JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tak berkutik di akhir sesi I hari ini (1/9). Data yang dihimpun RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks merosot 1,32% menjadi 4.459,107.
Terdapat 157 saham yang tertekan. Sementara, jumlah saham yang naik hanya sebanyak 85 saham dan 70 saham lainnya tak bergerak. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 2,581 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 1,909 triliun.
Sementara itu, ada delapan sektor yang mengeluarkan sinyal merah. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor kuangan turun 2,31%, sektor barang konsumen turun 2,08%, dan sektor industri lain-lain turun 1,83%.
Nasib IHSG sama dengan indeks acuan lainnya di kawasan regional. Hal itu tampak dari penurunan indeks MSCI Asia Pacific yang melorot 1,3% pada pukul 13.44 waktu Tokyo, berdasarkan data Bloomberg.
Indeks Topix Jepang mencatatkan penurunan terdalam sebesar 2,5%. Sementara, Shanghai Composite Index turun 1,1%.
Adapun salah satu sentimen yang membuat bursa Asia lemah adalah data manufaktur China pada Agustus lalu yang melorot ke level terendahnya dalam tiga tahun terakhir. Faktor lainnya adalah penguatan yen yang menekan saham-saham berbasis ekspor.
"Tren penurunan saat ini semakin terlihat jelas di China. Hal ini bukan sesuatu yang mengejutkan, namun pasar masih sangat sensitif terkait sentimen dari China," jelas Masaaki Yamaguchi, equity market strategist Nomura Holdings Inc.
Editor: Barratut Taqiyyah.
IHSG melemah 60,747 poin atau 1,35% ke 4.448,86.
IHSG melemah di saat BUMN dan sejumlah emiten melakukan buyback saham, setelah bursa tertekan sejumlah sentimen negatif antara lain saat China mendevaluasi yuan.
Data inflasi yang dirilis BPS siang ini, juga tidak mengubah IHSG. Indeks masih tetap berada di zona merah.
"(Kenaikan karena emiten melakukan buyback) sudah terjadi mulai hari Jumat. Buyback bukan berita baru. Pasar menginginkan berita positif. (Namun) tak ada ekspektasi (yang menyebabkan pasar) sepi.(Sampai Pk.11:30 WIB, transaki) Rp1,7 triliun . Biasanya di atas Rp2 triliun," kata Analis Teknikal Bahana Securities Muhammad Wafi saat dihubungi hari ini.
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka melemah. IHSG turun 28,73 poin atau 0,6 persen ke 4.480,88.
IHSG dibuka dengan 31 saham menguat, 74 saham melemah dan 57 saham stagnan. Membuka perdagangan, telah terjadi transaksi sebesar Rp105 miliar dari 121 juta lembar saham diperdagangkan.
President PT Astronacci International, Gema Goeyardi, menilai investor masih akan menahan diri untuk membeli saham. Pasalnya, minggu-minggu ini pandangan investor akan tertuju pada keputusan the Federal Reserve untuk menaikkan tingkat suku bunga mereka.
"Semuanya akan bergantung pada data inflasi yang akan dirilis," kata dia di iBCM, Selasa (1/9/2015).
Indeks LQ45 turun 7,31 poin atau 0,9 persen menjadi 763,50, Jakarta Islamic Index (JII) turun 5,11 poin atau 0,9 persen menjadi 593,17, indeks IDX30 turun 4,05 poin atau 1 persen menjadi 397,45 dan saham MNC36 turun 2,40 poin atau 1 persen menjadi 245,20.
Sektor-sektor penggerak IHSG dibuka mayoritas melemah, namun hanya sektor perkebunan yang turun 0,6 persen dan sektor pertambangan 0,2 persen.
Di Asia, indeks Nikkei turun 264 poin atau 1,40 persen menjadi 18.636,40, indeks Hang Seng turun 95,50 poin atau 0,4 persen menjadi 21.575 dan indeks Straits Times turun 0,11 persen menjadi 2.919.
Adapun saham-saham yang bergerak dalam jajaran top gainers, antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp575 menjadi Rp42.000, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menguat Rp55 menjadi Rp2.900 dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik Rp25 menjadi Rp5.500.
Sedangkan saham-saham yang berada dalam jajaran top losers, antara lain saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun Rp300 menjadi Rp12.100, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun Rp350 menjadi Rp15.300 dan PT United Tractors Tbk (UNTR) turun Rp275 menjadi Rp17.000.
Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengawali September di zona merah, merosot bersama indeks bursa lain di Asia di tengah penurunan kinerja manufaktur China.
IHSG dibuka melemah 0,56% atau turun 25,40 poin ke level 4.484,20 pada Selasa (1/9/2015). Pada pukul 09.14 WIB, IHSG sudah tergelincir 1,25% atau melemah 56,50 poin ke level 4.453,10.
Hampir seluruh indeks acuan di bursa Asia bergerak negatif. Indeks TOPIX turun 1,67%, indek sHang Sneg melemah 0,95%, sedangkan indeks Straits Times turun 0,21%.
Ciaxin China Manufacturing PMI untuk periode Agustus berada di level 47,3. Indeks manufakutur China kini telah berada di bawah level 50, yang menandakan kontraksi, selama 6 bulan berturut-turut.
Stok barang jadi di China meningkat untuk pertama kalinya dalam 6 bulan meski pabrik-pabrik telah menurunkan produksi. Produksi yang merosot membuat industri manufaktur China terus mengurangi pembelian bahan baku,
Achmad Yaki Yamani, Analis SucorInvest memperkirakan IHSG hari ini akan berfluktuasi di kisaran 4.465—4.560 dibayangi oleh potensi aksi profit taking.
Sentimen negatif yang berpotensi menggerakan bursa hari ini, menurutnya, adalah rupiah yang semakin terdepresiasi, koreksi harga minyak mentah, dan ketidakpastian langkah The Fed.
“Kecemasan yang berlebihan akan demostrasi yang akan terjadi di Jakarta hari ini juga akan menjadi perhatian investor,” kata Yaki.
Dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 29 saham menguat, 94 saham melemah, dan 395 saham stagnan.
Saham big cap memimpin pelemahan, terutama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang turun 8,8 poin, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 6,40 poin dan PT Astra International Tbk (ASII) yang melemah 4,25 poin.
Saham yan bertahan menguat adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang menguat 2,48% dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang naik 7,69%.
Sebanyak 7 indeks sektoral melemah dan 2 indeks sektoral menguat dari 9 indeks sektoral IHSG yang terdaftar di Bloomberg. Indeks sektor konsumer telah merosot 2,23% pada pukul 09.14 WIb.
Indeks Bisnis27 melemah 0,92% ke level 375,89 pada pembukaan dan telah jatuh 1,65% atau melemah ,6,27 poin ke level 373,11.
Saham-saham penghambat IHSG pada awal perdagangan:
UNVR
|
-2,77%
|
BBCA
|
-1,94%
|
ASII
|
-1,69%
|
BMRI
|
-1,92%
|
Saham-saham pendorong IHSG pada awal perdagangan:
AALI
|
+2,48%
|
SRIL
|
+7,69%
|
MYOR
|
+1,89%
|
LSIP
|
+3,70%
|
Sumber: Bloomberg
JAKARTA. Menutup perdagangan di bulan Agustus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menunjukkan ototnya.
Dukungan sentimen positif dari domestik kian kuat mengangkat IHSG. Tercatat, Senin (31/8) IHSG ditutup menguat 1,43% ke level 4.509,61
Fadli, Analis Net Sekuritas menuturkan penguatan IHSG secara dominan disebabkan oleh dukungan sentimen positif dari domestik.
Salah satu sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI) yang memprediksi data inflasi bulan Agustus tidak akan terlalu tinggi atau berada di level 0,3%.
Kemudian, program buy back emiten tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga masih memberi kekuatan terhadap IHSG.
Sementara, Lanjar Nafi Taulat, Analis Reliance Securities menilai aksi beli investor asing dan window dressing pada penutupan bulan agustus menyelamatkan laju IHSG.
Adapun, hanya saham-saham sektor komoditas yang tertekan. “Pada akhir bulan Agustus investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 313,07 miliar,” ujar Lanjar.
Lanjar memprediksi Besok Selasa (1/9) IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan mengalami tekanan dan akan diwarnai aksi ambil aliasprofit taking.
Prediksinya, IHSG akan bergulir di rentan 4.420 – 4.580.
Sementara Yaki memprediksi besok IHSG masih akan melanjutkan penguatan lantaran masih didukung kuatnya sentimen positif dari domestik.
Dugaannya, IHSG akan bergulir di rentang 4.465 – 4.555.
Editor: Adi Wikanto.
Komentar
Posting Komentar