Jakarta detik -Banyak dari kita setuju bahwa Pro dan Kontra adalah suatu hal yang wajar dalam keseharian kita. Dengan adanya Pro dan Kontra, maka hidup jadi terasa lebih 'hidup' dan bergairah. Demikian juga dengan investasi.
Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang belakangan ini kian hari kian memburuk, kita semua mengakui bahwa dengan biaya hidup yang semakin lama semakin mahal, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian terpuruk, dan diperparah dengan nilai tukar rupiah yang tidak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang perkasa.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah, dengan kondisi seperti ini apakah lebih tepat berinvestasi untuk jangka pendek saja, atau tetap untuk jangka panjang?
Kalau di tulisan sebelumnya sudah dibahas dari sudut pandang investasi jangka pendek, maka seperti halnya Pro dan Kontra, dalam tulisan ini kita akan lihat bagaimana sudut pandang dari investasi jangka panjang. Apa saja tips melihat perusahaan yang bisa dijadikan acuan untuk investasi jangka panjang. Mari kita bahas bersama.
Perbaikan Kondisi Dalam Jangka Panjang
Dalam waktu beberapa bulan terakhir, kita melihat penurunan dari nilai aset dan investasi kita, termasuk di antaranya saham dan obligasi. Sementara properti cenderung stagnan. Akan tetapi, hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di beberapa negara lain juga di kawasan Asia. Dan seperti pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya, investasi memang harus dilihat dari sudut pandang jangka panjang.
Mengapa? Karena biasanya butuh beberapa waktu bagi perusahaan tersebut untuk bisa bertahan dalam situasi ekonomi yang buruk, sebelum mereka bisa bangkit kembali. Belum lagi ketika kita bicara siklus ekonomi yang memang naik dan turun, maka kondisi saat ini adalah kondisi yang sedang turun sehingga suatu hari nanti akan naik kembali. Itulah sebabnya mengapa Perencana Keuangan selalu mengatakan investasi untuk jangka panjang.
Basis Untuk Perusahaan Bisa Bertahan dan Bangkit Kembali
Dalam sejarah investasi, biasanya perusahaan yang memiliki dana tunai berada dalam posisi lebih baik untuk bisa bangkit kembali, dibandingkan perusahaan lain yang tidak punya dana tunai atau hanya sedikit dana tunai. Perusahaan lain yang mempunyai penjualan yang regular dan konsisten (memiliki pembeli produk secara regular) di Indonesia, contohnya seperti perusahaan produsen rokok, juga mempunyai kesempatan untuk bertahan lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain.
Perusahaan yang mempunyai utang dan kesulitan membayar cicilan juga bisa bertahan selama dilakukan restruktur ulang pada utang mereka, dengan catatan bisnisnya masih memiliki potensi untuk maju ke depannya.
Basis Untuk Investasi Jangka Panjang
Kesimpulannya adalah, perusahaan yang baik dengan pengelola yang baik kemungkinan besar akan tetap bisa bertahan dari kebangkrutan apabila perusahaan tersebut bisa restrukturisasi produksi dan restrukturisasi utang mereka. Apalagi bila suku bunga masih rendah, utang yang seharusnya jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diperpanjang sampai 5 tahun, kemudian dengan menggunakan skema cicilan tetap. Nah, bila anda gabungkan perusahaan dengan dana tunai yang banyak serta penjualan yang konsisten, maka perusahaan sejenis ini bisa menjadi basis sebagai instrumen investasi jangka panjang.
Kembali ke statistik dan sejarah investasi di Indonesia dan di mana pun di dunia, bahwa investasi dalam jangka panjang, di atas 5 tahun atau bahkan 10 tahun cenderung berpotensi memberikan keuntungan, meskipun kondisi di masa lalu tidak bisa dijadikan patokan kepastian untuk kondisi di masa yang akan datang.
Nah menjawab pertanyaan di atas kembali, apakah berinvestasi untuk jangka pendek atau jangka panjang? Anda percaya yang mana?
(ang/dnl)
. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali tertekan besok Selasa (29/9). Pada penutupan perdagangan hari ini Senin (28/9) IHSG melemah 2,11% ke level 4.120.50.
Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas menilai melemahnya IHSG dipicu pelemahan yang terjadi di bursa regional akibat data produksi industri Tiongkok yang menunjukkan pelemahan. Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif dari terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ikut memicu pelemahan IHSG.
Achmad Yaki Yamani, Analis Sucorinvest Central Gani menilai data produksi industri Tiongkok yang menunjukkan pelemahan bikin pasar Eropa ketar-ketir. Di sisi lain, hari ini investor asing terlihat mulai melakukan aksi beli (net buy) saham sektor perbankan seperti BMRI.
Mengacu pada indikator teknikal yang masih negatif dan belum adanya sentimen positif dari global, Yaki memprediksi besok Selasa (29/9) IHSG akan melemah dengan rentang 4.068 – 4.225.
Sementara Purwoko memprediksi besok Selasa (29/9) IHSG akan bergerak melemah dalam rentang 4.111– 4.150.
Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang belakangan ini kian hari kian memburuk, kita semua mengakui bahwa dengan biaya hidup yang semakin lama semakin mahal, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian terpuruk, dan diperparah dengan nilai tukar rupiah yang tidak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang perkasa.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah, dengan kondisi seperti ini apakah lebih tepat berinvestasi untuk jangka pendek saja, atau tetap untuk jangka panjang?
Kalau di tulisan sebelumnya sudah dibahas dari sudut pandang investasi jangka pendek, maka seperti halnya Pro dan Kontra, dalam tulisan ini kita akan lihat bagaimana sudut pandang dari investasi jangka panjang. Apa saja tips melihat perusahaan yang bisa dijadikan acuan untuk investasi jangka panjang. Mari kita bahas bersama.
Perbaikan Kondisi Dalam Jangka Panjang
Dalam waktu beberapa bulan terakhir, kita melihat penurunan dari nilai aset dan investasi kita, termasuk di antaranya saham dan obligasi. Sementara properti cenderung stagnan. Akan tetapi, hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di beberapa negara lain juga di kawasan Asia. Dan seperti pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya, investasi memang harus dilihat dari sudut pandang jangka panjang.
Mengapa? Karena biasanya butuh beberapa waktu bagi perusahaan tersebut untuk bisa bertahan dalam situasi ekonomi yang buruk, sebelum mereka bisa bangkit kembali. Belum lagi ketika kita bicara siklus ekonomi yang memang naik dan turun, maka kondisi saat ini adalah kondisi yang sedang turun sehingga suatu hari nanti akan naik kembali. Itulah sebabnya mengapa Perencana Keuangan selalu mengatakan investasi untuk jangka panjang.
Basis Untuk Perusahaan Bisa Bertahan dan Bangkit Kembali
Dalam sejarah investasi, biasanya perusahaan yang memiliki dana tunai berada dalam posisi lebih baik untuk bisa bangkit kembali, dibandingkan perusahaan lain yang tidak punya dana tunai atau hanya sedikit dana tunai. Perusahaan lain yang mempunyai penjualan yang regular dan konsisten (memiliki pembeli produk secara regular) di Indonesia, contohnya seperti perusahaan produsen rokok, juga mempunyai kesempatan untuk bertahan lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain.
Perusahaan yang mempunyai utang dan kesulitan membayar cicilan juga bisa bertahan selama dilakukan restruktur ulang pada utang mereka, dengan catatan bisnisnya masih memiliki potensi untuk maju ke depannya.
Basis Untuk Investasi Jangka Panjang
Kesimpulannya adalah, perusahaan yang baik dengan pengelola yang baik kemungkinan besar akan tetap bisa bertahan dari kebangkrutan apabila perusahaan tersebut bisa restrukturisasi produksi dan restrukturisasi utang mereka. Apalagi bila suku bunga masih rendah, utang yang seharusnya jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diperpanjang sampai 5 tahun, kemudian dengan menggunakan skema cicilan tetap. Nah, bila anda gabungkan perusahaan dengan dana tunai yang banyak serta penjualan yang konsisten, maka perusahaan sejenis ini bisa menjadi basis sebagai instrumen investasi jangka panjang.
Kembali ke statistik dan sejarah investasi di Indonesia dan di mana pun di dunia, bahwa investasi dalam jangka panjang, di atas 5 tahun atau bahkan 10 tahun cenderung berpotensi memberikan keuntungan, meskipun kondisi di masa lalu tidak bisa dijadikan patokan kepastian untuk kondisi di masa yang akan datang.
Nah menjawab pertanyaan di atas kembali, apakah berinvestasi untuk jangka pendek atau jangka panjang? Anda percaya yang mana?
. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali tertekan besok Selasa (29/9). Pada penutupan perdagangan hari ini Senin (28/9) IHSG melemah 2,11% ke level 4.120.50.
Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas menilai melemahnya IHSG dipicu pelemahan yang terjadi di bursa regional akibat data produksi industri Tiongkok yang menunjukkan pelemahan. Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif dari terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ikut memicu pelemahan IHSG.
Achmad Yaki Yamani, Analis Sucorinvest Central Gani menilai data produksi industri Tiongkok yang menunjukkan pelemahan bikin pasar Eropa ketar-ketir. Di sisi lain, hari ini investor asing terlihat mulai melakukan aksi beli (net buy) saham sektor perbankan seperti BMRI.
Mengacu pada indikator teknikal yang masih negatif dan belum adanya sentimen positif dari global, Yaki memprediksi besok Selasa (29/9) IHSG akan melemah dengan rentang 4.068 – 4.225.
Sementara Purwoko memprediksi besok Selasa (29/9) IHSG akan bergerak melemah dalam rentang 4.111– 4.150.
Editor: Yudho Winarto.
JAKARTA kontan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pada penutupan perdagangan hari ini Senin (29/9) ditutup terkoreksi
2,11% ke level 4.120.50.
Berikut adalah beberapa analisa teknikal saham beserta rekomendasinya yang telah dihimpun KONTAN dari para analis :
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Indikator RSI berada di level 37,6, masih ada sedikit ruang untuk turun. Stochastic di level 18,8 sudah jenuh beli (oversold). Bollinger band di bawah lower Bollinger band, menunjukkan potensi rebound. Kemudian MACD berada di area negatif.
Rekomendasi : Buy on weakness
Support : 3.870
Resistance : 4.000
Dianalisis oleh Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas
- PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
Penguatan harga diiringi oleh volume perdagangan yang cukup tinggi diatas rata-rata satu bulan. Stochastic dan MACD masih uptrending. Kemudian, RSI di level 65,37 belum masuk area jenuh beli (overbought). Adapun, Bollinger band terlihat membuka
Rekomendasi : Hold
Support : 395
Resistance : 431
Dianalisis oleh Parningotan Julio, Analis Millenium Danatama Sekuritas
- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Muncul spinning top black namun diikuti penguatan volume. MACD dan momentum masih bergerak menguat. Stochastic berpotongan golden cross dan RSI melemah
Rekomendasi : Buy on weakness
Support : 2.565
Resistance : 2.725
Dianalisis oleh Achmad Yaki Yamani, Analis Sucorinvest Central Gani
Berikut adalah beberapa analisa teknikal saham beserta rekomendasinya yang telah dihimpun KONTAN dari para analis :
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Indikator RSI berada di level 37,6, masih ada sedikit ruang untuk turun. Stochastic di level 18,8 sudah jenuh beli (oversold). Bollinger band di bawah lower Bollinger band, menunjukkan potensi rebound. Kemudian MACD berada di area negatif.
Rekomendasi : Buy on weakness
Support : 3.870
Resistance : 4.000
Dianalisis oleh Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas
- PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
Penguatan harga diiringi oleh volume perdagangan yang cukup tinggi diatas rata-rata satu bulan. Stochastic dan MACD masih uptrending. Kemudian, RSI di level 65,37 belum masuk area jenuh beli (overbought). Adapun, Bollinger band terlihat membuka
Rekomendasi : Hold
Support : 395
Resistance : 431
Dianalisis oleh Parningotan Julio, Analis Millenium Danatama Sekuritas
- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Muncul spinning top black namun diikuti penguatan volume. MACD dan momentum masih bergerak menguat. Stochastic berpotongan golden cross dan RSI melemah
Rekomendasi : Buy on weakness
Support : 2.565
Resistance : 2.725
Dianalisis oleh Achmad Yaki Yamani, Analis Sucorinvest Central Gani
Editor: Yudho Winarto.
ID_Hans
berpendapat, jika investor domestik berperilaku panik atau mengikuti
investor asing yang agresif melepas portofolio investasi, maka IHSG
berpeluang melemah hingga ke posisi 3.800. “Di area inilah perlu
ada perhatian khusus atau prioritas dari OJK untuk menjaga investor
domestik tetap bertahan. Investor yang dimaksud adalah investor yang
sudah memiliki portofolio maupun investor yang baru mau masuk pasar,”
jelas dia.
Sepanjang
pekan ini, IHSG diperkirakan masih melanjutkan pelemahan. IHSG
diprediksi bergerak dalam rentang support
4.200-4.111
dan resisten 4.250-4.308. Sentimen yang paling memengaruhi laju
indeks tetap datang dari pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS.
Akhir
pekan lalu, posisi rupiah kembali melemah ke posisi Rp 14.693 per
dolar AS di pasar spot,
sedangkan kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah di posisi Rp
14.690 per dolar AS.
Menurut
Hans, nilai tukar rupiah berpeluang menguji level Rp 14.800- Rp
15.000 per dolar AS sepanjang pekan ini. Hal ini akan dipicu oleh
permintaan dolar yang kian meningkat lantaran para emiten yang akan
membayar utang valas jatuh tempo di akhir kuartal III-2015.
“Semula,
banyak emiten yang menunda pelunasan utang di kuartal II menjadi
kuartal III-2015 karena mengira The Fed akan menaikkan suku bunga di
September. Ternyata perkiraan itu meleset. Justru sekarang dolar
makin naik,” terang Hans.
The
Fed, lanjut Hans, akan membahas kenaikan suku bunga di Oktober dan
Desember 2015. Di tengah ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed
(Fed Funds
Rate/FFR)
ini, dia menargetkan IHSG berada di posisi level 4.200 sampai akhir
2015. (th/gor)
Baca
selanjutnya di
Komentar
Posting Komentar