Saat ini, aturan tersebut sudah dicabut oleh OJK. Pencabutan tersebut tertuang dalam Surat Edaran OJK tentang Pencabutan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.04/2013. Landasan OJK mencabut aturan buyback tersebut setelah indikator pasar menunjukkan kondisi perdagangan saham di Bursa Efek di Indonesia (BEI) sudah tidak lagi mengalami tekanan dan sudah tidak mengalami fluktuasi secara signifikan.

Yang dicabut itu aturan soal “kondisi lain yang ditetapkan OJK”, yakni selama tiga bulan terakhir pasar saham mengalami tekanan tercermin dari penurunan IHSG sekitar 23%. Kalau memang saat ini dipandang perlu lagi menerbitkan SE karena kondisi tertentu, bisa dikeluarkan lagi SE,” kata Nurhaida di Jakarta, Selasa (18/8).

Jadi, apabila penurunan IHSG mencapai 15% dalam 3 hari berturut-turut, maka otomatis mekanisme buyback tanpa RUPS bisa dilakukan karena sudah ada aturannya. Berbeda dengan yang terkait kondisi lain yang ditentukan OJK.

Adapun, bila SE terkait kondisi tertentu untuk bisa buyback tanpa RUPS kembali dikeluarkan, maka tujuannya untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Menurutnya, gejolak di pasar saham yang terjadi saat ini dengan yang terjadi pada 2013 cukup berbeda. Pada 2013, penurunan terjadi cukup drastis sampai bisa dikatakan krisis kecil.

Sedangkan, gejolak yang terjadi saat ini juga terjadi pada negara lain. “Kalau sekarang kami melihatnya itu karena regional dan global. Indonesia memang terkena dampak penurunannya paling tinggi. Saat ini, kami terus amati, kalau SE terkait kondisi khusus tersebut keluar maka itu lebih untuk stimulus perekonomian agar bergerak positif.”

Yang jelas, OJK sudah mengantisipasi kapan waktu yang tepat SE itu akan dikeluarkan. “Kami harus lihat perkembangan yang ada. OJK juga harus berhati-hati dalam menentukan parameter terkait kondisi tertentu tersebut,” tambahnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat 4.510,48 per 18 Agustus 2015, menurun sebesar 13,71% dibandingkan dengan penutupan akhir tahun 2014. Sementara kapitalisasi pasar modal Indonesia saat ini mencapai hampir Rp5000 triliun. Meskipun mengalami penurunan sebesar -5,89% dari posisi akhir tahun 2014 lalu, namun jika dilihat dari posisi pada 5 tahun terakhir, nilainya sudah meningkat lebih dari 60%.

Nanti kami lihat ya parameternya, apakah kondisi sekarang sudah bisa diantisipasi dengan relaksasi tersebut atau tidak, diperlukan atau tidak,” jelasnya.

Direktur Utama PT Lautandhana Sekurindo sekaligus Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Wientoro Prasetyo menilai kondisi IHSG saat ini masih dalam tahap wajar sehingga kebijakan buyback tanpa RUPS masih bisa ditahan.

Yang ini karena China juga kan lakukan devaluasi, ditambah rupiah dan mata uang lain melemah. Namun, ini masih koreksi biasa, jadi saya pikir belum ke sana (buybacktanpa RUPS). Domestik masih menunggu spending pemerintah,” kata Wientoro.

Menurutnya, bila OJK menerapkan kebijakan buyback tanpa RUPS, belum tentu para emiten akan melakukannya. “Emiten tidak akan segitunya langsung melakukan, tiap emiten punya strategi beda-beda. Saya pikir juga,ownerperusahaan masih tunggu harga turun juga kalau mau melakukanbuyback.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ihsg per tgl 15 Desember 2014

JAKARTA – Investor asing dipastikan masih bertahan di Indonesia. Kendati bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga hingga 100 bps tahun depan, imbal hasil (yield) portofolio di Indonesia tetap lebih atraktif, sehingga kenaikan Fed funds rate tidak akan memicu gelombang pembalikan arus modal asing (sudden reversal). Imbal hasil surat utang negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia bertenor lima tahun saat ini berkisar 7-8%, jauh lebih baik dibanding di Eropa dan AS yang hanya 2-2,5%. Begitu pula dibanding negara-negara lain di Asia, seperti Korea dan Thailand sebesar 2,5-3,5%. Di sisi lain, dengan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini sebesar 10-15% dan price to earning ratio (PER) 14 kali, valuasi saham di bursa domestik tergolong murah. Masih bertahannya investor asing tercermin pada arus modal masuk (capital inflow). Secara year to date, asing membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar saham senilai Rp 47,54 triliun. Tren

Waspada: ekonomi 2024

  INFLASI: +0.04% (Januari 2024) INFLASI: +0.34% (Februari 2024) INFLASi: inflasi pangan Maret 2024 PDB: +5.05% (2023, yoy) Cadangan Devisa : $144 M, aza Cadangan Devisa: $140,4 M, aza SBY v. Jokowi: ekonomi yang lebe bagus 🍒