Langsung ke konten utama

ihsg per tgl 28 September 2015

2 BULAN MENUJU KESTABILAN ihsg 2015

 Shanghai, Sept 28, 2015 (AFP)
 Shanghai stocks eked out a gain by the end of trade on Monday as a rally of technology firms offset concerns about a growth slowdown in the world's number two economy.

The benchmark Shanghai Composite Index added 0.27 percent, or 8.41 points, to 3,100.76.

The Shenzhen Composite Index, which tracks stocks on China's second exchange, gained 2.40 percent, or 40.80 points, to 1,737.92.

Hong Kong's stock market was closed for a public holiday.

 Hong Kong, Sept 28, 2015 (AFP)
 An uptick in US economic growth increased expectations the Federal Reserve will raise interest rates by year-end and supported the dollar Monday, while Shanghai recouped early losses despite more disappointing China data.

Dealers will closely watch the release of key US data this week, including employment, that will provide a better idea of when the central bank will announce lift-off.

Thursday will also see the Bank of Japan release its Tankan survey of business confidence, with analysts forecasting a dip in reaction to China's growth slowdown which has rattled global markets.

St Louis Fed chief James Bullard on Friday raised the prospect of a lift in US borrowing costs when he said he would "like to get going". His comments reinforced the view that monetary policy would be tightened before 2016.

Fed boss Janet Yellen said Thursday she expects a hike by year-end, pointing to recent strong data.

On Friday the Commerce Department said the US economy grew 3.9 percent in April-June, up from the 3.7 percent originally stated thanks to a boost in investment and consumer spending.

Attention will now turn to next Friday's non-farm payrolls results, with a strong figure likely to reinforce calls for an early rate move.

On forex markets the dollar rose against most emerging currencies. The Malaysian ringgit lost 0.45 percent, Taiwan's dollar shed 0.29 percent and the Thai baht was 0.31 percent lower. However, the Indian rupee and Indonesia's ringgit edged up slightly from morning selling.

Koji Fukaya, the chief executive officer at FPG in Tokyo, told Bloomberg News: "US data this week is important and even if results are mixed, it won't affect the baseline as the Fed made clear its intention to raise rates this year. The dollar is set to gain broadly."

- 'Super-sensitive' -

The euro also weakened, to $1.1168 from $1.1202 in New York.

However, the greenback eased to 120.26 yen from 120.49 yen Friday as uncertainty on trading floors led investors into safe-haven assets.

Stock markets were mostly in the red on the prospect of higher US interest rates -- which would hurt investment in the region -- and fears over China's long-running woes, which have sent world markets tumbling for weeks.

On Wall Street Friday the Dow ended slightly higher but the S&P 500 and Nasdaq retreated.

"Everyone is super-sensitive to China at the moment," Chris Weston, chief market strategist at IG, told Bloomberg TV.

In Asia Monday Tokyo ended 1.32 percent lower as the stronger yen weighed on exporters, while in late trade Singapore was 1.34 percent down. There were also losses in Jakarta, Bangkok and Manila.

However, Sydney added 1.42 percent by the end of the day.

Hong Kong, Seoul and Taipei were closed for public holidays.

Shanghai staged a recovery after a morning sell-off, ending 0.27 percent higher despite data showing China's crucial industrial companies saw profits fall 8.8 percent in August -- hit by last month's shock yuan devaluation, weak demand and plunging stocks.

The result is the latest highlighting weaknesses in the Chinese economy after news last week that a gauge of factory activity in September had hit its lowest point in six-and-a-half years. A growth slowdown in China has fuelled turmoil across world markets as the country is a key driver of the global economy.

Chinese President Xi Jinping on Friday sought to shore up confidence in the world's number two economy, saying he was confident it would post "healthy" growth in the future.

He told a joint press conference with US President Barack Obama after White House talks that China had moved from "speed-based growth to quality-based growth".

Chinese authorities are trying to rebalance the economy -- which accounts for one out of every eight dollars of worldwide GDP -- from one reliant on exports and government investment to one where domestic consumption is the main driver.

But alarm bells have rung over how rapidly the economy is slowing, and whether the so-called new model is expanding fast enough to take up the slack.

dan/sm

<org idsrc="isin" value="JP3892100003">Sumitomo Mitsui Trust</org>

JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus dalam di sepanjang sesi I hari ini (28/9). Pada pukul 12.00 WIB, indeks ditutup di bawah level 4.200. Berdasarkan data RTI, di akhir sesi I indeks tercatat turun 1,62% menjadi 4.141,17.
Sebanyak 193 saham memerah. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 62 saham dan 61 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi pagi ini melibatkan 2,446,317 dengan nilai transaksi Rp 2,075 triliun.
Sedangkan secara sektoral, tak ada satu pun sektor yang menghijau. Tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain sektor industri lain-lain turun 4,19%, sektor manufaktur turun 2,33%, dan sektor industri dasar turun 2,27%.
Tiga saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top losers antara lain: PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) turun 6,09% menjadi Rp 1.080, PT Astra International Tbk (ASII) turun 5,41% menjadi Rp 5.250, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 4,74% menjadi Rp 1.305.
Sedangkan saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top gainers adalah: PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 3,32% menjadi Rp 404, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) naik 2,27% menjadi Rp 1.125, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 1,36% menjadi Rp 2.240.
Editor: Barratut Taqiyyah.


JAKARTA ID–Saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) direkomendasikan beli karena harganya sudah murah yang dicerminkan oleh turunnya price to earning ratio(PER). Saham-saham big cap antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Turunnya valuasi saham-saham big cap di Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi sejalan dengan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 18,80% secara tahun berjalan (year to date/ytd), terutama karena sentimen global akibat ketidakpastian rencana penaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). PER emiten di BEI per 23 September 2015 turun rata-rata menjadi 11,6 kali, dari 17,84 kali pada akhir Desember 2014.

Berdasarkan data BEI, top 10 saham big cap pada penutupan perdagangan Rabu (23/9), masing-masing ditempati

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dengan kapitalisasi pasar (market cap) Rp 329 triliun (7,5% terhadap total market cap BEI), disusul 

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap Rp 290 triliun (6,6%), dan 

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp 282 triliun (6,4%).

Selanjutnya

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan market cap Rp 268 triliun (6,1%), 

PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 223 triliun (5,1%), 
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp 215 T triliun (4,9%), dan

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 186 triliun (4,2%). Lainnya adalah 

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 80 triliun (1,8%),

 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp 79 triliun (1,8%), serta

PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan market cap Rp 69 triliun (1,6%). 

Total market cap ke-10 saham tersebut mencapai Rp 2.020 triliun atau 46% dari total market cap BEI senilai Rp 4.390 triliun.

Pada perdagangan Rabu (23/9), IHSG ditutup turun 99,61 poin (2,29%) ke level 4.244,43. Penurunan IHSG yang secara year to date mencapai 18,80% merupakan yang terdalam di antara indeks bursa saham di kawasan Asia Pasifik.

Data BEI menunjukkan, dibanding akhir Desember 2014, PER BBRI turun dari 11,74 kali menjadi 9,42 kali pada 23 September 2015. PER BMRI juga turun dari 12,53 kali ke 10 kali, BBNI dari 10,44 kali menjadi 7,36 kali, dan BBCA dari 19,43 kali ke 17,99 kali.

Demikian pula PER GGRM turun dari 21,75 kali ke 14,99 kali, UNRT dari 12,05 kali ke 10,73 kali, TLKM dari 19,73 kali ke 12,54 kali, dan ASII dari 15,67 kali menjadi 12,24 kali. Sedangkan PER HMSP naik dari 29,55 kali ke 32,20 kali dan PER UNVR meningkat dari 42,95 kali menjadi 53,78 kali.

“Untuk saham big cap, BBRI dan BBCA bisa diakumulasi. Sedangkan saham ASII dan TLKM dapat dipertimbangkan untuk trading pada perdagangan Jumat (25/9),” papar analis Daewoo Securities Indonesia T Heldy Arifien.

Berdasarkan data BEI, pada 23 September 2015, harga BBRI turun 24,46% dibanding akhir Desember 2014 dari Rp 11.650 menjadi Rp 8.800. Sedangkan harga BBCA turun 9,52% dari Rp 13.125 menjadi Rp 11.875.

Di sisi lain, analis Mandiri Sekuritas Hadiyansyah merekomendasikan beli saham TLKM yang pada 23 September 2015 harganya turun 7,33% dibanding posisi akhir Desember 2014 dari Rp 2.865 menjadi Rp 2.655. “Target harganya Rp 2.750,” tutur dia. (en/az/gor)

Baca selanjutnya di
JAKARTA. Kepungan sentimen negatif membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan ini menurun. Mengacu Bloomberg, IHSG selama sepekan turun 3,90%. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/9) IHSG melemah 0,82% ke level 4.209,44.

Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest menjelaskan, salah satu sentimen negatif yang memicu pelemahan IHSG pekan ini adalah rilis data indeks manufaktur PMI China yang cenderung negatif. Tercatat, data Caixin Flash Manufacturing PMI China per September 2015 turun menjadi 47,0, yang merupakan level terendah sejak 6,5 tahun.

Adapun, pada dua hari terakhir perdagangan pekan ini, saham perbankan turun cukup dalam sehingga menyeret pergerakan indeks. Ditambah lagi, IHSG juga terpapar sentimen negatif dari terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hingga menembus level 14.693. Total net sell dalam sepekan juga tergolong besar yakni Rp 2,04 triliun.

Untuk pekan depan Aditya mengatakan, ada momen penting yaitu Pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen. Selain itu data ekonomi domestik seperti inflasi bulan September dan data ekonomi global dari China dan Amerika akan menjadi perhatian pasar.

Aditya memprediksi pekan depan IHSG diprediksi cenderung melemah. Pergerakan IHSG pekan depan akan berada dalam rentang Rp 4.120 – 4.325.
Editor: Hendra Gunawan.

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan mata uang rupiah diperkirakan masih akan tertekan sepanjang pekan depan dipicu pernyataan Bank Sentral Amerika yang tetap akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini.
Wahyu Tri Laksono, analis PT Central Capital Futures mengatakan mata uang sejumlah negara di emerging market masih berpotensi jatuh lebih dalam karena penguatan dollar AS terhadap mata uang utama dan pertumbuhan ekonomi global yang belum menunjukkan tanda membaik.
“Selain itu karena harga komoditas yang masih lemah dan pengetatan the Fed yang akan berujung pada naiknya suku bunga AS,” katanya kepada Bisnis.com, Sabtu (26/9/2015).
Pada penutupan Jumat (25/9/2015), kurs rupiah ditutup melemah 0,06% atau 9 poin ke level Rp14.693/US$. Adapun, rupiah sempat terperosok ke level paling lemah Rp14.727/US$.
Menurut Wahyu, tekanan masih akan terus melanda rupiah sepanjang pekan depan ditambah ancaman hot money outflow dan mulai pulihnya Eropa sehingga membuat investor bergeser keluar dari emerging market yang relative over value.
... analisis n prediksi di saham DAH BIASA, n juga dah biasa jika akurasi ramalah AMAT KECIL... jadi, gw mah tetap BIASA-BIASA aza, ga peduli mo naek atawa turun ... sekali pun mo turun, maka STRATEGI FLDTT (fokus laba dalam tren turun) gw pake d ... karna pada dasarnya trader AMAT BERGANTUNG pada TREN ... TREN TURUN biasanya para trader AKAN TIARAP (atawa malah KABUR) ... gw mah tetap hepi dengan strategi BELI MURAH, JUAL TINGGI, sehingga LABA TETAP TERBENTUK dalam trading
... sebagai keseluruhan hasil dalam portofolio gw, tentu aza tren turun pada harga saham gw akan berimbas pada SAHAM YANG DIINVES, sementara TETAP AKAN BERLABA PADA SAHAM YANG DITRANSAKSIken
... imbal hasil tergantung seberapa besar tren harga saham turun, n seberapa besar imbal hasil / laba terbentuk pada trading yang gw lakuken
... tetap hepi aza lah :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ihsg per tgl 2-17 OKTOBER 2017 (pra BULLISH November-Desember 2017)_01/10/2019

  RIBUAN PERSEN PLUS @ warteg ot B gw (2015-2017) ada yang + BELASAN RIBU PERSEN (Januari 2017-Oktober 2017) kalo bneran, bulan OKTOBER terjadi CRA$H @ IHSG, well, gw malah bakal hepi banget jadi BURUNG PEMAKAN BANGKAI lah ... pasca diOCEHIN BANYAK ANALIS bahwa VALUASI SAHAM ihsg UDA TERLALU MAHAL, mungkin satu-satunya cara memBIKIN VALUASI jadi MURAH adalah LWAT CRA$H, yang tidak tau disebabkan oleh apa (aka secara misterius)... well, aye siap lah :)  analisis RUDYANTO @ krisis ekonomi ULANGAN 1998 @ 2018... TLKM, telekomunikasi Indonesia, maseh ANJLOK neh, gw buru trus! analisis ringan INVESTASI SAHAM PROPERTI 2017-2018 Bisnis.com,  JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2019), akan mendapat sentimen positif dari hijaunya indeks saham Eropa dan Amerika Serikat pada perdagangan terakhir bulan September. Berdasarkan data  Reuters , indeks S&P 500 ditutup menguat 0,50 persen di level 2.976,73, indeks Nasdaq Comp

ISU FUNDAMENTAL perbankan: BBRI, bnii (2022) #1

ASIENk: bbri diintai   BBRI: LCS andalan BBRI : wealth management tumbuh 2021: simpanan orang kaya d perbankan BBRI: restrukturisasi debitur turun UMKM: kredit k perbankan +13,3% / Januari 2022 BBRI: hapus buku utanK (2023) BBRI: optimis kredit 2022   BBRI: sasaran akhir 2022 neh BBRI: bermitra solusi teknologi BBRI: bermetaverse   BBRI: buyback lage   BBRI: tren turun harga saham BBRI 2021: LABA bersih d atas bbca BBRI: jadwal dividen 2021 BBRI: kredit tumbuh d 2022 BBRI: kinerja 2022 diekspektasiken lebe bagus   Per Februari 2022, Perbankan Salurkan Kredit Rp5.741,5 Triliun BBRI: rups bakal ganti direksi BBRI: tren harga saham ctak rekor tertinggi BBRI: market cap Rp 867 T BBRI: makin efisien biaya dananya BBRI: brilink Rp 18,2 T BBRI: 3 taon ke depan BBRI: merek yang TOP BBRI: optimistis 2022 BBRI: #1 @ ihsg   BBRI: dividen Rp 174,23 / saham  BBRI: Rp 43 T lebe dibagikan sbagai DIVIDEN final 2022 BBRI: bagi dividen terbesar bwat pemerintah BBRI: laba bersih naek   BBRI: laba bersih

analisis fundamental : ASRI, saham properti (2019-2020, 2021, 2022)

Lunasi Utang, Agung Podomoro Raih Pinjaman dari Guthrie Venture SG$ 172,8 Juta Agung Podomoro Land Jual Central Park untuk Modal Ekspansi Mulai membaik, kinerja sektor properti diprediksi naik 25% di tahun ini Marketing sales Kawasan Industri Jababeka (KIJA) capai Rp 899 miliar di tahun lalu Stok Rumah Membludak, Jakarta Paling Banyak Rekomendasi Saham Properti saat Penjualan CTRA, BSDE, LPKR, PWON Melonjak Kuartal I/2021 Bisnis Properti Asia Pasifik Kuartal I Positif, Tahun Menjanjikan Covid-19 melonjak, Indonesia Property Watch: Pasar properti bisa terkontraksi 5%-10% Fokus Pasar: Industri Properti Tumbuh Positif pada 2022 Jauh dari Jakarta, Apartemen di Bogor dan Tangerang Lebih Berkembang Gara-gara Pandemi, Jakarta Ditinggalkan Konsumen Properti? Pendapatan Emiten Properti Moncer hingga Kuartal III 2021, Siapa Paling Cuan? Menakar Prospek Saham Emiten Properti TAKAR PROPERTI 2023: rekomendasi (2) INFLASI: prospek properti Pasar Properti: bakal tumbuh positif Pajak : disk